Anda di halaman 1dari 15

Kacang Tanah, Kacang Hijau, Kacang Merah

Oleh
ULFA WULANDARI (141810301033) & WIDYA PUSPITA DEWI (141810301005)

Kacang- kacangan dalam satu family ada banyak jenisnya beberapa diantaranya yaitu
kacang hijau, kacang merah, dan kacang tanah (Ani, 2016). Kandungan proksimat dan asam
lemak berbeda dari jenis satu dengan yang lain. Kadar protein tertinggi dimiliki oleh kacang
tanah (23,97%), sedangkan untuk kacang merah (23,33%), dan kacang hijau (23,11%)
(Danuwarsa, 2006).
Tabel 3. Hasil analisis proksimat pada sampel kacang-kacangan
Jenis analisis (%) Kacang tanah Kacang hijau Kacang merah
Protein 23,97 23,11 23,22
Lemak 45,15 1,74 1,87
Kadar air 4,57 11,05 12,10
Kadar abu 2,07 1,67 2,01
Serat kasar 24,24 62,43 60,8

Tabel 4. Hasil analisis asam lemak pada beberpa contoh kacang-kacangan


Kandugan asam lemak
Jenis asam lemak Kacang tanah Kacang hijau Kacang merah
Asam lemak jenuh
Laurat Ttd 0,75 0,22
Miristat 0,30 0,84 1,08
Palmitat 13,39 25,39 13,70
Stearat 0,23 0,88 1,86
Asam lemak tak jenuh
Oleat 51,28 60,31 20,42
Linoleat 5,84 5,42 2,89

a. Kacang Tanah (Peanuts)


Kacang tanah merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung protein dalam
jumlah besar. Kandungan protein kacang tanah per 100 gram beratnya bisa mencapai 23,68
gram. Komponen kimia lain yang juga terkandung dalam kacang tanah diantaranya, yaitu air
1,55 gram, karbohidrat 21,51 gram, serat 8,0 gram, dan lemak 49,66 gram. Energi total yang
dimiliki oleh kacang tanah per 100 gram beratnya yaitu sebesar 2448 kJ (Settaluri et al,
2012). Senyawa bioaktif juga terdapat dalam biji kacang tanah, diantaranya fenolik yang
terbagi ke dalam empat kelompok yaitu stilben, flavonoid, asam fenolik, dan fitosterol
(Grandawa, 2014).
Kandungan protein yang terdapat dalam kacang tanah tersusun atas beberapa asam
amino esensial layaknya pada daging dan beberapa bahan makanan lainnya. Kacang tanah
mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh seperti fenilalanin, metionin,
tirosin, dan lain-lain. Kebutuhan protein dalam tubuh relatif berbeda-beda. Organisasi dunia
seperti WHO (world health organization) merekomendasikan rata-rata kebutuhan protein
dalam tubuh 0,66 gram per kilogram berat tubuh. Kadar aman bagi yang memiliki berat
badan lebih yaitu 0,86 gram per kilogram berat tubuh (Settaluri et al, 2012).
Kandungan vitamin dan mineral yang terdapat dalam kacang tanah diantaranya
vitamin E yang baik untuk kesehatan kulit, magnesium, kalium, niacin, folat, besi, selenium,
dan lain-lain. Vitamin E yang terdapat dalam kacang tanah per 2000 kalori adalah sebesar
19% untuk laki-laki dan perempuan. Kadar magnesium yang terdapat dalam kacang tanah per
2000 kalori adalah sebesar 25-30% untuk kebutuhan laki-laki dan perempuan.
Kacang tanah memiliki beberapa manfaat penting dalam tubuh, yakni dapat
mengurangi peradangan dan dapat menurunkan penanda peradangan. Nutrisi unik lain dalam
kacang tanah yang memiliki banyak manfaat yaitu lemak tak jenuh, serat, antioksidan,
arginin dan magnesium yang berperan dalam proses pencegahan penyakit secara individual
maupun kolektif. Kebutuhan konsumsi kacang tanah per hari dalam tubuh adalah sebesar 1
ons untuk memperoleh manfaat dari kandungan nutrisi yang ada dalam kacang tanah tersebut.
Contoh dampak yang ditimbulkan apabila kekurangan nutrisi dalam kacang tanah, seperti
magnesium dapat dirasakan berupa meningkatnya tanda-tanda inflamasi, meningkatnya
resiko sindrom metabolik, perlawanan insulin, diabetes dan penyakit jantung (Anonim,
2008).
Pengolahan kacang tanah dapat dilakukan melalui perendaman, perkecambahan,
penyangraian, dan perebusan. Salah satu produk olahan kacang tanah yaitu minyak kacang.
Minyak kacang diperoleh dari proses pembersihan kacang tanah hasil panen lalu diperkecil
ukurannya. Proses selanjutnya adalah pengepresan dan dilanjutkan dengan ekstraksi dengan
pelarut minyak, kemudian dilakukan pemurnian dan modifikasi hingga dapat disajikan
(Nurcholis, 2013).
Total kebutuhan nasional kacang tanah sekitar 856 ribu ton pada tahun 2012,
sementara tingkat produksi baru mencapai 713 ribu ton. Kekurangan dari total kebutuhan
kacang tanah harus diimpor dalam bentuk polong kering dan biji untuk bahan baku kacang
garing (kacang asin) dan kacang atom. Impor kacang tanah terutama dari India dan Thailand
dengan jumlah diperkirakan mencapai 165.000 ton pada tahun 2014. Kebutuhan kacang tanah
akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan pangan masyarakat dan
beragamnya produk olahan kacang tanah sehingga perlu produksi kacang tanah dengan
tingkat lebih tinggi jumlahnya.
Standar baku mutu kacang tanah dapat ditunjukkan pada tabel sebagai berikut :

(DSN, 1995).
Kacang tanah dapat mengalami modifikasi genetik dengan sebutan GMP
(Genetically Modified Peanut). Tiga jenis kacang transgenik yang ada di USA yaitu jenis
188, 540, dan 654 dianalisis mengandung protein, serat, mineral, komposisi asam lemak,
dan lain-lain. Modifikasi genetik dari kacang tanah tidak menyebabkan perubahan
komposisi kimia yang tidak disengaja yang dapat mengurangi nilai gizi (Jonnala, 2005).
Kacang tanah dapat diolah menjadi minyak kacang tanah sebagai minyak nabati.
Minyak kacang tanah juga dapat diolah kembali menjadi produk pangan dan non pangan.
Produk olahan lebih lanjut dari minyak kacang tanah non pangan diantaranya yaitu sabun,
face cream, shaving cream, pencuci rambut dan bahan kosmetik lainnya. Minyak kacang
tanah dalam bidang farmasi dapat digunakan sebagai bahan campuran pembuatan obat asma
(Ketaren, 2008). Proses perolehan minyak kacang tanah dapat dilakukan dengan beberapa
teknik, seperti teknik ekstraksi dan teknik pressing. Teknik ekstraksi minyak kacang tanah
dapat dilakukan menggunakan pelarut n-heksana seperti yang telah dilakukan oleh Andaka
(tt). Teknik lain yaitu proses pembuatan minyak kacang tanah dengan variabel pemanasan
awal dan suhu pengepresan menggunakan screw press yang telah dilakukan oleh Hartanti
(2015).
Minyak kacang tanah terdiri dari campuran gliserol dan asam lemak rantai panjang
(camupuran ester) yang disebut trigliserida. Trigliserida dapat terbentuk dari jenis asam
lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak kacang tanah mengandung 76-82% asam
lemak tak jenuh yang didalamnya mengandung pula 40-45% asam oleat (C17H33COOH)
dan 30-45% asam linoleat (C13H27COOH). Asam lemak jenuh sebagian besar terdiri dari
asam palmitat (C15H31COOH). Minyak kacang tanah juga mengandung asam lemak
miristat (C13H27COOH) sekitar 5%. Asam linoleat dalam jumlah yang tinggi mampu
menurunkan kestabilan minyak. Kestabilan minyak dapat dinaikkan kembali dengan cara
hidrogenasi atau penambahan anti-oksidan selain yang murni terdapat pada kacang tanah
itu sendiri. Struktur molekul trigliserida mengandung gugus R1, R2, dan R3 yang tidak lain
adalah gugus alkil dari asam lemak, seperti gambar di bawah ini:

Gambar 1. Struktur molekul trigliserida


(Ketaren, 2008).
Minyak kacang tanah memiliki kualitas yang tinggi karena mengandung omega 3
yang merupakan lemak tak jenuh ganda dan omega 9 yang merupakan lemak tak jenuh
tunggal. Kandungan tersebut dapat membina tubuh dalam mencegah beberapa penyakit
seperti penyakit jantung. Minyak kacang tanah juga mengandung asam-asam amino
esensial, yaitu arginin (2,72 %), fenilalanin (1,52 %), histidin (0,51 %), isoleusin (0,99 %),
leusin (1,92 %), lisin (1,29 %), methionin (0,33 %), tritophan (0,21 %) dan valin (1,33 %).
Variasi jenis asam amino yang banyak sangat membantu tubuh dalam proses metabolisme
tubuh. Fotisterol yang terdapat pada minyak kacang tanah dapat menurunkan kadar
kolesterol. Prinsip kerja fitosterol yaitu menahan penyerapan kolesterol dari makanan yang
disirkulasikan dalam darah dan mengurangi penyerapan kembali kolesterol dari hati, serta
menjaga HDL kolesterol (Ketaren, 1986).

Gambar 2. Struktur Kimia Minyak Kacang Tanah (Pubchem, 2005)


Mentega kacang merupakan jenis lain dari produk hasil olahan kacang tanah.
Mentega kacang mengandung energi dalam bentuk kalori yang tinggi. Komposisi kimia
mentega kacang per 100 gram bahan yaitu 25,5 gram protein; 49,5 gram lemak; 19,5 gram
karbohidrat; 528 kalori; 395 mg kalium; 1,9 mg kalsium; 2 mg besi; 61 mg natrium; 0,12 mg
tiamin; 0,12 mg riboflavin; serta 15,3 niacin (Susanto & Saneto, 1994). Produk olahan
kacang tanah yang lain yaitu selai kacang tanah. Selai kacang tanah mengandung lemak yang
cukup tinggi (6 gram per 2 sendok makan). Komponen gizi selai kacang tanah (per 2 sendok
makan) yaitu energi 190 kkal, protein 8 gram, lemak total 16 gram, lemak tidak jenuh 13
gram, lemak jenuh 3 gram, vitamin E 2 mg, niasin 4 mg, asam folat 30 mg, magnesium 52
mg, fosfor 104 mg, kalium 244 mg, serta kalsium 13 mg.
Produk olahan dari kacang tanah dapat digunakan sebagai media tumbuh bakteri
apabila tidak diproses dengan benar atau kurang cukup dipanaskan. Bakteri yang berperan
yaitu clostridium botulinum. Penyakit yang dihasilkan apabila makanan mengandung bakteri
tersebut yaitu botulisme. Botulisme merupakan penyakit yang disebabkan keracunan
makanan oleh bakteri. Cara kerja toksin dari bakteri clostridium botulinum adalah
menghambat pembebasan asetilkolin oleh serabut saraf ketika impuls syaraf lewat di
sepanjang syaraf tepi. Hal tersebut dapat memicu kematian (Ames, 1994).

Gambar 3. Asetilkolin pada syaraf terminal dikemas dalam vesikel. Membran vesikel pada
stimulasi syaraf yang meningkatkan konsentrasi intra- neuronal Ca2+ berfusi dengan
plasmalemma dari syaraf terminal, membebaskan transmitter ke dalam synaptic cleft. Proses
ini dimediasi oleh satu serial protein yang secara kolektif disebut protein SNARE. BoNT,
memasuki syaraf terminal, memecah protein SNARE, mencegah pembentukan functional
fusion complex, dan memblokir pembebasan asetilkolin (Rowland, 2002).

b. Kacang hijau

Kacang hijau (Phaseolus radiatus) merupakan jenis kacang-kacangan utama sebagai


sumber protein nabati dan karbohidrat yang sangat berguna bagi pemenuhan gizi keluarga.
Kacang hijau berkhasiat sebagai obat, diantaranya yaitu: beri-beri, antisterilitas,
memperlancar air kencing, mengobati kolesterol, menghaluskan kulit serta bagus untuk ibu
hamil dan menyesui karena mengandung asam folat. Kacang hijau termasuk jenis pangan
fungsinoal (functional food), karena manfaat bagi kesehatan sangat kompleks dan berperanan
penting dalam pencegahan penyakit (Yusuf, 2014).
Kacang hijau setiap 100 gramnya mengandung komposisi kimia meliputi : 22 gram
proein yang kaya akan asam amino lisin (7,94%), air 10 gram, kalori 395 kal, Vitamin A 157
(IU), vitamin B 0,64 mg, vitamin c 6,00 mg. Kacang hijau juga mengandung zat besi 6,70 mg
serta mineral kalsium dan fosfor yang relatif tinggi 125 mg kalsium dan 320 mg fosfor dalam
100 gram kacang hijau. Lemak kacang hijau (1,2g/100g) jauh lebih rendah dari kacang
kedelai (15,6g/100g). Kacang hijau rendah lemak, jadi sangat baik dikonsumsi orang yang
menghindari lemak tinggi dan menyebabkan bahan pangan dari kacang hijau tidak mudah
mengalami ketingikan. Kacang hijau tersusun dari 73 % asam lemak tak jenuh dan 27 %
asam lemak jenuh (Susanto dan Suseno, 1994)
Kacang hijau kaya protein seperti Isoleusin 6,95%, Leucin 12,90%, Lysin 7,94%,
Methionin 0,84%, Phenylalanin 7,07%, Thereonin 4,50%, Valin 6,23%, dan asam amino
nonesensial. Kacang hijau mengandung 63% karbohidrat dan 16% serat makanan. Kacang
merupakan sumber pati yang hebat dan menghasilkan tepung 50-60% berdasarkan berbagai
metode pengolahan. Pati kacang hijau menunjukkan kandungan amilosa tinggi,
pembengkakan terbatas, ketahanan dan stabilitas granular yang tinggi. Kandungan pati HMT
meningkat signifikan pada pati yang diawetkan 20% dibandingkan dengan yang mentah
(Suling, 2011).
Kacang hijau dapat diolah jadi berbagai produk pangan sperti onde-onde, kolak,
bubur dan bakpia. Kacang hijau juga bisa dibuat tepung hunkwe yang banyak digunakan
untuk mi soun (Yususf, 2014). Penurunan kadar lemak saat perebusan terjadi pada kacang
hijau (Mubarak, 2005). Kacang hijau terdiri dari sekitar 20% - 24% protein. Globulin dan
albumin adalah gudang utama protein yang ditemukan dalam biji kacang hijau dan
membentuk lebih dari 60% dan 25% dari total protein kacang hijau. Kandungan protein dan
kecernaannya yang tinggi, konsumsi kacang hijau dalam kombinasi dengan sereal dapat
meningkatkan kualitas protein secara signifikan dalam makanan (Wang, 2004). Protein
kacang hijau kaya akan asam amino esensial, seperti total asam amino aromatik, leusin,
isoleusin, dan valin. Peningkatan kadar asam amino yang signifikan disebabkan pembelahan
proteolitik protein selama tumbuh. Kacang hijau memiliki kandungan karbohidrat yang jauh
lebih besar (50% -60%) dibanding kedelai. Oligosakarida terdapat dalam kacang hijau, larut
dalam air dan dapat dihilangkan perkecambahan, atau fermentasi .
Energi yang ditawarkan oleh kacang hijau rendah yang bermanfaat bagi individu
dengan obesitas dan diabetes (Zheng, 1999), Inhibitor tripsin, hemaglutinin, tanin, dan asam
fitat yang ditemukan di kacang hijau juga memiliki fungsi biologis, meningkatkan
pencernaan dan menghilangkan toksin (Lin, 1997). Flavon, isoflavon, flavonoid, dan
isoflavonoid adalah metabolit penting ditemukan di kacang hijau. Flavonoid terlibat dalam
perlindungan stres (yaitu oksidatif dan tekanan suhu), pengembangan awal tanaman,
pemberian sinyal (yaitu, nodulasi kacang polong) (Koes, 1994). Struktur komponen kimia
dari kacang hijau :

Berdasarkan kadar total fenolat dan total, flavonoid, Dua puluh satu asam organik,
termasuk asam fosfat dan sitrat, dan 16 lipid, termasuk - tocopherol, ditemukan menjadi
komponen utama kacang hijau menggunakan kromatografi gas atau spektrometri massa
(Brow;es, 1990). Kacang hijau berdarakan penelitian yang sudah dilakukan memiliki
antioksidan, antimikroba, dan aktivitas antiinflamasi. Kacang hijau memiliki antidiabetes,
antihipertensi, akomodasi metabolisme lipid, antihipertensi,dan efek antitumor, antara lain:

Tabel 2. Aktivitas biologikal dan komponen kacang hijau (Tung, et al. 2014).
Efek antioksida kacang hijau setara dengan 36,3 g teh hijau kering dan 1462 mg vitamin C.
Vitexin dan isovitexin adalah komponen antioksidan utama dalam kacang hijau. Efek
antidiabetes, ekstrak kacang hijau mampu menurunkan darah glukosa, plasma C-peptida,
glukagon, kolesterol total, trigliserida, dan kadar nitrogen urea darah (Yao, 2008).

Kandungan gizi yang diteliti antara lain kadar air, kadar abu, lemak, protein, dan
karbohidrat. Dari analisis proksimat yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut : kadar
air kacang hijau segar 12.10% (bb), tempe kacang hijau 64.32% (bb), dan bubur kacang
hijau 81.92% (bb). Kadar abu kacang hijau segar, tempe kacang hijau, dan bubur kacang
hijau masing-masing 3.5% (bk), 0.70% (bk) dan 3.10% (bk). Kandungan lemak kacang hijau
segar 0.56% (bk), tempe kacang hijau 0.56% (bk), dan bubur kacang hijau 0.44% (bk). Kadar
protein kacang hijau segar 24.78% (bk), tempe kacang hijau 41.92% (bk), dan bubur kacang
hijau 23.62% (bk) dan total karbohidrat pada kacang hijau segar 70.98%(bk), tempe kacang
hijau 56.81% (bk), dan bubur kacang hijau 72.84% (bk) (Iswandarai, 2006)
c. Kacang merah

Kacang merah (Phaseolus vulgaris L) merupakan sumber protein (23,1%) dan energi
yang baik (sekitar 380 kkal / 100 g), vitamin (tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B-6, asam
folat), serat makanan, mineral (kalsium, besi, seng, fosfor, potasium, magnesium), dan lemak
tak jenuh bebas asam dan rendah natrium (Nyombaire, et al.2011). Kacang merah memiliki
kandungan protein hampir sama dengan protein daging dan merupakan sumber asam folat
yang tinggi. Kacang merah juga mengandung karbohidrat kompleks (Rahmayuni, et al.2013).
Kacang merah merupakan sumber protein kedua tertinggi setelah kacang kedelai.
Kacang merah dapat menyumbang asam folat sebesar 75 dan 85 % dari angka kecukupan
asam folat yang dianjurkan untuk laki-laki dan perempuan 20-45 tahun, kalsium masing-
masing 32 % dari angka kecukupan yang dianjurkan, vitamin B1 sebesar 17% dan 20% dari
angka kecukupan vitamin B1, serta zat besi sebesar 28% dan 14% dari angka kecukupan zat
besi untuk laki-laki dan perempuan 20-45 tahun (Rahmawati, 2003). Kacang merah biasa
diolah menjadi campuran sayur asem, sup, urap, rendang telur serta dalam pembuatan dodol.
Di luar kacang merah banyak digunakan untuk tepung, makanan kaleng, susu kacang, dan
konsentrat protein. (Astawan, 2008).
Teknologi pengolahan pangan kacang merah salah satunya adalah dengan ekstruksi,
Proseks ekstruksi dialakukan pada suhu tinggi dengan teknologi pemmoresan singkat (HTST)
yang menghasilkan produk intermediet seperti tepeung terigu (Nyombaire, et al.2011).
Perlakuan pendahuluan berupa perendaman dan perebusan dapat menurunkan kadar lemak
secara signifikan. perendaman dapat mengaktifkan aktivitas enzim lipase yang dapat
menghasilkan beberapa asam lemak bebas rantai pendek yang mudah larut ke dalam air pada
media perendaman. prendama n juga mengakibatkan andungan protein turun , disebabkan
karena difusi substansi nitrogen yang larut ke dalam air rendaman dan air rebusan
(pangastuti, et al. 2013).
Kandungan proksimat kacang merah dengan berbagai perlakuan :

Komposisi kacang marah beberapa perlakuan dipaparkan dalam tabel dibawah, yaitu :
Komposisi asam amino yang terdapat dalam sampel kacang merah didominasi oleh
asam amino asam aspartat sebesar 2.75g/100g , asam glutamat sebesar 3.71 g/100g, leusin
sebesar 1.80 g/100g dan lisin sebesar 1.50 g/100g. Leusin dan lisin termasuk kedalam asam
amino essensial yaitu asam amino yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh, sedangkan asam
glutamat dan asam aspartat merupakan komponen asam amino non-essensial. Menurut
Astawan (2009) kandungan asam amino yang dominan pada kacang merah adalah asam
amino leusin dan lisin. Adanya asam amino asam glutamat dan asam aspartat dapat
mempengaruhi flavor yang terbentuk dari suatu protein, flavor yang terbentuk juga
tergantung dari jenis asam amino yang lainnya (Susi 2012).
Pengolahan juga menyebabkan penurunan kadar abu, kadar lemak, karbohidrat,
antitripsin dan kandungan oligosakarida (stakiosa dan rafinosa) kacang merah. Proses
fermentasi sangat berpengaruh terhadap komposisi kimia kacang merah terutama kandungan
protein, protein terlarut dan asam amino. Proses ini juga memberikan penurunan signifikan
terhadap antitripsin dan oligosakarida dari kacang merah. Berdasarkan hasil terlihat bahwa
oligosakarida terhidrolisis menjadi gula-gula sederhana karena pengaruh fermentasi
(Karisma, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Ames, A. 1994. Foodborne Phatogens: Risk and Consequens. Jurnal Councilter Agricultural
science and Technologi.
Andaka, G. tt. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah dengan Pelarut n-Heksana.
Yogyakarta: Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Ani.2016. Analysis Of Phisical Prerties, Organopetic Properties, And Nutritional Values Of
Tempeh From Non Soybean Lagumes. Tasikmalayasa Jabar.Indonesian Food
Technologists.
Anonim. 2005. DALDA. USA: Pubchem.
Anonim. 2008. Eat Peanuts Daily: One Small Change, Many Health Benefits. USA : The
Peanut Institute.
Astawan, M. 2009. Sehat Dengan Hidangan Kacang-Kacagan Dan Biji-Bijian . Jakarta
Penebar Swadaya.
Bowles DJ: Defense-related proteins in higher plants. Annual RevBiochem 1990, 59(1):873
907.
Danuwarsa. 2006. Analisis Proksimat Dan Asam Lemak Pada Beberapa Komoditas Kacang-
Kacangan
DSN. 1995. Standar Mutu Kacang Tanah. SNI 01-3921-1995. Jakarta: Dewan Standarisasi
Nasional.
Grandawa, M.M. 2014. Characterisation of Physico-Chemical Properties of Arachis
Hypogaea L. Shells (Groundnut) as Environmental Remidation. Malaysia : Int'l
Conference on Chemical, Biological, and Environmental Sciences (ICCBES14)
May 12-13.
Hartanti, L. 2015. Proses Pembuatan Minyak Kacang Tanah dengan Variabel Pemanasan
Awal dan Suhu Pengepresan Menggunakan Screw Press. Semarang: Undip.
Iswandari, Rochani. 2006. Studi Kanungan Isoflavon pada kacang hijau, tempe kacang hijau
dan bubur kacang hijau. Bogor : ITB
Jonnala, R.J., et al. 2005. Nutritional of Genetically Modified Peanut Varietes. Journal of
Food Science. Vol 70, Nr. 4.
Karisma, widya. 2014. Pengaruh penepungan, perebusan, perendamanasam dan fermentasi
terhadap komposisi kimia kacang merah. Bogor : ITB
Kay. 1979. Food Legumes. Tropical Product Insttute. London
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.
Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Koes RE, Quattrocchio F, Mol JNM: The flavonoid biosynthetic pathway in plants: function
and evolution. BioEssays 1994, 16(2):123132.
Lin XXLH, Li WZ: The research of mung bean SOD oral liquid. Food Sci 1997, 18:2526.
Nurcholis, M. 2013. Teknologi Pengolahan Hasil Tanaman Pangan. Malang : Fakultas
Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya.
Nyombaire, et al.2011. Physicochemical And Sensory Quality Of Extruded Light Red Kidney
Bean (Phaseolus Vulgary L.) Porridge. USA : Michigan State University.
Pamgestuti, hesty, et al. 2013. Physical And Chemical Properties Characterization Of Red
Kidney Bean (Phaseolus Vulgaris L.) Flour By Some Processing Treatment. Surakarta:
Prodi ilmu teknologi pangan UNS.
Rahmayuni.2013. Addition Of Honey And Time Fermentation On The Quality Of Red Bean
Fermented Milk (Phaseolus Vulgaris L.)
Rakhmawati,et al.2014. Formulation And Evaluation Sensory Characteristic And Physic
Chemical Of Composite Flakes Product Which Made From Tapioca Flour, Red Beans
Flour (Phaseolus Vulgaris L.) And Konjac Flour (Amorphophallus Oncophillus.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Rowland, L.P. 2002. Stroke, Spasticity and Botulinum Toxin. England: Journal Medical Hal.
347:382383.
Settaluri, et al. 2012. Peanuts and Their Nutritional Aspects. USA: Agricultural Research
Service, Athens.
Suling, et al.2011. Effect Of Heat-Moisture Treatment On The Formation And
Physicochemical Properties Of Resistant Starch From Mung Bean (Phaseolus
Radiatus) Starch. China: South China Unviersity.
Susanto, T. & B. Saneto. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Surabaya: Bina Ilmu.
Tang, dognyang, et al. 2014. A Review Of Phytochemistry, Metabolite Changes, And
Medicinal Uses Of The Common Food Mung Bean And Its Sprouts (Vigna Radiata).
Chemistry Central Journal 2014.
Wang SY, Wu JH, Ng TB, Ye XY, Rao PF: A non-specific lipid transfer protein with
antifungal and antibacterial activities from the mung bean. Peptides 2004, 25:1235
1242.
Winham, D. et al. 2008. Beans and Good Health. Amerika : Lippincott Williams & Wilkins.
Yao Y, Chen F, Wang M, Wang J, Ren G: Antidiabetic activity of mung bean extracts in
diabetic KK-Ay mice. J Agric Food Chem 2008, 56(19):88698873.
Yusuf. 2014. Pemanfaatan Kacang Hijau Sebagai Pangan Fungsional Mendukung
Diversifikasi Pangan Di Nusa Tenggara Timur. NTT: Peneliti Balai Pengkajian
Tenologi Pertanian.
Zheng JX: Functional foods-second volume. Beijing: China Light Industry Press; 1999.

Anda mungkin juga menyukai