Oleh
ULFA WULANDARI (141810301033) & WIDYA PUSPITA DEWI (141810301005)
Kacang- kacangan dalam satu family ada banyak jenisnya beberapa diantaranya yaitu
kacang hijau, kacang merah, dan kacang tanah (Ani, 2016). Kandungan proksimat dan asam
lemak berbeda dari jenis satu dengan yang lain. Kadar protein tertinggi dimiliki oleh kacang
tanah (23,97%), sedangkan untuk kacang merah (23,33%), dan kacang hijau (23,11%)
(Danuwarsa, 2006).
Tabel 3. Hasil analisis proksimat pada sampel kacang-kacangan
Jenis analisis (%) Kacang tanah Kacang hijau Kacang merah
Protein 23,97 23,11 23,22
Lemak 45,15 1,74 1,87
Kadar air 4,57 11,05 12,10
Kadar abu 2,07 1,67 2,01
Serat kasar 24,24 62,43 60,8
(DSN, 1995).
Kacang tanah dapat mengalami modifikasi genetik dengan sebutan GMP
(Genetically Modified Peanut). Tiga jenis kacang transgenik yang ada di USA yaitu jenis
188, 540, dan 654 dianalisis mengandung protein, serat, mineral, komposisi asam lemak,
dan lain-lain. Modifikasi genetik dari kacang tanah tidak menyebabkan perubahan
komposisi kimia yang tidak disengaja yang dapat mengurangi nilai gizi (Jonnala, 2005).
Kacang tanah dapat diolah menjadi minyak kacang tanah sebagai minyak nabati.
Minyak kacang tanah juga dapat diolah kembali menjadi produk pangan dan non pangan.
Produk olahan lebih lanjut dari minyak kacang tanah non pangan diantaranya yaitu sabun,
face cream, shaving cream, pencuci rambut dan bahan kosmetik lainnya. Minyak kacang
tanah dalam bidang farmasi dapat digunakan sebagai bahan campuran pembuatan obat asma
(Ketaren, 2008). Proses perolehan minyak kacang tanah dapat dilakukan dengan beberapa
teknik, seperti teknik ekstraksi dan teknik pressing. Teknik ekstraksi minyak kacang tanah
dapat dilakukan menggunakan pelarut n-heksana seperti yang telah dilakukan oleh Andaka
(tt). Teknik lain yaitu proses pembuatan minyak kacang tanah dengan variabel pemanasan
awal dan suhu pengepresan menggunakan screw press yang telah dilakukan oleh Hartanti
(2015).
Minyak kacang tanah terdiri dari campuran gliserol dan asam lemak rantai panjang
(camupuran ester) yang disebut trigliserida. Trigliserida dapat terbentuk dari jenis asam
lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak kacang tanah mengandung 76-82% asam
lemak tak jenuh yang didalamnya mengandung pula 40-45% asam oleat (C17H33COOH)
dan 30-45% asam linoleat (C13H27COOH). Asam lemak jenuh sebagian besar terdiri dari
asam palmitat (C15H31COOH). Minyak kacang tanah juga mengandung asam lemak
miristat (C13H27COOH) sekitar 5%. Asam linoleat dalam jumlah yang tinggi mampu
menurunkan kestabilan minyak. Kestabilan minyak dapat dinaikkan kembali dengan cara
hidrogenasi atau penambahan anti-oksidan selain yang murni terdapat pada kacang tanah
itu sendiri. Struktur molekul trigliserida mengandung gugus R1, R2, dan R3 yang tidak lain
adalah gugus alkil dari asam lemak, seperti gambar di bawah ini:
Gambar 3. Asetilkolin pada syaraf terminal dikemas dalam vesikel. Membran vesikel pada
stimulasi syaraf yang meningkatkan konsentrasi intra- neuronal Ca2+ berfusi dengan
plasmalemma dari syaraf terminal, membebaskan transmitter ke dalam synaptic cleft. Proses
ini dimediasi oleh satu serial protein yang secara kolektif disebut protein SNARE. BoNT,
memasuki syaraf terminal, memecah protein SNARE, mencegah pembentukan functional
fusion complex, dan memblokir pembebasan asetilkolin (Rowland, 2002).
b. Kacang hijau
Berdasarkan kadar total fenolat dan total, flavonoid, Dua puluh satu asam organik,
termasuk asam fosfat dan sitrat, dan 16 lipid, termasuk - tocopherol, ditemukan menjadi
komponen utama kacang hijau menggunakan kromatografi gas atau spektrometri massa
(Brow;es, 1990). Kacang hijau berdarakan penelitian yang sudah dilakukan memiliki
antioksidan, antimikroba, dan aktivitas antiinflamasi. Kacang hijau memiliki antidiabetes,
antihipertensi, akomodasi metabolisme lipid, antihipertensi,dan efek antitumor, antara lain:
Tabel 2. Aktivitas biologikal dan komponen kacang hijau (Tung, et al. 2014).
Efek antioksida kacang hijau setara dengan 36,3 g teh hijau kering dan 1462 mg vitamin C.
Vitexin dan isovitexin adalah komponen antioksidan utama dalam kacang hijau. Efek
antidiabetes, ekstrak kacang hijau mampu menurunkan darah glukosa, plasma C-peptida,
glukagon, kolesterol total, trigliserida, dan kadar nitrogen urea darah (Yao, 2008).
Kandungan gizi yang diteliti antara lain kadar air, kadar abu, lemak, protein, dan
karbohidrat. Dari analisis proksimat yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut : kadar
air kacang hijau segar 12.10% (bb), tempe kacang hijau 64.32% (bb), dan bubur kacang
hijau 81.92% (bb). Kadar abu kacang hijau segar, tempe kacang hijau, dan bubur kacang
hijau masing-masing 3.5% (bk), 0.70% (bk) dan 3.10% (bk). Kandungan lemak kacang hijau
segar 0.56% (bk), tempe kacang hijau 0.56% (bk), dan bubur kacang hijau 0.44% (bk). Kadar
protein kacang hijau segar 24.78% (bk), tempe kacang hijau 41.92% (bk), dan bubur kacang
hijau 23.62% (bk) dan total karbohidrat pada kacang hijau segar 70.98%(bk), tempe kacang
hijau 56.81% (bk), dan bubur kacang hijau 72.84% (bk) (Iswandarai, 2006)
c. Kacang merah
Kacang merah (Phaseolus vulgaris L) merupakan sumber protein (23,1%) dan energi
yang baik (sekitar 380 kkal / 100 g), vitamin (tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B-6, asam
folat), serat makanan, mineral (kalsium, besi, seng, fosfor, potasium, magnesium), dan lemak
tak jenuh bebas asam dan rendah natrium (Nyombaire, et al.2011). Kacang merah memiliki
kandungan protein hampir sama dengan protein daging dan merupakan sumber asam folat
yang tinggi. Kacang merah juga mengandung karbohidrat kompleks (Rahmayuni, et al.2013).
Kacang merah merupakan sumber protein kedua tertinggi setelah kacang kedelai.
Kacang merah dapat menyumbang asam folat sebesar 75 dan 85 % dari angka kecukupan
asam folat yang dianjurkan untuk laki-laki dan perempuan 20-45 tahun, kalsium masing-
masing 32 % dari angka kecukupan yang dianjurkan, vitamin B1 sebesar 17% dan 20% dari
angka kecukupan vitamin B1, serta zat besi sebesar 28% dan 14% dari angka kecukupan zat
besi untuk laki-laki dan perempuan 20-45 tahun (Rahmawati, 2003). Kacang merah biasa
diolah menjadi campuran sayur asem, sup, urap, rendang telur serta dalam pembuatan dodol.
Di luar kacang merah banyak digunakan untuk tepung, makanan kaleng, susu kacang, dan
konsentrat protein. (Astawan, 2008).
Teknologi pengolahan pangan kacang merah salah satunya adalah dengan ekstruksi,
Proseks ekstruksi dialakukan pada suhu tinggi dengan teknologi pemmoresan singkat (HTST)
yang menghasilkan produk intermediet seperti tepeung terigu (Nyombaire, et al.2011).
Perlakuan pendahuluan berupa perendaman dan perebusan dapat menurunkan kadar lemak
secara signifikan. perendaman dapat mengaktifkan aktivitas enzim lipase yang dapat
menghasilkan beberapa asam lemak bebas rantai pendek yang mudah larut ke dalam air pada
media perendaman. prendama n juga mengakibatkan andungan protein turun , disebabkan
karena difusi substansi nitrogen yang larut ke dalam air rendaman dan air rebusan
(pangastuti, et al. 2013).
Kandungan proksimat kacang merah dengan berbagai perlakuan :
Komposisi kacang marah beberapa perlakuan dipaparkan dalam tabel dibawah, yaitu :
Komposisi asam amino yang terdapat dalam sampel kacang merah didominasi oleh
asam amino asam aspartat sebesar 2.75g/100g , asam glutamat sebesar 3.71 g/100g, leusin
sebesar 1.80 g/100g dan lisin sebesar 1.50 g/100g. Leusin dan lisin termasuk kedalam asam
amino essensial yaitu asam amino yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh, sedangkan asam
glutamat dan asam aspartat merupakan komponen asam amino non-essensial. Menurut
Astawan (2009) kandungan asam amino yang dominan pada kacang merah adalah asam
amino leusin dan lisin. Adanya asam amino asam glutamat dan asam aspartat dapat
mempengaruhi flavor yang terbentuk dari suatu protein, flavor yang terbentuk juga
tergantung dari jenis asam amino yang lainnya (Susi 2012).
Pengolahan juga menyebabkan penurunan kadar abu, kadar lemak, karbohidrat,
antitripsin dan kandungan oligosakarida (stakiosa dan rafinosa) kacang merah. Proses
fermentasi sangat berpengaruh terhadap komposisi kimia kacang merah terutama kandungan
protein, protein terlarut dan asam amino. Proses ini juga memberikan penurunan signifikan
terhadap antitripsin dan oligosakarida dari kacang merah. Berdasarkan hasil terlihat bahwa
oligosakarida terhidrolisis menjadi gula-gula sederhana karena pengaruh fermentasi
(Karisma, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Ames, A. 1994. Foodborne Phatogens: Risk and Consequens. Jurnal Councilter Agricultural
science and Technologi.
Andaka, G. tt. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah dengan Pelarut n-Heksana.
Yogyakarta: Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Ani.2016. Analysis Of Phisical Prerties, Organopetic Properties, And Nutritional Values Of
Tempeh From Non Soybean Lagumes. Tasikmalayasa Jabar.Indonesian Food
Technologists.
Anonim. 2005. DALDA. USA: Pubchem.
Anonim. 2008. Eat Peanuts Daily: One Small Change, Many Health Benefits. USA : The
Peanut Institute.
Astawan, M. 2009. Sehat Dengan Hidangan Kacang-Kacagan Dan Biji-Bijian . Jakarta
Penebar Swadaya.
Bowles DJ: Defense-related proteins in higher plants. Annual RevBiochem 1990, 59(1):873
907.
Danuwarsa. 2006. Analisis Proksimat Dan Asam Lemak Pada Beberapa Komoditas Kacang-
Kacangan
DSN. 1995. Standar Mutu Kacang Tanah. SNI 01-3921-1995. Jakarta: Dewan Standarisasi
Nasional.
Grandawa, M.M. 2014. Characterisation of Physico-Chemical Properties of Arachis
Hypogaea L. Shells (Groundnut) as Environmental Remidation. Malaysia : Int'l
Conference on Chemical, Biological, and Environmental Sciences (ICCBES14)
May 12-13.
Hartanti, L. 2015. Proses Pembuatan Minyak Kacang Tanah dengan Variabel Pemanasan
Awal dan Suhu Pengepresan Menggunakan Screw Press. Semarang: Undip.
Iswandari, Rochani. 2006. Studi Kanungan Isoflavon pada kacang hijau, tempe kacang hijau
dan bubur kacang hijau. Bogor : ITB
Jonnala, R.J., et al. 2005. Nutritional of Genetically Modified Peanut Varietes. Journal of
Food Science. Vol 70, Nr. 4.
Karisma, widya. 2014. Pengaruh penepungan, perebusan, perendamanasam dan fermentasi
terhadap komposisi kimia kacang merah. Bogor : ITB
Kay. 1979. Food Legumes. Tropical Product Insttute. London
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.
Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Koes RE, Quattrocchio F, Mol JNM: The flavonoid biosynthetic pathway in plants: function
and evolution. BioEssays 1994, 16(2):123132.
Lin XXLH, Li WZ: The research of mung bean SOD oral liquid. Food Sci 1997, 18:2526.
Nurcholis, M. 2013. Teknologi Pengolahan Hasil Tanaman Pangan. Malang : Fakultas
Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya.
Nyombaire, et al.2011. Physicochemical And Sensory Quality Of Extruded Light Red Kidney
Bean (Phaseolus Vulgary L.) Porridge. USA : Michigan State University.
Pamgestuti, hesty, et al. 2013. Physical And Chemical Properties Characterization Of Red
Kidney Bean (Phaseolus Vulgaris L.) Flour By Some Processing Treatment. Surakarta:
Prodi ilmu teknologi pangan UNS.
Rahmayuni.2013. Addition Of Honey And Time Fermentation On The Quality Of Red Bean
Fermented Milk (Phaseolus Vulgaris L.)
Rakhmawati,et al.2014. Formulation And Evaluation Sensory Characteristic And Physic
Chemical Of Composite Flakes Product Which Made From Tapioca Flour, Red Beans
Flour (Phaseolus Vulgaris L.) And Konjac Flour (Amorphophallus Oncophillus.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Rowland, L.P. 2002. Stroke, Spasticity and Botulinum Toxin. England: Journal Medical Hal.
347:382383.
Settaluri, et al. 2012. Peanuts and Their Nutritional Aspects. USA: Agricultural Research
Service, Athens.
Suling, et al.2011. Effect Of Heat-Moisture Treatment On The Formation And
Physicochemical Properties Of Resistant Starch From Mung Bean (Phaseolus
Radiatus) Starch. China: South China Unviersity.
Susanto, T. & B. Saneto. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Surabaya: Bina Ilmu.
Tang, dognyang, et al. 2014. A Review Of Phytochemistry, Metabolite Changes, And
Medicinal Uses Of The Common Food Mung Bean And Its Sprouts (Vigna Radiata).
Chemistry Central Journal 2014.
Wang SY, Wu JH, Ng TB, Ye XY, Rao PF: A non-specific lipid transfer protein with
antifungal and antibacterial activities from the mung bean. Peptides 2004, 25:1235
1242.
Winham, D. et al. 2008. Beans and Good Health. Amerika : Lippincott Williams & Wilkins.
Yao Y, Chen F, Wang M, Wang J, Ren G: Antidiabetic activity of mung bean extracts in
diabetic KK-Ay mice. J Agric Food Chem 2008, 56(19):88698873.
Yusuf. 2014. Pemanfaatan Kacang Hijau Sebagai Pangan Fungsional Mendukung
Diversifikasi Pangan Di Nusa Tenggara Timur. NTT: Peneliti Balai Pengkajian
Tenologi Pertanian.
Zheng JX: Functional foods-second volume. Beijing: China Light Industry Press; 1999.