Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

ANALISIS PENENTUAN KONSTANTA DISOSIASI ASAM DENGAN TITRASI


pH DIKONTROL DENGAN KOMPUTER

Nama Praktikan : Widya Puspita Dewi


NIM : 141810301005
Kelompok : 4
Fak/Jurusan : MIPA/KIMIA
Nama asisten :

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Defiinisi asam dan basa ada beberapa, asam monoprotik merupakan asam yang dapat
menyumbangkan satu proton. Konstanta disosiasi asam (Ka) merupakan suatu tetapan
kesetimbangan dari suatu asam. Ka untuk asam kuat benilai lebh besar dari Ka asam
lemah. Nilai Ka dipengaruhi oleh derajat ionisasi sehingga untuk asam Ka-nya relatif kecil
dibandingkan dengan asam kuat. Klasifikasi asam kuat dan lemah bisa diindentifikasi dari
nilai Ka atau pKa, semakin besar nilai Ka atau semakin kecil nilai pKa maka tingkat
keasaman akan bertambah.
Berbagai jenis asam dan basa mempunyai tingkat keasaman yang berbeda, untuk
setiap jenis asam dan basa dapat diamati proses kesetimbangannya sehingga dapat
diperoleh nilai pH dari senyawa asam dan basa. Peran pH sangat penting dalam kehidupan
seharihari terkait dengan kelangsungan hidup, misalnya adalah pada proses pencernaan
makanan dalam tubuh manusia berlangsung dengan melibatkan tahapan proses dengan pH
bervariasi, karena enzim dapat bekerja dengan batasan pH yang sempit, sehingga kita dapat
mengira berapa besar derajat disosiasi yang baik terhadap tubuh.
Asam basa Bronsted-Lowry,menyebutkan penyumbangan proton adalah suatu
reaksi yang reversible, setiap asam harus basa dengan menyumbangkan protonnya dan
basa harus membentuk asam dengan menerima sebuah proton. Hubungan ini disebut
konjugat, dengan menggunakan sebuah konsep yang berupa aplikasi dari pernyataan ini,
maka dapat kita ukur konstanta ionisasi dua asam dengan teknik titrasi potentiometrik.
Titrasi potensiometri merupakan metode analisa volumetrik yang didasarkan pada prinsip
munculnya potensial dari suatu larutan. Potensial yang terjadi diperoleh tanpa
menambahkan arus listrik atau arus listrik dibuat sekecil mungkin agar tidak berpengaruh
pada potensial yang muncul. Potensial dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil
volume titran secara berturut-berturut.
Penentuan konsentrasi analit dengan menggunakan titrasi potensiometri lebih baik
dibandingkan dengan titrasi lainnya. Prinsip kerja dan peralatannya cukup sederhana,
konstanta kesetimbangannya dapat diketahui tanpa dipengaruhi oleh jernih atau keruhnya
larutan, pH pada separuh titik ekivalen secara sederhana dihubungkan dengan pK.
Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi peneliti saat ini dapat memanfaatkan komputer
sebagai alat untuk menyimpan data dan mengisi komputer dengan software yang berguna
untuk mendukung di laboratorium, maka percobaan kali ini akan dilakukan analisis dan
penentuan konstanta disosiasi asam dengan titrasi pH yang dikontrol dengan komputer.

1.2 Tujuan
Percobaan ini memiliki tujuan mengukur konstanta ionisasi dua asam dengan
menggunakan teknik titrasi potentiometrik
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Akuades
Akuades atau air distillasi merupakan H2O murni. Akuades bersifat tidak berwarna,
tidak berasa, tidak berbau, dan dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat
pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0 C).
Derajat keasaman (pH) dari akuades adalah netral yaitu 7,0. Titik didih dan titik lebur dari
akuades berturut-turut adalah 100oC dan 0oC. Tekanan uap dari akuades pada suhu 20oC
adalah 17,5 mmHg. Massa jenis dari akuades adalah 1,00 gram/cm3, berat molekul
18,0134 gram/mol. Akuades tidak berbahaya jika mengenai mata, kulit, tertelan, atau juga
terhisap. Akuades atau air dalam bentuk ion dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion
hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-). Air adalah
pelarut yang kuat, dapat melarutkan banyak jenis zat kimia (Anonim, 2016).
2.1.2 Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,
serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Bersifat lembab cair dan secara spontan
menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Sangat larut dalam air dan akan melepaskan
panas ketika dilarutkan. Natrium Hidroksida juga larut dalam etanol dan metanol. Tidak
larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Memiliki berat molar 39,9971 g/mol,
zat padat putih, densitas 2,1 g/cm, titik leleh 318C, titik didih 1390C, kelarutan dalam
air 111 g/100 ml (20C).NaOH dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan dengan
kemungkinan luka bakar, dapat menyebabkan mata atau kulit terbakar. kulit menyebabkan
kulit terbakar. NaOH yang tertelan dapat menyebabkan kerusakan parah dan permanen
pada saluran pencernaan berupa perforasi dari saluran pencernaan yaitru sakit parah, mual,
muntah, diare, dan shock selain itu kemungkinan terparahnya yaitu kerusakan permanen
jaringan dan korosi dari kerongkongan dan saluran pencernaan. Jika terhirup dapat
menyebabkan pneumonitis kimia dan edema paru berupa iritasi saluran. Tindakan
pertolongan pertama apabila terjadi kontak dengan mata segera bersihkan dengan banyak
air selama minimal 15 menit, segera basuh kulit dengan banyak air sekurang-kurangnya 15
menit saat mengeluarkan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Apabila tertelan, jangan
dimuntahkan, segera berikan bantuan medis (Anonim, 2016).
2.1.3 Asam Fosfat
Asam fosfat berbentuk cairan tidak berwarna. H3PO4 memiliki rumus molekul H3PO4
dengan berat molekul 97,97 g mol-1. Larutan H3PO4 dengan air akan tidak berwarna dan
merupakan asam kuat. H3PO4 merupakan suatu oksidator yang mudah sekali untuk
mengoksidasi senyawa lain. Kontak kulit bisa menyebabkan luka bakar dan radang kulit
yang ditandai dengan gatal, kemerahan. Uap dari senyawa ini bisa menghasilkan kerusakan
jaringan terutama pada selaput lendir mata, mulut dan saluran pernapasan. Penghirupan
uap dapat menghasilkan iritasi parah dari saluran pernapasan, yang ditandai dengan batuk,
tersedak, atau sesak napas. Peradangan mata ditandai dengan mata merah, mengeluarkan
air mata, dan gatal. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika terjadi kontak antara
kulit dengan senyawa ini yaitu kulit segera dibasuh dengan banyak air selama minimal 15
menit. Pertolongan apabila mata terkena segera dibasuh dengan air yang banyak selama
minimal 15 menit, sesekali kelopak mata dikedip-kedipkan. Senyawa ini apabila terhirup
dalam jumlah yang banyak sebaiknya segera berpindah ke tempat yang udaranya lebih
segar dan segera meminta pertolongan medis (Anonim, 2016).

2.2 Dasar Teori


Asam dan basa didefinisikan dari berbagai sudut pandang. Zat yang larutan airnya
bersifat asam dapat memerahkan lakmus biru, bereaksi dengan logam aktif untuk
membentuk hidrogen dan menetralkan basa. Mengikuti pola yang serupa, suatu basa
didefinisikan sebagai suatu zat yang larutan airnya berasa pahit, membirukan lakmus
merah, terasa licin seperti sabun dan menetralkan asam. Asam seperti HCl, HNO3 dan
HC2H3O2, dengan molekul mampu menyumbangkan satu proton ke sebuah molekul air
disebut asam monoprotik (Bird,1993). Penyumbangan proton adalah suatu reaksi yang
reversible, setiap asam harus membentuk basa dengan menyumbangkan protonnya dan
basa harus membentuk suatu asam dengan menerima sebuah proton (Keenan, 1990).
Tahun 1923 J.N Brosted di denmark dan T.M Lowry secara terpisah menyarankan
cara lain dalammengintrepetasikan asam basa. Menurut system ini asam Bronsted Lowry
adalah donor proton dan basa Bronsted Lowry adalah penerima proton. Definisi ini,
beranekaragam sifatsifat asam dan reaksi kimia, termasuk reaksi yang berlangsung dalam
pelarut maupun tanpa pelarut sama sekali. Asam poliprotik merupakan suatu molekul yang
menyumbangkan lebih dari satu proton, seperti H2SO4, H3PO4, H2CO3. Karena molekul
tersebut menyumbangkan 2 proton maka asam tersebut bias dikategorikan sebagai asam
dwi protik (Keenan, 1990).
Metode yang digunakan dalam melakukan eksperimen ada dua, yaitu potensiometri
langsung dan titrasi langsung. Potensiometri langsung dilakukan dengan pengukuran
tunggal terhadap potensial itu cukup dengan menetapkan aktivitas ion yang diminati.
Titrasi langsung, ion dapat ditritasi dan potensialnya diukur sebagai fungsi volume titran.
Potensiometri langsung digunakan dalam pengukuran pH larutan air dan telah berkembang
secara meluas dalam penetapan ion lain lewat penggunaan electrode selektif ion. Titrasi
langsung memanfaatkan pengukuran potensial untuk analisis titrimetri. Pengukuran
potensiometri langsung sangat berguna untuk menetapkan aktivitas suatu spesies dalam
suatu campuran kesetimbangan, misalnya pH suatu larutan 0,1 M asam asetat mungkin
diukur dan konsentrasi ion hidrogen (diperkirakan dari aktivitasnya) dijumpai sebesar
0,0013 M. Dilain pihak, jika larutan itu dititrasi, kita akan menjumpai konsentrasi sebesar
0,1 M. Titrasi akan menghasilkan informasi stokiometri mengenai jumlah proton yang
tersedia, sedangkan pengukuran langsung memberikan aktivitas kesetimbangan proton
dalam larutan (Underwood, 1986).
Kekuatan suatu asam HA dalam larutan air menunjukkan suatu ukuran dari
kecenderungannya menyumbangkan sebuah proton kepada sebuah molekul air:
HA + H2O H3O+ + A-
Sejauh mana reaksi ini berlangsung dari kiri ke anan juga merupakan kecenderungan dari
basa konjugat A- untuk menerima sebuah proton dari H3O+.
H3O+ + A- HA + H2O
Jika reaksi pertama menang terhadap reaksi kedua,maka HA adalah suatu asam kuat dan A-
suatu basa lemah. Contoh asam kuat adalah HCl, sehingga dapat disimpulkan bahwa Cl-
adalah basa yang relatif lemah. Reaksi yang menang adalah reaksi yang kedua, maka A-
adalah basa kuat. Contoh asam lemah adalah HC2H3O2 dan HCN, sehingga dapat
disimpulkan bahwa C2H3O2- dan CN- adalah basa yang relatif kuat. Asam dan basa
diuraikan berdasarkan komparatif mereka. Konsep dasarnya adalah makin kuat asam itu,
maka makin lemah basa konjugasinya (Keenan, 1990).
Asam yang menghasilkan lebih dari satu proton, pendekatan yag dilakukan untuk
asam poliprotik jauh lebih rumit dari asam monoprotik. Contohnya adalah asam Fosfat
yang akan mengalami disosiasi sebagai berikut :
1. H2O + H3PO4 H2PO4- + H3O+ pKa1 = 2.2
Ka1 =

2. H2O + H2PO4- HPO42- + H3O+ pK2 = 7.2

Ka2 =
3. H2O + HPO42- PO43- + H3O+ pK3 = 12.3

Ka3 =

(Bird, 1993)
Zat dengan proton asam dua seperti (H2SO4), kesetimbangannya adalah :
H2A(aq) + H2O(l) HA-(aq) + H3O+(aq)

Ka1 =

HA- sebagai basa konjugasi, dan


HA-(aq) + H2O(l) A2-(aq) + H3O+(aq)

Ka2 =

HA- sekarang berlaku sebagai asam dan A2- sebagai basa konjugasi. Umumnya Ka1 < Ka2,
(ada juga yang sampai tiga orde besaran), karena proton kedua lebih sukar dilepaskan,
yang sebagian disebabkan oleh muatan negatif pada HA- (Atkins, 1994).
Titrasi potensiometri, titik akhir dideteksi dengan menetapkan volum dimana terjadi
perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Elektroda indikator
dipilih yang tepat, suatu elektroda pembanding seperti kalomel, untuk melengkapi sel.
Titrasi itu dapat dilaksanakan dengan tangan ataupun prosedur itu diautomatikkan.
Potensial suatu elektroda indikator berguna untuk menetukan titik ekivalen suatu titrasi.
Penentuan titik ekivalen dengan cara ini lebih teliti daripada penggunaan indikator. Akan
tetapi metode ini memerlukan waktu yang lebih lama jika tidak menggunakan titrasi
automatik (Underwood, 1986).
Metode titrasi potensiometri dapat digunakan untuk semua reaksi yang digunakan
untuk tujuan titrimetric, netralisasi, asam basa, redoks, pengendapan, dan pembentukan
kompleks. Reaksi netralisasi merupakan titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda
indikatornya elektroda gelas. Reaksi pembentukan kompleks dan Pengendapan adalah
pembentukan endapan atau kompleks akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan.
Reaksi redoks, elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks.
Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, CO(NO3)3) membentuk lapisan logam oksida yang
harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).
Pengukuran pH dengan pH meter merupakan pengembangan dari potensiometri.
Nilai pH didapatkan dari pengukuran potensial elektrokimia yang terjadi antara larutan
yang terdapat di dalam elektroda gelas yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat
di luar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari
gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan
aktif. Elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen atau
diistilahkan dengan potential of hidrogen. Elektroda pembanding dibutuhkan untuk
melengkapi sirkuit elektrik. Potensial antara sampel yang tidak diketahui dengan elektroda
gelas dapat berubah tergantung sampelnya, perlu dilakukan kalibrasi dengan menggunakan
larutan yang ekuivalen yang lain untuk menetapkan nilai pH (Basset, 1994).
Nilai pH pada setengah titik ekivalen dihubungkan dengan pK pada titrasi suatu
asam monoprotik, untuk beberapa asam-basa Bronsted, HA dan A- (muatan diabaikan):
)
[ ][ ]
[ ]
Jadi pada titik setengah ekivalen, bila molaritas [A-] sama dengan [HA], [H+] sama dengan
K. Persamaan ini disebut Persamaan Henderson-Hasselbach. Dengan mengambil negatif
log atau (-log) dari persamaan di atas dan penyusunan kembali menghasilkan:
[ ]
[ ]
Apabila [A-] sama dengan [HA], pH larutan sepadan dengan pK dari spesi HA. Untuk
asam dengan suatu hidrogen yang dapat terionisasi tunggal, spesi HA dan A mempunyai
konsentrasi sama pada separuh volume ekivalen dan pH pada posisi ini seharusnya
merupakan perkiraan yang baik dari pK (Tim Kimia Fisik, 2016).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Botol infus
Elektroda
Erlenmeyer
Gelas piala 250 mL
Pipet volume
3.1.2 Bahan
Akuades
Larutan sampel Asam X
Larutan Asam Fosfat
Larutan NaOH

3.2 Skema Kerja


3.2.1 pK Suatu Asam x
Asam x
- dilarutkan sampel asam x dalam kira-kira 100 mL air suling
dalam gelas piala 250 mL.
- dititrasi larutan dengan larutan hidroksida standar.
- dialurkan data sebagai pH lawan volume NaOH dan ditetapkan
volume kesetaraan.
- dibaca dari kurva itu pH pada separoh volume yang diperlukan
untuk mencapai titik kesetaraan. Separuh jalan ini pH = pKa.
- dilaporkan pada asisten, apabila diperlukan diulangi lagi agar
nilai yang didapatkan sesuai.
- ditentukan konsentrasinya jika suatu larutan atau bobot ekivalen
jika zat merupakan suatu padatan maka sampel ditimbang
dengan neraca analitik.
Hasil
3.2.2 Titrasi Asam Fosfat

Asan Fosfat
- dipipetkan sebanyak 25,00 mL kedalam gelas piala 250 mL.
- dicelupkan elektroda-elektrodanya dan dititrasi dengan larutan
hidroksida standar. Dijumpai dua patahan dalam kurva titrasi,
satu sekitar 4-5 dan yang lain sekitar pH 9-10.
- dialurkan kurva titrasi sebagai pH lawan volume NaOH.
- ditetapkan dari kurva itu dan dilaporkan kepada asisten.
- ditetapkan molaritas larutan asan dan nilai pKa1 dan pKa2 asam
fosfat.

Hasil

Anda mungkin juga menyukai