1.2 Tujuan
Percobaan ini memiliki tujuan mengukur konstanta ionisasi dua asam dengan
menggunakan teknik titrasi potentiometrik
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Ka2 =
3. H2O + HPO42- PO43- + H3O+ pK3 = 12.3
Ka3 =
(Bird, 1993)
Zat dengan proton asam dua seperti (H2SO4), kesetimbangannya adalah :
H2A(aq) + H2O(l) HA-(aq) + H3O+(aq)
Ka1 =
Ka2 =
HA- sekarang berlaku sebagai asam dan A2- sebagai basa konjugasi. Umumnya Ka1 < Ka2,
(ada juga yang sampai tiga orde besaran), karena proton kedua lebih sukar dilepaskan,
yang sebagian disebabkan oleh muatan negatif pada HA- (Atkins, 1994).
Titrasi potensiometri, titik akhir dideteksi dengan menetapkan volum dimana terjadi
perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Elektroda indikator
dipilih yang tepat, suatu elektroda pembanding seperti kalomel, untuk melengkapi sel.
Titrasi itu dapat dilaksanakan dengan tangan ataupun prosedur itu diautomatikkan.
Potensial suatu elektroda indikator berguna untuk menetukan titik ekivalen suatu titrasi.
Penentuan titik ekivalen dengan cara ini lebih teliti daripada penggunaan indikator. Akan
tetapi metode ini memerlukan waktu yang lebih lama jika tidak menggunakan titrasi
automatik (Underwood, 1986).
Metode titrasi potensiometri dapat digunakan untuk semua reaksi yang digunakan
untuk tujuan titrimetric, netralisasi, asam basa, redoks, pengendapan, dan pembentukan
kompleks. Reaksi netralisasi merupakan titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda
indikatornya elektroda gelas. Reaksi pembentukan kompleks dan Pengendapan adalah
pembentukan endapan atau kompleks akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan.
Reaksi redoks, elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks.
Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, CO(NO3)3) membentuk lapisan logam oksida yang
harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).
Pengukuran pH dengan pH meter merupakan pengembangan dari potensiometri.
Nilai pH didapatkan dari pengukuran potensial elektrokimia yang terjadi antara larutan
yang terdapat di dalam elektroda gelas yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat
di luar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari
gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan
aktif. Elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen atau
diistilahkan dengan potential of hidrogen. Elektroda pembanding dibutuhkan untuk
melengkapi sirkuit elektrik. Potensial antara sampel yang tidak diketahui dengan elektroda
gelas dapat berubah tergantung sampelnya, perlu dilakukan kalibrasi dengan menggunakan
larutan yang ekuivalen yang lain untuk menetapkan nilai pH (Basset, 1994).
Nilai pH pada setengah titik ekivalen dihubungkan dengan pK pada titrasi suatu
asam monoprotik, untuk beberapa asam-basa Bronsted, HA dan A- (muatan diabaikan):
)
[ ][ ]
[ ]
Jadi pada titik setengah ekivalen, bila molaritas [A-] sama dengan [HA], [H+] sama dengan
K. Persamaan ini disebut Persamaan Henderson-Hasselbach. Dengan mengambil negatif
log atau (-log) dari persamaan di atas dan penyusunan kembali menghasilkan:
[ ]
[ ]
Apabila [A-] sama dengan [HA], pH larutan sepadan dengan pK dari spesi HA. Untuk
asam dengan suatu hidrogen yang dapat terionisasi tunggal, spesi HA dan A mempunyai
konsentrasi sama pada separuh volume ekivalen dan pH pada posisi ini seharusnya
merupakan perkiraan yang baik dari pK (Tim Kimia Fisik, 2016).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
Asan Fosfat
- dipipetkan sebanyak 25,00 mL kedalam gelas piala 250 mL.
- dicelupkan elektroda-elektrodanya dan dititrasi dengan larutan
hidroksida standar. Dijumpai dua patahan dalam kurva titrasi,
satu sekitar 4-5 dan yang lain sekitar pH 9-10.
- dialurkan kurva titrasi sebagai pH lawan volume NaOH.
- ditetapkan dari kurva itu dan dilaporkan kepada asisten.
- ditetapkan molaritas larutan asan dan nilai pKa1 dan pKa2 asam
fosfat.
Hasil