BAB I
PENDAHULUAN
Pengadaan dan penyediaan asam amino menjadi sangat penting oleh karena senyawa
tersebut digunakan sebagai satuan penyusun protein. Kemampuan jasad hidup untuk membentuk
Asam amino tidak sama. Asam amino yang umum terdapat dalam alam akan disintesis oleh
sekelompok enzim yang berbeda satu sama lain dan melalui jalur yang berbeda pula
(Martoharsono, 2006).
Zat antibodi, enzim, dan hormone dalam tubuh juga merupakan protein yang berfungsi
mengangkut zat gizi, oksigen dan hasil metabolit ke seluruh tubuh atau ke organ-organ tubuh
tertentu. Antibodi atau immunoglobin dapat mengenali dan menghancurkan zat asing. Enzim
berperan terhadap proses kimiawi dalam sel. Enzim mengontrol kecepatan dan kelangsungan
reaksi dalam sel. Hormone adalah pembawa pesan yang disekresikan untuk respons keadaan
tubuh yang menyimpang. Di samping itu, protein dalam keadaan tertentu menjadi sumber energi,
di mana tiap gram protein menghasilkan energi 4 kalori (Sandjaja, 2010).
Berdasarkan penjelasan di atas, dilakukanlah percobaan tentang protein ini guna
mengetahui berbagai hal secara lebih mendalam mengenai salah satu zat gizi yang sangat
berperan
penting
dalam
tubuh.
7. Uji Xantroprotein
Membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan, atau fenilalanin yang terdapat dalam protein.
8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik
(violet). Reaksi biuret positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk
asam amino bebas atau dipeptida. Reaksi pun positif terhadap senyawa-senyawa yang
mengandung dua gugus: -CH2NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2, dan CONH2.
Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua
molekul urea.
6. Uji Ninhidrin
Semua asam amino- bebas akan bereaksi dengan ninhidrin (triketohidrinden hidrat)
membentuk aldehid dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan NH3 dan CO2. Di samping
itu terbentuk senyawa kompleks berwarna biru, namun prolin dan hidroksiprolin menghasilkan
senyawa berwarna kuning yang diduga disebabkan oleh 2 molekul ninhidrin yang bereaksi
dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi.
7. Uji Xantroprotein
Reaksi pada uji Xantoprotein didasarkan pada nitrasi inti benzena yang terdapat pada
molekul protein. Jika protein yang mengandung cincin benzena (tirosin, triptofan, dan
fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk endapan putih yang dapat
berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa
akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga.
8. Uji Titik Isoelekrik
Pada asam-asam amino bebas, protein pun mempunyai titik isoelektrik yang berbeda yang
berbeda-beda. Titik isoelektrik (TI) adalah daerah pH tertentu di mana protein tidak mempunyai
selisih muatan atau jumlah mutan positif dan muatan negatifnya sama, sehingga tidak bergerak
bila diletakkan dalam medan listrik. Pada pH isoelektrik (pI), daya kelarutan protein minimal,
sehingga menyebabkan protein mengendap.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein adalah makromolekul yang secara fisik dan fungsional kompleks yang melakukan
beragam peran penting. Protein mengalami perubahan fisik dan fungsional yang mencerminkan
siklus hidup organisme tempat protein berada. Protein biasanya lahir saat translasi, mengalami
pematangan melalui pengolahan pascatranslasi dan mati setelah diuraikan menjadi asam-asam
amino komponennya (Murray dkk, 2006).
Protein secara kimia lebih kompleks lagi, tetapi seperti karbohidrat dan lipid, protein juga
tersusun dari senyawa gabungan yang sederhana. Semua protein mengandung atom karbon,
oksigen, hidrogen, dan nitrogen serta protein-protein yang mengandung sulfur dan fosfor
(Sloane, 2004).
Adapun struktur protein yaitu terdiri dari rantai polipeptida memilin, melipat, dan
membungkus diri ke dalam model yang membentuk protein dengan kesesuaian bentuk
(conformation) yang berbeda-beda. Protein struktural atau fibrosa disusun dari makromolekul
linear yang panjang. Contohnya meliputi kalogen;mioin (protein otot); fibrin; dan keratin pada
rambut, kuku dan kulit. Selain itu juga dikenal protein globular adalah protein yang sangat
terpilin dan terlipat dalam bentuk yang hampir sferikal, atau mirip gulungan benang kusut.
Contohnya meliputi enzim, hormone, dan protein darah (Sloane, 2004).
Protein adalah molekul yang konformasinya dinamis dan dapat mengalami pelipatan
(folding) dan penguraian dalam kisaran waktu milidetik, serta dapat mengalami pelipatanpenguraian ratusan atau ribuan kali selama hidupnya. Pelipatan membentuk keadaan asli tidak
memerlukan pencarian yang melelahkan terhadap struktur yang mungkin terbentuk. Konsentrasi
protein yang sangat tinggi di dalam sel juga dapat memengaruhi kinetika pelipatan protein
(Murray dkk, 2006)
(1) Alpha helix adalah lilitan geometris yang seragam dengan 3,6 asam amino menempati setiap
lekuk heliks, terbentuk saat terjadi ikatan hidrogen antara asam amino pada lekukan yang
berurutan dari spiral. Bentuk tersebut merupakan bentuk dasar struktur protein pada rambut,
kulit, dan kuku.
(2) Struktur lembaran terlipatterbentuk dari ikatan hidrogen untuk mempertahankan kedekatan
rantai-rantai dalam konfigurasi yang terbentuk zig-zag. Lembaran terlipat seperti itu menjadi inti
dari protein globular.
3. Struktur tersier berada di atas struktur sekunder biasa dengan sedikit mengubah, melipat, dan
mengusutkan rantai peptida yang biasa untuk membentuk model tiga dimensi yang kompleks.
4. Struktur kuarter adalah susunan kompleks yang terdiri dari dua rantai polipeptida atau lebih,
yang setiap rantainya bersama dengan struktur primer, sekunder, dan tersier membentuk satu
molekul protein yang besar dan aktif secara biologis.
(1) Hemoglobin adalah salah satu contoh protein globular yang berstruktur kuarter. Hemoglobin
mengandung 574asam amino yang tersusun dalam empat rantai polipeptida.
(2) Kalogen adalah contoh protein fibrosa yang berstruktur kuarter. Kalogen memiliki rantai
polipeptida yang tersusun dalam triple helix, yaitu strukur tali yang terlilit dengan kuat yang
memberikan daya regang yang kuat pada kalogen.
Berat molekul protein bias mencapai empat puluh juta; bandingkan dengan berat molekul
glukosa yang besarnya 180. Jenis protein sangat banyak, mungkin sampai 1010-1012. Ini dapat
dibayangkan bila diketahui bahwa protein terdiri atas sekian kombinasi berbagai jenis dan
jumlah asam amino. Ada dua puluh jenis asam amino yang diketahui sampai sekarang yang
terdiri atas asam amino esensial (asam amino yang tidak dapat dibuat tubuh dan harus di
datangkan dari makanan) dan sebelas asam amino non esensial (Almatsier, 2010).
Asam amino yang merupakan monomer (satuan pembentuk) protein amino adalah suatu
senyawa yang mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan gugus karboksil. Pada asam
amino, gugus amino terikat pada atom karbon yang berdekatan dengan gugus karboksil dalam
asam amino terikat pada atom karbon yang sama (Tim Dosen, 2010).
Pada umumnya asam amino yang diisolasi dari protein hidroksilat merupakan alfa-asam
amino, yaitu gugus karboksil dan amino terikat pada atom karbon yang sama. Yang
membedakan asam amino satu sama lain adalah rantai cabang atau gugus R-nya. R berkisar dari
satu atom hidrogen (H) sebagaimana terdapat pada asam amino paling sederhana glisin ke rantai
karbon lebih panjang, yaitu hingga tujuh atom karbon (Almatsier, 2010).
Hampir semua asam amino mempunyai fungsi khusus. Triptofan adalah prekursor vitamin
niasin dan pengatur sarf serotonin. Metionin memberikan gugus metal guna sintesis kolin dan
kreatinin. Di samping itu metionin merupakan prekursor sistein dan ikatan mengandung ikatan
sulfur lain. Fenilalanin adalah prekursor tirosin dan bersama membentuk hormo-hormon tiroksin
epinefrin. Tirosin merupakan prekursor bahan yang membentuk pigmen kulit dan rambut.
Arginin dan sentrulin terlibat dalam sintesis ureum dalam hati (Almatsier, 2010).
Glisin mengikat bahan-bahan toksik dan mengubahnya menjadi bahan tidak berbahaya.
Glisin juga digunakan dalam sintesis porfirin nukleus hemoglobin dan merupakan bagian dari
asam empedu. Histidin diperlukan untuk sintesis histamin. Kreatinin yang disintesis dari arginin,
glisin, dan metionin bersama fosfat membentuk kreatinin fosfat, suatu simpanan fosfat berenergi
tinggi dalam sel. Glutamine yang dibentuk dari asam glutamate dan asparagin dari asam aspartat
merupakan simpanan asam amino di dalam tubuh. Di samping itu asam glutamate adalah
prekursor pengantar saraf gamma asam amino-asam butirat (Almatsier, 2010).
Sifat fisikokimia protein berbeda satu sama lain, tergantung pada komposisi dan jenis asam
amino penyusunnya. Sebagian besar protein bila dilarutkan dalam air akan membentuk dispersi
koloid dan tidak dapat berdifusi bila dilewatkan melalui membrane semipermeabel. Beberapa
protein mudah larut dalam air, tetapi ada pula yang sukar larut. Namun, semua protein tidak
dapat larut dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, atau benzena (Sirajuddin dan
Najamuddin, 2011).
Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan zat kimia
sehingga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau modifikasi pada struktur molekul
protein disebut denaturasi (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
Protein dapat mempertahankan kesesuaian bentuknya asalkan lingkungan fisik dan kimianya
dipertahankan. Jika lingkungan berubah, maka protein dapat terurai atau mengalami perubahan;
mereka dapat kehilangan struktur sekunder, tersier, dan kuarternya sehingga aktivitas
biologisnya juga hilang. Sebagian protein dapat dikembalikan ke bentuk aslinya, jika
terdenaturasi tanpa harus menjadi insoluble (tidak dapat larut). Contoh setelah pemanasan
ringan, protein dapat kembali ke bentuk aslinya jika kembali ke suhu normal. Perbedaan panas
yang besar dapat menyebabkan denaturasi yang menetap. Putih telur (albumin) akan memadat
dan menjadi insoluble jika dipanaskan. Suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menyebabkan
koagulasi protein selular. Jika suhu tubuh naik sampai di atas 410C-420C, maka degenerasi sel,
terutama di otak, mulai terjadi akibat denaturasi protein (Sloane, 2004).
Protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi
dengan asam dan basa. Dengan larutan asam atau ph rendah, gugus amino pada protein akan
bereaksi dengan ion H+, sehingga protein bermuatan positif. Sebaliknya, dalam larutan basa
gugus karboksilat bereaksi dengan ion OH-, sehingga protein bermuatan negatif. Adanya muatan
pada molekul protein menyebabkan protein bergerak dibawah pengaruh medan listrik (Sirajuddin
dan Najamuddin, 2011).
Setiap jenis protein dalam larutan mempunyai ph tertentu yang disebut titik isoelektrik (TI). Pada
ph isoelektrik, molekul protein mempunyai muatan positif atau negatif yang sama, sehingga
saling menetralkan atau bermuatan nol. Akibatnya, protein tidak bergerak di bawah pengaruh
medan listrik. Pada titik isoelektris, protein akan mengalami pengendapan paling cepat dan
prinsip dapat digunakan untuk pemisahan atau pemurnian suatu protein (Sirajuddin dan
Najamuddin , 2011).
Adapun fungsi protein diantaranya (Almatsier, 2010) :
1. Pertumbuhan dan pemeliharaan : sebelum sel-sel dapat mensintesis protein baru, harus tersedia
semua asam amino esensial yang diperlukan dan cukup nitrogen atau ikatan amino (NH2) guna
pembentukan asam-asam amino non esensial yang diperlukan. Pertumbuhan atau penambahan
otot hanya mungkin bila tersedia cukup campuran asam amino yang sesuai untuk pemeliharaan
dan perbaikan.
2. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh : hormone-hormon, seperti tiroid, insulin, dan
epinefrin adalah protein, demikian pula berbagai enzim. Ikatan-ikatan ini bertindak sebagai
katalisator atau membantu perubahan-perubahan biokimia yang terjadi dalam tubuh.
3. Mengatur keseimbangan air : keseimbangan cairan tubuh diperoleh melalui sistem kompleks
yang melibatkan protein dan elektrolit. Penumpukan cairan di dalam jaringan dinamakan edema
dan tanda awal kekurangan protein.
4. Memelihara netralitas tubuh : protein bertindak sebagai buffer, yaitu bereaksi dengan asam dan
basa untuk menjaga ph pada taraf konstan.
Bahan yang digunakan untuk uji susunan elementer protein adalah albumin telur, gelatin,
larutan NaOH 10%, larutan Pb-asetat 5%, larutan HCl pekat, dan kertas lakmus.
2. Uji Kelarutan Protein
Alat yang digunakan untuk uji kelarutan protein adalah tabung reaksi dan pipet ukur.
Bahan yang digunakan untuk uji kelarutan protein adalah albumin telur, gelatin, air suling,
larutan HCl 10%, larutan NaOH 40%, alkohol 96%, dan kloroform.
3. Uji Pengendapan Protein Dengan Garam
Alat yang digunakan untuk uji pengendapan protein dengan garam adalah tabung reaksi,
pipet tetes dan pipet ukur.
Bahan yang digunakan untuk uji kelarutan protein adalah albumin telur, larutan (NH4)2SO4
jenuh, larutan NaCl 5%, larutan BaCl2 5%, larutan CaCl2 5%, dan larutan MgSO4 5%.
4. Uji Pengendapan Protein Dengan Logam Dan Asam Organik
Alat yang digunakan untuk uji pengendapan protein dengan logam dan asam organik adalah
tabung reaksi dan pipet ukur/pipet tetes.
Bahan yang digunakan untuk uji pengendapan protein dengan logam dan asam organik
adalah albumin telur, asam trikloroasetat (TCA) 10%, asam sulfosalisilat 5%, larutan HgCl2 5%,
larutan Pb-asetat 5%, dan larutan CuSO4 5%.
5. Uji Biuret
Alat yang digunakan untuk uji biuret adalah tabung reaksi, pipet ukur, dan pipet tetes.
Bahan yang digunakan untuk uji biuret adalah albumin telur 2%, gelatin 2%, kasein 0,5%,
glisin 2%, larutan NaOH 10%, dan larutan CuSO4 0,2%.
6. Uji Ninhidrin
Alat yang digunakan untuk uji ninhidrin adalah tabung reaksi, pipet ukur atau pipet tetes,
alat pemanas, dan pengatur waktu.
Bahan yang digunakan yaitu albumin telur 2%, gelatin 2%, kasein 0,5%, pepton 0,5%, dan
pereaksi Ninhidrin 0,1%.
7. Uji Xantroprotein
Alat yang digunakan untuk uji xantoprotei adalah tabung reaksi, pipet ukur atau pipet tetes,
dan alat pemanas.
Bahan yang digunakan untuk uji xantoprotein adalah albumin telur 2%, gelatin 2%, kasein
0,5%, larutan NaOH 10%, dan larutan HNO3 pekat.
1. Disediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan masing-masing diisi dengan larutan albumin,
gelatin, dan kasein sebanyak 2 ml.
2. Pada setiap tabung, ditambahkan 1 ml HNO3 pekat. Diperhatikan adanya endapan putih yang
terbentuk.
3. Kemudian, dipanaskan selama 1 menit dan diamati terbentuknya warna kuning.
4. Selanjutnya, didinginkan di bawah air kran, lalu ditambahkan NaOH 10% setetes demi setetes
melalui dinding tabung hingga terbentuk lapisan.
5. Diperhatikan perubahan warna yang terjadi. Reaksi positif bila pada dinding perbatasan antara
protein dan NaOH terbentuk warna jingga.
8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik
1. Disiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan 1 ml larutan
kasein.
2. Pada setiap tabung, ditambahkan larutan buffer asetat masing-masing dari pH: 3,8; 4,7; 5,0; 5,3;
dan 5,9.
3. Campuran dikocok dengan baik, lalu dicatat derajat kekeruhannya setelah 0, 10, dan 30 menit.
4. Diperhatikan hasilnya, yaitu pada tabung terbentuk endapan maksimal.
5. Selanjutnya, semua tabung dipanaskan di atas penangas air.
6. Diamati hasilnya. Pembentukan endapan kekeruhan paling cepat atau paling banyak merupakan
titik isoelektrik (TI) kasein.
IV. 1 TABEL
1. Uji Susunan Elementer Protein
1) Uji Adanya Unsur C, H dan O
No.
Zat Uji
1.
2.
Albumin
Gelatin
Pengarangan
(C)
+
+
Perlakuan
1.
Gelatin + 1 mL NaOH +
dipanaskan
2.
2.
Perlakuan
Albumin + 1 mL NaOH 10% +
dipanaskan + 4 tetes PbAc + 4 tetes HCl
pekat
Gelatin + 1 mL NaOH 10% +
dipanaskan + 4 tetes PbAc + 4 tetes HCl
pekat
otein
Bahan
Albumin
Telur
Air Suling
HCl 10%
NaOH 40%
Alkohol
96%
Kloroform
Hasil :
Larut/ tidak
larut
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
Tabung 5
2 mL
2 mL
2 mL
2mL
2 mL
1mL
-
1mL
-
1mL
1mL
1mL
Larut
Larut
Tidak larut
Larut
Larut
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
Albumin telur
NaCl 5%
BaCl2 5%
CaCl2 5%
MgSO4 5%
(NH4)2SO4
jenuh
2 mL
Berlebih
-
2 mL
Berlebih
-
2 mL
Berlebih
-
2 mL
Berlebih
Tabung
5
2 mL
-
Berlebih
Sedikit
sekali
Tidak
terbentuk
Banyak
endapan
Kocoklah tabung
Hasil :
Endapan
banyak /
Tidak
terbentuk
Ada sedikit
sedikit
Tabung
1
2 mL
10 tetes
Tabung
2
2 mL
-
Tabung
3
2 mL
-
Tabung
4
2 mL
-
10 tetes
10 tetes
-
10 tetes
Banyak
Sedikit
10 tetes
Kocoklah tabung
Banyak
Banyak
Banyak
Tabung 5
2 mL
-
5. Uji Biuret
No.
Zat Uji
1
Albumin 2%
2.
Gelatin 2%
3.
Kasein 0,5%
4.
Glisin 2%
6. Uji Ninhidrin
No.
Zat Uji
1. Albumin 2%
2. Gelatin 2%
3. Kasein 0,5%
4. Pepton 0,5%
7. Uji Xantoprotein
Polipeptida (+/-)
+
+
+
-
No.
Zat Uji
Tirosin/triptofan/fenilalanin
(+/-)
1.
Albumin 2%
Terdapat endapan+ada
warna jingga
2.
Gelatin 2%
3.
Kasein 0,5%
Tidak ada
endapan+Kuning bening
Tidak ada
endapan+kuning bening
3,8
Banyak
4,7
5,0
Sedikit
5,3
Sedikit
5,9
NO.
TABUNG
IV.2 PEMBAHASAN
1. Uji Susunan Elementer Protein
Pada uji susunan elementer ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur penyusun protein.
Pada uji ini, ada tiga macam pengujian untuk mengetahui penyusun protein, yakni uji adanya
unsur C, H, O;uji adanya atom N;dan uji adanya atom S. Adapun bahan uji yang dicobakan yaitu
albumin dan gelatin.
Pada uji adanya unsur C, H, dan O dengan bahan uji albumin terjadi reaksi pengabuan yang
menandakan adanya unsur H (hidrogen) dan O (oksigen). Begitupun saat bahan uji yang
digunakan adalah gelatin, juga terjadi reaksi pengabuan. Pada saat melakukan metode
pembakaran pada kedua bahan uji, tercium bau rambut terbakar yang menandakan adanya unsur
N (nitrogen) disertai terjadinya pengarangan yang menandakan adanya unsur C (karbon).
Uji kedua pada uji susunan elementer protein yaitu untuk membuktikan adanya atom N
(nitrogen). Pada uji ini, kedua bahan uji direaksikan dengan NaOH 10% yang dipanaskan.
Adanya bau amonia menandakan adanya unsur nitrogen pada larutan uji. Uap pada saat
pemanasan diuji dengan kertas lakmus warna merah yang sebelumnya telah dibasahi dengan
aquades. Hal ini bertujuan untuk mempermudah deteksi sifatnya. Lakmus yang berwarna merah
berubah menjadi warna biru. Hal ini disebabkan nitrogen yang menyebabkan bau amonia
teroksidasi dan membentuk NH3 yang bersifat basa.
Pada uji susunan elementer untuk mengetahui adanya atom S (sulfur) pada bahan uji yakni
albumin dan gelatin, terjadi hasil berbeda untuk setiap bahan uji. Untuk albumin, saat dipanaskan
bersama NaOH tidak terjadi perubahan warna. Ketika larutan dicampur dengan Pb-Asetat terjadi
perubahan warna hitam yang mengindikasikan terbentuk PbS. Adanya sulfur pada albumin
semakin diperkuat saat direaksikan dengan HCl pekat karena adanya asap dengan bau khas
belerang dari belerang yang teroksidasi. Berbeda saat gelatin diujicobakan tidak ada perubahan
warna hitam yang menandakan tidak terbentuknya PbS dan tidak terciumnya bau khas belerang.
2. Uji Kelarutan Protein
Pada uji kelarutan ini, bertujuan untuk mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut
tertentu. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa. Sebagian ada yang mudah larut
dan ada pula yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter
dan kloroform.
Bahan uji yang digunakan yaitu albumin dan gelatin. Ketika bahan uji direaksikan dengan
air suling, HCL 10%, NaOH 40%, dan alkohol 96% terbentuk 1 fase yang menandakan albumin
dan gelatin terlarut. Berbeda saat kedua bahan uji direaksikan dengan kloroform, baik albumin
dan gelarin tidak larut dalam kloroform, hal ini disebabkan kloroform merupakan pelarut lemak.
3. Uji Pengendapan Protein Dengan Garam
Uji ini bertujuan untuk mengetahui larutan garam alkali dan garam divalent konsentrasi
tinggi terhadap sifat kelarutan protein. Pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein
berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan. Semakin
tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam dalam mengendapkan
protein.
Bahan uji yang digunakan adalah albumin telur yang akan direaksikan dengan beberapa
garam alkali seperti NaCl 5%, BaCl2 5%, dan CaCl2 5% serta garam divalen seperti MgSO4 dan
(NH4)2SO4 jenuh. Setiap garam yang direaksikan dengan garam berpotensi memiliki endapan
tergantung pada konsentrasi, bilangan oksidasi dan muatan ionnya.
Ketika albumin direaksikan dengan larutan (NH4)2SO4 hanya butuh kurang dari 50 tetes
sudah banyak yang terbentuk endapan. Sedangkan untuk keempat garam lainnya, butuh lebih
dari 50 tetes dan hasil endapan yang terbentuk bervariasi. Untuk BaCl2 ada sedikit endapan dan
untuk CaCl2 hanya sedikit sekali yang terbentuk. Untuk MgSO4 dan NaCl tidak terbentuk
endapan. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan hal ini terjadi, salah satunya konsentrasi yang
masih perlu ditingkatkan.
4. Uji Pengendapan Protein Dengan Logam Dan Asam Organik
Uji ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh logam berat dan asam organik terhadap sifat
kelarutan protein. Sebagian besar protein dapat diendapkan dengan penambahan asam-asam
organik seperti asam pikrat, asam trikloroasetat, dan asam sulfosalisilat yang akan menyebabkan
terbentuknya garam proteinat yang tidak larut. Konsentrasi mempengaruhi pengendapan.
Saat albumin direksikan dengan TCA 10% terbentuk banyak endapan, hal ini dikarenakan
konsentrasi TCA juga lebih tinggi atau dinaikkan. Begitupun saat asam sulfosalisilat direaksikan,
juga terbentuk banyak endapan. Ketika CuSO4 direaksikan, air yang terdapat pada protein
(albumin) diikat sehingga juga terdapat banyak endapan. Untuk HgCl2 banyak terbentuk
endapan. Dan untuk Pb-Asetat hanya sedikit terbentuk endapan. Banyak sedikitnya endapan
tergantung dari bilangan oksidasi senyawa, jika bilangan oksidasi sama, maka penentuannya
kemudian dilanjutkan dengan melihat kedudukannya dalam sistem periodik.
Saat melakukan uji ini, sangat disarankan untuk menggunakan salah satu alat keselamatan
laboratorium, yakni masker. Hal ini guna menghindari terhirupnya logam-logam ke dalam tubuh
kita, karena logam yang terhirup dapat bersifat radikal bebas di dalam tubuh.
5. Uji Biuret
Uji ini bertujuan untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein. Ion
CU2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatanikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet).
Adapun bahan uji yang digunakan adalah albumin, gelatin, kasein, dan glisin. Saat albumin
direaksikan dengan NaOH dan CuSO4 terjadi perubahan warna. Warna ungu yang dibentuk
menandakan albumin sebagai protein kompleks dimana ia mempunyai lebih dari dua ikatan
peptide. Hasil yang sama (terjadi perubahan warna ungu) juga ditunjukkan oleh gelatin dan
kasein. Untuk glisin, ketika direaksikan tidak terjadi perubahan warna (larutan tetap bening). Hal
ini menunjukkan bahwa glisin hanya mengandung dua ikatan peptida (dipeptida).
6. Uji Ninhidrin
Uji ini dilakukan untuk membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein. Semua asam
amino atau peptida yang mengandung asam alfa-amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin
membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Dalam uji ini, digunakan pereaksi Ninhidrin 0,1%
yang berfungsi sebagai oksidator yang mereduksi asam amino.
Adapun bahan yang diujikan adalah albumin 2%, gelatin 2%, kasein 0,5%, dan pepton 0,5%.
Albumin dan gelatin memiliki perbedaan pada unsur S (belerang) yang terkandung di dalamnya.
Untuk albumin dan pepton menunjukkan hasil yang positif dengan perubahan warna biru
kehitaman untuk albumin dan ungu kehitaman untuk pepton. Sebelum mengalami perubahan
warna, sebelumnya terbentuk hasil antara hidridantin. Setelah mengalami oksidasi, gugus amino
terpecah menjadi NH3 dan asam karboksilat. Hidridantin dan amonia yang bereaksi membentuk
warna biru dan melepasakan CO2 dan asam karboksilat. Sedangkan untuk gelatin dan kasein
menunjukkan hasil negatif dengan tidak adanya perubahan warna (bening). Ada kesalahan dalam
uji ini, disebabkan gelatin yang seharusnya menunjukkan hasil yang positif ternyata setelah
diujikan menunjukkan hasil yang negatif. Hal ini dimungkinkan terjadi karena gelatin sudah
mengalami denaturasi sehingga sulit diidentifikasi.
7. Uji Xantroprotein
Uji xantroprotein bertujuan untuk membuktikan adanya cincin benzena pada protein. Tidak
semua protein mengandung asam amino yang mengandung cincin benzena. Reaksi pada uji
xantroprotein didasarkan pada nitrasi inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Jika
protein yang mengandung cincin benzene ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk
endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang
terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga.
Albumin, gelatin, dan kasein adalah bahan yang diujikan. Pada saat albumin dicampur
dengan HNO3 pekat dan dipanaskan terbentuk warna kuning dan setelah didinginkan kemudian
ditambahkan NaOH terbentuk warna jingga serta terdapat endapan. Hal ini menunjukkan hasil
yang positif dimana albumin mengandung cincin benzena.
Untuk gelatin ketika direaksikan menunjukkan hasil yang negatif, ini mengindikasikan
bahwa gelatin tidak punya ikatan rangkap dua yang bisa beresonansi dalam cincin benzenanya.
Sedangkan untuk kasein, juga menunjukkan hasil yang negatif. Pada saat bahan uji kasein yang
direaksikan ada kemungkinan terjadi kesalahan, sebab kasein mempunyai cincin benzene yang
ikatan rangkapnya bisa beresonansi. Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya,
konsentrasi yang rendah dan melakukan pengocokan yang dimana pada prosedur kerja tidak
dilakukan bisa menjadi penyebabnya.
BAB V
PENUTUP
V. 1 KESIMPULAN
1. Albumin mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), dan
belerang (S). Sedangkan gelatin hanya mengandung hidrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N).
2. Albumin bersifat larut dalam air suling (aquades), HCl, NaOH, dan alkohol, sedangkan albumin
bersifat tidak larut pada kloroform.
3. Reaksi albumin dengan NaCl 5 %, albumin dengan MgSO4 5 %, semuanya tidak membentuk
endapan. Sedangkan reaksi albumin dengan (NH4)2SO4 jenuh membentuk banyak endapan.
Untuk BaCl2 5% dan CaCl2 5% membentuk sedikit endapan.
4. Reaksi albumin dengan larutan asam trikloroasetat 10 %, reaksi albumin dengan HgCl2 5 %,
reaksi antara albumin dengan asam sulfosalisilat 5 %, reaksi albumin dengan CuSO4 5 %
membentuk banyak endapan. Pada reaksi antara albumin dengan Pb-Asetat 5 % terbentuk sedikit
endapan.
5. Albumin dan gelatin positif mengandung ikatan polipeptida, sedangkan glisin tidak mengandung
ikatan polipeptida.
6. Albumin dan pepton mengandung asam amino bebas, sedangkan gelatin tidak mengandung asam
amino bebas.
7. Albumin positif mengandung tirosin, triptofan dan fenilalanin, sedangkan gelatin tidak
mengandung tirosin, triptofan dan fenilalanin.
8. Semakin mendekati titik isoelektrik, maka endapannya semakin banyak, karena sisi positif dan
negatifnya sama, sehingga ketika bertemu akan mengendap. pH ini berada pada angka 3,8.
V. 2 SARAN
Untuk laboratorium sebaiknya laboratorium lebih melengkapkan sarana dan prasarananya,
agar praktikan dapat melakukan praktikum dengan semestinya, tanpa ada hambatan. Sebab
dengan tidak diujikannya salah satu percobaan dapat menghalangi praktikan dalam memperoleh
pengetahuan yang seharusnya menjadi hak praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Martoharsono, S. 2006. Biokimia 2. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Murray, R. K. dkk. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Sandjaja. dkk. 2010. Kamus Gizi. Jakarta : Kompas.
Sirajuddin, S dan Najamuddin, U. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Sloane, E. 2004. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tim Dosen Kimia. 2010. Kimia Dasar. Makassar : UPT MKU.
Tim Dosen Kimia. 2010. Kimia Dasar 2. Makassar : UPT MKU.