Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI I

PERCOBAAN IV
PENETAPAN KADAR Fe (BESI) DALAM SEDIAAN
SECARA SPEKTROFOTOMETRI ATAU KOLORIMETRI
MENGGUNAKAN METODE STANDAR ADISI

OLEH :
NAMA

: MUH. ZULFIKAR TAHIR

NIM

: F1F1 11 014

KELAS

: FARMASI A

KELOMPOK

: III (TIGA)

ASISTEN

: MUH. JEFRIYANTO

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013

PENETAPAN KADAR Fe (BESI) DALAM SEDIAAN


SECARA SPEKTROFOTOMETRI ATAU KOLORIMETRI
MENGGUNAKAN METODE STANDAR ADISI

A. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar fe (besi) dalam
sediaan secara spektrofotometri atau kolorimetri menggunakan metode standar
adisi
B. Landasan Teori
Spektrofotometri UV-Visibel merupakan metode spektrofotometri
yang didasarkan pada adanya serapan sinar pada daerah ultra violet (UV) dan
sinar tampak (Visibel) dari suatu senyawa. Senyawa dapat dianalisis dengan
metode ini jika memiliki kemampuan menyerap pada daerah UV atau daerah
tampak. Senyawa yang dapat menyerap intensitas pada daerah UV disebut
dengan kromofor, sedangkan untuk melakukan analisis senyawa dalam daerah
sinar tampak, senyawa harus memiliki warna (Fatimah, 2003).
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik
yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrument
spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang
cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis
lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer
(Mukti, 2012).
Pengukuran absorbans dengan menggunakan spektrofotometer UV
dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Panjang gelombang
serapan merupakan perbedaan ukuran tingkat-tingkat energi dari elektron yang
tereksitasi. Oleh karena itu, puncak absorpsi () dapat dihubungkan dengan
jenis-jenis ikatan yang ada dalam spesies. Daerah panjang gelombang untuk
UV hampa adalah 10-200 nm dan UV dekat 200-380 nm (Agustina, 2006).

Spektrofotometri derivatif merupakan suatu metode manipulatif


terhadap spektra pada spektrofotometri ultraviolet dan cahaya tampak. Cahaya
yang dipantulkan pada spektrofotometri dan telah melewati suatu media akan
diserap sebagian, dipantulkan dan sebagian lagi dipancarkan (Hayun et al,
2006). Kimia analitik dibagi menjadi dua bidang

analisis yaitu analisis

kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berhubungan dengan


identifikasi zat zat yang ada dalam suatu sampel sehingga kandungannya
akan mudah untuk dikenali. Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan
berapa banyak suatu zat terkandung di dalam suatu sampel. Beberapa teknik
analisis kuantitatif yang umum digunakan di dalam laboratorium antara lain :
analisis gravimetri, titrasi, dan kolorimetri. Kolorimetri merupakan
teknik analisis

suatu

kuantitatif untuk sampel berwarna, yang digunakan untuk

menentukan konsentrasi suatu zat berdasarkan intensitas cahaya warna larutan


(Rusmwan, et al, 2011)
Salah satu metoda yang sudah lama dikenal adalah metoda adisi
standar. Pada metoda ini, sejumlah sampel akan ditambahkan dengan larutan
standar (konsentrasi diketahui dengan pasti) dengan kuantitas tertentu.
Pengukuran dengan menggunakan alat spektrofotometer serapan atom untuk
penentuan logam merkuri dengan teknik kurva kalibrasi sudah sangat umum
bahkan SNI memakai teknik tersebut sementara metoda adisi standar masih
jarang dalam penelitian ini (Suriansyah, et al. 2011).
Besi berada pada urutan nomor empat kelimpahannya dalam kerak
bumi setelah oksigen, silikon, dan aluminium Pada umumnya besi cenderung
membetuk senyawa dalam bentuk Fe3+ dibandingkan dengan bentuk Fe2+ serta
membentuk kompleks yang stabil dengan senyawa tertentu. Analisa besi
umumnya digunakan pengompleks seperti selenit, batofenantrolin, 1,10fenantrolin, molybdenum dan difenil karbonat dimana warna kompleks yang
dihasilkan dapat dideteksi menggunakan spektrofotometri sinar tampak (Rifki,
et al, 2013).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai beriukut :
-

Erlenmeyer

Filler

Gelas ukur

Kuvet

Labu takar

Pipet ukur

Pipet tetes

Spektronik 20 D

2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
-

Akuades

Ammonium tiosianat (NH4SCN)

FeCl3

HCl pekat

Obat sangobion

3. Uraian Bahan
a. FeCl3 (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi
: Ferri klorida
Nama lain
: Besi (III) klorida
Rumus molekul : FeCl3
Berat molekul
: 162,2
Rumus struktur :
Cl

Cl

Pemerian

Fe

Cl

: Hablur, atau serbuk hablur, hitam kehijauan, bebas


warna jingga dari garam hidrat yang telah

Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan

terpengaruh oleh kelembaban.


: Larut dalam air, larutan yang beropalesensi berwarna
jingga.
: Dalam wadah tertutup rapat
: Sebagai pengompleks

b. HCl (Dirjen POM, 1979)


Nama resmi
: Acidum Hydrochloridum
Nama lain
: Asam klorida
Rumus molekul : HCl
Berat molekul
: 36,46
Rumus struktur :
Cl

Pemerian

: Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang.


Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau

Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan

hilang.
:: Dalam wadah tertutup rapat
: Sebagai pelarut

c. Akuades (Dirjen POM, 1979)


Nama resmi
: Aqua destillata
Nama lain
: Air suling
Rumus molekul : H2O
Berat molekul
: 18,02
Rumus struktur :
O

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.
Kelarutan
:Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai pelarut
d. Ammonium Tiosianat (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi
: Ammonium tiosianat
Nama lain
: Ammonium tiosianat
Rumus molekul : NH4SCN
Berat molekul
: 76
Rumus struktur :
Pemerian
: Hablur, tidak berwarna
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam
Penyimpanan
Kegunaan

etanol (95%) P
: Dalam wadah tertutup baik
: Sebagai bahan untuk pembuatan larutan standard
dan sebagai pelarut.

D. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan standar
E.
F.

Besi (III) Klorida


(FeCl3)

G.

H.
I.

Ditimbang sebanyak 0,001 gram

Dilarutkan dengan HCl pekat

Dieencerkan hingga 100 mL dengan akuades

Larutan FeCl3 10 ppm


-

Dipipet 5 mL, lalu dimasukkan dalam labu ukur

Ditambahkan larutan ammonium tiosianat

Diencerkan hingga 100 mL

Larutan standar 5 ppm

2. Penentuan kadar Fe dengan Metode Standar Adisi I


J.
K.

L.
M.

Sediaan Besi Sulfat


-

Ditimbang sebanyak 0,1 gram

Dilarutkan dengan 2 mL HCl pekat

Diencerkan dengan akuades hingga volume 100 mL

Larutan Besi Sulfat

N.
-

Dipipet sebanyak 5 mL

Dimasukkan dalam 5 labu ukur berbeda

Ditambahkan larutan standar masing-masing 0, 1, 3, 5


dan 7 mL

Ditambahkan 3 mL larutan NH4SCN (ammonium


tiosianat)

Diencerkan dengan akuades hingga tanda tera

Diukur absorbansinya pada = 450 nm.


O.

P. A 0 mL larutan standar = 0,021


Q. A 1 mL larutan standar = 0,117
R. A 3 mL larutan standar = 0,276
S. A 5 mL larutan standar = 0,386
T. A 7 mL larutan standar = 0,424

3. Penentuan kadar Fe dengan Metode Standar Adisi II


U.

Sediaan Besi Sulfat

V.

W.

Ditimbang sebanyak 0,1 gram

Dilarutkan dengan 2 mL HCl pekat

Diencerkan dengan akuades hingga volume 100 mL

Larutan Besi Sulfat

X.
Y.

Dipipet sebanyak 5 mL

Dimasukkan dalam 5 labu ukur berbeda

Ditambahkan 1 mL larutan standar pada labu pertama


dan tidak ditambahkan larutan standar pada labu kedua

Ditambahkan 5 mL larutan NH4SCN (ammonium


tiosianat)

Diencerkan dengan akuades hingga tanda tera

Diukur absorbansinya pada = 450 nm.


Z.
AA.

AD.
AE.

AB.

A tabung tanpa larutan standar

= 0,071

AC.

A tabung dengan larutan standar = 0,087

AF.Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan

Penentuan panjang gelombang ( ) maksimum


AG.

Senyawa

AJ.

FeCl3

AH.

Panjang

gelombang ()
AK. 450
AN. 460
AQ. 470
AT.
480
AW. 490

AI.

Nilai

absorbansi
AL. 0,131
AO. 0,121
AR. 0,118
AU. 0,115
AX. 0,110

AY.

Penentuan nilai absorbansi FeCl3 Metode Standar Adisi I :


AZ.

Volume

Larutan Standar (ml)


BD. 0
BG. 5
BJ.
10
BM. 15
BP.
BS.
20
BV.

BA.

Panjang

gelombang
BB.
BE.
BH.
BK.
BN.
BQ.
BT.
BW.

()
450
450
450
450
450

BC.

Nilai

absorbansi
BF.
0.021
BI.
0.117
BL. 0.276
BO. 0.386
BR.
BU. 0.424
BX.

BY.

Penentuan nilai absorbansi FeCl3 Metode Standar Adisi II :


BZ.

Volume

Larutan Standar (ml)


CD.
CG.
CJ.

0
1

CA.

Panjang

gelombang
CB.
CE.
CH.

()
450
450

CC.

Nilai

absorbansi
CF.
CI.

0.071
0.087

2. Perhitungan
3.
Dik. : A1 = 0.071
Vx = 5 mL
4.
A2 = 0.087
Vs = 1 mL
5.
Cs = 5 ppm
6.
Dit. : Cx = ..?
7.
Penye :
A 1. Vs .Cs
0.0711 mL 5 ppm
Cx=
8.
( A 2 A 1 ) Vx = ( 0.0870.071 ) 5 mL
Cx=

9.

10.

0.071
=4.4375 ppm
0.016

Konsentrasi Fe2+ untuk 5 ml


11.
12.

13.
14. Konsentasi Fe2+ untuk 10 mL
15.
16.
17. Konsentrasi Fe2+untuk 15 mL
18.
19.
20. Konsentrasi Fe2+untuk 20 mL
21.
22.
23.

24. Volume

= 5 ml x 10 ppm
50 mL
= 1 ppm
= 10 ml x 10 ppm
50 mL
= 2 ppm
= 15ml x 10 ppm
50 mL
= 3 ppm
=20 ml x 10 ppm
50 mL
= 4 ppm
25. Konsent

26. A

Fe2+

rasi

(mL)

(ppm)

s
o
r
b
a
n
s

27.

28. 5

29. 1

i
0,15

30.
4

31.

32. 10

33. 2

34.

0,15

8
35.

36. 15

37. 3

38.

39.

40. 20

41. 4

42.

0,18
7
0,20

2
43. Grafik Konsentrasi Vs Absorbansi
44.

0.6
0.5
f(x) = 0.01x + 0.02
R = 0.99

0.4
Absorbansi ()

0.3
0.2
0.1
0
10

20

30

40

50

60

70

Konsentrasi

45.

Konsentrasi Fe2+ dalam cuplikan y= a+ bx dari grafik

diperoleh persamaan
46.
y = 0,007x + 0,023
47.
dimana,
48.
y = absorbansi sampel
49.
x = konsentrasi sampel
50.
y = a+ bx
51.
0,139 = 0,007 + 0,023x
52.
0,023x = 0,139 0,007
53.
0,023x = 0,137
0,137
54.
x
= 0,023 = 5,956 ppm
55.
56. Reaksi
57.
Fe2(SO4)3 + NH4SCN Fe(SCN)3 + (NH4)2SO4

CK.

Pembahasan
58. Spektrofotometri adalah suatu metode analisa kimia yang

digunakan untuk menetapkan kadar suatu zat atau senyawa obat dengan
menggunakan alat yang biasa disebut spektrofotometer. Prinsip kerja
spektrofotometer adalah menggunakan instrumen obat atau molekul dengan
radiasi elektromagnetik, yang energik nya sesuai. Interaksi tersebut akan
meningkatkan energi potensi elektron pada tingkat aksitan. Apabila pada
molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada suatu
macam gugus maka akan terjadi suatu absorbsi yang merupakan garis
spektrum.
59.

Pada percobaan penetapan kadar Fe (Besi) berdasarkan reaksi

standar adisi secara kolorimetri/spektrofotometer visible digunakan bahan Fe


(besi) murni dan Fe (besi) yang terkandung dalam bahan obat sangobion yang
beredar di pasaran. Besi adalah logam yang beraneka ragam penggunaannya
serta melimpah keberadaannya. Besi yang dapat dikonsumsi oleh manusia
berada dalam bentuk ionnya yaitu Fe2+ dan Fe3+. Besi esensial memproduksi
hemoglobin yang berfungsi dalam mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan
tubuh, mengangkut elektron dalam sel dan mensistesis enzim yang
mengandung besi yang dibutuhkan untuk menggunakan O2 selama
memproduksi energi seluler. Pada tubuh manusia (yang memiliki berat sekitar
70 kg) hanya terkandung besi sebanyak 3,5 gr, 70% diantaranya dalam bentuk
hemoglobin. Namun apabila jumlah kadar besi yang dikonsumsi terlalu
berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati, diabetes dan penyumbatan
pembuluh jantung. Zat besi (Fe) sangat diperlukan oleh tubuh antara lain
untuk pertumbuhan, bekerjanya berbagai macam enzim dalam tubuh dan yang
paling penting digunakan untuk pembentukan hemoglobin. Selain itu
kekurangan zat besi dapat menyebabkan gangguan susunan syaraf pusat, dapat
mengurangi prestasi kerja, kecerdasan terhambat, menurunnya kekebalan
terhadap infeksi Prevalensi anemia defisiensi besi di Indonesia masih
tergolong cukup tinggi, kira kira sekitar 43% anak-anak dan 51% ibu hamil
60.
Selanjutnya, dibuat larutan standar. Tujuan pembuatan
larutan standar adalah untuk membuat kurva kalibrasi yang nantinya akan

digunakan untuk menghitung kadar besi dalam sampel obat Sangobion.


Larutan standar dibuat dengan melarutkan sampel obat dengan HCl lalu
diencerkan dengan aquades hingga tanda tera. HCl harus dilarutkan terlebih
dahulu karena agar sampel yang dianlisis larut sempurna terlebih dahulu dan
HCl pekat juga dapat mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Hal ini dikarenakan besi
dalam keadaan Fe2+ akan lebih stabil dibandingkan besi Fe3+. Dalam keadaan
dasar. Setelah itu didapatkan larutan standar 10 ppm, untuk diketahui alat yang
kami gunakan yakni pada spektrofotometer uv vis dapat menyerap cahaya
apabila senyawa yang dianalisis mempunyai senyawa kromofor dan ausokrom
oleh karena itu pada sampel larutan standar ditambahkan senyawa
pengompleks yakni larutan (NH4SCN) (amonium tiosulfat) dimana merupakan
pereaksi warna dan reaksinya dengan larutan besi yang merupakan senyawa
kompleks [Fe(SCN)]2+. Pereaksi ini akan menghasilkan warna yang menyerap
dengan kuat sehingga dapat digunakan untuk analisa besi dalam kadar kecil.
61.
Suatu larutan dijadikan sebagai pereaksi harus memenuhi
beberapa persyaratan. NH4SCN merupakan pereaksi warna, sebab reaksinya
dengan zat yang dianalisis yaitu besi (Fe) selektif dan sensitif yaitu
membentuk kompleks besi tiosianat yang berwarna merah. Warna yang
ditimbulkan yaitu merah bata, stabil untuk jangka waktu yang lama, sehingga
serapannya tidak berubah-ubah hingga akhir analisis. Tidak membentuk warna
dengan zat-zat lain yaitu ion H+, Cl- dan NO3- yang ada dalam larutan.Warna
merah bata yang dihasilkan mempunyai warna komplementer hijau biru.
Warna komplementer terbentuk ketika cahaya putih yang berisi seluruh
spektrum panjang gelombang melewati suatu medium (larutan kimia
berwarna) yang tembus cahaya bagi panjang panjang gelombang tertentu
tetapi menyerap panjang panjang gelombang yang lain akibatnya medium
itu akan tampak berwarna bagi pengamat.
62.
63.
Selanjutnya adalah penentuan kadar besi dalam sampel obat
Sanggobion. Analisis kuantitatif sediaan obat yang mengandung besi (III)
Klorida secara spektrofotometri menggunakan metode standar adisi. yaitu
dengan penambahan larutan standar yang dilakukan pada salah satu atau dua

larutan sampel obat. Maksud dari metode standar adisi adalah bahwa sampel
yang akan dianalisis ditambahkan sejumlah standar yang memiliki struktur
yang sama dengan sampel yang akan dianalisis. Pengukuran absorbansi untuk
larutan standar besi dan absorbansi sampel yang mengandung besi diukur pada
max = 450 nm karena pada panjang gelombang tersebut mrnunjukkan nilai
absorbansi paling tinggi yakni 0,0131. Panjang gelombang maksimum ini
bertujuan agar zat-zat yang mengganggu tidak ikut terserap ataupun
memberikan serapan, dalam hal ini yang akan memberikan serapan hanya
logam yang dianalisis (besi) sedangkan tidak boleh memberikan serapan.
Pengukuran serapan atau absorbansi spektrometri biasanya dilakukan pada
suatu panjang gelombang yang sesuai dengan serapan maksimum karena
konsentrasi besar pada titik ini, artinya serapan larutan encer masih terdeteksi.
64.
Hasil analisis yang didapatkan ialah untuk metode standar
adisi 1 pada konsentrasi 0 absorbansinya 0.021, konsentrasi 5 absorbansinya
0.117, konsentrasi 10 absorbansinya 0.276, konsentrasi 15 absorbansinya
0,386, konsentrasi 20 absorbansinya 0,424 sedangkan untuk metode standar
adisi 2 didapatkan absorbansi pada konsentrasi 0 = 0,71 dan 1 = 0,087. Dari
hasil yang didapatkan diatas sesuai dengan hukum Lambert-Beer bahwa
hubungan antara konsentrasi (ppm) dengan nilai absorben (a) tegak lurus atau
berbanding lurus dimana semakin tinggi konsentrasi, maka nilai absorbennya
atau daya tembus cahaya yang di lewati sampel semakin besar. Kadar Fe
(Besi) yang diperoleh dalam sediaan secara spektrofotometri berdasarkan
metode standar adisi adalah sebesar 5,956 ppm.

CL.

Kesimpulan
65. Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

kadar Fe (Besi) dalam sediaan yang diperoleh secara spektrofotometri


berdasarkan metode standar adisi adalah sebesar 5,956 ppm.
66.
67.
68.

69. DAFTAR PUSTAKA


70.

71. Agustina, Ira. 2006. Metode Cepat Untuk Kuantifikasi Teofilin Dalam
Sediaan Farmasi Secara Spektrofotometri Derivatif Ultraviolet.
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institu Pertanian Bogor, Bogor.
72.
73. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI. Jakarta.
74.
75. Fatimah, I. 2003. Analisis Fenol Dalam Sampel Air Menggunakan
Spektrofotometri Derivatif. Universitas Islam Indonesia. Logika. 9(10).
76.
77. Hayun, Harianto, Yenti. 2006. Penetapan kadar triplodina hidroklorida dan
pseudoefedrina hidroklorida dalam tablet anti influenza secara
spektrofotometri deratif. Jurnal Ilmu Kefarmasian. 3(1).
78.
79. Mukti, Kusnanto. 2012. Analisis Spektroskopi UV-Vis, Penentuan
Konsentrasi Permanganat (KMnO4). Jurusan Fisika, FMIPA Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Hal. 1-18.
80.
81. Rifki , Andreana dan R.Djarot S.K.S, 2013, Pengaruh Penambahan Al3+
dalam Penentuan Analisa Fe2+ pada pH 4,5 dengan Pengompleks 1,10Fenantrolin secara Spektrofotometri Sinar Tampak Jurnal Sains Dan Seni
Pomits, 2(2)
82.
83. Rusmawan, CA., Djulia, O., Irma, M. 2011. Analisis Kolorimetri Kadar Besi
(III) dalam Sampel Air Sumur denganMetode Pencitraan Digital. Prosiding
Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011.
84.
85. Suriansyah, A., Gusrizal, Adhitiyawarman. 2011. Perbandingan Metoda Kurva
Kalibrasi dan Metoda Adisi Standar Pada Pengukuran Merkuri Dalam Air
Yang Memiliki Kandungan Senyawa Organik Tinggi Menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom. Program Studi Kimia, Fakultas MIPA,
Universitas Tanjungpura.
86.
87.

Anda mungkin juga menyukai