Semester IV 2020/2021
LAPORAN PRAKTIKUM
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum ini, maka diharapkan dapat :
1. Menggunakan alat spektrofotometer serapan atom;
2. Menganalisis cuplikan secara spektrofotometer.
Jumlah
No. Nama Bahan
(konsentrasi atau gram)
1 Serbuk Pb(NO3)2 0.016 gram
2 Larutan HNO3 pekat 98%
3 Sampel Susu Kental Manis 5 gram
4 Aquabides ±1000 ml
V. DASAR TEORI
Penelitian terhadap gorengan yang disajikan dipinggir jalan diduga
mengandung timbal (Pb). Timbal (Pb) berasal dari polutan diudara
(Triwitarsih, 2010). Ini diperkirakan berasal dari asap kendaraan bermotor
(Mukono, 2006). Salah satu makanan yang tercemar logam timbal (Pb)
adalah gorengan. Gorengan yang disajikan di pinggir jalan ramai biasanya
tidak ditempatkan dalam wadah tertutup. Sehingga debu, asap kendaraan
dan kotoran menempel dimakanan berminyak dan masuk ke dalam tubuh
(Rikhal dan Syahdam, 2011). Menurut Yuliarti (2007), makanan gorengan
yang dibungkus rapat dan dijual di tempat yang tidak banyak dilewati
kendaraan bermotor, akan lebih aman dikonsumsi.
Salah satu polutan diudara akibat polusi adalah timbal (Pb). Logam
timbal (Pb) mendapat perhatian khusus karena sifatnya beracun terhadap
manusia. Timbal (Pb) masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan,
minuman, udara, air, serta debu tercemar timbal (Pb). Batas kandungan
logam timbal (Pb) yang direkomendasikan untuk konsumsi menurut Badan
Pengawas Obat dan Makananan (BPOM) adalah 2ppm.
Berbagai produk seperti susu bubuk, susu kental manis, sarden,
biskuit, sayur, maupun buah kini telah banyak yang dikemas menggunakan
metode pengemasan kaleng. Ketika memilih makanan kemasan kaleng
sebaiknya memperhatikan sifat korosif kaleng, sifat keasaman makanan,
kekuatan kaleng dan ukuran kaleng karena makanan yang mengandung
protein dan dikemas menggunakan kaleng tidak boleh dipanaskan sampai
merusak zat gizi yang terdapat di dalamnya, jika zat gizi rusak, maka
makanan tersebut sudah tidak lagi berfungsi secara optimal bagi
kesehatan. Selain komposisi dan masa kedaluwarsa, bentuk kalengpun
harus diperhatikan. Hasil penelitian The National Food Processors
Association menyatakan bahwa adanya kontaminasi logam seperti timbal
dan kadmium di dalam produk makanan atau minuman yang dikemas
menggunakan kaleng (Inayati, 2003).
Beberapa logam yang biasa ditemukan dalam makanan kaleng
adalah kadmium, timbal, timah dan besi, logam-logam tersebut dapat
ditemukan dalam jumlah yang berbeda. Disamping itu Fe dan Sn yang
mempunyai nilai potensial reduksi sebesar Fe = -0,44V dan Sn = -0,14V
menyebabkan sangat mudah teroksidasi terhadap makanan, sedangkan
untuk kemasan plastik juga ditemukan Sn, hal ini kemungkinan dapat terjadi
karena sampel sudah terkontaminan selama proses pengolahan dan
pengemasan. Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk mengetahui
jumlah kandungan logam besi (Fe) dan timah (Sn) dalam produk susu
kental manis kemasan kaleng dan plastik yang beredar di pasaran,
pengaruh lama waktu penyimpanan terhadap konsentrasi logam serta
kadar logam dalam sampel bila dibandingkan dengan persyaratan yang
ditetapkan oleh SK. Dirjen BPOM No.HK.00.06.1.52.4011 Standar
Nasional Indonesia (SNI) 7387:2009 tentang batas maksimum cemaran
logam berat dalam pangan.
k = konstanta pembanding
Tabel 1. Daftar unsur dengan panjang gelombang dan bahan bakar dan
oksidan.
1 Blanko 0 0
2 Standar 1 2 0.1178
3 Standar 2 4 0.2446
4 Standar 3 6 0.3433
5 Standar 4 8 0.4256
6 Sampel 0.0212 ?
VIII. PERHITUNGAN
Pembuatan larutan standar Pb(NO3)2
A. Berat Pb(NO3)2
= mg/L Pb(NO3)2 x L Pb(NO3)2
= 100 mg/L x 0.1 L
= 10 mg
Mr Pb(NO3 )2
gram Pb(NO3)2 = 10 mg x x 1/1000
Ar Pb
331.2 g/mol
= 10mg x x 1/1000
207 g/mol
= 0.016 gram
B. Volume pengenceran :
Larutan standar 2 ppm Pb(NO3)2
M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 2 ppm x 50 ml
V1 = 1 ml
Larutan standar 4 ppm Pb(NO3)2
M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 4 ppm x 50 ml
V1 = 2 ml
0.3 R² = 0.9931
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
KONSENTRASI (PPM)
Menghitung nilai absorbansi sampel berdasarkan kurva standar :
y = 0.0538x + 0.0109
y = 0.009759
= 0.009759 x (5 g / 50 ml)
= 0.0009759 g/ml
IX. PEMBAHASAN
Langkah awal yang dilakukan yaitu membuat larutan induk Pb(NO3)2 100
ppm dengan menimbang sebanyak 0.016 gram untuk pembuatan larutan
standar dilakukan dengan cara mengencerkan larutan induk dengan
menggunakan labu takar dengan 5 varian konsentrasi yaitu (0; 2; 4; 6; 8)
ppm. Tujuan dari pembuatan larutan standar ini untuk mendapatkan
perbandingan antara nilai absorbansi dan konsentrasi tiap larutan standar
sehingga dengan menginterpolarisasikan absorbansi larutan cuplikan pada
kurva kalibrasi, maka konsentrasi unsur dalam cuplikan dapat ditentukan.
Adapun pelarut yang digunakan yaitu pelarut air (aquabides ph 2 ). Air
digunakan sebagai pelarut karena tidak mengganggu nyala gas asetilen
sebagai gas pembakar.
Langkah kedua yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu melakukan
preparasi sampel. Agar sampel dapat dianalisa dengan AAS, sampel harus
berupa larutan yang jernih dan homogen. Karena sampel sudah berbentuk
cairan maka dilakukan destruksi basah dengan penambahan HNO 3 pekat.
Penambahan HNO3 pekat bertujuan untuk merombak senyawa organik
sampel dengan melakukan pemanasan. Sebagaimana diketahui bahwa
senyawa organik mempunyai titik didih yang lebih rendah dibanding dengan
logam anorganik sehingga larutan organik dalam sampel terevaporasi lebih
dulu menjadi gas (berwarna kemerahan) sehingga hanya tersisa larutan
anorganiknya saja. Kemudian dilakukan pengenceran dengan air
(aquabides) di dalam labu ukur hingga tanda batas dengan volume sampel
50 ml.
Langkah terakhir yaitu menganalisa kadar Pb dalam sampel susu kental
manis dengan menggunakan AAS. Hasil pemeriksaan kadar timbal (Pb)
pada sampel gorengan berdasarkan alat AAS yaitu sebesar -0.0212 ppm.
Nilai minus yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel tersebut tidak
memiliki atau mengandung kadar Pb di dalamnya. Nilai kadar Pb dalam
sampel yang diketahui dari data AAS sebesar -0.0212 ppm dapat digunakan
untuk menentukan absorbansi sampel tersebut berdasarkan persamaan
Lambert-Beer. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa absorbansi
berbanding lurus dengan konsentrasi atom pada tingkat energi dasar dalam
nyala (atau dalam sel absorpsi). Besarnya konsentrasi atom-atom ini
sebanding dengan konsentrasi unsur di dalam cuplikan, sehingga dengan
membuat kurva absorbansi terhadap konsentrasi unsur di dalam larutan
standar akan diperoleh sebagai kurva kalibrasi standar. Dari kurva kalibrasi
dapat dihitung nilai absorbansi diperoleh sebesar 0.009759. nilai absorbansi
ini menunjukkan kenaikan transmitansi (log I 0/I), transmitansi ini
menunjukkan perbandingan antara cahaya yang ditransmisikan dengan
cahaya yang datang.
X. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kesimpulan bahwa :
1. Pembuatan larutan standar perlu dilakukan dalam penentuan kadar Pb
yang terkandung dalam sampel dengan AAS.
2. Preparasi sampel dilakukan dengan dengan destruksi basah menjadi
larutan yang homogen dan jernih sehingga sampel tersebut dapat dianalisa
dengan AAS.
3. Pemilihan pelarut yang sesuai yang tidak mengganggu nyala gas
pembakar pada alat AAS dimana dalam praktikum ini digunakan pelarut
asam nitrat.
4. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kandungan
Pb dalam sampel gorengan (jalankote) mengandung kadar Pb dengan hasil
kadar yang diperoleh yaitu 0.0212 ppm.