Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRAKTIKUM BIOKIMIA
ANALISIS KADAR PROTEIN DALAM PUTIH TELUR PUYUH DENGAN
MENGGUNAKAN METODE BIURET

DISUSUN OLEH
NAMA : RISKA DIA SAPITRI
NIM : E1M015059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2017
ANALISIS KADAR PROTEIN DALAM PUTIH TELUR PUYUH DENGAN
MENGGUNAKAN METODE BIURET

A. Abstrak
Telur puyuh merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan
besar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari sebutir telur puyuh
mengandung gizi yang lengkap dan mudah dicerna. Oleh karena itu protein yang
terdapat dalam telur puyuh dikatakan protein sempurna. Di dalam telur puyuh
terdapat bagian kuning dan putih yang mempunyai nilai protein yang berbeda.
Protein merupakan faktor penting untuk fungsi tubuh. Tujuan praktikum ini
adalah untuk mengetahui kadar protein yang terdapat dapat putih telur puyuh.
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah analisis kuantitatif dari putih
telur puyuh menggunakan pereaksi biuret dengan larutan standar kasein 3 mg/ml.
Hasil praktikum menunjukkan kadar protein dalam dalam sampel adalah 13,83
gram dalam 100 gram larutan sampel. Simpulan praktikum terdapat berbedaaan
antara kadar protein yang didapatkan dari percobaan dengan kadar protein yang
dari sumber belajar atau litelatur sebesar 0,6 gram dalam 100 gram sampel .
Kata kunci : putih telur, metode biuret, protein

B. Pendahuluan
Telur merupakan salah satu makanan yang banyak mengandung protein
tinggi yang berasal dari protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
Hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh ada didalam telur. Salah
satunya protein telur, mengandung semua asam amino essensial yang dibutuhkan
tubuh untuk hidup sehat. Potein merupakan salah satu dari sekian banyak zat
yang erat dengan proses kehidupan. Fungsi protein adalah zat pembangun
tubuh,baik pembentuk sel-sel yang baru maupun mengganti sel-sel yang rusak.
Kadar protein untuk masing-masing telur berbeda-beda antara telur yang satu
dengan telur yang lainnya. Jenis-jenis telur yang umum dikomsumsi dalam
kehidupan sehari-hari adalah telur ayam kampung, telur ayam ras maupun telur
puyuh, kandungan protein didalam telur jauh lebih tinggi dibandingan dengan
daging, tempeh, maupun kacang kacangan (Hidayati dan Mardiono,2009).

Protein merupakan molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara


5000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein
akan menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat
dalam molekul protein. Asam-asam amino ini terikat satu sama lain dengan
ikatan peptida. Komposisi rata-rata unsur kimia yang terdapat dalam molekul
ialah sebagai berikut: karbon 50%, hydrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%,
belerang 0-3% dan fosfor 0-3%. Dengan berpedoman pada kadar nitrogen 16%,
dapat dilakukan penentuan kandungan protein dalam bahan makanan. Unsur
nitrogen ditentukan secara kualitatif, misalnya dengan cara kjedahl, yaitu
dengan cara destruksi dengan asam pekat. Berat protein yang ditentukan adalah
6,25 kali berat unsur nitrogen ( Poedjiadi dan Supriyanti,2006).

Kadar protein dalam telur dapat ditentukan dengan beberapa metode, salah
satu metode yang sering digunakan adalah metode biuret. Metode biuret dapat
digunakan untuk analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Metode biuret
bertujuan untuk menentukan adanya senyawa- senyawa yang mengandung gugus
amida. Reaksi positif dari biuret adalah menghasilkan warna ungu pada larutan
yang diuji. Selain metode biuret, analisis protein juga dapat dilakukan dengan
metode spektrofotometri visible. Spektrofotometri merupakan metode analisis
yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu laju
larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik. Berdasarkan penjelasan
diatas adapun tujuan praktikum uji putih telur puyuh ini adalah untuk mengetahui
kadar protein yang terdapat pada putih telur puyuh dengan analisis kuantitaif
menggukan metode biuret.
C. Alat dan Bahan Praktikum
1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan untuk analisis kadar protein telur
puyuh dengan metode biuret adalah sebagai berikut:
a. Tabung reaksi
b. Pipet tetes
c. Erlenmeyer
d. Gelas kimia
e. Kuvet
f. Rak tabung reaksi
g. Labu ukur
h. Spektrofotometer UV-Visible
i. Neraca analitik
j. pengaduk
2. Bahan
Adapun bahan-bahan digunakan untuk analisis kadar protein telur
puyuh dengan menggunakan metode biuret adalah sebagai berikut:
a. Putih telur punyuh
b. Aquades
c. Larutan NaOH 10%
d. Larutan NaOH 3%
e. Tembaga II sufat hidrat (CuSO4. H2O)
f. Kalium natrium tratat (KNaC4H4O6. 4H2O)
g. Serium albumin murni (kasein)
D. Prosedur Kerja
1. Pembuatan reagen biuret
a. Menyiapkan dan menimbang padatan Tembaga II sufat hidrat (CuSO4.
H2O) dan Kalium natrium tratat (KNaC4H4O6. 4H2O) masing-masing150
mg.
b. Melarutkan padatan Tembaga II sufat hidrat (CuSO4. H2O) dan Kalium
natrium tratat (KNaC4H4O6. 4H2O) yang telah ditimbang dengan aquades
sebanyak 50 ml, sedikit demi sedikit
c. Menambahkan larutan Tembaga II sufat hidrat (CuSO4. H2O) dan
Kalium natrium tratat (KNaC4H4O6. 4H2O) ke dalam NaOH 10%
d. Melarutkan dalam labu takar 100 ml sampai tanda batas.
(Bakhtra, 2016).

2. Pembuatan larutan standar


a. Menyiapkan dan menimbang serum albumin (kasein) sebanyak 300 mg
b. Menambahkan 100 ml aquades ke dalam larutan induk sampai kadarnya 3
mg/ml
c. Menambahkan beberapa tetes NaOH 3% sedikit demi sedikit

3. Pembuatan kurva standar


a. Mengencerkan larutan standar yang digunakan dengan menambahkan
aquades dan reagen biuret dengan larutan standar yang diambil untuk
masing masing kosentrasi adalah 10 ml.
b. Menghitung masing-masing perbandingan volume aquades dan reagen
biuret untuk masing-masing kosentrasi yang diinginkan dengan
perbandingan 2:3.
c. Perbandingan volume aquades dan reagen biuret yang digunakan untuk
kosentrasi 0,5 mg/ml adalah 24ml: 36 ml, kosentrasi 1mg/ml
perbandingannya 12ml: 18ml, kosentrasi 1,5 mg/ml perbandinganya 8ml:
12ml, kosentrasi 2 mg/ml perbandingan 6m : 9ml dan kosentrasi 3 mg/ml
perbandingannya 4ml: 6ml.
d. Menyimpan tabung pada suhu 37 derajat selama 10 menit atau pada suhu
kamar selama 30 menit sampai terbentuk warna ungu sempurna.
e. Mengukur absorbansi pada panjang gelombang 520 nm.

4. Uji kuantitatif dengan reagen biuret


a. Memisahkan putih telur dengan kuning telur .
b. Menimbang 1 gram putih telur yang telah dipisahkan dengan kuning
telurnya .
c. Memasukkan putih telur yang telah ditimbang ke dalam Erlenmeyer.
d. Melarutkan putih telur di dalam Erlenmeyer dengan 100 ml aquades.
e. Mengambil 1 ml larutan putih telur di dalam Erlenmeyer lalu dimasukkan
ke dalam tabung reaksi.
f. Menambahkan reagen biuret ke dalam tabung reaksi dikocok dan amati
perubahannya, lalu mendiamkan larutan tersebut selama 30 menit dalam
suhu kamar.
g. Memasukan larutan ke dalam kuvet lalu dihitung panjang absorbansinya
dengan panjang gelombang 520nm menggunakan spektrofotometer

E. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
a. Perhitungan nilai Absorban Sampel
1. A1 = nilai absorban sampel 1 nilai absorban blanko
= 0,203- 0,125
= 0,078
Jadi nilai absorban sampel pertama adalah 0,078
2. A2 = nilai absorban sampel 2 nilai absorban blanko
= 0,264 0,125
= 0,139
Jadi nilai absorban sampel kedua adalah 0,139
3. A3 = nilai absorban sampel 3 nilai absorban blanko
= 0,323 0,125
= 0,198
Jadi nilai absorban sampel ketiga adalah 0,198
4. A4 = nilai absorban sampel 4 nilai absorban blanko
= 0,38 0,15
= 0,255
Jadi nilai absorban sampel keempat adalah 0,255
5. A5 = nilai absorban sampel 5 nilai absorban blanko
= 0,484 0,125
=0,359
Jadi nilai absorban sampel kelima adalah 0,359

b. Tabel hasil pengamatan


Tabel hasil pengamatan berisikan nilai kosentrasi masing-masing
sampel dengan niali absorban sampel yang dikurangkan dengan nilai
absorban blanko.
No Kosentrasi Absorban
1. 0,5 mg/ml 0,078
2. 1 mg/ml 0,139
3. 1,5 mg/ml 0,198
4. 2 mg/ml 0,255
5. 3 mg/ml 0,359

c. Kurva hasil pengamatan


Kurva dibawah menggambar perbandingan antara kosentrasi
masing-masing larutan sampel dengan nilai absorban masing-masing
larutan sampel.

kurva standar
0.4
0.35 y = 0.1123x + 0.0261 0.359
0.3 R = 0.9986
Absorban

0.25 0.255
0.2 0.198
Series1
0.15 0.139
0.1 Linear (Series1)
0.078
0.05
0
0 1 2 3 4
kosentrasi

d. Perhitungan nilai konsentrasi putih telur puyuh


y = 0,112x + 0,026
y = slope x = - intersep
Absorban yang digunakan = absorban praktikum absorban blanko
= 0, 306 0,125
= 0,181
Kosentrasi dalam 1 ml
y = 0,112x + 0,026
0,181 = 0,112x + 0,026
0,112x = 0,181 -0,026
0,112x = 0,155
0,155
x =0,112

x = 1,383 mg/ml
Konsentrasi dalam 100 ml = 1,383 mg/ml x 100 ml
= 138,3 mg/100 ml
Konsentrasi dalam 100 gram = 0,1383 gram x 100 gram
= 13,83 dalam 100 gram
Jadi konsentrasi telur puyuh dalam 100 gram adalah 13,83
e. Gambar Hasil Uji Biuret
Gambar disamping menggambar
kan hasil uji biuret. Dimana
larutan tersebut merupakan
campuran anatra larutan sampel
dengan reagen biuret.

Gambar disamping menggambar


kan campuran larutan sampel
dengan biuret yang telah di
diamkan selama 30 menit dalam
suhu kamar. Larutan yang
berwarna unggu menggambar kan
sampel tersebut positif dengan
reagen biuret.

2. Pembahasan
Protein merupakan suatu makromolekul yang terdiri dari monomer-
monomer berupa asam amino. Protein memiliki peran yang sangat penting ,
salah satunya sebagai pembangun tubuh. Protein dapat diperoleh dari
tumbuhan (protein nabati) maupun dari hewan (protein hewani). Salah satu
contoh protein yang berasal dari hewani adalah telur. Telur mengandung
protein tinggi yang berasal dari protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh
manusia. Hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh ada didalam
telur. Pada percobaan ini, dilakukan analisis kadar protein pada putih telur
puyuh.
Dalam percobaan, analisis kadar protein pada putih telur puyuh
dilakukan dengan cara metode biuret dan dilanjutkan dengan analisis
spektrofotometry. Pada metode biuret larutan putih telur puyuh diencerkan
lalu ditambahkan dengan reagen biuret. Tujuan penambahan pereaksi biuret
adalah untuk membuat larutan menjadi warna ungu, warna ungu dihasilkan
dari larutan sampel dengan CuSO4, dimana akan terbentuk komplek Cu2+
dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida dalam suasana basa.
Selain itu warna dari dari sampel akan menentukan pada analisis
spektrofometry, spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu laju
larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan defektor fototube, diamana
hasil dari analisis ini adalah nilai absorban dari sampel yang berwarna.
Pada percobaan pertama dilakukan penambahan biuret pada putih
telur puyuh yang diencerkan terlebih dahulu menjadi 100 ml. Setelah
penambahan biuret larutan sampel didiamkan selama 30 menit pada suhu
kamar sampai warna larutan berubah menjadi unggu. Warna unggu ini
mengidentifikasikan bahwa larutan positif dengan uji biuret. Selain
penambahan biuret, pada persos ini telur puyuh diencerkan dengan tujuan
untuk memudahkan pada saat pengukuran menggunakan spektrofotometer.
Apabila tidak dilakukan pengenceran, maka kosentrasi yang ada pada putih
telur akan sangat besar, sehingga dapat mengganggu atau menyulitkan pada
saat proses absorpsi di spektrofotometer.
Setelah dilakukan metode biuret larutan sampel diukur panjang
gelombangnya menggunakan spektrofotometer agar diperoleh nilai
absorbansi dari larutan. Absorbansi atau bisa disebut pula nilai serapan
merupakan sinar yang diserap oleh senyawa dalam larutann. Dalam
spektrofotometer akan memancarkan sinar tampak yang kemudian melewati
suatu larutan dan diserap oleh larutan yang dilewati sehingga serapannya
tersebut yang dikatakan segabai absorbansi. Namun, sinar tampak tersebut
hanya dapat melewati larutan yang berwarna, sehingga untuk larutan yang
tidak berwarna perlu diwarnakan terlebih dahulu.
Prinsip kerja spektrofotometer ialah dengan memasukkan suatu larutan
blanko dalam kuvet dan memasukkan dalam spektofotometer, kemudian
absorbansi pada spektrofotometer di nol kan. Larurutan blanko merupakan
pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel dan diperlakukan sama
dengan larutan sampel. Dalam praktikum ini, larutan blanko yang digunakan
adalah air, sedangkan larutan sampel ialah putih telur 1 ml.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh menunjukkan bahwa
semakin banyak volume putih yang ditambahkan, maka nilai absorbansi atau
serapannya pun semakin meningkat. Hal tersebut berkaitan dengan besarnya
kosentrasi putih telur pada larutan tersebut maka semakin banyak volume
putih telur yang ditambahkan maka semakin tinngi pula kosentrasinya. Nilai
kosentrasi berbanding lurus dengan absorbansi suatu larutan, dimana
peningkatan kosentrasi larutan tersebut akan diikuti oleh peningkatan
serapan atau absorbansinya.
Hal serupa pula ditunjukkan oleh kurva hasil praktikum, dimana
volume putih telur yang diplotkan menunjukkan peningkatan dari titik ke
titik. Dengan menghasilkan garis lurus dengan nilai R sebesar 0,998. Nilai
menunjukkan bahwa garis yang terbentuk pada kurva adalah garis lurus
karena nilai R mendekati 1. Berdasarkan praktikum analisis kadar protein
menggunakan metode biuret ini didapatkan bahwa kadar protein yang
terdapat dalam 100 gram putih telur puyuh terdapat 13,83 dalam 100 gram
putih telur puyuh. Sedangakn menurut litelatur (Oktriza,2013) kandungan
putih telur yang terdalam dalam 100 gramnya adalah 13,23. Dalam 100
gram. Besar perbedaan nilai kadar protein antara praktikum dengan litelatur
sebesar 0,6 gram dalam 100 gram sampel, hal ini membuktikan pesentase
kesalahan pada saat praktikum hanya sedikit sehingga dapat dikatakan
praktikum yang dilakukan berhasil. Namun jika dijelaskan kesalahan ini
dapat dikarenakan proses inkubasi pada suhu terlalu tinggi yang akan
mengakibatkan terjadinya denaturasi protein. Ikatan inkubasi ini untuk
mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik non polar pada
protein sehingga protein albumin kemampuan mengikat airnya menurun. Hal
ini karena dapat meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul
penyusun protein bergetar atau bergerak sangat cepat sehingga mengacaukan
ikatan molekul dan mengakibatkan terputusnya interaksi nonkovalen yang
ada pada struktur alami protein tetapi tidak memutus ikatan kovalen yang
berupa ikatan peptida.
F. Simpulan
Berdasarkan tujuan praktikum, metode , hasil dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Telur adalah sumber protein yang penting untuk tubuh, salah satu fungsi
prorein adalah zat pembangun atau berguna dalam pembentukan sel.
2. Protein dalam putih telur puyuh dapat diketahui kadarnya proteinnya dengan
mengunakan metode biuret dan dilanjutkan dengan analisis spektrofotometri.
3. Analisis dengan metode biuret akan menghasilkan warna larutan yang
berwarna unggu yang menandakan terbentuknya komplek Cu2+ dengan
gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida dalam suasana basa.
4. Reagen biuret berperan sebagai indikator pada senyawa yang ketika diuji
memberiakn hasil positif adanya ikatan peptida.
5. Warna larutan yang berwarna dari metode biuret dapat digunakan untuk
analisis spektrofotometry, karena analisis hanya dapat dilakukan jika
larutannya berwarna.
6. Hasil dari analisis spektrofotometry adalah nilai absorban, dimana pada
praktikum nilai absorban akan meningkat sebanding dengan kenaikan
kosentrasi larutan.
7. Kadar protein putih telur yang didapat dari hasil praktikum adalah 13,83
dalam 100 gram sedangkan berdasarkan litelatur kadar protein putih telur
adalah 13,23, besar perberdaan keduanya hanya 0,6 gram dalam 100 gram
sampel sehingga dapat dikatakan praktikum yang dilakukan berhasil.
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtra,Dwi Dini Aulia dan Aisyah Mardiah.2016.Penetapan Kadar Protein


dalam Telur Unggas Melalui Analisis Nitrogen Menggunakan Metode
Kjeldahl.Farmasi Higea No.2 Vol 8: Hal146.
Hidayati, Nur dan Mardiyono. (2009). Pengaruh Waktu Pengasinan Terhadap
Kadar Protein Putih Telur. Biomediaka. No. 2 Volume 2: Hal,81-82.
Oktriza Witi. 2013. Study pengembangan Kadar Protein pada putih telur Ayam
Ras,Telur ayam Buras, Telur Itik,Telur Puyuh dan Telur Penyu secara
titrasi formol. Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara.
Poedjiadi, Anna dan F.M. Titin Supriyanti. (1994). Dasar- Dasar Biokimia
Edisi Kedua. Jakarta. UI Pres.

Anda mungkin juga menyukai