Anda di halaman 1dari 18

EFICIAN (EDIBLE FILM BERBAHAN AIR CUCIAN BERAS DAN

KULIT DURIAN) SEBAGAI INOVASI PENGAWET BAHAN MAKAN


RAMAH LINGKUNGAN
Rizka Lailatul Rohmah, Sofia Oka Rodiana, Nada Hidayatus Sangadah
Universitas Sebelas Maret

Penggunaan senyawa pengawet di dalam makanan seringkali tidak dapat


dihindari karena berbagai alasan seperti menjaga kesegaran makanan,
menghambat pertumbuhan organisme, memelihara warna bahan makanan dan
menjaga kualitas makanan dalam penyimpanan dalam jangka waktu tertentu.
Permasalahan yang sering dihadapi adalah bahan pengawet yang dimasukkan dan
ditambahkan ke dalam makanan bukan bahan pengawet yang aman sehingga
berpotensi terhadap timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh toksisitas senyawa
pengawet tersebut terhadap kesehatan. Oleh karena itu kami mengusulkan
EFICIAN sebagai inovasi edible film pengawet bahan makanan berbahan dasar air
cucian beras dan kulit buah durian. Air cucian beras merupakan air sisa proses
pencucian beras yang pada umumnya jarang dimanfaatkan sehingga hanya
dibuang, padahal air sisa tersebut masih mengandung karbohidrat jenis pati
sebanyak 76% pada beras pecah kulit. Kandungan pati inilah yang berpotensi
sebagai bahan edible film. Sedangkan tanaman durian merupakan buah asli
Indonesia yang menempati posisi ke-4 buah nasional dengan produksi yang tidak
merata sepanjang tahun, lebih kurang 700 ribu ton per tahun. Bagian buah yang
dapat dimakan (persentase bobot daging buah) tergolong rendah yaitu hanya
20,52%. Hal ini berarti ada sekitar 79,48% yang merupakan bagian yang tidak
termanfaatkan untuk dikonsumsi seperti kulit dan biji durian. Sehingga, dapat
diperkirakan limbah yang dihasilkan sekitar 556.360 ton per tahun. Kulit buah
durian mengandung senyawa fenolik, flavonoid, saponin, dan tanin. Hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah durian dapat digunakan sebagai antijamur.
Edible film berfungsi sebagai penghalang selektif terhadap perpindahan air,
oksigen, oksidasi lemak dan kehilangan aroma volatil, serta flavor dari makanan.
Antibakteri pada bahan alami digunakan untuk mengontrol pembusukan dan
mencegah tumbuhya mikroorganisme seperti mikroorganisme pathogen.
Penggunaaan edible film yang mengandung bahan antimikroba dapat lebih efisien
dalam mengatur proses migrasi bahan aktif ke dalam produk pangan dibandingkan
dengan penyemprotan maupun pencelupan. Sehingga EFICIAN ini potensial
sebagai pengawet bahan makanan yang dapat mempertahankan kualitas bahan
makanan dan bersifat ramah lingkungan.
Kata Kunci: Air Cucian Beras, Kulit Durian, Edible Film, Pengawet
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dari karya tulis ini adalah:
1. Bagaimana konsep EFICIAN sebagai inovasi pengawet bahan makan
ramah lingkungan?
2. Bagaimana implementasi EFICIAN sebagai food safety kemasan dan
pelindung agar makanan aman dikonsumsi?
3. Bagaimana implikasi penggunaan EFICIAN sebagai inovasi pengawet
bahan makan ramah lingkungan?

Tujuan
1. Mengetahui konsep konsep EFICIAN sebagai inovasi pengawet bahan makan
ramah lingkungan?
2. Menjelaskan implementasi EFICIAN sebagai food safety kemasan dan
pelindung agar makanan aman dikonsumsi?
3. Menjelaskan implikasi penggunaan EFICIAN sebagai inovasi pengawet bahan
makan ramah lingkungan?

Manfaat
1. Penelitian ini dapat memberikan perkembangan pada penelitian di bidang
edible film
2. Penelitian ini dapat menghasilkan plastik yang dapat digunakan sebagai
pembungkus makanan yang ramah lingkungan
3. Pemanfaatan limbah kulit durian dan air leri sebagai material pengemas
4. Menghasilkan formulasi edible film dari perbandingan limbah kulit durian dan
air leri.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Edible Film


Edible film merupakan suatu lapis tipis yang melapisi bahan pangan
yang layak dikonsumsi, dan dapat terdegradasi oleh alam secara biologis.
Selain bersifat biodegradable, edible film dapat dipadukan dengan komponen
tertentu yang dapat menambah nilai fungsional dari kemasan itu sendiri
seperti edible film berantioksidan ( Kusumawati dan Putri, 2013). Baldwin
(1994) dan Wong et al. (1994) dalam Adikrisna (2011) mengatakan :
Bahwa secara teoritis bahan edible film harus memiliki sifat-sifat
seperti:
1. Menahan kehilangan air bahan pangan.
2. Memiliki permeabilitas selektif terhadap gas tertentu.
3. Mengendalikan perpindahan padatan terlarut untuk mempertahankan
kualitas bahan pangan.
4. Menjadi pembawa bahan aditif seperti pewarna, pengawet, penambah
aroma yang dapat memperbaiki mutu bahan pangan.
Penggunaan edible film sebagai bahan kemasan pangan yang aman
dikonsumsi oleh manusia telah banyak diteliti oleh para ahli pangan
khususnya bidang teknologi kemasan. Fokus utama penelitian-penelitian
bidang kemasan beberapa tahun terakhir ini adalah eksplorasi bahan
biopolimer yang bersifat lokal dan bahan yang belum digunakan serta
pengembangan metode pembuatan edible film. Salah satu bahan biopolimer
edible film tersebut adalah pati dari ubi jalar putih. Berdasarkan penelitian,
kandungan amilosa dari pati ubi jalar putih adalah sebesar 38,25%. Bahan
yang mempunyai amilosa tinggi dapat dibuat edible film. Struktur amilosa
yang berbentuk linear menyebabkan edible film yang dhasilkan memiliki sifat
mekanik yang baik (Huri dan Nisa, 2014).

2.2. Air Cucian Beras


Beras merupakan sumber energi dan protein, mengandung erbagai
unsur mineral dan vitamin. Air leri kjuga mudah didapatkan karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menggunakan beras (nasi) sebagai makanan
pokok. Air leri air bekas cucian beras yang belum banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena masyarakat belum mengetahui
manfaat dari air leri. Air leri belum termanfaatkan secara optimal meski
masih banyak mengandung banyak vitamin, mineral, dan unsur lainnya. Air
leri masih banyak mengandung zat gizi seperti vitamin B (tiamin) dan B12.
Air leri mengandung unsur N,P,K,C dan unsur lainnya (Winarni, 2002 dalam
Kalsum dkk, 2011).
Komponen yang terkandung dalam air cucian beras berupa karbohidrat,
protein, vitamin, dan mineral lainnya. Dari kandungan karbohidrat dalam air
cucian beras, maka dapat dihidrolisa untuk menghasilkan glukosa. Glukosa
kemudian difermentasi secara anaerob menjadi bioetanol menggunakan
Saccharomyces cerevisiae dan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Istianah (2011) bioetanol yang dihasilkan oleh air cucian beras mempunyai
kadar sebesar 42%. Kadar ini merupakan kadar bioetanol setelah destilasi
(Oktavia dkk, 2013).

2.3. Kulit Durian


Durian (Durio zibethinus L.) merupakan salah satu tanaman yang
mengandung fitokimia. Kulit buah Durian mengandung senyawa fenolik,
flavonoid, saponin, dan tanin. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah
Durian dapat digunakan sebagai antijamur (Setyowati dkk, 2013).
Berikut adalah tabel uji hasil skrining fitokimia kulit durian
Dari tabel terlihat kulit bagian dalam buah durian mengandung senyawa
tanin, alkaloid, triterpenoid dan flavonoid sebagai bahan anti bakteri.
Aktivitas suatu bahan anti bakteri dalam menghambat bakteri dipengaruhi
oleh beberapa faktor, seperti kepadatan populasi bakteri, kepekaan terhadap
bahan anti bakteri, volume bahan anti bakteri, lamanya bahan anti bakteri
yang diaplikasikan, konsentrasi bahan anti bakteri, suhu dan kandungan
bahan organik (Arlofa, 2015).

Pengawet

BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Jenis Penulisan
Jenis penulisan yang digunakan adalah penulisan deskriptif kualitatif
karena bermaksud menafsirkan dan membuat gambaran mengenai konsep
EFICIAN (Edible Film Berbahan Air Cucian Beras dan Kulit Durian) sebagai
Inovasi Pengawet Bahan Makan Ramah Lingkungan. Selan itu, data yang
diperoleh bukan berupa data statistik atau data angka, melainkan data bersifat
kualitatif yang dideskripsikan melalui hasil studi literatur dan pengembangan
konsep yang sesuai untuk memberikan alternatif solusi dalam menyelesaikan
permasalahan.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penulisan deskriptif
sebagai berikut (Ali, 1982):
1. Memilih masalah mengenai metode pembuatan edible film berbahan
air cician beras dan kulit durian
2. Merumuskan dan mengadakan pembatasan masalah mengenai
penggunaan Efician, implementasi dan implikasinya terhadap
kehidupan sehari-hari.
3. Menetapkan teknik pengumpulan pustaka yang akan digunakan.
4. Mengadakan analisis pustaka
5. Menarik kesimpulan dan metode

3.2 Sumber Data


Penulis memperoleh sumber dari data sekunder yaitu data yang digunakan
untuk mendukung dan melengkapi data primer yang berhubungan dengan masalah
penulisan karya tulis ilmiah. Data sekunder dapat diperoleh dari perpustakaan atau
laporan-laporan penelitian terdahulu (Hasan, 2002). Karya tulis ilmiah ini tidak
menggunakan data primer (data yang diambil secara langsung) melainkan data
sekunder yang diperoleh melalui kepustakaan yang dilakukan dengan membaca
buku-buku, jurnal-jurnal dan literatur yang tersedia dalam bentuk pustaka cetak
maupun elektronik, serta studi-studi terdahulu yang memiliki kaitan dengan tujuan
dan objek penulisan.
y
n
e
R
d
M
k
u
t
a
s
i
j
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah teknik
analisis pustaka. Penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti jurnal,
buku, literatur dari internet guna mendukung karya tulis ini. Kemudian penulis
menganalisis dokumen-dokumen dan data-data dari sumber yang relevan tersebut
untuk menyimpulkan hasil dan memberi saran.

3.4 Analisis Data


Analisis data dalam penulisan kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan dalam periode tertentu. Dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan model analisis interaktif
yang meliputi empat komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data (reduction),
sajian data (display) dan verifikasi data/penarikan kesimpulan (conclusion
drawing. (Miles&Huberman:1979).

Gambar 3.1 Bagan Analisis Data


Pada karya tulis ini, dilakukan proses reduksi data melalui proses
pemilihan dan pemusatan bahasan mengenai EFICIAN (Edible Film Berbahan Air
Cucian Beras dan Kulit Durian) sebagai Inovasi Pengawet Bahan Makan Ramah
Lingkungan. Kemudian dilakukan analisis data dari sajian data yang diperoleh
saat proses pengumpulan data hingga diperoleh satu penarikan kesimpulan
mengenai implikasi pemakaian edible film sebagai pengawet daging.
ti
a
h
n
P
g
b
e
irL
P B
K
O
E
F
m
9
A
ld
%
0
k
u
_
+
c
w
t
a ti
3.5 Kerangka Berpikir
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Konsep EFICIAN (Edible Film Berbahan Air Cucian Beras dan Kulit
Durian) Sebagai Inovasi Pengawet Bahan Makan Ramah Lingkungan
Beras menempati urutan pertama dalam konsumsi pangan sehari-hari
bagi sebagian besar penduduk Indonesia, maka bangsa Indonesia sangat
potensial untuk dapat memanfaatkan beras, terutama limbahnya yang
berupa air cucian beras yang jumlahnya sangat melimpah, mudah didapat
serta masih mengandung zat yang bermanfaat bagi manusia dan limbah ini
belum banyak dimanfaatkan (Oktavia, 2013). Tingkat konsumsi beras sangat
tinggi di dunia mencapai 130 kilogram per kapita per tahun atau lebih dari 2
kali lipat konsumsi rata-rata dunia yang hanya 60 kilogram per kapita per
tahun. Biasanya, air limbah cucian beras yang dihasilkan ketika
membersihkan beras dibuang begitu saja. Air cucian beras sebenarnya tidak
membahayakan untuk kesehatan, akan tetapi dapat mencemari air bersih. Saat
ini, limbah air cucian beras belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal, air
cucian beras mengandung karbohidrat cukup tinggi berasal dari kulit
ari beras yang terkelupas (Rohaeti et al., 2016)
Tanaman durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu jenis
buah-buahan yang produksinya melimpah. Bagian buah durian yang dapat
dimakan (presentase bobot daging buah) tergolong rendah (20,52%). Sisanya
79,48% merupakan bagian yang tidak termanfaatkan untuk dikonsumsi,
seperti kulit dan biji durian (Anggraeni & Anam, 2016). Hasil penelitian
dalam Permatasari membuktikan bahwa ekstrak kulit buah durian (Durio
zibethinus Murray) bersifat antibakteri terhadap bakteri gram positif dan gram
negative. Sifat antibakteri dari kulit buah durian (Durio zibethinus Murray)
ini diperoleh dari flavonoid, saponin dan gel polisakarida yang terkandung di
dalamnya.
Edible Film menjadi salah satu alternatif untuk menggantikan plastic
pengemas yang bersifat sintetik. Edible Film ini memiliki manfaat yang besar
salah satunya meningkatkan nilai fungsional produk yang dikemas karena
terbuat dari bahan-bahan alami yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat dan
tidak berbahaya bagi kesehatan. Edible Film juga dapat dipadukan dengan
berbagai bahan alami yang bersifat antioksidan alami, sehingga menghambat
pertumbuhan mikroba pada produk yang dikemas (Wahyuni, 2018). 
Edible film yang bersifat antimikroba berpotensi dapat mencegah
kontaminasi patogen pada berbagai bahan pangan yang memiliki jaringan
(daging, buah-buahan, sayuran). Kombinasi antimikroba dengan
pengemas film untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba pada makanan
dapat memperpanjang masa simpan dan memperbaiki mutu pangan (Winarti,
2013)
Keuntungan penambahan bahan aktif antimikroba ke dalam edible
coating adalah meningkatkan daya simpan. Selain itu, sifat penghalang yang
berasal dari lapisan film yang diperkuat dengan komponen aktif antimikroba
dapat menghambat bakteri pembusuk dan mengurangi risiko kesehatan.
Penggunaan bahan antimikroba dari bahan alami juga lebih aman dibanding
bahan antimikroba sintetis (Winarti, 2013).
Bahan utama dalam pembuatan edible film yaitu pati. Pada air cucian
beras mengandung karbohidrat jenis pati sebanyak 76% pada beras pecah
kulit, sehingga berpotensi sebagai bahan pembuat edible film (Layudha,
2017).
4.2 Implementasi EFICIAN (Edible Film Berbahan Air Cucian Beras dan
Kulit Durian) Sebagai Inovasi Pengawet Bahan Makan Ramah
Lingkungan
4.2.1 Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan EFICIAN
Alat yang digunakan yaitu gelas ukur, beaker glass, pipet,
kompor listrik, magnetic stirrer, kertas pH, nampan, alumunium foil,
oven, Seperangkat alat ekstraksi dan fraksinasi, seperangkat alat
evaporator, blender, termometer.
Bahan yang digunakan yaitu air cucian beras, kulit durian, asam
asetat teknis, gula, urea, gliserol, Acetobacter xylinum, aquadest.
4.2.2 Metode Pembuatan
Preparasi Limbah Kulit Durian
Bahan baku kulit durian segar dipilih lalu dibersihkan. Setelah itu
dikeringkan dengan suhu 100°C selama 48 jam. Selanjutnya, kulit
durian yang telah kering, dihaluskan dengan blender, sehingga
diperoleh tekstur yang halus. Bubuk atau tepung kulit durian digunakan
dalam proses ekstraksi (Juariah dan Wahyuni, 2016).
Ekstraksi Kulit Durian
Menyiapkan 50 gram serbuk kasar dari bahan tanaman yang akan
diekstraksi secara terpisah dalam 400 ml air menggunakan sox extractor
biarkan selama 6 jam/sampel. Suhu dipertahankan sampai mendidih
titik air yaitu 100°C (Acharya et al., 2018). Ekstrak dipisahkan dari
pelarut dan dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator pada
suhu antara 60-70oC hingga ekstrak agak pekat. Kemudian dilanjutkan
dengan pemekatan dalam water bath hingga ekstrak pekat (Daud et al.,
2011).
Pembuatan Edible Film
Pembuatan edible film diawali dengan membuat selulosa bakteri
yang disebut sebagai nata, merupakan hasil fermentasi air cucian beras
menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Berikut merupakan
langkah-langkah pembuatan EFICIAN:
a) Pembuatan cairan bibit sebagai berikut: air cucian beras 650 ml
disaring lalu ditambah gula pasir 30 g, didihkan dan dinginkan.
Larutan ditambah asam cuka 14 ml, dikocok sampai homogen lalu
masukkan dalam botol yang sudah disterilkan. Selanjutnya ambil
lapisan tipis biakan murni A. xylinum dari tabung reaksi dan
masukkan dalam botol yang sudah berisi larutan tersebut di atas,
kemudian tutup kertas steril, diamkan selama 2 - 3 hari sampai
terbentuk lapisan tipis sekitar 1 - 2 mm.
b) Air cucian beras dididihkan dengan ditambahkan gula 25gr. Air
cucian beras dihasilkan dari beras 1 kg yang dicuci dengan 1,5 L
air. Lalu dinginkan.
c) Tambahkan asam asetat dan urea 2,5% (m/v) dan juga cairan bibit.
Penambahan asam asetat bertujuan untuk meningkatkan keasaman
medium air cucian beras, yaitu agar ber-pH 4. Tingkat keasaman
optimum untuk pembentukan nata adalah 4-5,5. Sedangkan
penambahan urea adalah untuk nutrisi bakteri Acetobacter xylinum.
d) Air cucian beras yang sudah ditambahkan bahan-bahan tersebut
dituangkan dalam wadah nampam sebanyak 200 mL kemudian
ditambahkan gliserol 2% (m/v)
e) Ditambahkan ekstrak kulit durian sebagai pengawet alami
f) Tutup wadah dengan kain saring/kertas. Masa pembentukan nata
selama sepuluh hari.
g) lembaran nata diangkat dan direndam dalam air bersih selama 3
hari dan air rendaman setiap hari diganti.
h) Dicuci pada air mengalir, selanjutnya dipanaskan dalam air supaya
keasamannya lebih cepat berkurang. Kemudian dimurnikan dengan
cara didihkan dalam larutan NaOH 1% untuk menghilangkan
komponen non selulosa, lalu dicuci lagi dengan air sampai pH
netral. Bio-selulosa dalam bentuk gel dipotong kecil ditambah air
kemudian diblender sampai terbentuk pasta. Bioselulosa dalam
bentuk slurry menjadi bahan dasar pembuatan edible film.
Selanjutnya slurry bioselulosa ditambah air, aditif CMC (Carboxy-
Methyl-Cellulose) 0 - 1,5% dan pemlastis (gliserol) 0 - 1,5%.
Proses pencampuran adalah sebagai berikut: CMC di-larutkan
dalam akuades sedikit demi sedikit sambil diaduk di atas pemanas
pada suhu 800C, kemudian ditambahkan gliserol dan diaduk sampai
homogen. Selanjutnya ditambahkan slurry yang telah didiamkan
24 jam sambil diaduk di atas pemanas sampai homogen, lalu
degassing (pembuangan udara) selama 5 menit. Tambahkan
kembali akuades hingga total volume menjadi 600 ml, aduk sampai
homogen lalu pembuangan udara selama 5 menit (Layudha, 2017
dan Litbang Pertanian).
Aplikasi EFICIAN pada Bahan Makanan
a) Bahan makanan dicuci dengan air mengalir, kemudian dikeringkan.
b) Bakan makanan dicelupkan dalam larutan edible film dengan suhu
pencelupan diatas 680C (suhu gelatinasi pati beras 680C -780C)
dengan waktu pencelupan 60-90 detik.
c) Bahan makanan ditiriskan dan dikeringan kurang lebih 45 menit
dan disimpan dalam suhu ruang kurang lebih 250C (Rukhana,
2017)

4.3 Implikasi EFICIAN (Edible Film Berbahan Air Cucian Beras dan Kulit
Durian) Sebagai Inovasi Pengawet Bahan Makan Ramah Lingkungan
Implikasi dari EFICIAN ini adalah:
a) Adanya produk pengawet makanan yang ramah lingkungan.
b) Diperoleh edible yang lebih murah karena menggunakan bahan yang
berasal dari limbah dan mudah diperoleh.
c) Dapat dijadikan sebagai produk unggulan Indonesia di bidang
pengelolaan makanan
4.4. Analisis SWOT
 Strength
1. Komoditas kulit durian dan air cucian beras mudah didapatkan
2. Mengurangi limbah kulit durian dan air cucian beras
3. Edible film dibuat dari bahan ekonomis
4. Edible film tergolong dalam produk ramah lingkungan
5. Tidak berbahaya bagi kesehatan

 Weaknesses
1. Pohon durian berbuah secara musiman
2. Proses pembuatan edible film memakan waktu yang cukup lama

 Opportunity
1. Edible film belum familiar dikenal dan digunakan oleh masyarakat
2. Belum pernah ada edible film yang memanfaatkan bahan air leri
dan limbah kulit durian
3. Banyak makanan yang diawetkan dan masih menggunakan
pengawet yang berbahaya, namun edible film

 Threatmen
1. Ketika tidak musim panen durian maka produksi menurun
2. Konsumen banyak yang memilih menggunakan pengawet kimia.
BAB V
PENUTUP

Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

Adikrisna, D. D. (2011). Pengaruh regelatinasi dan modifikasi hidrotermal


terhadap sifat fisik pada pembuatan edible film dari pati kacang merah
(Vigna angularis Sp.) (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).
Anggraeni, E. V., & Anam, K. (2016). Identifikasi Kandungan Kimia dan Uji
Aktivitas Antimikroba Kulit Durian (Durio zibethinus Murr.). Jurnal Kimia
Sains dan Aplikasi, 19(3), 87-93.
Arlofa, N. (2016). Uji Kandungan Senyawa Fitokimia Kulit Durian sebagai
Bahan Aktif Pembuatan Sabun. Jurnal Chemtech, 1(01).
Aryulina, D., Muslim, C., Manaf, S., &Winarni, E W. 2006. Biologi 3 SMA dan
MA untuk kelasVII. Jakarta : ESIS.
Daud, M. F., Sadiyah, E. R., & Rismawati, E. (2011). Pengaruh Perbedaan
Metode Ekstraksi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Berdaging Buah Putih. Prosiding SNaPP:
Sains, Teknologi, 2(1), 55-62.
Hidayatullah, R. 2012. PemanfaatanLimbah Air Cucian Beras sebagai
SubstratPembuatan Nata De LeridenganPenambahan Kadar GulaPasirdan
Starter Berbeda. Skripsi
Huri, D., & Nisa, F. C. (2014). Pengaruh Konsentrasi Gliserol dan Ekstrak
Ampas Kulit Apel Terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Edible Film. [In
Press Oktober 2014]. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(4), 29-40.
Juariah, Siti dan Wahyuni, Sri. 2016. Efektifitas Ekstrak Kulit Durian (Durio
Zibethinus L.) sebagai Penghambat Pertumbuhan Trichophyton
Mentagrophytes. Conference: seminar nasional ilmu kesehatan.
Kalsum, U., Fatimah, S., & Wasonowati, C. (2011). Efektivitas Pemberian Air
Leri Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostreatus). Agrovigor, 4(2), 86-92.
Kusumawati, D. H., & Putri, W. D. R. (2013). Karakteristik Fisik dan Kimia
Edible Film Pati Jagung yang Diinkorporasi dengan Perasan Temu Hitam.
Jurnal pangan dan agroindustri, 1(1), 90-100.
Layudha, Siti Iqlima, Rita Dwi Ratnani, Harianingsih. 2017. Pengaruh
Penambahan Kitosan dan Gliserol pada Bioplastik dari Limbah Air Cucian
Beras (Oriza sp.). Inovasi Teknik Kimia, 2(2), 15-19
Litbang Pertanian. Bioselulosa Dari Nata De Coco Sebagai Bahan Baku Edible
Film. http://www.litbang.pertanian.go.id/berita/one/1915/file/Bioselulosa-
dari-Nata-De-C.pdf (Diakses pada 30 November 2018)
Oktavia, H. T. (2013). Pemanfaatan Limbah Air Cucian Beras Sebagai Bahan
Baku Pembuatan Bioetanol Padat Secara Fermentasi Oleh Saccharomyces
Cerevisiae. Jurnal Teknik Lingkungan, 2(1), 1-8.
Permatasari, R. I., Krismariono, A., & Ulfah, N. Daya Hambat Ekstrak Kulit
Durian (Durio zibethinus Murray) Terhadap Plak Supragingiva.
Rohaeti, E., Laksono FX, E. W., & Rakhmawati, A. (2016). Kemudahan
biodegradasi selulosa bakteri dari limbah cucian beras dengan
penambahan gliserol, kitosan, dan nanopartikel perak. Jurnal Kimia
Valensi, 2(1), 35-44.
Rukhana, Ilham Siti. 2017. Pengaruh Lama Pencelupan dan Penambahan Bahan
Pengawet Alami dalam Pembuatan Edible Coating Berbahan Dasar Pati
Kulit Singkong Terhadap Kualitas Pasca Panen Cabai Merah (Capsicum
annum L.). Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Setyowati, H., Hanifah, H. Z., & Nugraheni, R. P. (2013). Krim kulit buah durian
(durio zibethinus L.) sebagai obat herbal pengobatan infeksi jamur candida
albicans. Program Kreativitas Mahasiswa-Penelitian.
Wahyuni, Sri. 2018. Karakteristik Edible Film Pati Beras  PATAH (Oryza
sativa L.) dengan Penambahan Gliserol dan Ekstrak Jahe (Zingiber
officinale Riscoe). Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Wardiah, Linda danRahmatan. 2014. Potensi Limbah Air Cucian Beras Sebagai
Pupuk Organik Cair Pada Pertumbuhan Pakchoy (Brassica rapaL.). Jurnal
Biologi Edukasi Edisi 12. 6 (1), 34-38.
Winarti, C. (2013). Teknologi produksi dan aplikasi pengemas edible antimikroba
berbasis pati.  Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 31(3).

Anda mungkin juga menyukai