Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Praktikum Kimia Pangan
Disusun Oleh:
Aida Nur Azizah (1187040006)
Kimia 6A
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
1. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai mengidentifikasi perbedaan yoghurt,
kefir, dadih dan keju sebagai pembanding diantara keempatnya.
2. Teori Dasar
Fermentasi merupakan proses perubahan kimiawi dari senyawa kompleks menjadi lebih
sederhana dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh mikroba (Jay dkk, 2005). Proses
fermentasi akan menyebabkan terjadinya penguraian senyawa-senyawa organik untuk
menghasilkan energi serta terjadinya perubahan substrat menjadi produk baru oleh mikroba.
Dilakukannya fermentasi terhadap suatu bahan makanan yaitu mendapatkan produk makanan
baru yang dapat memeperpanjang daya simpan (Farnworth, 2008). Aktivitas mikroba pada
fermentasi akan menyebabkan perubahan kadar pH dan terbentuknya senyawa penghambat
seperti seperti alkohol dan bakterosin yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia
pembusuk. (Waites dkk, 2001).
Susu adalah bahan pangan dengan kandungan nutrisi lengkap dalam proporsi yang
seimbang. Susu dalam pembuatan produk feremtasi ini merupakan cairan yang dihasilkan oleh
kelenjar-kelenjar susu (mamae) pada binatang binatang. Pada umumnya berasal dari binatang
ternak, misalnya sapi, kerbau, kambing, unta atau kuda. Susu merupakan bahan pangan yang
terdiri berbagai nutrisi dengan proporsi yang seimbang. Penyusun utamanya adalah air, protein,
lemak, laktosa, mineral dan vitamin-vitamin. Kandungan nutrisi yang tinggi ini akan mudah
rusak karena adanya kontaminasi mikrobia. Pada sisi lain, kandungan nutrisi tinggi dapat
dimanfaatkan sebagai substrat bagi mikrobia bakteri asam laktat untuk menghasilkan produk
yang diinginkan seperti keju (Widodo, 2003).
Berikut keuntungan susu fermentasi:
a. Perbaikan nilai gizi, kandungan gula dapat meningkatkan kemampuan tubuh dalam
menyerap P dan Ca sehingga mudah diserap oleh penderita Lactose Intolerance.
Kandungan asam laktat dapat mempercepat pengeluaran cairan lambung, oleh karena itu
tranpor makanan ke usus lebih cepat.
b. Keseimbangan mikroflora usus, bakteri dalam susu fermentasi dapat mengkolonisasi
saluran pencernaan dan menekan bakteri putrefaktif. Bakteri putrekatif merupakan bakteri
dalam saluran pencernaan yang dapat meracuni manusia karena senyawa-senyawa yang
dibentuknya. Bakteri tersebut mempunyai kemampuan menempel (adhesi) yang baik,
memperbaiki metabolism protein, menyerap senyawa N dan merawat organ hati.
c. Metabolisme kolesterol, susu fermentasi sangan berguna bagi penderita penyakit jantung
koroner dan kanker kolon, karena dengan diet yoghurt 2 % dapat menurunkan kolesterol
5-10%.
d. Pencegahan kanker, enzim 𝛽-glukuronidase, azorereduktase, nitroduktase yang dibentuk
oleh microflora di dalam usus dapat mengubah prokakarsinogen menjadi karsinogen.
Dengan keberadaan bakteri asam laktat dapat mengurangi jumlah enzim tersebut dan
merangsang pergerakan isi saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan konsentrasi
prokarsinogen.
Fermentasi susu adalah salah satu cara untuk memperpanjang umur simpan produk susu.
Produk fermentasi berbahan dasar susu dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu fermentasi
laktat, fermentasi yeast-laktat dan fermetasi kapang-laktat. Beberapa produk fermentasi susu
yang akan dibahas pada percobaan kali ini yaitu diantaranya yoghurt, kefir, dadih dan keju.
Yoghurt merupakan produk fermentasi susu dengan penambahan kultur bakteri asam laktat
yaitu lactobacillus delbrueckii subsp. Bulgaricus, streptococcus thermophiles, streptococcus
salivarius subsp yang memecah gula pada susu yaitu laktosa menjadi asam laktat. Asam laktat
dapat bersifat mengawetkan bahan pangan, karena pH rendah dapat menghambat
mikroorganisme patogen, pembusuk serta mikroorganisme penghasil racun akan mati. Fungsi
dari bakteri probiotik yang terdapat dalam yoghurt adalah kemampuannya dapat membunuj
bakteri jahat yang terdapat dalam saluran penvernaan (Widagdha, 2015). Produk yoghurt juga
digunakan bagi penderita lactose intolerance karena kandungan laktosa dalam susunya rendah.
Hal ini disebabkan karena bakteri L. bulgaricus dan S. thermophiles adalah bakteri asam laktat
yang memiliki sifat homofermentatif, asidurik dan termofilik. Yoghurt terbagi menjadi yoghurt
tanpa penambahan rasa (plain yoghurt) dan yoghurt dengan penambahan susu (flavored
yoghurt).
Kefir merupakan susu fermentasi yang menyerupai yoghurt jika dilihat dari rasa, warna
dan konsistensinya dan mempunyai aroma khas yeast (seperti tape). Kefir diperoleh melalui
proses fermentasi susu pasteurisasi menggunakan starter berupa butir atau biji kefir (kefir grain
/ kefir granule) yang merupakan butiran-butiran putih atau krem dari kumpulan bakteri antara
lain streptococcus sp, lactobacilli dan beberapa jenis ragi khamir non patogen. Bakteri berperan
dalam menghasilkan asam laktat dan komponen flavor, sedangkan ragi menghasilkan gas asam
arang atau karbon dioksida dan sedikit alkohol. Oleh karena itu rasa kefir akan asam dan sedikit
rasa alkohol dan soda atau kombinasi karbon dioksida dan alkohol (Usmiati, 2007).
Mikroorganisme yang ada dalam stater kefir menghasilkan alkohol dan asam oleh nakteri
asam laktat dan khamir yang hidup bersimbiosis dan tumbuh dalam granula kefir. Granula kefir
berbentuk seperti kembang kol berwarna putih atau kekuningan dengan diameter granula antara
2-15 mm dengan berat beberapa gram. Setelah proses fermentasi selesai, kefir akan didapatkan
kembali dari proses penyaringan. Spesies mikroorganisme dalam bibit kefir diantaranya yaitu
Lactococus acidophilus L. kefir L. kefirgranum dan L. parakefir yang berfungsi dalam
pembentukan asam laktat dari laktosa. Lactobacillus kefiranofaciens sebagai pembentuk lender
(matriks butiran kefir), Leuconostoc sp. Membentuk diasetil dari sitrat dan Candida kefir
pembentuk etanol dan karbon dioksida dari laktosa. Di samping itu juga ditemukan L. brevis
dan khamir jenis Torulopsis holmii dan Saccharomyces delbrueckii (Hidayat dkk, 2006).
Dadih adalah salah satu makanan tradisional berupa susu fermentasi khas Indonesia yang
telah dikenal sebagai probiotik. Fermentasi dilakukan oleh bakteri asam laktat (BAL) yang
terdapat pada bambu yang digunakan sebagai tempat fermentasi. Hasil isolasi BAL pada dadih
terdiri dari 36 strain genus Lactobacillus, Streptococcus, Leuconostoc, dan Lactococcus
(Ngatirah et al., 2000, Pato, 2003). Dadih merupakan produk olahan susu fermentasi yang
spesifik, yaitu berwarna putih dan hampir menyerupai tahu, bisa dipotong serta memiliki bentuk
dan karakter yang menyerupai yoghurt dan kefir (sirait, 1993).
Keju adalah produk pangan yang berasal dari penggumpalan (koagulasi) dari protein susu.
Mikroorganisme yang paling banyak digunakan dalam starter, khususnya starter keju adalah
kelompok bakteri asam laktat (BAL) yang menghasilkan asam, terutama asam laktat dengan
memfermentasikan laktosa. Galur-galur bakteri asam laktat yang biasa digunakan sebagai
kultur untuk starter keju adalah spesies-spesies yang termasuk genus Streptococcus (Daulay,
1991). Namun disisi lain keberadaan bakteri ini sulit ditemukan dan harganya mahal. Sehingga
perlu dicari alternatif lainya yaitu dengan penggunaan jamur. Seperti starter campuran
Streptococcus lactis dan Rhizopus oryzae, yang selanjutnya perlu dilakukan penelitian
pembuatan keju dengan menggunakan starter tersebut.
3.2 Bahan
Yoghurt
No. Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Susu cair - 1L
2. Gula - Secukupnya
3. Stater bakteri - 20 ml
stretococus dan
lactobacillus (dari
produk komersil)
Kefir
No. Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Susu kambing - 1L
2. Butiran kefir - 1 ons
Dadih
No. Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Agar-agar - Secukupnya
2. Susu kental - 1 kaleng
3. Susu UHT - 1L
4. Air - 1L
Keju
No. Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Susu sapi - 1L
2. Enzim - Secukupnya
4. Prosedur Kerja
4.1 Pembuatan Yoghurt
Pada pembuatan yoghurt ada beberapa perlakuan yang harus dilakukan diantaranya
pertama susu dimasukkan ke dalam panci, lalu dipanaskan pada kompor dengan suhu 40-
45 ⁰C. Jika sudah mencapai suhu pemnasan, ditambahkan gula sebanyaj 5% dari total
volume lalu diaduk. Stater bakteri ditambahkan ke dalam campuran yang telah larut
sebanyak 2% dari total volume susu dan aduk kembali. Selanjutnya campuran dimasukkan
ke dalam 2 toples dan dibiarkan space. Kemudian toples ditutup rapat dan inkubasi pada
suhu ruang selama 10-16 jam.
4.2 Pembuatan kefir
Pada pembuatan kefir ada beberapa perlakuan yang harus dilakukan diantaranya
pertama susu dimasukkan ke dalam panci, lalu dipanaskan pada kompor (pasteurisasi)
sampai suhu 80 ⁰C. Setelah itu susu dipindahkan ke dalam toples dan kefir ditambahkan
ke dalam susu tersebut dengan perbandingan (1 L susu = 1 ons kefir). Selanjutnya simpan
campuran selama 36 jam. Susu yang telah mengental disaring, kemudian dikemas dalam
botol.
Fermentasi timbul sebagai hasil metabolisme tipe anaerobik. Untuk hidup semua
organisme membutuhkan sumber energi yang diperoleh dari metabolisme bahan pangan dimana
organisme berada di dalamnya. Bahan baku energi yang paling banyak digunakan di antara
mikroorganisme adalah glukosa. Beberapa mikroorganisme dapat mencerna bahan baku
energinya tanpa adanya oksigen dan sebagai hasilnya bahan baku energi ini hanya sebagian
yang dipecah. Zat-zat produk akhir ini termasuk sejumlah besar asam laktat, asam asetat dan
etanol serta sejumlah kecil asam organik volatil lainnya, alkohol dan ester dari alkohol tersebut
(Buckle et al., 2010).
Organisme anaerobik juga menghasilkan energi, yaitu melalui reaksi-reaksi yang disebut
fermentasi yang menggunakan bahan organik sebagai donor dan akseptor elektron. Bakteri
anaerobik fakultatif dan bakteri anaerobik obligat menggunakan berbagai macam fermentasi
untuk menghasilkan energi. Salah satu contohnya yang khas ialah fermentasi laktat
Streptococcus lactis, bakteri yang menyebabkan masamnya susu, menguraikann glukosa
menjadi asam laktat, yang berakumulasi di dalam medium sebagai produk fermentasi satu-
satunya. Melalui glikolisis, satu molekul glukosa diubah menjadi dua molekul asam piruvat
disertai dengan pembentukan dua NADH + H⁺. Asam piruvat tersebut diubah menjadi asam
laktat dalam reaksi tersebut. Energi yang dihasilkan dari reaksi ini tidak cukup untuk
melangsungkan sintesis ATP (Pelczar, 1986).
Bakteri asam laktat memfermentasi gula melalui jalur-jalur yang berbeda sehingga dikenal
sebagai homofermentatif, heterofermentatif atau fermentasi campuran asam. Homofermentatif
hanya menghasilkan asam laktat sebagai produk akhir metabolisme glukosa dengan
menggunakan jalur EMP. Dalam heterofermentatif akan dibentuk asam laktat, CO₂ dan etanol
atau asetat dari gula melalui jalur fosfoketolase. Etanol dan asetat yang dibentuk tergantung
pada sistem potensial redoksnya. Jalur ini digunakan oleh heterofermentatif yang fakultatif,
misalnya Leuconostoc (Hidayat, 2006).
Pada penelitian ini dilakukan perbandingan antara beberapa produk fermentasi susu
diantaranya yoghurt, kefir, keju dan dadih.
Yoghurt
Yoghurt merupakan minuman fermentasi yang terbentuk karena adanya bakteri
streptococcus salivarius subsp thermophilus dan lactobacillus delbrueckii yang memecah gula
pada susu yaitu laktosa menjadi asam laktat. Pada pembuatan yoghurt digunakan suhu
pemanasan yang berbeda, jika susu yang digunakan merupakan susu pasteurisasi (murni) maka
suhu yang digunakan sebesar 60-70 C. tapi jika susu yang digunakan susu UHT cukup
dilakukan pemanasan pada suhu 40-45 C. Pemanasan dilakukan yaitu untuk membunuh bakteri
yang tidak diperlukan. Setalah proses pemanasan, lalu ditambahkan gula sebagai sumber
karbon, namun pada proses pembuatan bisa tidak menambahkan gula karena dalam susu sudah
terdapat laktosa. Sehingga sumber karbon bisa didapatkan dari laktosa tersebut. Selain itu, gula
ditambahkan untuk menambah sedikit rasa manis pada yoghurt, gula ditambahkan sebanyak
5% dari total volume susu. Setelah tercampur rata semuanya, bakteri ditambahkan sebanyak
2% dari volume susu dan diaduk kembali. Selanjutnya campuran dimasukkan dalam 2 toples,
dan usahakan wadah (toples) yang digunakan dibiarkan ada space. Karena bakteri yang
digunakan adalah asam laktat, yaitu bakteri yang melakukan fermentasi secara mirror sehingga
harus ada space untuk oksigen.
Kefir
Hidayat dkk. (2006) menyebutkan bahwa kefir merupakan produk fermentasi susu yang
mempunyai karakteristik yang khas, yaitu campuran rasa asam, alkoholik dan karbonat yang
dihasilkan dari proses fermentasi bakteri dan khamir. Pada prinsipnya proses pembuatan kefir
sama dengan proses pembuatan yoghurt. Dengan penambahan granul kefir sampai 5% dan
diperam selama 18-24 jam pada suhu 22°C maka akan dihasilkan produk minuman kefir dengan
pH < 4,65, kandungan asam laktat 0,6-0,8% dan kadar alkohol bervariasi antara 0,5-1%.
Proses fermentasi kefir yaitu melalui jalur fermentasi asam laktat dan alkohol. Menurut
Orihara et al. (1992) dalam Sudono, dkk. (2004), susu fermentasi sebagai bahan pangan asal
susu dikelompokkan menjadi dua golongan utama yaitu: (1) melalui fermentasi asam laktat,
seperti yoghurt dan susu fermentasi menggunakan starter bakteri asam laktat, dan (2) melalui
fermentasi asam laktat dan alkohol, seperti kefir dan koumiss.
Keju
Proses fermentasi pada keju, asam laktat merupakan hasil dari metabolisme glukosa yang
digunakan selama pertumbuhan sel dengan jumlah semakin meningkat seiring bertambahnya
waktu. Meningkatnya produksi asam laktat tersebut ditandai dengan menurunnya pH atau
meningkatnya asam akibat timbulnya ion H+ yang terjadi karena dekomposisi laktosa yang
menghasilkan asam-asam yang mudah menguap dan pecahnya phosphat organik yang terdapat
di dalam kasein, sehingga menghasilkan asam (Mc.Kay et al., 1971). Asam laktat yang
terbentuk berdampak pada koagulasi kasein pembentuk dadih. Sub misel kasein yang terdiri
dari kalsium dan fosfat, ketika terbentuk asam laktat, kalsium dan fosfat akan berikatan dengan
laktat membentuk kalsium laktat dan fosfat laktat, sehingga gumpalan-gumpalan kasein akan
berdiri sendiri yang nantinya akan membentuk curd. Menurut Daulay (1991), keju dihasilkan
karena terjadinya pengendapan protein terutama kasein dalam keadaan asam. Kasein
menggumpal sebagai curd pada titik isoelektrik yaitu 4,6. Semakin besar nilai curd maka
semakin tinggi nilai rendemen karena nilai rendemen diperoleh dengan cara membandingkan
berat curd yang dihasilkan dengan berat susu sapi segar yang digunakan sebagai bahan baku.
Gambar 4. Keju (sumber: grid.id)
Pada prosedur pembuatan keju, susu dipanaskan yaitu untuk membunuh bakteri yang
dikandungnya. Setelah proses pemanasan susu harus segera diolah karena susu yang disimpan
alan mengalami fermentasi. Dalam mempercepat proses fermentasi susu harus dicampurkan
dulu dengan renit atau bakteri, yaitu sejenis enzim yang dapat mengasamkan susu. Selain untuk
mengasamkan susu, bakteri juga berfungsi untuk membunuh bakteri jahat yang ada dalam susu,
sehingga susu akan lebih awet. Pada campuran terjadi pengubahan laktosa susu menjadi asam
laktat, sehingga akan terbentuk endapan atau gumpalan susu. Kemudian endapan tersebut
disaring untuk memisahkan antara endapan dari susunya dan dicetak. Selanjutnya dilakukan
penggaraman pada keju dengan cara mencelupkan keju ke dalam larutan yang mengandung
garam, tujuannya agar mempercepat proses pemadatan, membentuk rasa alami keju, serta
menjadi pewanget alami begi keju. Setelah itu keju dibiarkan dalam beberapa waktu untuk
menyempurnakan proses fermentasinya. Selama proses penyimpanan jeku juga perlu disimpan
setiap 2-3 hari agar keju tidak kering dan menjaga nutrisi bakteri fermentasi agar terus tumbuh.
Dadih
Masyarakat yang mengkonsumsi dadih kebanyakan hanya terbatas pada orang-orang yang
telah lanjut usia dan masyarakat pedesaan, yang memang telah secara turun temurun
mengkonsumsi dadih. Sedangkan konsumsi dadih di perkotaan dan juga pada kalangan remaja
secara umum dapat dikatakan sangat rendah. Hal ini, tak lepas dari kekurangtertarikan sebagian
besar kalangan terhadap plain dadih yang terasa asam karena tidak adanya produk komersil
modern yang mendiversifikasikan dadih dalam rangka memperbaiki flavor dadih tersebut. Hal
ini juga terkait dengan sedikitnya bentuk kombinasi dadih dengan bahan makanan lain yang
sejauh ini kombinasinya hanya dijumpai pada makanan-makanan tradisional. Selain itu,
terbatasnya volume produksi dadih yang bisa dihasilkan secara berkelanjutan, ber-implikasi
kepada rendahnya level konsumsi dadih di masyarakat.
6. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan berdasarkan studi literature dihasilkan bahwa
pada pengidentifikasian perbedaan atau perbandingan antara yoghurt, kefir, dadih dan keju
dapat dilihat dari cara pembuatan, rasa, tekstur, kandungan probiotik dan kandungan nutrisi.
7. Daftar Pustaka
Abraham, A.G., G.L. De Antoni and M.C. ANON.1993. Proteolitic activity of Lactobacillus
bulgaricus grown in milk. J. Dairy Sci.76:1498–1505.
Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet, dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Diterjemahkan
oleh H. Purnomo dan Adiono. Penerbit Univesitas Indonesia. Jakarta.
Daulay, Djundjung. 1991. Fermentasi keju. IPB. Bogor.
Hidayat, A. N. R. 2009. Potensi yoghurt susu kambing peranakan etawa sebagai penghambat
pertumbuhan Escherichia coli secara in vitro. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mc. Kay, L.L., W.E. Sandine and P.R. Elliker. 1971. Lactose Utilization by Lactic Acid and
Bacteria. J. Dairy Science. 37: 493.
Ngatirah, Eni Harmayani, E. S. Rahayu, dan Tyas Utami. 2000. Seleksi Bakteri Asam Laktat
sebagai Agensia Probiotik yang Berpotensi Menurunkan Kolesterol. Prosiding Seminar
Nasional Industri Pangan. Surabaya, 10 – 11 Oktober 2000. Vol 2: 63 – 67.
Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan, 1986, Penterjemah, Ratna Siri Hadioetomo dkk. Dasar-Dasar
Mikrobiologi 1, Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Purwanti, I. 2013. Uji Total Asam dan Organoleptik dalam Pembuatan Yoghurt Susu Kacang
Hijau (Phaseolus radiatus) dengan Penambahan Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas
L.). Skripsi. Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Sirait, C. H. 1993. Pengolahan Susu Tradisional untuk Perkembangan Agroindustri Persusuan
di Pedesaan. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Ternak. Ciawi, Bogor.
Usmiati S. 2007. Kefir Susu Fermentasi Dengan Rasa Menyegarkan. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pasca Panen Pertanian.
Waites, M.J., N.L. Morgan, J.S. Rockey, and G. Higton. 2001. Industrial Microbiology: an
introduction. Blackwell Science, London.
Widodo, W. 2002. Bioteknologi Fermentasi Susu. Pusat Pengembagan Bioteknologi.
Universitas Muhammadiyah, Malang.