Anda di halaman 1dari 7

REVIEW JURNAL INTERNASIOANAL

Penentuan Konstanta Keasaman Indikator Asam-Basa oleh

Spektrofotometri Derivatif Kedua (Turunan Kedua)

Untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Praktikum Kimia Fisika

Dosen pengampu: Asiyah Nurrahmajanti, M. Si

Disusun oleh:

Aida Nur Azizah

1187040006

Kimia 4A

Jurusan Kimia
Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung
2020
Abtrak

Asam basa dari asam organik monoprotik lemah yang dalam bentuk asam dan basa dapat
dihitung konstanta disosiasinya dengan suatu metode, dengan spektrum yang tumpang tindih
dari pengukuran absorptiometrik dan penjelasan pH. Telah ditunjukkan bahwa spektrofotometri
derivat kedua dapat secara efektif digunakan untuk menentukan konstanta disosiasi, konstanta
disosiasi yang diperoleh yaitu untul metil jingga dan bromtimol biru yang dibandingkan dengan
nilai yang diperoleh dalam literatur.

Kata kunci: konstanta, asam organik lemah, spektrofotometri, derivat kedua (turunan kedua)

1. Pendahuluan memperbaiki secara akurat panjang


gelombang penyerapan maksimum, lamda
Konstanta disosiasi merupakan nilai- max. Derivatif kedua memiliki puncak
nilai (pKₐ) yang dapat mejadi parameter pusat yang lebih tajam dari band asli tetapi
kunci untuk memahami dan mengukur dengan ketinggian yang dimiliki sama [4].
fenomena kimia seperti laju reaksi, aktivitas Dalam spektrofotometri uv-vis turunan,
biologis, penyerapan biologis, transfortasi informasi yang terkandung dalam spektrum
biologis dan nasib lingkungan [1]. Untuk disajikan dalam bentuk yang yang
menentukan konstanta keasaman, ada berpotensi lebih bermanfaat, meningkatkan
beberapa metode yang dapat digunakan. keserbagunaan teknik dan menawarkan
Termasuk penggunaan titrasi petensiometri, solusi yang mudah untuk sejumlah masalah
spektrometri, elektroforesis kapiler dan lain analitis yang didefinisikan dengan baik,
sebagainya. Persamaan monokromatik yang seperti resolusi multi-komponen sistem,
diturunkan untuk senyawa kromatik penghapusan latar belakang matriks
memungkinkan perhitungan nilai-nilai pKₐ kekeruhan sampel dan peningkatan detail
dalam kasus-kasus absorptivitas molar spektral. Meskipun penggunaan spektrum
spesies asam atau basa yang terlibat dan turunan bukanlah hal yang baru, telah
tidak diketahui. Untuk senyawa diprotik menjadi praktis dalam beberapa tahun
memungkinkan perhitungan konstanta terakhir dengan perkembangan teknologi
disosiasi asam basa dengan mudah, komputer mikro, yang memungkinkan
meskipun ada kemiripan diantara keduanya generasi spektrum derivatif yang hampir
[2]. Metode lain yang diusulkan oleh seketika [5]. Dengan menggunakan
Themer dan Voight untuk menghitung spektrofotomteri turunan kedua, campuran
konstanta disosiasi asam basa dapat yang memiliki dua pita spektral yang
dilakukan dengan menentukan variasi tumpang tindih dapat dianalisis tanpa
absorbansi pada panjang gelombang pemisahan sebelumnya.
tertentu dengan pH, yang digunakan
sebagai nilai maksimum dan minimum [3]. Levillain dan Fompeydie, pada tahun
1985, menerapkan spektrofotometri
Plot turunan pertama tidak seperti kurva
asli, tetapi dapat digunakan untuk
l

turunan ‘zero-crossing’ untuk berasal dari Merck. Larutan standar yang


menentukan dua nilai pKₐ eosin, yang disediakan sebagai berikut:
sangan tumpeng tindih (pK₁ = 3, 25; pK₂= 1. Larutan metil jingga: 0, 1874 g (MO)
3, 80) dan melibatkan perubahan kecil dilarutkan dalam 250 ml etil alkohol
dalam spektra orde nol [6]. Pada 1991, 20%.
Gonzalez meninjau penentuan 2. Larutan bromtimol biru: 0, 05 g (BTB)
spektrofotometri dari konstanta keasamaan dilarutkan dalam 100 ml etil alhokol
senyawa dengan fitur penyerapan yang 20%.
tidak sesuai, juga mempertimbangkan
metode spektrofotometri derivatif ‘zero 2.3. Prosedur
crossing’ [7]. Telah dipelajari fakta bahwa 2.3.1. Kalibrasi
konstanta disosiasi asam organik lemah, Larutan standar yang tersedia antara
seperti indikator dapat ditentukan dengan metil jingga (MO) dan bromtimol biru
spektrofotometri turunan kedua dalam (BTB) ditempatkan dalam labu yang telah
kasus pasangan asam basa yang dikalibrasi untuk memberikan konsentrasi
memberikan pita spektral yang tumpeng akhir hingga 54, 96 dan 48 𝜇𝑀. Masing-
tindih. Hasil yang diperoleh dengan masing ditambahkan larutan 0, 1 M HCl
menggunakan metil jingga dan bromtimol untuk bentuk asam dan Larutan 0, 1 M
biru dengan metode yang diusulkan NaOH untuk bentuk basa, larutkan sampai
dibandingkan dengan yang diperoleh dari 50 ml. Spektrum serapan sampel dicatat
literatur. terhadap air bidistilled antara 350 nm dan
750 nm pada tingkat pemindaian 1800
nm/menit dan disimpan di komputer.
2. Metode Spektrum turunan kedua diperoleh dengan
2.1.1. Apparat ∆𝑙 = 8 𝑛𝑚. Bentuk asam MO ditentukan
pH diukur dengan pH meter Orion 920, dengan mengukur sinyal spektrum turunan
yang dikalibrasi sebelum tiga buffer kedua pada 506 (²D₅₀₆) (titik ‘zero-crossing’
komersial diproduksi oleh Metrohm dan untuk bentuk basa MO), dan bentuk basa
elektroda gabungan Orion Ross digunakan. MO pada 469 nm (²D₄₆₉) (titik ‘zero-
Spektrofotometer varian Cary 1E yang crossing untuk bentuk asam MO).
dilengkapi dengan sel kuarsa 1, 0 cm dan Penentuan bentuk asam BTB dilakukan
computer serta printer Epson LQ-100 dengan mengukur pada 418 nm (²D₄₁₈) (titik
digunakan untuk semua pengukuran ‘zero-crossing untuk bentuk basa BTB), dan
absorbansi. bentuk basa BTB pada 622 nm (²D₆₂₂) (titik
2.1.2. Bahan ‘zero-crossing’ untuk bentuk asam BTB).
Air yang digunakan sepanjang penelitian Kalibrasi ini dilakukan dengan
adalah air bidistilled. Metil jingga/methyl memvariasikan konsentrasi MO dan BTB.
orange (MO) berasan dari Carlo Erba dan
bromtimol biru/bromthymol blue (BTB) 2.4. Persiapan larutan sampel
dan semua bahan kimia lain yang digunakan
l

Larutan sampel MO uang nilai pH-nya Gambar. 1. Spektrum serapan dari larutan MO (37, 5
𝜇𝑀): a). bentuk asam MO (pH 12, 879), b). bentuk basa MO
antara 3, 309 dan 4, 083 disiapkan pada (pH 12, 879), c). bentuk campuran MO (pH 3, 440).
konsentrasi 37, 2 𝜇𝑀 meggunakan buffer
asam asetat dan natrium asetat. Sinyal dari
bentuk asam dan basa dicatat pada panjang
gelombang yang telah disebutkan.
Prosedur yang sama diulangi untuk
larutan BTB untuk nilai pH antara 6, 769
dan 7, 579 dan pada konsentrasi 32, 0 𝜇𝑀
menggunakan fosfat.

3. Hasil dan pembahasan


Spektrum orde-nol spesies MO yang Gambar. 2. Spektrum larutan pertama dari larutan MO
(37, 2 𝜇𝑀): a). bentuk asam MO (pH 1, 126), b). bentuk basa
ditemukan dalam kisaran panjang MO (pH 12, 879), c). bentuk campuran MO (pH 3, 440)
gelombang 300-650 nm ditunjukkan pada
Gambar. 1. Dapat dilihat bahwa spektra Poin penting yang harus dipertimbagkan,
serapan spesies MO saling tumpang tindih yaitu fakta bahwa jika bentuk asam dari
satu sama lain. Spektrum turunan pertama suatu indikator memberikan sinyal, bentuk
dari larutan MO yang mengandung bentuk basa harus tidak memberikan sinyal pada
asam, basa dan campuran ditunjukkan pada panjang gelombang yang dipilih ini. Seperti
Gambar. 2. Memungkinkan untuk dapat dilihat dari spektra turunan kedua
menentukan pKₐ konstanta dari spektrum Gambar. 3, panjang gelombang ini
ini, dan menggunakan spektrum ini lebih ditemukan 506 nm untuk bentuk asam MO
mudah untuk memperbaiki panjang dimana kurva b (untuk ln⁻) melintasi nol da
gelombang penyerapan maksimum, karena spektrum turunan kedua dan kurva a (untuk
turunan kedua memiliki pusat yang lebih Hln) memiliki puncak, dan 469 nm untuk
tajam. bentuk basa MO dengan kurva a (untuk
Hln) melintasi nol dalam spektrum turunan
kedua dan kurva b (untuk ln⁻) memiliki
puncak. Akibatnya panjang gelombang ini
dapat digunakan dalam penentuan bentuk
asam dan basa indikator dalam kisaran pH
dengan dua bentuk yang muncul dalam
(kurva c). Spektrofotometri turunan adalah
teknik yang paling cocok untuk senyawa
yang memiliki pita spektral yang tumpang
tindih. Metode ‘zero-crossing’ adalah
prosedur yang paling umum untuk
persiapan kalibrasi analitik. Dapat dilihat
bahwa metode ‘zero-crossing’ juga
l

merupakan pendekatan yang paling tepat Gambar. 4. Spektrum dari larutan BTB (32, 0 𝜇𝑀): a).
bentuk asam BTB (pH 1, 208), b). bentuk basa BTB (pH 13, 168),
untuk menganalisis campuran bentuk asam c). bentuk campuran BTB (pH 6, 769)
dan basa dari pewarna karena spektrum
tumpang tindih seperti bentuk-bentuk ini.
Dengan prosedur yang sama, nol, pertama
dan urutan kedua spektrum asam, basa dan
campuran bentuk BTB diperoleh dan
disajikan dalam masing-masing Gambar. 4-
6. Nilai panjang gelombang yang dipilih
adalah 418 nm untuk bentuk asam dan 622
nm untuk bentuk basa BTB menggunakan
prosedur yang sama dijelaskan di atas.
Seperti ditunjukkan pada Gambar. 6, satu
bentuk BTB memberikan sinyal Gambar. 5. Spektrum turunan pertama dari larutan
penyerapan, sedangkan untuk yang lainnya BTB (32, 0 𝜇𝑀): a). bentuk asam BTB (pH 1, 208), b).
bentuk basa (pH 13, 168), c). bentuk campuran BTB (pH 6,
tidak. 769)

Gambar. 3. Spektrum turunan kedua dari larutan MO Gambar. 6. Spektra turunan kedua dari larutan BTB
(37, 2 𝜇𝑀): a). bentuk asam MO (pH 1,126), b). bentuk basa (32, 0 𝜇𝑀): bentuk asam BTB (pH 1, 208), bentuk basa (pH
MO (pH 12, 879), c). bantuk campuran MO (pH 3, 440). 13, 168), c). bentuk campuran BTB (pH 6, 769)

3.0.1. studi statistik

Kurva kalibrasi diplot dengan


menggunakan nilai turunan kedua yang
diperoleh untuk berbagai konsentrasi MO
pada pH = 1, 126 pada 506 nm, sehingga
bentuk asamnya muncul, dan pada pH = 12,
879 pada 469 nm, sehingga bentuk basanya
muncul. Kurva kalibrasi BTB diperoleh
l

pada pH 1, 208 untuk bentuk asam dan pH Rata-rata nilai pKₐ yang diperoleh pada
= 13, 168 untuk bentuk basanya, dengan 12 nilai pH yang berbeda dalam 2, 21-5, 96
menggunakan bagian turunan nilai ond untuk MO dan 4, 32-8, 56 untuk BTB dan
masing-masing 418 dan 622 nm. standar deviasi dirangkum dalam tabel 1.
Bila dibandingkan, nilai pKₐ yang diperoleh
Persamaan kalibrasi dan koefisien dalam penelitian sesuai dengan nilai-nilai
korelasi terkait dari MO dan BTB dalam hal yang diperoleh dalam literatur.
metode kuadrat terkecil diperoleh sebagai:
Tabel.1. konstanta disosiasi diperoleh dari penelitian dan literatur
²D₅₀₆ = 14.94C – 7.15 x 10⁻⁶ r = 0.9997
Penelitian Data
literatur
(untuk asam MO)
pKₐ Standar [5] [9] [10]
²D₄₆₉ = - 6.76C – 7.21 x 10⁻⁶ r = 0.9993 deviasi

Metil 3.460 0, 032 3.7 3.46 3.4


(untuk basa MO) jingga

²D₄₁₈ = - 3.44C – 2.86 x 10⁻⁹ r = 0.9999 Bromtimol 7.144 0, 044 7.1 7.3 7.1
biru

(untuk asam BTB)

²D₆₂₂ = - 21.13C – 8.73 x 10⁻⁷ r = 0.9996

(untuk basa BTB) 4. Kesimpulan


Berdasarkan hasil penelitian dalam
Bahwa ²Dₓ adalah nilai derivatif kedua pada jurnal menunjukkan bahwa metode
x nm, dan C adalah konsentrasi dalam mol derivatif kedua (turunan kedua) yang
1⁻. diusulkan dapat digunakan secara efektif
dalam penentuan pKₐ asam organik lemah
Konsentrasi bentuk asam dan basa dalam
dan basa yang bentuknya asam dan basa
indikator yang digunakan dengan kisaran
memiliki spektrum yang tumpang tindih.
pH 2, 21-5, 96 untuk MO dan 4, 32-8, 56
untuk BTB dimana dua bentuk muncul Untuk menentukan nilai pKₐ
bersama-sama, ditentukan dari kurva menggunakan spektra orde nol, setidaknya
kalibrasi sebagai konsentrasi yang empat kurva kalibrasi diperlukan dalam
merupakan turunan kedua dari bentuk itu metode yang disarankan dan dapat
berkorespondensi. Nilai-nilai ini kemudian dianggap sebagai keuntungan dari metode
digunakan dalam konstanta kesetimbangan ini.
reaksi ionisasi untuk menghitung pKₐ

Hln (aq) ↔ H⁺ (aq) + ln⁻ (aq) (1) 5. Referensi


[1] S.J. Gluck, K.P. Steele, M.H. Benko¨,
[𝐻 + ][𝑙𝑛− ]
Kₐ= (2) J. Choromotogr. A 754 (1996) 117.
𝐻𝑙𝑛
[2] A. Cladera, C. Toma´s, J.M. Estela, V.
Cerda`, Anal. Chim. Acta 286 (1994)
l

253.
[3] B.J. Thamer, A.F. Voigt, J. Phys. Chem.
56 (1952) 225.
[4] G.H. Jeffery, J. Mendham, R.C. Denney,
Vogel’s Textbook of Quantitative
Chemical Analysis, 5th ed., Wiley,
New York, 1991, pp. 668–670.
[5] J.J. Berzas, J. Rodriguez, G. Castaneda,
Analyst 122 (1997) 41.
[6] P. Levillain, D. Fompeydie, Anal.
Chem. 57 (1985) 2561– 2563.
[7] A.G. Gonzalez, F. Pablos, A.G. Asuero,
Int. J. Pharm. 72 (1991) 193–197.
[8] D.R. Lide, CRC Handbook of
Chemistry and Physics, 75th ed., CRC
Press, Boca Raton, FL, 1995, pp. 8.17–
8.18.
[9] J.A. Dean, Lange’s Handbook of
Chemistry, 14th ed., McGraw-Hill, New
York, 1992, pp. 8.115–8.16.

Anda mungkin juga menyukai