Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSIONAL:

Hidrokarbon, Alkohol, Fenol, Aldehid dan Keton

DOSEN PENGAMPU: Nunung Kurniasih, S.Pd, M.Si, Dr

DISUSUN OLEH:
Aida Nur Azizah 1187040006

Jurusan Kimia
Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung
2020
1. Judul Percobaan

Identifikasi Gugus Fungsional: Hidrokarbon, Alkohol, Fenol, Aldehid dan Keton

2. Tanggal Percobaan
Selasa, 21 April 2020

3. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini diantaranya yaitu:
a. Mengidentifikasi senyawa hidrokarbon dari sampel paraffin, sikloheksana,
benzene dengan uji brom, uji bayer, dan uji asam sulfat
b. Mengidentifikasi senyawa alkohol dari sampel 2-butnol, etanol, fenol,
sikloheksnaol, t-butanol dengan uji lucas, uji asam kromat (uji Bordwell-
Wellman)
c. Mengidentifikasi senyawa aldehid dan keton dari sampel aseton, sikloheksnon,
benzaldehida dengan uji asam kromat, uji iodoform dan uji 2, 4-
dinitrofenilhidrazin (2, 4-DNP)

4. Prinsip Dasar

Pada percobaan ini mengenai identifikasi gugus fungsional: hidrokarbon, alkohol,


fenol, aldehid serta keton berprinsip pada beberapa pengujian. Pada percobaan
pertama, dilakukan identifikasi senyawa hidrikarbon yang berprinsip pada tes brom,
tes bayer, tes asam sulfat. Tes brom didasarkan pada pengujian untuk mengetahui
pengaruh cahaya dalam mempercepat terjadinya reaksi senyawa hidrokarbon yang
menggunakan brom (Br₂) dalam CCl₄ yang ditambahkan dalam setiap sampel. Tes
bayer didasarkan pada uji untuk menunjukkan keraktifan dari sampel yang merupakan
katalis. Tes asam sulfat didasarkan pada pengujian suatu senyawa yang menhasilkan
alkil hidrosulfat yang diperoleh dari suatu alkana (senyawa dengan ikatan tunggal), hal
ini menunjukkan bahwa alkan dengan ikatan tunggal masih mampu bereaksi dengan
asam sulfat walaupun dalam jumlah sedikit atau terjadi reaksi pengsulfonatan.

Percobaan kedua, dilakukan identifikasi pada senyawa alkohol yang berprinsip


pada uji Lucas, uji asam kromat (uji Bordwell-Wellman), uji besi (III) klorida dan
reaksi dengan alkali. Uji lucas didasarkan pada pengujian untuk mengetahui
alkohol primer, sekunder atau tersier. Bahwa alkohol primer tidak akan bereaksi
dengan reagen lucas, alkohol sekunder akan bereaksi dengan reagen lucas namun
dengan lambat, sedangkan alkohol tersier akan bereaksi dengan regaen lucas
dengan cepat. Uji asam kromat (uji Bordwell-Wellman) didasarkan pada pengujian
untuk mengetahui mudah atau tidaknya suatu senyawa teroksidasi, bahwa alkohol
primer dan sekunder akan mudah teroksidasi dengan asam kromat sedangkan
alkohol tersier tidak. Uji besi (III) klorida didasarkan pada pengujian keberadaan
fenol pada sampel dengan penambahan ferri klorida, bahwa positifnya larutan yang
diuji akan menghasilkan warna ungu, merah, hijau, atau biru sebagai akibat dari
adanya gugus OH pada fenol yang bereaksi dengan ferri klorida. Reaksi dengan
alkali didasarka pada kelarutan dalam larutan NaOH. Hasil positif dari percobaan
apabila menghasilkan satu fasa, maka larutan sampel tersebut larut dalam larutan
NaOH. Sedangkan apabila terbentuk 2 fasa maka dapat disimpilkan bahwa larutan
tersebut tidak larut dalam NaOH dan bersifat polar.

Percobaan ketiga, dilakukan identifikasi pada senyawa aldehid dan keton yang
berprinsip pada uji asam kromat, uji iodoform dan uji 2, 4 – dinintrifenilhidrazin (2,
4 – DNP). Uji asam kromat didasarkan pada bisa atau tidaknya suatu senyawa
teroksidasi apabila ditambahkan asam kromat, keton tidak akan teroksidasi dengan
asam kromat tetapi aldehid akan bereaksi dengan asam kromat ditandai dengan
berubahnya menjadi warna hijau dari C³⁺. Uji iodoform didasarkan pada pengujian
reaksi yang spesifik terhadap senyawa yang mengandung metil keton. Uji iodoform
dapat menunjukkan hasil yang positif apabila suatu senyawa mengandung metil
keton. Gugus metil dari keton diiodinasi dalam suatu suasana basa sampai terbentuk
iodoform padat berwarna kuning. Uji 2, 4 – dinintrifenilhidrazin (2, 4 – DNP)
didasarkan pada terjadinya reaksi adisi dan eliminasi pada ikatan rangkap =O pada
gugus karbonil. Gugus =O akan disubstitusi oleh gugus =N-R dari DNP.

5. Alat dan Bahan

4.1. Alat

No Nama Alat Ukuran Jumlah


.
1. Tabung reaksi - 12 buah
2. Gelas Kimia 500 ml 1 buah
3. Pipet tetes - 2 buah
4. Rak tabung reaksi - 1 buah
5. Plastik wrap - 1 buah
6. Penangas air - 1 buah
7. Botol semprot 50 ml 1 buah
8. Batang pengaduk - 1 buah
9. Penjepit kayu - 1 buah
10. Spatula - 1 buah

4.2. Bahan

No Nama Bahan Konsentrasi jumlah


.
1. Minyak paraffin - 1 spatula
2. NaHCO₃ - 25 ml
3. Benzene - 5 ml
4. Sikloheksana - 2 ml
5. Toluene - ml
6. KMnO₄ 0, 5% 10 ml
7. Na₂CO₃ 10% 10 ml
8. H₂SO₄ 20 ml
9. 2-butanol - 20 ml
10. Sikloheksanol - 30 ml
11. Etanol - 30 ml
12. Tert-butanol - 30 ml
13. Fenol - 30 ml
14. Aseton - 75 ml
15. Asam kromat - -
16. KI - 10 ml
17 2,4-dinitrihidrazin - 20 tetes
18. Reagen lucas - 5 ml
19. Kloroform - 30 ml
20. Aquadest - Secukupnya

6. MSDS (Material Safety Data Sheet)

No Nama bahan Sifat fisika Sifat kimia penanggulangan


.
1. CCl₄ (tetra - Cairan tak - larut dalam -Apabila terjadi
diklorometana) berwarna alkohol, eter kontak mata, kulit
- Tak berbau kloroform, segera bilas dengan
- TD: 76, 54⁰C benzene, air mengalir selama
- TL: -23⁰C nephtana dan 15 menit
- Densitas: 5, 3 asam formiat
g/cm³
2. Aquadest -cair tak - pelarut - Tidak berbahaya
berwarna, tak universal
berbau
-TL: 0⁰C
-TD: 100⁰C
4. KMnO₄ - Padatan - Terdekompo- - Apabila terjadi
berwarna ungu sisi dalam kontak mata,
gelap, tak alkohol dan kulit segera bilas
berbau pelarut organik dengan air
- TL: 240⁰C mengalir selama
- Densitas: 15 menit
2.703 g/cm³ - Jauhkan dari
sumber api

5. Kloroform - Cairan tak - Larut dalam - apabila terjadi


berwarna, benzene, kontak mata, kulit
menyengat bercampur segera bilas dengan
berbau seperti dengan dietil air mengalir selama
eter eter, minyak 15 menit
- Densitas: 1, ligroin, - gunakan APD
564 g/cm³ alcohol, lengkap
- TL: -63, 5⁰C CCl₄,CS₂
- TD: 61, 15⁰C - Pka: 15, 7
- karsinogen
6. Na₂CO₃ - padatan - tidak larut - apabila terjadi
berwarna dalam etanol, kontak mata, kulit
putih, tak aseton, larut segera bilas dengan
berbau dalam gloserol air mengalir selama
- TL: 852⁰C dan 15 menit
- Densitas: 2, 54 dimetilformida - apabila terhirup,
g/cm³ segera hirup udara
segar

7. H₂SO₄ - Cairan tak - kelarutan - apabila terjadi


berwarna dan dalam air kontak mata, kulit
berminyak tercampur penuh segera bilas dengan
- TD: 337⁰C air mengalir selama
- TL: 10⁰C 15 menit
- Densitas: 1, 84 - jauhkan dari
g/cm³ sumber api
- gunakan APD
lengkap
- jika terhirup
segera hirup udara
segar
8. 2-butanol - Cairan tak - sangat mudah -apabila terjadi
berwarna, larut dalam kontak mata, kulit
kental aseton, segera bilas dengan
- TD: 117, 7⁰C bercampur air mengalir selama
- TL: -89, 8⁰C dengan etanol 15 menit
- Densitas: 0, 81 dan etil eter
g/cm³
9. Sikloheksana - Pelarut non - Kelarutan - apabila terjadi
polar dalam air tidak kontak mata,
- TD: 80, 74⁰C bercampur kulit segera bilas
- Densitas: 0, dengan air
779 g/mL mengalir selama
15 menit

10. Etanol - cairan tak - Kelarutan - apabila terjadi


berwarna dalam air kontak mata, kulit
dengan bau tercampur segera bilas dengan
yang khas penuh air mengalir selama
- TL: -114, 15 menit
14⁰C - apabila terhirup,
- TD: 78, 29⁰C segera hirup udara
- Densitas: 0, segar
7893 g/cm³
11. Tert-butanol - Cairan tak - sangat mudah - apabila terjadi
(CH₃)₃COH berwarna, larut dalam kontak mata, kulit
berbau aseton, segera bilas dengan
- TD: 82, 41⁰C bercampur air mengalir selama
- TL: 25, 7⁰C dengan etanol 15 menit
- Densitas: 2, 55 dan etil eter - apabila terhirup,
g/cm³ segera hirup udara
segar
12. Fenol - Padatan kristal - Larut dalam - apabila terjadi
transparan methanol dan kontak mata, kulit
- TD: 181, 7⁰C dietil eter segera bilas dengan
- TL: 40, 5⁰C air mengalir selama
- Densitas: 1, 07 15 menit
g/cm³ - apabila terhirup,
segera hirup udara
segar
13. Reagen lucas - Cairan - Larut dalam - apabila terjadi
berwarna light air kontak mata, kulit
amber, berbau segera bilas dengan
- TD: 571⁰C air mengalir selama
- TL: -18⁰C 15 menit
- apabila terhirup,
segera hirup udara
segar
14. Aseton - Cairan tak - Larut dalam - apabila terjadi
(CH₃COCH₃) berwarna, air dengan kontak mata, kulit
berbau berbagai segera bilas dengan
- TD: 56, 53⁰C perbandingan air mengalir selama
- TL: -94, 9⁰C 15 menit
- Densitas: 0, 79 - apabila terhirup,
g/cm³ segera hirup udara
segar
15. Asam kromat - Kristal merah - Larut dalam - apabila terjadi
gelap air kontak mata, kulit
- TD: 250⁰C segera bilas dengan
- TL: 197⁰C air mengalir selama
- Densitas: 1, 15 menit
201 g/cm³ - apabila terhirup,
segera hirup udara
segar
16. Besi (III) klorida - Padatan - Larut dalam - apabila terjadi
(FeCl₃) kuning, tak air, aseton, kontak mata, kulit
berbau methanol, dan segera bilas dengan
- TD: 315⁰C etanol air mengalir selama
- TL: 306⁰C 15 menit
- Densitas: 2, - apabila terhirup,
898 g/cm³ segera hirup udara
segar
17. Piridin - Cairan tak - Larut dalam - apabila terjadi
berwarna air kontak mata, kulit
- TD: 115, 2⁰C segera bilas dengan
- TL: -41, 6⁰C air mengalir selama
- Densitas: 0, 15 menit
9819 g/cm³ - apabila terhirup,
segera hirup udara
segar
18. NaOH - Padatan kristal - Larut dalam - apabila terjadi
berwarna putih air kontak mata, kulit
- TD: 1390⁰C segera bilas dengan
- TL: 318⁰C air mengalir selama
- Densitas: 2, 1 15 menit
g/cm³ - apabila terhirup,
segera hirup udara
segar
19. Sikloheksanon - Cairan tak - Larut dalam - apabila terjadi
berwarna, etanol, etil eter kontak mata, kulit
kental aseton, segera bilas dengan
- TD: 161, 84⁰C kloroform air mengalir selama
- TL: 25, 93⁰C 15 menit
- Densitas: 0, - apabila terhirup,
9624 g/cm³ segera hirup udara
segar
20. Benzaldehida - Cairan tak - Sedikit larut - apabila terjadi
berwarna dalam air kontak mata, kulit
- TD: 178, 1⁰C segera bilas dengan
- TL: -26⁰C air mengalir selama
- Densitas: 1, 15 menit
0415 g/ml, - apabila terhirup,
cair segera hirup udara
segar

7. Prosedur Kerja

No Perlakuan pengamatan
.
A. Tes pada Senyawa Hidrokarbon
1). Tes Brom - Larutan Br₂: larutan tak berwarna
- CCl₄: larutan tak berwarna

Hidrokarbon jenuh
- Reaksi pada tempat gelap cenderung
terjadi secara lambat, tetapi apabila
- Masukkan ke dalam 2 tabung diletakkan di tempat yang terang
reaksi masing-masing 1 ml rekasi yang terjadi akan lebih cepat
- (+) 1-2 tetes Br₂ dalam CCl₄
- Guncangkan
- Simpan tabung reaksi (1) di
tempat gelap selama 5 menit
- Simpan tabung reaksi (2) di
bawah sinar matahari selama 5
menit
- Lakukan hal yang sama untuk
hidrokarbon aromatis - KMnO₄: larutan ungu kehitaman
- NaCO₃: larutan tak berwarna
Hasil
 Hidrokarbon jenuh: paraffin
2). Tes Beyer - Saat ditambahkan, terbentuk 2 fasa,
paraffin tidak larut, larutan
Hidrokarbon
- Masukkan jenuh
ke dalam tabung berwarna ungu
reaksi sebanyak 1 ml
 Hidrokarbon jenuh: sikloheksana
- (+) 1-3 tetes KMnO₄ 0, 5 %
- Saat ditambahkan, terbentuk 1 fasa,
- (+) 3 ml Na₂CO₃ larutan berwarna ungu
- Guncangkan dan amati  Hidrokarbon jenuh: benzene
- Lakukan cara yang sama untuk
- Setelah ditambahkan, terbentuk 2
hidrokarbon aromatik
fasa, larutan berwarna ungu
Hasil

- H₂SO₄: larutan tak berwarna


 Hidrokarbon jenuh: paraffin
(padatan berwarna putih)
- H₂SO₄ + paraffin: sebagian larut
3). Tes Asam Sulfat
berwarna kuning seulas
H₂SO₄ pekat  Hidrokarbon jenuh: benzene (larutan
- Masukkan ke dalam tabung
tak berwarna)
reaksi sebanyak 3 ml - H₂SO₄ + benzene: terbentuk 2 fasa,
- (+) 1 ml hidrokarbon jenuh fasa bawah H₂SO₄ (tak berwarna)
- Guncangkan dan amati dan fasa atas benzene (keruh)
- Lakukan cara yang sama untuk  Hidrokarbon jenuh: sikloheksana
hidrokarbon tak jenuh (larutan tak berwarna)
Hasil - H₂SO₄ + sikloheksana: terbentuk 2
fasa

B. Tes pada Senyawa Alkohol


1). Uji Lucas - Reagen lucas: larutan putih
Sampel: 2-butanol, sikloheksanol,
etanol, tert-butanol, dan fenol  Sampel: 2-butanol (larutan tak

Sampel berwarna)
- Masukkan setiap sampel - Setelah ditambahkan, larutan
sebanyak 0, 5 – 1 ml ke dalam mengkeruh, terdapat endapan putih,
masing-masing tabung reaksi larutan kuning
- (+) 1 ml reagen Lucas  Sampel: sikloheksanol (larutan tak
- tutup tabung dengan alumunium berwarna)
foil - Setelah ditambahkan, larutan
- goyangkan dengan kuat menjadi berwarna putih
- buka tutup tabung dan biarkan  Sampel: etanol (larutan tak
selama 5 menit berwarna:
- Masukkan ke dalam penangas - Setelah ditambahkan, larutan
air selama 15 menit (apabila berwarna putih, eksoterm
tidak keruh)  Sampel: tert-butanol (larutan tak
Hasil berwarna)
- Setelah ditambahkan, larutan putih
dan endapan putih
 Sampel: fenol (larutan merah muda)
- Setelah ditambahkan, terbentuk 2
fasa, fasa atas larutan coklat dan fasa
bawah endapan putih
- Aseton: larutan tak berwarna
2). Uji Asam Kromat (Uji - Asam kromat: larutan berwarna
Bordwell - Wellman)
jingga
- Masukkan 0, 5 – 1 ml sampel ke
Sampel  Sampel: sikloheksanol (larutan tak
dalam masing-masing tabung
berwarna)
reaksi
- (+) 10 tetes aseton - Setelah ditambahkan, larutan
- (+) 2 tetes asam kromat
menjadi tak berwarna
- Tutup tabung lalu aduk
- Buka tutup lalu panaskan  Sampel: etanol (larutan tak
(selama 5 menit)
- Amati berwarna:
- Setelah ditambahkan, larutan
Hasil
menjadi tidak berwarna
 Sampel: fenol (larutan merah muda)

3). Uji Besi (III) Klorida - Setelah ditambahkan, terbentuk 2


fasa, fasa atas berwarna merah muda
- Masukkan ke dalam tabung
Sampel
reaksi sebanyak 0, 5 – 1 ml dan lapisan bawah berwarna putih
- (+) 10 tetes kloroform
- (+) 5 – 10 tetes larutan besi
(III) klorida - Kloroform: larutan tak berwarna
- (+) 2 tetes piridin - Besi (III) klorida: larutan berwarna
- Aduk
- Amati perubahan yang terjadi kuning
Hasil  Sampel: 2-butanol (larutan tak
berwarna)
- Setelah ditambahkan, terbentuk 2
fasa. Fasa atas seperti minyak
berwarna kuning, fasa bawah larutan
tidak berwarna
 Sampel: etanol (larutan tak
berwarna)
- Setelah ditambahkan, terbentuk 2
fasa. Fasa atas seperti minyak
berwarna kuning + fasa bawah
larutan tak berwarna
 Sampel: fenol (larutan berwarna
merah muda)
- Setelah ditambahkan, terbentuk 2
fasa. Fasa atas seperti minyak
berwarna jingga dan fasa bawah
larutan jingga
 Sampel: sikloheksanol (larutan tak
berwarna)
- Setelah ditambahkan, terbentuk 2
fasa. Fasa atas seperti minyak
berwarna kuning – dan fasa bawah

4). Reaksi dengan Alkali larutan kuning


 Sampel: t-butanol (larutan tak
- Masukkan 0, 5 ml sampel ke
Sampel
dalam 5 tabung reaksi berwarna)
- (+) 5 ml NaOH 10% pada tiap - Setelah ditambahkan, terbentuk 2
tabung
- Aduk fasa. Fasa atas seperti minyak
- Amati berwarna kuning dan fasa bawah
Hasil larutan jingga

- NaOH 10%: larutan tak berwarna


 Sampel: 2-butanol (larutan tak
berwarna)
- Setelah ditambahkan, terbentuk 2
fasa dan larutan tidak berwarna
 Sampel: etanol (larutan tak
berwarna)
- Setelah ditambahkan, larutan tidak
berwarna
 Sampel: fenol (larutan berwarna
merah muda)
- Setelah ditambahkan, larutan tidak
berwarna
 Sampel: sikloheksanol (larutan tak
berwarna)
- Setelah ditambahkan, larutan tidak
berwarna
 Sampel: t-butanol (larutan tak
berwarna)
- Setelah ditambahkan, membentuk 2
fasa dan larutan menjadi keruh

C. Tes pada Senyawa Aldehid dan


Keton
Sampel: aseton, sikloheksanon, dan
benzaldehida
1). Uji Asam Kromat - Asam kromat: larutan berwarna
jingga
Sampel
- Masukan 0, 5 – 1 ml ke dalam  Sampel: aseton (tak berwarna)
tabung reaksi - Setelah ditambahkan asam kromat,
- (+) 4 tetes asam kromat terjadi perubahan warna menjadi
- Goyangkan tabung jingga kehijauan
- Biarkan selama 10 menit  Sampel: sikloheksanon (tak
- Amati berwarna)
Hasil - Setelah ditambahkan asam kromat,
tidak ada perubahan warna, larutan
berwarna jingga
 Sampel: benzaldehida (larutan tak
berwarna)
- Setelah ditambahkan asam kromat,
terjadi perubahan warna menjadi
jingga kehijauan

2). Uji Iodoform - Aquades: cairan tak berwarna


Sampel - NaOH: larutan tak berwarna
 Sampel: aseton (larutan tak
- Masukkan ke dalam tabung berwarna)
reaksi sebanyak 1 ml - Aseton + aquadest: larut, larutan tak
- (+) 2 ml air berwarna
- Goyangkan tabung reaksi - Setelah digoyangkan larutan
- (+) dioksan sambil diaduk (jika homogen
senyawa tak larut) - Setelah (+) NaOH: larutan tak
- (+) 2 ml NaOH 6 M berwarna
- Aduk dan panaskan selama 3-4 - Setelah dimasukkan ke dalam
menit penangas, larutan tidak berwarna
- (+) KI tetes demi tetes sampai dan mendidih
warna coklat bertahan 2 menit - Setelah (+) KI: larutan tak berwarna
- (+) NaOH 6 M sambil - Setelah (+) NaOH 6 M: larutan tak
digoyangkan sampai warna berwarna
coklat menghilang - Setelah dikeluarkan dari penangas
- Setelah 5 menit keluarkan air, larutan tetap tidak berwarna
tabung dari penangas air  Sampel: sikloheksanon (larutan tak
- Amati berwarna)
Hasil - sikloheksanon + aquadest: larutan
berubah warna menjadi putih,
berbusa dan larut dalam aquades
- Setelah digoyangkan, terdapat 2
fasa. Fasa atas tidak berwarna dan
fasa bawah berwarna putih
- Setelah (+) NaOH: terdapat 2 fasa.
Fasa atas tak berwarna dan fasa
bawah berwarna putih
- Setelah dimasukkan ke dalam
penangas, terdapat 2 fasa. Fasa atas
tak berwarna dan fasa bawah putih
keruh
- Setelah (+) KI: terdapat 2 fasa. Fasa
atas tak berwarna dan fasa bawah
putih berbusa
- Setelah (+) NaOH 6 M: terdapat 2
fasa. Fasa atas tak berwarna dan fasa
bawah putih berbusa
- Setelah dikeluarkan dari penangas
air, terdapat 3 fasa. Fasa atas tidak
berwarna, fasa tengah berwarna
putih berbusa, dan fasa bawah tidak
berwarna
 Sampel: benzaldehid (larutan
berwarna kuning)
- benzaldehid + aquadest: larutan
berwarna kuning, benzaldehid tidak
larut dalam aquadest dan berbau
menyengat
- Setelah digoyangkan terdapat 2 fasa.
Fasa atas tidak berwarna dan fasa
bawah kuning berbau menyengat
- Setelah (+) NaOH: terbentuk 2 fasa.
Fasa atas kuning ++ dan fasa bawah
kuning berbusa
3). Uji 2, 4-dinitrofenilhidrazin (2, - Setelah dimasukkan ke dalam
4-DNP) penangas, terbentuk 2 fasa. Fasa atas
Sampel: aseton dan sikloheksanon berwarna kuning dan fasa bawah

Sampel
berwarna kuning dan busanya hilang
- Masukan 0, 5 – 1 ml ke dalam - Setelah (+) KI: terbentuk 2 fasa.
tabung reaksi Fasa atas berwarna coklat dan fasa
- (+) 20 tetes 2, 4 bawah berwarna kuning
dinitrifenilhidrazin - Setelah (+) NaOH 6 M: terbentuk 2
- Panaskan sampel pada fasa. Fasa atas kuning (coklat
penangas air 60⁰C selama 5 menghiang) dan fasa bawah kuning
menit keruh
- Amati - Setelah dikeluarkan dari penangas

Hasil air, terbentuk 2 fasa. Fasa atas


berwarna kuning pekat dan fasa
bawah berwarna kuning

 Aseton: larutan tak berwarna


- Dinitrifenilhidrazin: larutan jingga
- Aseton + dinitrofenilhidrazin:
larutan jingga +++
- Setelah dipanaskan larutan tidak
berwarna dan tidak terbentuk
endapan
 Sikloheksanon : larutan tak
berwarna
- Dinitrifenilhidrazin: larutan jingga
- Aseton + dinitrofenilhidrazin:
larutan jingga +++
- Setelah dipanaskan larutan tidak
berwarna dan tidak terbentuk
endapan

8. Perhitungan
Tidak ada pengolahan data.

9. Pembahasan
Berdasarkan percobaan mengenai identifikasi gugus fungsional: hidrokarbon,
alkohol, fenol, aldehid serta keton dihasilkan beberapa penjelasan diantaranya sebagai
berikut:
Gugus fungsi merupakan kelompok atom dalam molekul yang berperan dalam
memberikan karakteristik pada molekul tersebut. Untuk mengidentifikasi suatu gugus
fungsi tersebut dilakukan uji penambahan reagen tertentu ke dalam sampel.

9.1. Test pada senyawa hidrokarbon


Pada percobaan pertama, dilakukan pengidentifikasia pada senyawa hidrokarbon
dengan tes brom, tes bayer, dan tes asam sulfat. Sampel yang digunakan dalam
percobaan ini diantaranya, paraffin, sokloheksana dan benzene.

a. Uji Brom
Berdasarkan literature, uji brom dilakukan dengan tujuan agar dapat
mengetahui pengaruh cahaya dalam mempercepat terjadinya reaksi senyawa
hidrokarbon. Rekasi pada tes brom menggunakan brom (Br₂) dalam CCl₄ yang
ditambahkan pada setiap sampel yang digunakan. Rekasi yang menggunkan
brom (Br₂) atau klor (Cl₂) disebut reaksi halogenasi atau reaksi brominasi dan
klorinasi. Bahwa reaksi pada tempat gelap cenderung terjadi secara lambat,
tetapi apabila diletakan di tempat yang terang rekasi yang terjadi akan lebih
cepat sehingga mengakibatkan terbentuknya suatu molekul baru sebagai hasil
terpisahnya partikel-partikel yng bertumbukan. Sehingga menghasilkan HBr
dan sebuah radikal bebas.
b. Uji Bayer

Uji Bayer, yaitu suatu uji untuk menunjukkan kereaktifan hidrokarbon terhadap
oksidator KMnO₄ 5% dan Na₂CO₃ 10% yang ditambahkan ke dalam sampel
hidrokarbon jenuh, hidrokarbon tak jenuh atau hidrokarbon aromatis. Penambahan
larutan KMnO₄ dilakukan untuk mengetahui terjadinya reaksi oksidasi. Karena
KMnO₄ merupakan zat pengoksidasi yang kuat. reaksi oksidasi yang akan terjadi
yaitu jika warna ungu yang berasal dari KMnO₄ hilang dari campuran dan
terbentuknya endapan MnO²⁻. Warna ungu MnO₄⁻ yang hilang ini disebabkan oleh
adanya reaksi ion MnO₄⁻ dengan alkena atau alkuna membentuk glikol (diol) dan
endapan coklat dari MnO₂⁻. Sedangkan penambahan Na₂CO₃ pada sampel bertujuan
agar mengoksidasi senyawa hidrikarbon tersebut.

Pada pengujian hidrokarbon jenuh, sampel yang digunakan yaitu paraffin.


Ketika sampel ditambahkan KMnO₄ larutan berubah menjadi ungu dan terbentuk
gumapalan yang menandakan bahwa paraffin tidak larut. Dan ketika ditambahkan
Na₂CO₃ pada campuran, larutan tetap berwarna ungu dan terbentuk gumpalan.
Berdasarkan pengamatan yang diperoleh maka dapat menunjukan hasil bahwa sampel
tidak teroksidasi, Karena warna ungu dari KMnO₄ tidak hilang dari campuran serta
terbentuknya endapan MnO₂. Selanjutnya pada pengujian hidrokarbon tak jenuh,
sampel yang digunakan yaitu sikloheksana. Ketika sampel ditambahkan KMnO₄
larutan berubah mnejadi ungu. Dan ketika ditambahkan Na₂CO₃ pada campuran,
terbentuk 2 fasa. Lapisan atas berupa cairan tidak berwarna dan lapisan bawah berupa
gumpalan berwarna merah. Berdasarkan pengamatan yang diperoleh maka dapat
menunjukan hasil bahwa sampel cukup teroksidasi karena masih terlihat warna ungu
dari endapan yang terbentuk dan cairan lapisan atas yang tidak berwarna. Lalu untuk
pengujian pada senyawa hidrokarbon aromatis, sampel yang digunakan yaitu benzene.
Ketika sampel ditambahkan KMnO₄ larutan berubah menjadi warna ungu. Dan ketika
ditambahkan Na₂CO₃ pada campuran, terbentuk 2 fasa. Fasa atas berupa cairan tidak
berwarna yang menyerupai cincin dan fasa bawah berwarna ungu. Berdasarkan
pengamatan yang diperoleh maka dapat menunjukan hasil bahwa sampel sangat
teroksidasi karena cairan lapisan atas tak berwarna dan endapannya berwarna ungu
kehitaman. Oleh karena itu, sampel benzene adalah satu-satunya yang mengandung
ikatan rangkap. Dengan reaksi yang terjadi:
C₆H₅CH₃ + KMnO₄ → tidak terjadi reaksi
c. Uji Asam Sulfat
Uji asam sulfat, merupakan pengujian yang menghasilkan suatu senyawa alkil
hidrosulfat yang diperoleh dari suatu alkana (senyawa dengan ikatan tunggal). Hal
tersebut menunjukkan bahwa alkana dengan ikatan tungal masih mampu bereaksi
dengan asam sulfat meskipun dalam jumlah sedikit akan terjadi pengsulfonatan. Pada
iji asam sulfat ini dilakukan dengan mereaksikan sampel hidrokarbon dengan asam
sulfat pekat. Hasil yang postif dari percobaan ini yaitu menghasilkan larutan bening
yang terpisah berdasarkan tingkat kekeruhannya dan bau yang ditimbulkannya kurang
menyengat. Hilangnya bau tersebut karena terjadinya reaksi sulfonasi (-SO₃H) pada
senyawa tersebut.
Pada pengujian hidrokarbon jenuh, sampel yang digunakan yaitu paraffin.
Ketika sampel ditambahkan H₂SO₄ pekat, larutan menjadi warna kekuningan yang
diakibatkan dari warna asal H₂SO₄ pekat berwarna kekuningan. Berdasarkan
pengamatan yang diperoleh maka dapat menunjukan hasil bahwa paraffin tidak dapat
bereaksi dengan asam sulfat pekat. Selanjutnya pada pengujian hidrokarbon tak jenuh,
sampel yang digunakan yaitu sikoheksana. Ketika sampel ditambahkan H₂SO₄ pekat,
pada larutan terbentuk 2 fasa. Lapisan atas berupa cairan tak berwarna dan lapisan
bawah berupa cairan berwarna coklat. Berdasarkan pengamatan yang diperoleh maka
dapat menunjukan hasil bahwa sikloheksana cukup teroksidasi karena terbentuk 2 fasa
yang menunjukan terdapat cairan yang tak berwarna yang terpisah berdasarkan tingkat
kekeruhannya yaitu fasa bawah yang berwarna coklat. Lalu untuk pengujian pada
senyawa hidrokarbon aromatik, sampel yang digunakan yaitu benzene. Ketika sampel
ditambahkan H₂SO₄ pekat, pada larutan terbentuk 2 fasa. Lapisan atas berupa cairan
tak berwarna sedangkan lapisan bawah berupa cairan berwarna kekuningan.
Berdasarkan pengamatan yang diperoleh maka dapat menunjukan hasil bahwa
benzene sangat teroksidasi karena terdapat 2 fasa yang menunjukkan terdapat cairan
tidak berwarna yang terpisah berdasarkan tingkat kekeruhannya yaitu fasa bawah yang
berwarna kekuningan.
Klasifikasi hidrokarbon berdasarkan tatanama senyawa organic diantaranya:
Alifatik: alkana, alkena, dan alkuna. Alisklik dan aromatik. Persamaan reaksi dan
mekanisme untuk setiap uji terhadap senyawa hidrokarbon:

9.2. Tes pada senyawa alkohol

Percobaan kedua, dilakukan identifikasi pada senyawa alkohol dengan


menggunakan sampel 2-butanol, sikloheksanol, etanol, tert-butanol, dan fenol.
Dilakukan beberapa pengujian diantaranya:

a. Uji Lucas
Uji lucas dilakukan yaitu untuk mengetahui alcohol primer, sekunder atau
tersier. Bahwa alkohol primer tidak akan bereaksi dengan reagen lucas, alkohol
sekunder akan bereaksi dengan reagen lucas namun dengan lambat, sedangkan
alcohol tersier akan bereaksi dengan regaen lucas dengan cepat.
Sampel pertama yang digunakan yaitu sikloheksanol, setelah ditambahkan
reegen lucas dihasilkan larutan berwarna putih keruh dengan reaksi yang relatif
lambat. Karena sikloheksanol merupakan alcohol sekunder. Sampel kedua yang
digunakan yaitu etanol, setelah direaksikan dengan reagen lucas, dihasilkan larutan
berwarna putih keruh secara fisik dapat dikatakan bereaksi namun secara kimia
etanol yang merupakan alcohol primer tidak mudah bereaksi dengan reagen lucas,
sehingga dapat dinyatakan bahwa warna putih keruh yang dihasilkan adalah warna
reagen lucas itu sendiri. Hal ini terbukti dengan cara membandingkan hasil rekasi
etanol dengan hasil reaksi sikloheksanol. Hasil dari reaksi etanol dengan reagen
lucas terlihat lebih merata. Sampel ketiga yang digunkan yaitu fenol, setelah
ditambahkan dengan reagen lucas dihasilkan larutan yang berwarna putih namun
tidak merata hal ini dapat dikatakan bahwa lucas tidak mereagen fenol secara tidak
merata. Fenol bereaksi cepat dengan reagen lucas, hal ini karena fenol merupakan
alcohol tersier.
b. Uji asam kromat (uji Bordwell-Wellman)
Selanjutnya dilakukan uji asam kromat (uji bordwell-wellman) dengan
menggunakan aseton sebagai pelarut dan asam kromat sebagai pengujinya.
Berdasarkan literature, alkohol primer dan sekunder akan mudah teroksidasi dengan
asam kromat sedangkan alkohol tersier tidak. Pada sampel pertama yaitu
sikloheksanol dan sampel kedua etanol, setelah direaksikan dengan asam kromat
dihasilkan larutan yang sama yaitu larutan tak berwarna. Warna jingga yang berasal
dari asam kromat menghilang yang menunjukkan bahwa telah terjadinya rekasi
pada kedua sampel tersebut. Sampel ketiga yaitu fenol, setelah ditambahkan dengan
asam kromat dihasilkan dua lapisan warna pada larutan. Lapisan atas berupa warna
merah muda dan lapisan bawah berupa warna putih. Hal ini menunjukkan bahwa
fenol tidak larut dalam asam kromat karena kebanyakan fenol merupakan asam
lemah dan apabila asam lemah ditambahkan asam tidak akan terjadi reaksi.
c. Uji besi (III) klorida
Pada uji besi (III) klorida yaitu untuk mendeteksi adanya keberadaan fenol
pada sampel dengan penambahan ferri klorida larutan yang uji positifnya akan
menghasilkan warna ungu, merah, hijau atau biru sebagai akibat dari adanya reaksi
gugus OH pada fenol yang bereaksi dengan ferri klorida. Dalam percobaan tidak
ada yang menghasilkan warna ungu, merah, hijau atau biru yang termasuk fenol.
Namun fenol dalam percobaan ini menghasilkan warna larutan jingga sehingga
mendekati warna merah yang menandakan fenol.

d. Reaksi dengan alkali

Pada uji alkali dilakukan berdasarkan kelarutan dalam larutan NaOH. Hasil
positif dari percobaan apabila menghasilkan satu fasa, maka larutan sampel tersebut
larut dalam larutan NaOH. Sedangkan apabila terbentuk 2 fasa maka dapat
disimpilkan bahwa larutan tersebut tidak larut dalam NaOH dan bersifat polar.
Dalam pengujian menggunakan NaOH, alcohol primer yang dilarutkan dengan
NaOH dan membentuk satu fasa maka dapat dinyatakan bahwa alcohol primer larut
dalam larutan NaOH. Sedangkan dalam pengujian terhadap alcohol sekunder dan
tersier terbentuk2 fasa disebabkan karena keduanya tidak larut dalam larutan
NaOH. Hal ini menunjukkan bahwa alcohol sekunder dan tersier termasuk senyawa
yang nonpolar walaupun memiliki gugus –OH dalam strukturnya.

Pada sampel petama yaitu etanol, setelah ditambahkan NaOH membentuk satu
fasa sehingga dapat disimpulkan bahwa etanol larut dalam larutan NaOH. Hal ini
dikarenakan etanol mempunyai cincin aromatik yang realtif stabil sehingga etanol
mempunyai sifat polar dan mampu larut dalam NaOH dengan melepaskan satu
protonnya untuk menjadi satu anion yang larut dalam larutan NaOH. Hal ini sesuai
dengan literature bahwa etanol yang termasuk alcohol primer yang dapat larut
dalam NaOH. Pada sampel kedua yaitu etanol, setelah ditambahkan larutan NaOH
campuran membentuk satu fasa sehingga dapat dinyatakan bahwa fenol larut dalam
NaOH. Hal ini dikarenakan fenol mempunyai sifat polar yang mampu larut dalam
larutan NaOH dengan melepaskan satu protonnya untuk menjadi satu anion yang
larut dalam larutan NaOH. Pada sampel ketiga yaitu sikloheksanol, setelah
ditambahkan NaOH campuran membentuk dua fasa. Hal ini dikarenakan
sikloheksanol merupakan alcohol sekunder yang tidak larut dalam NaOH. Pada
sampel keempat yaitu t-butanol, setelah ditambahkan larutan NaOH larutan tidak
larut dalam larutan NaOH. Hal ini dikarenakan t-butanol merupakan alcohol tersier
yang termasuk senyawa non polar meskipun mempunyai gugus –OH dalam
strukturnya.
Persamaan rekasi beserta mekanisme reaksi untuk setiap tes uji terhadap
senyawa alkohol dan fenol:

9.3. Tes pada senyawa aldehid dan keton

Pada percobaan ketiga dilakukan tes pada senyawa aldehid dan keton,
dengan sampel yang digunakan yaitu aseton, sikloheksanon.

a. Uji asam kromat


Pada uji yang pertama yaitu yaitu dilakukan uji asam kromat pada sampel.
Berdasarkan teori, keton tidak akan teroksidasi dengan asam kromat tetapi
aldehid akan bereaksi dengan asam kromat ditandai dengan berubahnya
menjadi warna hijau dari C³⁺. Pada kedua sampel setelah ditambahkan asam
kromat tidak dihasilkan perubahan menjadi warna hijau. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa keduanya sampel merupakan jenis keton. Campuran yang
dihasilkan dari aseton dan asam kromat adalah larutan berwarna kuning muda,
warna kuning ini dihasilkan dari asam kromat itu sendiri yang berwarna
kuning. Serta warna campuran menjadi lebih memudar karena terhalang oleh
aseton yang tidak berwarna, sedangkan pada sampel sikloheksanon terbentuk
dua fasa, pada lapisan atas berwarna putih dan pada lapisan bawah tak
berwarna.
b. Uji iodoform
Uji iodoform merupakan suatu reaksi yang spesifik terhadap senyawa yang
mengandung metil keton. Uji iodoform dapat menghasilkan hasil yang positif
apabila suatu senyawa mengandung metil keton. Gugus metil dari keton
diiodinasi dalam suatu suasana basa sampai terbentuk iodoform padat berwarna
kuning.
Pengujian yang pertama dilakukan pada sampel aseton, dilakukan
pengenceran terlebih dahulu dengan menambah 2 ml air. Hal ini dikarenakan
pada daerah tropis aseton mudah menguap oleh karena dilakukan penambahan
air ini dapat mencegah penguapan. Kemudian ditambahkan 2 ml larutan NaOH
6 M yang berfungsi sebagai suasana basa. Setelah itu dilakukan pemanasan
dalam penangas air 60⁰C untuk mempercepat reaksi, maka setelah iodoform
habis bereaksi segera ditambahkan larutan KI 5 M sampai munculnya warna
coklat. Namun pada aseton tidak terjadi perubahan warna menjadi coklat, dan
larutan tetap tak berwarna. Lalu ditambahkan NaOH 6 M lagi untuk
menghilangkan warna coklat. Berdasarkan pengamatan, aseton ini
menunjukkan hasil yang positif karena aseton memiliki gugus metil keton. Hal
ini terjadi karena iodinasi berlangsung lambat dan bertahap dalam
pembentukan iodoform (CHI₃) padat berwarna kuning. Serta dibutuhkan waktu
yang lama untuk membentuk iodoform. Dengan persamaan reaksi yang terjadi
pada uji iodoform:
CH₃COCH + 3NaOCl + 3KI → CH₃COOK + CHI₃ + 2 KOH + 3 NaCl
Selanjutnya dilakukan pengujian pada sampel sikloheksanon, saat
ditambahkan larutan NaOH, pereaksi KI serta penamasan dalam penangas air
60⁰C tidak menghasilkan endapan kuning tetapi menghasilkan dua fasa,
dengan lapisan yang tidak berwarna dan lapisan putih berbusa. Padahal
seharusnya gugus keton yang direaksikan dengan pereaksi iodoform dalam
larutan NaOH seharusnya mengahsilkan endapan kuning iodoform. Dengan
persamaan reaksi yang terjadi:
R-CO-CH₃ + 3I₂ + 4NaOH → RCOO-Na + 3NaI + 3H₂O + CHI₃
Selanjutnya dilakukan pengujian kembali pada benzaldehid, saat
direaksikan dengan NaOH dan KI tidak menghasilkan endapan kuning tetapi
menghasilkan dua fasa, dengan lapisan berwarna kuning pekat dan lapisan
berwarna kuning muda. Berdasarkan teoritis rekasi benzaldehi menghasilkan
endapan kuning. Dengan persamaan reaksi:
RCOCH₃ + 3I₂ + 4NaOH → ↓ 3NaI + 3H₂O + RCOOH₆ + CHI₃
Berdasarkan pengamatan yang dihasilkan, ada beberapa hasil yang tidak
sesuai dengan ketentuan teoritis. Hal ini dikarenakan beberepa factor
diantarnya: pereaksi atau larutang yang digunakan sudah tidak baik, atau ada
beberapa kesalahan pada prosedur pengerjaannya.
c. Uji 2, 4 – dinintrifenilhidrazin (2, 4 – DNP)

Pada pengujian yang terakhir dilakukan uji dinitrofenilhidrazin yang


digunakan sampel aseton dan sikloheksanon. Pegujian DNP adalah terjadinya
reaksi adisi dan eliminasi pada ikatan rangkap =O pada gugus karbonil. Gugus
=O akan disubstitusi oleh gugus =N-R dari DNP. Percobaan ini dimulai dengan
menambahkan 2, 4– dinintrifenilhidrazin sebanyak 20 tetes ke dalam sampel.
Dihasilkan warna dari fenilhidrazin yang menjadi semakin pekat ketika
direkasikan dengan sampel.

Persamaan reaksi beserta mekanisme reaksi untuk setiap tes uji terhadap
senyawa aldehid dan keton:

10. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada uji senyawa hidrokarbon dengan uji brom reaksi pada tempat gelap
cenderung terjadi secara lambat, tetapi apabila diletakan di tempat yang terang
rekasi yang terjadi akan lebih cepat. Uji bayer yang dapat diidentifikasi hanya
sampel sikloheksena dan sampel benzena. Sedangkan dengan uji asam sulfat yang
dapat di identifikasi hanya sampel sikloheksena dan sampel benena.
2. Pada uji senyawa alkohol dengan uji lucas dapat diketahui bahwa sikloheksanol
merupakan alkohol sekunder, fenol merupakan alkohol tersier dan etanol merupakan
alkohol primer. Uji asam kromat sikloheksanol dan sampel kedua etanol, setelah
direaksikan dengan asam kromat dihasilkan larutan yang sama yaitu larutan tak
berwarna dan fenol tidak larut dalam asam kromat. Uji besi (III) klorida dalam
percobaan tidak ada yang menghasilkan warna ungu, merah, hijau atau biru yang
termasuk fenol. Namun fenol dalam percobaan ini menghasilkan warna larutan
jingga sehingga mendekati warna merah yang menandakan fenol. Serta pada uji
alkali yang dapat di identifikasi hanya sampel etanol, fenol, dan sikloheksanol.
3. Pada uji senyawa aldehid dan keton dengan uji asam kromat, uji iodoform dan uji
2, 4 – dinintrifenilhidrazin (2, 4 – DNP)dari percobaan dapat diketahui bahwa
kedua sampel merupakan keton. Secara teori pun kedua sampel merupakan keton.

11. Daftar Pustaka


Day, R.A dan Underwood. 1987. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Deana, Wahyuningrum. Modul Praktikum Kimia Organik 1. ITB.
Fessenden dan Fessenden.1994. Kimia Organik Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold.1990. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Riswiyanto.2009. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Modul Praktikum Kimia Organik 1. ITB. Deana Wahyuningrum

Anda mungkin juga menyukai