Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KI2241 ENERGETIKA

Percobaan C1

Penentuan Tetapan Pengionan Secara Spektrofotometri

Nama : Teuku M. Rafif A.


NIM : 10519005
Hari : Rabu
Tanggal : 17 Februari 2021
Asisten : Ruqqayah Kuddah

LABORATORIUM KIMIA FISIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2021
I. JUDUL PERCOBAAN

Penentuan Tetapan Pengionan Secara Spektrofotometri

II. TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan tetapan pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri

III. TEORI DASAR

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang


digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif maupun
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya, yaitu pengukuran
serapan sinar monokromatis dari larutan yang berwarna pada panjang gelombang yang
spesifik. Peralatan yang digunakan untuk spektrofotometri disebut spektrofotometer
yang digunakan untuk mengukur transmitansi atau absorbansi dari suatu sampel sebagai
fungsi panjang gelombang.

Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan pada hukum Lambert-Beer. Beer


mengkaji efek konsentrasi pada penyusun yang berwarna dalam larutan. Menurutnya,
intesitas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya
konsentrasi zat penyerap secara linier. Jika cahaya monokromatik melalui suatu media,
seperti larutan, maka sebagian cahaya tersebut akan diserap, sebagian akan dipantulkan,
dan sebagian lagi akan dipancarkan. Transmitans merupakan perbandingan intensitas
cahaya yang melewati sampel dengan intensitas cahaya awal sebelum melewati sampel.
Berikut ini adalah persamaan dari hukum Lambert-Beer,
𝐼
A = − log 𝐼 = a. b. C (1)
𝑜

Dengan A adalah nilai absorbansi, 𝐼 adalah intensitas cahaya setelah melewati sampel, 𝐼𝑜
adalah intensitas cahaya awal, a adalah indeks absorbansi dari zat terlarut, b adalah
panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya, dan C adalah konsentrasi dari zat terlarut di
dalam larutan.

Salah satu larutan yang dapat digunakan sebagai sampel dalam analisis
spektrofotometri adalah indikator metil merah. Indikator metil merah merupakan suatu
senyawa zwitter ion. Senyawa zwitter ion adalah senyawa yang memiliki ion positif dan
ion negatif di dalam satu senyawa tersebut. Di dalam larutan, indikator metil merah
mengalami kesetimbangan menurut reaksi berikut,

HMR H + + MR−
Menurut reaksi kesetimbangan ini, metil merah akan menjadi spesi HMR yang berwarna
merah dalam suasana asam, sedangkan akan menjadi berwarna kuning dan menjadi spesi
MR− dalam suasana basa. Tetapan pengionan dari larutan indikator metil merah ini dapat
diketahui dengan mengamati hubungan antara panjang gelombang serapan maksimum
dari kedua spesi metil merah dengan nilai absorbansinya. Panjang gelombang pada
serapan maksimum dari kedua spesi diukur dengan spektrofotometer. Setelah itu,
konsentrasi masing-masing spesi dapat dihitung dengan persamaan

A1 = a1 [HMR] + a3 [MR− ]

A2 = a2 [HMR] + a4 [MR− ]

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat :
1. Gelas ukur 50 mL
2. Gelas ukur 25 mL
3. Gelas ukur 10 mL
4. Labu takar 50 mL
5. Gelas kimia 100 mL
6. Gelas kimia 50 mL
7. Pipet volume 10 mL
8. Pipet ukur 25 mL
9. Spektrofotometer
10. Pipet tetes
11. Batang pengaduk
12. Spatula
13. Filer
14. Corong
15. Klem

Bahan :
1. Larutan HCl
2. Larutan NaOH
3. Larutan CH3 COOH
4. Larutan CH3 COONa
5. Indikator metil merah 100 ppm
V. CARA KERJA

Sebanyak 10 mL larutan standar metil merah dipipet dan dimasukkan ke dalam


labu takar 50 mL. Kemudian ke dalam 10 mL larutan standar tersebut ditambahkan 10
mL larutan HCl 0,1 M, lalu diencerkan dengan aqua dm sampai tanda batas. Labu takar
diguncangkan agar larutan menjadi homogen. Larutan spesi asam yang sudah dibuat
dibagi ke dalam empat labu takar. Selanjutnya, konsentrasi dari setiap labu takar dibuat
menjadi 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm dengan menambahkan larutan HCl 0,1 N.
Selanjutnya, dilakukan proses yang sama untuk membuat larutan spesi basa, hanya saja
larutan HCl diganti dengan larutan NaOH.

Setelah itu, dibuat tiga buah larutan yang diberi label A, B, dan C. Setiap larutan
terdiri dari 5 mL larutan standar metil merah yang ditambahkan 25 mL natrium asetat 0,04
M. Sebanyak 10 mL asam asetat 0,01 M ditambahkan ke dalam larutan C, lalu diencerkan
dengan akuades sampai tanda batas. Sebanyak 50 mL asam asetat 0,01 M ditambahkan
ke dalam larutan B, lalu diencerkan dengan akuades sampai tanda batas. Kemudian,
larutan A ditambahkan larutan asam asetat 0,01 M sampai 100 mL (tanda batas). Semua
larutan yang sudah dibuat diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer.
Pertama, aqua dm diukur sebagai blanko. Kemudian, larutan yang ingin diukur
absorbansinya diukur dengan spektrofotometer.

VI. DATA PENGAMATAN

A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum


Tabel 6.1 Data persen transmitan spesi HMR dan MR− pada berbagai panjang gelombang
𝝀 HMR (nm) T (%) 𝝀 𝐌𝐑− (nm) T (%)
400 36,9 500 15,0
410 35,2 510 11,8
420 34,1 520 10,7
430 34,0 521 10,7
433 34,2 522 10,8
434 34,5 523 10,8
435 34,5 524 11,0
525 11,1
530 11,5

𝜆𝑚𝑎𝑥 HMR (𝜆1 ) = 430 nm


𝜆𝑚𝑎𝑥 MR− (𝜆2 ) = 520 nm
B. Penentuan Indeks Absorbansi
Tabel 6.2 Data persen transmitan larutan standar spesi HMR
Konsentrasi larutan
T pada 𝝀𝟏 (%) T pada 𝝀𝟐 (%)
(ppm)
2 95,1 63,0
3 93,3 49,4
4 90,5 40,4
5 88,7 32,4

Tabel 6.3 Data persen transmitan larutan standar spesi MR−


Konsentrasi larutan
T pada 𝝀𝟏 (%) T pada 𝝀𝟐 (%)
(ppm)
2 77,0 93,2
3 69,9 92,0
4 63,1 91,1
5 57,0 90,7

C. Penentuan Nilai 𝑲𝒂
Tabel 6.4 Data persen transmitan larutan sampel
Nama larutan pH T pada 𝝀𝟏 (%) T pada 𝝀𝟐 (%)
Larutan A 3,96 90,5 35,3
Larutan B 4,08 89,5 35,4
Larutan C 4,76 81,9 45,6

VII. PENGOLAHAN DATA


A. Penentuan Indeks Absorbansi
Nilai absorbansi masing-masing larutan dihitung dengan rumus
A = 2 − log(%𝑇)
Sehingga diperoleh data sebagai berikut,
Tabel 7.1 Data absorbansi larutan standar spesi HMR
Konsentrasi larutan
A pada 𝝀𝟏 A pada 𝝀𝟐
(ppm)
2 0,0218 0,2007
3 0,0301 0,3063
4 0,0434 0,3936
5 0,0521 0,4895

Dari data di atas, diperoleh kurva sebagai berikut,


Absorbansi HMR (430 nm)
0,06
y = 0,0104x + 0,0004
0,05 R² = 0,9917

0,04
A
0,03

0,02

0,01
1 2 3 4 5 6
C (ppm)

Gambar 7.1 Kurva nilai absorbansi larutan spesi asam pada 430 nm

Absorbansi HMR (520 nm)


0,60

0,50 y = 0,0954x + 0,0137


R² = 0,9987
0,40
A

0,30

0,20

0,10
1 2 3 4 5 6
C (ppm)

Gambar 7.2 Kurva nilai absorbansi larutan spesi asam pada 520 nm
Kemiringan garis dari setiap kurva regresi linier di atas merupakan nilai indeks
absorbansi dari larutan spesi asam, sehingga diperoleh
𝑎1 = 0,0104
𝑎2 = 0,0954
Dengan 𝑎1 adalah indeks absorbansi larutan HMR pada 𝜆1 , dan 𝑎2 adalah indeks
absorbansi larutan HMR pada 𝜆2 .
Dan diperoleh juga data sebagai berikut,
Tabel 7.2 Data absorbansi larutan standar spesi MR−
Konsentrasi larutan
A pada 𝝀𝟏 A pada 𝝀𝟐
(ppm)
2 0,1135 0,0306
3 0,1555 0,0362
4 0,2000 0,0405
5 0,2441 0,0424

Dari data di atas, diperoleh kurva sebagai berikut,

Absorbansi MR- (430 nm)


0,30

0,25 y = 0,0436x + 0,0256


R² = 0,9998
0,20
A

0,15

0,10

0,05
1 2 3 4 5 6
C (ppm)

Gambar 7.3 Kurva nilai absorbansi larutan spesi basa pada 430 nm

Absorbansi MR- (520 nm)


0,05

0,05 y = 0,004x + 0,0235


R² = 0,9574
0,04
A

0,04

0,03

0,03
1 2 3 4 5 6
C (ppm)

Gambar 7.4 Kurva nilai absorbansi larutan spesi basa pada 520 nm
Kemiringan garis dari setiap kurva regresi linier di atas merupakan nilai indeks
absorbansi dari larutan spesi basa, sehingga diperoleh
𝑎3 = 0,0436
𝑎4 = 0,0040
Dengan 𝑎3 adalah indeks absorbansi larutan MR− pada 𝜆1 , dan 𝑎4 adalah indeks
absorbansi larutan MR− pada 𝜆2 .
B. Penentuan Nilai 𝑲𝒂
Konsentrasi HMR dan MR− pada larutan A, B, dan C dihitung dengan rumus,

A430 = a1 [HMR] + a3 [MR− ]

A520 = a2 [HMR] + a4 [MR− ]

Sehingga diperoleh data sebagai berikut,


Tabel 7.3 Data persen transmitan larutan sampel

[𝐌𝐑− ]
Larutan pH [𝐇𝐌𝐑] (ppm) [𝐌𝐑 ] (ppm) 𝐥𝐨𝐠 (| |)
[𝐇𝐌𝐑]
Larutan A 3,96 4,7474 -0,1381 -1,5364
Larutan B 4,08 4,7297 -0,0232 -2,3085
Larutan C 4,76 3,5281 1,1465 -0,4882

Selanjutnya, nilai log dari perbandingan [MR− ] dan [HMR] diplot terhadap nilai pH
dari masing-masing larutan.

Kurva log konsentrasi terhadap pH


5,50

5,00

4,50
pH

4,00
y = 0,3961x + 4,8387
3,50 R² = 0,7035

3,00
-3,00 -2,50 -2,00 -1,50 -1,00 -0,50 0,00
log([MR-]/[HMR])

Gambar 7.5 Kurva log konsentrasi terhadap pH larutan


Berdasarkan persamaan Henderson-Hasselbalch, pH dari masing-masing larutan
adalah sebagai berikut,
[MR− ]
𝑝𝐻 = 𝑝𝐾𝑎 − log ( )
[HMR]

Nilai C pada persamaan regresi linier di atas merupakan nilai 𝑝𝐾𝑎 dari indikator metil
merah, sehingga diperoleh nilai 𝑝𝐾𝑎 dari metil merah adalah
𝑝𝐾𝑎 = 4,8387
𝐾𝑎 = 1,4498 × 10−5

VIII. PEMBAHASAN

Prinsip kerja dari metode spektrofotometri UV-Vis adalah adanya interaksi yang
terjadi antara energi yang berupa cahaya monokromatis dari sumber sinar dengan materi
berupa molekul. Besarnya energi yang diserap oleh suatu molekul jumlahnya tertentu dan
energi tersebut digunakan untuk mengeksitasi elektron dari tingkat energi yang rendah
ke tingkat energi yang lebih tinggi. Prinsip kerja spektrofotometri menurut hukum
Lambert-Beer adalah bila cahaya monokromatis melalui suatu media, maka sebagian dari
cahaya tersebut akan diserap, sebagian akan dipantulkan, dan sebagian yang lain akan
dipancarkan.

Spektrofotometer, sesuai dengan namanya, adalah alat yang terdiri dari


spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang tertentu. Fotometer adalah alat yang digunakan mengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi, spektrofotometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.

Kelebihan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah panjang


gelombang dari sinar putih dapat diurai menggunakan dengan alat seperti prisma, grating,
ataupun celah optis. Sinar cahaya yang dipancarkan dari alat dilewatkan menuju kuvet,
tempat larutan sampel dianalisis. Banyaknya cahaya yang diteruskan oleh larutan akan
dibaca oleh detektor dan kemudian ditampilkan di layar. Pada pengukuran absorbansi
dengan fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh
dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan
trayek panjang gelombang tertentu. Jadi, pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh
panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang
geombang, misalnya 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang
benar-benar terseleksi dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan tetapan pengionan dari
indikator metil merah. Tetapan pengionan dari metil merah sama dengan tetapan
asamnya. Nilai tetapan asam dari metil merah ini akan ditentukan dengan metode
spektrofotometri. Pengukuran pengukuran persen transmitan pada spektrofotometri
dipilih pada panjang gelombang yang menghasilkan persen transmitan paling rendah.
Persen transmitan yang paling rendah berarti intensitas cahaya yang diserap oleh larutan
bernilai maksimum. Semakin polar suatu pelarut, maka puncak absorbansi yang
dihasilkan akan semakin berada pada panjang gelombang yang lebih pendek, atau pada
energi yang makin besar. Energi dari cahaya yang diserap oleh suatu molekul akan
digunakan untuk mengeksitasi elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi. Semakin
besar energi yang diserap, maka panjang gelombang yang diserap semakin pendek.

Metil merah merupakan suatu senyawa zwitter ion. Zwitter ion adalah senyawa
yang memiliki muatan positif sekaligus muatan negatif pada molekulnya. Karena
perilakunya ini, senyawa zwitter ion bisa menjadi larutan penyangga atau buffer yang
baik. Jika terdapat ion H + berlebih di dalam larutan, zwitter ion akan menjadi basa untuk
menetralkannya. Begitu pula sebaliknya, jika larutan bersifat basa, zwitter ion akan
melepaskan ion H + dan akan menetralkannya. Hal ini membuat pH larutan tidak mudah
berubah dengan cepat.

Gambar 8.1 Struktur metil merah dalam kesetimbangan di dalam larutan


Biasanya, senyawa zwitter ion merupakan senyawa yang larut di dalam air karena
senyawa zwitter ion merupakan senyawa polar. Dalam hal ini berlaku like-dissolve-like,
yang artinya suatu senyawa akan cenderung untuk melarutkan senyawa lain yang
memiliki kepolaran yang mirip. Karena senyawa zwitter ion dan air merupakan senyawa
polar, maka senyawa zwitter ion biasanya larut dalam air. Di dalam larutan, indikator
metil merah mengalami kesetimbangan menurut reaksi berikut,

HMR H + + MR−

Untuk menentukan panjang gelombang maksimum untuk spesi HMR, larutan dibuat
menjadi asam. Berdasarkan asas Le Chatelier, ketika di dalam larutan spesi H +
ditambahkan, yang artinya larutan dibuat asam, maka kesetimbangan akan bergeser ke
arah spesi HMR. Dalam percobaan ini, larutan diencerkan dengan HCl agar larutan
menjadi asam. Hal ini menyebabkan di dalam larutan asam, spesi HMR akan lebih banyak
dibandingkan spesi MR− . Begitu pula dengan menentukan panjang gelombang
maksimum untuk spesi MR− . Untuk menentukan panjang gelombang maksimum untuk
spesi MR− , maka spesi MR− harus dibuat lebih banyak di dalam larutan dibandingkan
dengan spesi HMR. Agar hal ini terjadi, larutan harus dibuat basa. Spesi H + akan
berkurang karena menetralkan larutan yang basa, sehingga kesetimbangan bergeser ke
arah spesi MR− dan spesi MR− akan menjadi lebih banyak di dalam larutan.

IX. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan ini, diperoleh nilai tetapan pengionan atau nilai 𝐾𝑎 dari
indikator metil merah adalah sebesar 1,4498 × 10−5. Sebagai perbandingan, nilai 𝐾𝑎
metil merah dari literatur adalah sebesar 7,9433 × 10−6 .

X. DAFTAR PUSTAKA

Alberty, R. A. (1983). Kimia Fisika Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Atkins, P. W., Paula, J. D., & Keeler, J. (2018). Atkins' Physical Chemistry, 11th edition.
Oxford University Press.

Sukardjo. (1997). Kimia Fisik. Yogyakarta: Rineka Cipta.


LAMPIRAN

Pertanyaan
1. Gambarkan secara skematik: spektrofotometer sinar tampak, UV, dan IR.
Apakah sumber cahaya pada ketiga spektrofotometer tersebut?

Spektrofotometer sinar tampak menggunakan cahaya pada panjang


gelombang di daerah sinar tampak. Spektrofotometer UV menggunakan cahaya
pada panjang gelombang di daerah sinar ultraviolet. Spektrofotometer IR
menggunakan cahaya pada panjang gelombang di daerah sinar inframerah. Spektro

2. Selain spektrofotometri, metode apalagi yang digunakan untuk menentukan


tetapan kesetimbangan reaksi kimia?

Untuk menentukan tetapan kesetimbangan reaksi kimia, bisa menggunakan


metode potensiometri dan metode lain.

3. Turunkan hubungan antara tetapan kesetimbangan dan suhu!

Persamaan untuk energi bebas Gibs adalah sebagai berikut,


∆𝐺˚ = −𝑅𝑇 ln 𝐾 (1)
∆𝐺˚ = ∆𝐻˚ − 𝑇∆𝑆˚ (2)

Sehingga,

−𝑅𝑇 ln 𝐾 = ∆𝐻˚ − 𝑇∆𝑆˚

∆𝐻˚ ∆𝑆˚
ln 𝐾 = − +
𝑅𝑇 𝑅

Anda mungkin juga menyukai