KI2241 ENERGETIKA
Percobaan C1
Dengan A adalah nilai absorbansi, 𝐼 adalah intensitas cahaya setelah melewati sampel, 𝐼𝑜
adalah intensitas cahaya awal, a adalah indeks absorbansi dari zat terlarut, b adalah
panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya, dan C adalah konsentrasi dari zat terlarut di
dalam larutan.
Salah satu larutan yang dapat digunakan sebagai sampel dalam analisis
spektrofotometri adalah indikator metil merah. Indikator metil merah merupakan suatu
senyawa zwitter ion. Senyawa zwitter ion adalah senyawa yang memiliki ion positif dan
ion negatif di dalam satu senyawa tersebut. Di dalam larutan, indikator metil merah
mengalami kesetimbangan menurut reaksi berikut,
HMR H + + MR−
Menurut reaksi kesetimbangan ini, metil merah akan menjadi spesi HMR yang berwarna
merah dalam suasana asam, sedangkan akan menjadi berwarna kuning dan menjadi spesi
MR− dalam suasana basa. Tetapan pengionan dari larutan indikator metil merah ini dapat
diketahui dengan mengamati hubungan antara panjang gelombang serapan maksimum
dari kedua spesi metil merah dengan nilai absorbansinya. Panjang gelombang pada
serapan maksimum dari kedua spesi diukur dengan spektrofotometer. Setelah itu,
konsentrasi masing-masing spesi dapat dihitung dengan persamaan
A1 = a1 [HMR] + a3 [MR− ]
A2 = a2 [HMR] + a4 [MR− ]
Alat :
1. Gelas ukur 50 mL
2. Gelas ukur 25 mL
3. Gelas ukur 10 mL
4. Labu takar 50 mL
5. Gelas kimia 100 mL
6. Gelas kimia 50 mL
7. Pipet volume 10 mL
8. Pipet ukur 25 mL
9. Spektrofotometer
10. Pipet tetes
11. Batang pengaduk
12. Spatula
13. Filer
14. Corong
15. Klem
Bahan :
1. Larutan HCl
2. Larutan NaOH
3. Larutan CH3 COOH
4. Larutan CH3 COONa
5. Indikator metil merah 100 ppm
V. CARA KERJA
Setelah itu, dibuat tiga buah larutan yang diberi label A, B, dan C. Setiap larutan
terdiri dari 5 mL larutan standar metil merah yang ditambahkan 25 mL natrium asetat 0,04
M. Sebanyak 10 mL asam asetat 0,01 M ditambahkan ke dalam larutan C, lalu diencerkan
dengan akuades sampai tanda batas. Sebanyak 50 mL asam asetat 0,01 M ditambahkan
ke dalam larutan B, lalu diencerkan dengan akuades sampai tanda batas. Kemudian,
larutan A ditambahkan larutan asam asetat 0,01 M sampai 100 mL (tanda batas). Semua
larutan yang sudah dibuat diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer.
Pertama, aqua dm diukur sebagai blanko. Kemudian, larutan yang ingin diukur
absorbansinya diukur dengan spektrofotometer.
C. Penentuan Nilai 𝑲𝒂
Tabel 6.4 Data persen transmitan larutan sampel
Nama larutan pH T pada 𝝀𝟏 (%) T pada 𝝀𝟐 (%)
Larutan A 3,96 90,5 35,3
Larutan B 4,08 89,5 35,4
Larutan C 4,76 81,9 45,6
0,04
A
0,03
0,02
0,01
1 2 3 4 5 6
C (ppm)
Gambar 7.1 Kurva nilai absorbansi larutan spesi asam pada 430 nm
0,30
0,20
0,10
1 2 3 4 5 6
C (ppm)
Gambar 7.2 Kurva nilai absorbansi larutan spesi asam pada 520 nm
Kemiringan garis dari setiap kurva regresi linier di atas merupakan nilai indeks
absorbansi dari larutan spesi asam, sehingga diperoleh
𝑎1 = 0,0104
𝑎2 = 0,0954
Dengan 𝑎1 adalah indeks absorbansi larutan HMR pada 𝜆1 , dan 𝑎2 adalah indeks
absorbansi larutan HMR pada 𝜆2 .
Dan diperoleh juga data sebagai berikut,
Tabel 7.2 Data absorbansi larutan standar spesi MR−
Konsentrasi larutan
A pada 𝝀𝟏 A pada 𝝀𝟐
(ppm)
2 0,1135 0,0306
3 0,1555 0,0362
4 0,2000 0,0405
5 0,2441 0,0424
0,15
0,10
0,05
1 2 3 4 5 6
C (ppm)
Gambar 7.3 Kurva nilai absorbansi larutan spesi basa pada 430 nm
0,04
0,03
0,03
1 2 3 4 5 6
C (ppm)
Gambar 7.4 Kurva nilai absorbansi larutan spesi basa pada 520 nm
Kemiringan garis dari setiap kurva regresi linier di atas merupakan nilai indeks
absorbansi dari larutan spesi basa, sehingga diperoleh
𝑎3 = 0,0436
𝑎4 = 0,0040
Dengan 𝑎3 adalah indeks absorbansi larutan MR− pada 𝜆1 , dan 𝑎4 adalah indeks
absorbansi larutan MR− pada 𝜆2 .
B. Penentuan Nilai 𝑲𝒂
Konsentrasi HMR dan MR− pada larutan A, B, dan C dihitung dengan rumus,
Selanjutnya, nilai log dari perbandingan [MR− ] dan [HMR] diplot terhadap nilai pH
dari masing-masing larutan.
5,00
4,50
pH
4,00
y = 0,3961x + 4,8387
3,50 R² = 0,7035
3,00
-3,00 -2,50 -2,00 -1,50 -1,00 -0,50 0,00
log([MR-]/[HMR])
Nilai C pada persamaan regresi linier di atas merupakan nilai 𝑝𝐾𝑎 dari indikator metil
merah, sehingga diperoleh nilai 𝑝𝐾𝑎 dari metil merah adalah
𝑝𝐾𝑎 = 4,8387
𝐾𝑎 = 1,4498 × 10−5
VIII. PEMBAHASAN
Prinsip kerja dari metode spektrofotometri UV-Vis adalah adanya interaksi yang
terjadi antara energi yang berupa cahaya monokromatis dari sumber sinar dengan materi
berupa molekul. Besarnya energi yang diserap oleh suatu molekul jumlahnya tertentu dan
energi tersebut digunakan untuk mengeksitasi elektron dari tingkat energi yang rendah
ke tingkat energi yang lebih tinggi. Prinsip kerja spektrofotometri menurut hukum
Lambert-Beer adalah bila cahaya monokromatis melalui suatu media, maka sebagian dari
cahaya tersebut akan diserap, sebagian akan dipantulkan, dan sebagian yang lain akan
dipancarkan.
Metil merah merupakan suatu senyawa zwitter ion. Zwitter ion adalah senyawa
yang memiliki muatan positif sekaligus muatan negatif pada molekulnya. Karena
perilakunya ini, senyawa zwitter ion bisa menjadi larutan penyangga atau buffer yang
baik. Jika terdapat ion H + berlebih di dalam larutan, zwitter ion akan menjadi basa untuk
menetralkannya. Begitu pula sebaliknya, jika larutan bersifat basa, zwitter ion akan
melepaskan ion H + dan akan menetralkannya. Hal ini membuat pH larutan tidak mudah
berubah dengan cepat.
HMR H + + MR−
Untuk menentukan panjang gelombang maksimum untuk spesi HMR, larutan dibuat
menjadi asam. Berdasarkan asas Le Chatelier, ketika di dalam larutan spesi H +
ditambahkan, yang artinya larutan dibuat asam, maka kesetimbangan akan bergeser ke
arah spesi HMR. Dalam percobaan ini, larutan diencerkan dengan HCl agar larutan
menjadi asam. Hal ini menyebabkan di dalam larutan asam, spesi HMR akan lebih banyak
dibandingkan spesi MR− . Begitu pula dengan menentukan panjang gelombang
maksimum untuk spesi MR− . Untuk menentukan panjang gelombang maksimum untuk
spesi MR− , maka spesi MR− harus dibuat lebih banyak di dalam larutan dibandingkan
dengan spesi HMR. Agar hal ini terjadi, larutan harus dibuat basa. Spesi H + akan
berkurang karena menetralkan larutan yang basa, sehingga kesetimbangan bergeser ke
arah spesi MR− dan spesi MR− akan menjadi lebih banyak di dalam larutan.
IX. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan ini, diperoleh nilai tetapan pengionan atau nilai 𝐾𝑎 dari
indikator metil merah adalah sebesar 1,4498 × 10−5. Sebagai perbandingan, nilai 𝐾𝑎
metil merah dari literatur adalah sebesar 7,9433 × 10−6 .
X. DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P. W., Paula, J. D., & Keeler, J. (2018). Atkins' Physical Chemistry, 11th edition.
Oxford University Press.
Pertanyaan
1. Gambarkan secara skematik: spektrofotometer sinar tampak, UV, dan IR.
Apakah sumber cahaya pada ketiga spektrofotometer tersebut?
Sehingga,
∆𝐻˚ ∆𝑆˚
ln 𝐾 = − +
𝑅𝑇 𝑅