Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI ZAT

OLEH :

Ni Made Diantari Pratiyaksi 2013031021 2020

Gede Wisnu Ambara Putra 2013031023 2020

Ni Putu Aryanti 2013031020 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA
2022
PERCOBAAN VI
PENENTUAN KONSTANTA DISOSIASI ASAM METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI

I. TUJUAN
Menentukan konstanta disosiasi dari asam metil merah secara spektrofotometri.
II. DASAR TEORI
Indikator asam basa pada umumnya akan mengalami perubahan warna yang
dipengaruhi oleh kondisi asam atau basa. Salah satu indikator asam basa adalah metil
merah. Metil merah merupakan salah satu zat yang dapat menunjukkan sifat suatu asam
maupun basa. Indikator metil merah digunakan untuk mengetahui pH larutan dengan
trayek pH 4,2–6,3.
Dalam larutan air, metil merah ditemukan sebagai suatu “zwitter ion”. Dalam
suasana asam, senyawa metil merah berupa HMR yang berwarna merah dan mempunyai
dua bentuk resonansi. Jika berada dalam suasana basa, sebuah proton hilang dan
terbentuk anion MR- yang berwarna kuning. Keadaan kesetimbangan antara HMR (metil
merah dalam suasana asam) dengan MR- (metil merah dalam suasana basa) ditunjukkan
pada Gambar 1.

Metil merah dalam bentuk asam HMR (merah)

H+ OH-

COO-

N
CH3 N N

CH3 H

Metil merah bentuk basa MR- (kuning)


Gambar 1. Keadaan Kesetimbangan Metil Merah dalam Suasana Asam dan
Basa

Reaksi pengionan metil merah di atas dapat dinyatakan oleh persamaan reaksi
sebagai berikut.
HMR MR- + H+
Tetapan disosiasi (Ka) dapat dinyatakan oleh persamaan berikut.
[H  ][MR  ]
Ka  ………………………………….(1)
[HMR]
Sehingga pKa dinyatakan,
[MR  ]
pKa  pH  log …………………(2)
[HMR]
HMR dan MR- mempunyai absorbansi maksimum pada panjang gelombang yang
berbeda, yaitu pada selang pH 4–6.Harga tetapan kesetimbangan ini dapat dihitung
dengan persamaan (2) dari pengukuran perbandingan [MR-]/[HMR] pada pH tertentu.
Perbandingan [MR-]/[HMR] dapat ditunjukkan secara spektrofotometri karena kedua
bentuk metil merah mengabsorbsi kuat pada daerah cahaya tampak (400-800 nm).
Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya pengabsorpsi energi cahaya oleh
suatu system kimia sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi serta pengukuran
pengabsorpsi yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu. Metode
spektrofotometri dibedakan menjadi dua, yaitu spektrofotometri ultraviolet dan
spektrofotometri cahaya tampak. Pada umumnya, penerapan spektrofotometri ultraviolet
dan cahaya tampak pada senyawa organik didasarkan pada transisi n-π* atau π-π* dan
karenanya memerlukan hadirnya gugus kromoforat (C=C, C=O, N=N) dalam molekul.
Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum antara 200-700 nm yang praktis digunakan
dalam eksperimen. Pada spektrofotometri UV-Vis, absorbsi hanya terjadi jika selisih
kedua tingkat energi elektronik tersebut (ΔE = E2 – E1) bersesuaian dengan energi cahaya
(foton) yang datang.
Jika I dan I0 masing-masing adalah intensitas cahaya dengan panjang gelombang
tertentu yang telah melalui larutan dan pelarut murni, maka absorbansi optik (A)
didefinisikan oleh Hukum Lambert-Beer.
A = - log I/I0 = εbc......................................................(3)
dimana I = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh larutan dalam sel
Io = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh pelarut dalam sel pada I yang
sama ε = Koefisien ekstingsi dari spesies penyerap atau konstanta pembanding
Semakin besar intensitas sinar yang diserap maka nilai A akan semakin besar dan
intensitas sinar yang diteruskan akan semakin kecil.
Jika hanya zat terlarut saja yang dapat mengabsorbsi cahaya,
maka A = a.b.c.................................................(4)
dimana a = indeks absorbansi zat terlarut
b = panjang/tebal larutan yang dilewati
cahaya c = konsentrasi zat terlarut
Harga a bergantung pada panjang gelombang cahaya, pada suhu dan pada jenis pelarut.
Pada daerah berlakunya hukum Lambert-Beer, aluran A terhadap konsentrasi berupa garis
lurus. Jika dalam larutan terdapat lebih dari satu zat terlarut dan masing-masing zat
mengabsorbsi secara bebas, maka absorbansi campuran ini bersifat aditif.
A = ΣA1 = Σa1.b.c............................................(5)
Pada percobaan ini pertama-tama ditentukan spektrum absorpsi metil merah bentuk I
(dalam larutan asam) dan bentuk II (dalam larutan basa) dan kemudian dipilih dua panjang
gelombang λ1 dan λ2 untuk kedua larutan sedemikian hingga bentuk asam mengadsorpsi jauh
lebih kuat pada λ1 dibandingkan dengan basanya, dan sebaliknya pada λ2 bentuk basa
mengadsorpsi kuat sedangkan bentuk asam tidak. Secara ideal, λ1 dan λ2 berupa puncak
absorpsi.
HM

MR-

1 2

Gambar 2. Alur Absorbansi Terhadap Panjang Gelombang untuk HMR dan MR-
Dalam suasana sangat asam (seperti dalam HCl) metil merah dapat dianggap hanya
terdapat dalam bentuk asam dan sebaliknya dalam suasana basa (seperti dalam NaOH) metil
merah ditemukan dalam bentuk II.
Indeks absorbansi molar HMR pada λ1 (= a1.HMR) dan pada λ2 (= a2.HMR) dan juga indeks
absorbansi molar MR- pada λ1 (= a1.MR-) dan pada λ2 (= a2.MR-) ditentukan pada berbagai
konsentrasi dengan menggunakan persamaan (4) untuk mengetahui apakah hukum Beer
dipenuhi. Untuk maksud ini dapat juga dibentuk grafik absorbansi A terhadap konsentrasi.
Kemudian komposisi campuran HMR dan MR- pada suatu pH tertentu dihitung dari
absorbansi A1 dan A2, masing-masing pada λ1 dan λ2 dan dengan tebal sel satu cm (b = 1 cm)
dengan menggunakan persamaan (6) dan persamaan (7)
A1 = a1.HMR [HMR] + a1.MR- [MR-]......................................................(6)

A2 = a2.HMR [HMR] + a2.MR- [MR-]......................................................(7)

Apabila suatu larutan mendapat radiasi sinar polikromatik yaitu sinar yang terdiri dari
beberapa macam warna, maka ada suatu sinar dengan panjang gelombang tertentu yang
diserap, sedangkan yang lainnya diteruskan melalui larutan tersebut. Panjang gelombang
yang diperlukan dalam suatu analisis kuantitatif secara spektrofotometri adalah panjang
gelombang yang sesuai dengan absorbansi maksimum (puncak serapan).

Gambar 3. Panjang Gelombang yang Diperlukan Dalam Analisis Kuantitatif secara


Spektrofotometri.

Keterangan:
 Violet : 400 - 420 nm
 Indigo : 420 - 440 nm
 Blue : 440 - 490 nm
 Green : 490 - 570 nm
 Yellow: 570 - 585 nm
 Orange: 585 - 620 nm
 Red : 680 – 780 nm

A. Alat dan Bahan:

Alat Ukuran Jumlah


Spektofotometer UV-Vis - 1 buah
Labu ukur 100 mL 1 buah
Pipet volumetri 10 mL 1 buah
Labu ukur 50 mL 2 buah
Labu ukur 10 mL 1 buah
Labu erlenmeyer 10 mL 8 buah
Labu erlenmeyer 100 mL 4 buah
Pipet volumetri 50 mL 1 buah
Gelas kimia 100 mL 2 buah
Pipet tetes - 2 buah
Gelas ukur 25 mL 1 buah
Kaca arloji - 1 buah
Spatula - 1 buah

Bahan Kosentrasi Jumlah


Metil merah - 0,1 gram
Larutan natrium asetat 0,04 M 50 mL
Larutan asam asetat 0,02 M 45 mL
Larutan HCl 0,1 M 100 mL
Larutan HCl 0,01 M 50 mL
Larutan NaOH 0,04 M 25 mL
Larutan NaOH 0,01 M 50 mL
Etanol 95% 30 mL

B. Cara Kerja

No Langkah kerja Hasil pengamatan


 Pembuatan Larutan Metil Merah
1. Larutkan 0,1 gram kristal metil merah
dilarutkan dalam 30 mL etanol 95%, kemudian
encerkan hingga tepat 50 mL dengan air suling
(larutan ini disebut larutan induk)
2. Ambil sebanyak 5 mL larutan induk tersebut
dan encerkan dengan air hingga volume
menjadi 100 mL (larutan ini disebut sebagai
larutan standar.
 Pembuatan Larutan HMR
1. Tempatkan sebanyak 10 mL larutan standar
metil merah dalam labu ukur 100 mL,
kemudian tambahkan 10 mL larutan HCl 01 M
dan encerkan dengan aquades hingga tepat 100
mL
 Pembuatan Larutan MR
1. Tempatkan sebanyak 10 mL larutan standar
metil merah dalam labu ukur 100 mL,
kemudian tambahkan 25 mL larutan
CH3COONa 0,04 M dan encerkan dengan
aquades hingga tepat 100 mL (pH larutan kira-
kira 8).
 Penentuan maks HMR dan MR
1. Ukur absorbansi larutan HMR pada panjang
gelombang mulai dari 350-600 nm. Plot
absorbansi terhadap panjang gelombang
sehingga didapatkan maks dari HMR
2. Dengan cara yang sama lakukan pula
pengukuran absorbansi dari larutan MRpada
panjang gelombang mulai dari 400-500 nm.
Plot absorbansi terhadap panjang gelombang
sehingga didapatkan maks dari MR-
 Pengukuran Absorbansi Larutan
1. Masukkan masing-masing 40, 30, 20, 10, dan 5
mL larutan HMR dalam labu ukur 50 mL,
encerkan hingga tanda batas menggunakan
larutan HCl 0,01 M.
2. Ukur absorbansi masing-masing larutan pada
maks HMR dan MR
3. Buat kurva absorbansi terhadap konsentrasi,
harga d merupakan slope dari kurva tersebut.
Konsentrasi HMR adalah 0,8; 0,6; 0,4; 0,2; dan
0,1 kali konsentrasi HMR awal.
4. Masukkan masing-masing 40, 30, 20, 10, dan 5
mL larutan MRdalam labu ukur 50 mL,
encerkan hingga tanda batas menggunakan
larutan natrium asetat 0,01 M.
5. Ukur absorbansi masing-masing larutan pada
maks HMR dan MR- .
6. Buat kurva absorbansi terhadap konsentrasi,
harga d merupakan slope dari kurva tersebut.
Konsentrasi MRadalah 0,8; 0,6; 0,4; 0,2; dan
0,1 kali konsentrasi MR- awal.
 Penentuan Kuantitas Relatif HMR dan MR pada berbagai nilai pH
1. Buat campuran larutan dengan komposisi
sebagai berikut
No. labu 1 2 3 4
Larutan 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
indikator
standar (MR)
Natrium 25 mL 25 mL 25 mL 25 mL
asetat 0,04 M

Asam asetat 50 mL 25 mL 10 mL 5 mL
0,02 M

Air 15 mL 40 mL 55 mL 60 mL
(pengenceran
)
pH (di cek 4,85 5,51 5,73 5,81
kembali)

2. Ukur absorbansi masing-masing larutan di atas


pada maks HMR dan MR- .

C. Tabel Data dan Cara Pengolahan Data

a. Tabel Data:
Volume asam oksalat yang dititrasi = 25 mL

 Sampel HMR

 (nm) HCl 0,1 HCl HCl


M 0,01 M 0,05 M
A A A
400 0,023 0,033 0,039
415 0,043 0,053 0,064
430 0,086 0,095 0,124
445 0,162 0,165 0,233
460 0,274 0,28 0,388
475 0,301 0,311 0,415
490 0,321 0,335 0,443
505 0,335 0,341 0,456
520 0,346 0,355 0,461

 Sampel MR-

 (nm) NaOH NaOH NaOH


0,1 M 0,01 M 0,05 M
A A A
400 0,376 0,500 0,407
415 0,396 0,526 0,428
430 0,399 0,529 0,430
445 0,382 0,508 0,414
460 0,332 0,497 0,360
475 0,313 0,461 0,330
490 0,301 0,431 0,31
505 0,292 0,410 0,29
520 0,271 0,390 0,25

b. Analisis Data

1. Pembuatan larutan
a. Berat jenis HCl = 1,19 kg/L
10 x kadar x p
N=
Be
10 x 37 x 1,19 kg /L
N =
36,5 gr /mol
N = 12,06 N

HCl 0,1 N dalam 100 mL

(V1 . N1)pekat = V2 . N2

V . 12,06 N = 100 mL . 0,1 N

10 m L
V=
12,06

V = 0,83 mL

b. HCl 0,01 N dan 0,05 N dalam 100 mL


1) Untuk HCl 0,01 N
V1.N1 = V2N2

V1.0,01 N = 100 mL . 0,01 N

1mL . N
V=
0,1 N

V = 10 mL

2) Untuk HCl 0,05 N

V1.N1 = V2N2

V1.0,1 N = 100mL . 0,05N

V1 = 50 mL

c. NaOH 0,1 N dalam 100 mL

W = N . V . Be

= 0,04 N . 0,1 L . 82 gr/mol

= 0,4 gr

d. CH3COOH 100% dengan berat jenis = 1,05 kg/L

10 x 100 x 1,05 kg/ L


N=
60 gr /mol

N = 17,5 N

M=N

M = 17,5 M

2. Perhitungan Hasil Spektrofotometer


a. Perhitungan absortivitas
A=a.b.c

A
a=
b.c

keterangan :
A = Absorbansi
a = Tetapan absorbtivitas (M-1cm-1 )
c = kosentrasi larutan yang diukur
b = tebal larutan

a) HMR dari HCl 0,1 N

b = 1 cm
c = 0,1 N

λ = 400 nm, A = 0,023 λ = 475 nm, A = 0,31


0,023 0,31
a¿ a¿
1cm . 0,1 N 1cm . 0,1 N
= 0,23 = 3,10

λ = 415 nm, A = 0,043 λ = 490 nm, A = 0,321


0,043 0,321
a¿ a¿
1cm . 0,1 N 1cm . 0,1 N
= 0,43 = 3,21

λ = 430 nm, A = 0,086 λ = 505 nm, A = 0,335


0,086 0,335
a¿ a¿
1cm . 0,1 N 1cm . 0,1 N
= 0,86 = 3,35

λ = 445 nm, A = 0,162 λ = 520 nm, A = 0,346


0,162 0,346
a¿ a¿
1cm . 0,1 N 1cm . 0,1 N
= 1,62 = 3,46

λ = 460 nm, A = 0,280


0,280
a¿
1cm . 0,1 N
= 2,80
b) HMR dari HCl 0,01 N

b = 1 cm
c = 0,01 N

λ = 400 nm, A = 0,033 λ = 475 nm, A = 0,311


0,03 3 0,311
a¿ a¿
1cm . 0,01 N 1cm . 0,01 N
= 3,30 = 31,10

λ = 415 nm, A = 0,053 λ = 490 nm, A = 0,335


0,053 0,335
a¿ a¿
1cm . 0,01 N 1cm . 0,01 N
= 5,30 = 33,50

λ = 430 nm, A = 0,095 λ = 505 nm, A = 0,341


0,095 0,341
a¿ a¿
1cm . 0,01 N 1cm . 0,01 N
= 9,50 = 34,10

λ = 445 nm, A = 0,165 λ = 520 nm, A = 0,355


0,165 0,355
a¿ a¿
1cm . 0,01 N 1cm . 0,01 N
= 16,50 = 35,50

λ = 460 nm, A = 0,280


0,280
a¿
1cm . 0,01 N
= 28

c) HMR dari HCl 0,05 N

b = 1 cm
c = 0,05 N
λ = 400 nm, A = 0,039 λ = 475 nm, A = 0,415
0,039 0,415
a¿ a¿
1cm . 0,05 N 1cm . 0,05 N
= 0,78 = 8,30

λ = 415 nm, A = 0,064 λ = 490 nm, A = 0,443


0,064 0,443
a¿ a¿
1cm . 0,01 N 1cm . 0,05 N
= 1,28 = 8,86

λ = 430 nm, A = 0,124 λ = 505 nm, A = 0,456


0,124 0,456
a¿ a¿
1cm . 0,05 N 1cm . 0,05 N
= 2,48 = 9,12

λ = 445 nm, A = 0,233 λ = 520 nm, A = 0,461


0,233 0,461
a¿ a¿
1cm . 0,05 N 1cm . 0,05 N
= 4,66 = 9,22

λ = 460 nm, A = 0,388


0,388
a¿
1cm . 0,05 N
= 7,76

d) MR- dari NaOH 0,1 N

b = 1 cm
c = 0,1 N

λ = 400 nm, A = 0,376 λ = 475 nm, A = 0,313


0,376 0,313
a¿ a¿
1cm . 0,1 N 1cm . 0 ,1 N
= 3,76 = 3,13

λ = 415 nm, A = 0,396 λ = 490 nm, A = 0,301


0,396 0,301
a¿ a¿
1cm . 0,1 N 1cm . 0 ,1 N
= 3,96 = 3,01

λ = 430 nm, A = 0,399 λ = 505 nm, A = 0,292


0,399 0,292
a¿ a¿
1cm . 0 ,1 N 1cm . 0 ,1 N
= 3,99 = 2,92

λ = 445 nm, A = 0,382 λ = 520 nm, A = 0,271


0,382 0,271
a¿ a¿
1cm . 0 ,1 N 1cm . 0 ,1 N
= 3,82 = 2,71

λ = 460 nm, A = 0,332


0,332
a¿
1cm . 0 ,1 N
= 3,32

e) MR- dari NaOH 0,01 N

b = 1 cm
c = 0,01 N

λ = 400 nm, A = 0,500 λ = 475 nm, A = 0,529


0,500 0,529
a¿ a¿
1cm . 0,01 N 1cm . 0,01 N
= 50 = 52,90

λ = 415 nm, A = 0,526 λ = 490 nm, A = 0,335


0,526 0,335
a¿ a¿
1cm . 0,01 N 1cm . 0,01 N
= 52,60 = 50,80

λ = 430 nm, A = 0,497 λ = 505 nm, A = 0,341


0,497 0,341
a¿ a¿
1cm . 0,01 N 1cm . 0,01 N
= 49,70 = 41

λ = 445 nm, A = 0,461 λ = 520 nm, A = 0,355


0,461 0,355
a¿ a¿
1cm . 0,01 N 1cm . 0,01 N
= 46,10 = 39

λ = 460 nm, A = 0,431


0,431
a¿
1cm . 0,01 N
= 43,10

f) MR- dari NaOH 0,05 N

b = 1 cm
c = 0,05 N

λ = 400 nm, A = 0,407 λ = 475 nm, A = 0,33


0,407 0,33
a¿ a¿
1cm . 0,05 N 1cm . 0,05 N
= 8,14 = 6,60

λ = 415 nm, A = 0,428 λ = 490 nm, A = 0,31


0,428 0,31
a¿ a¿
1cm . 0,05 N 1cm . 0,05 N
= 8,56 = 6,20
λ = 430 nm, A = 0,430 λ = 505 nm, A = 0,29
0,430 0,29
a¿ a¿
1cm . 0,05 N 1cm . 0,05 N
= 8,60 = 5,80

λ = 445 nm, A = 0,414 λ = 520 nm, A = 0,25


0,414 0,25
a¿ a¿
1cm . 0,05 N 1cm . 0,05 N
= 8,28 =5

λ = 460 nm, A = 0,360


0,360
a¿
1cm . 0,05 N
= 7,20

b. Perhitungan Komposisi Campuran HMR dan MR-

Λ HMR MR-
0,1 N 0,01 N 0,05 N 0,1 N 0,01 N 0,05
Terendah 0,23 3,30 0,78 2,71 39 5
Puncak 3,46 35,50 9,22 3,99 52,90 8,60

c. Menentukan HMR dan MR-

A1 = a1 . HMR + a1 . MR- (HCl)


A2 = a2 . HMR + a2 . MR- (NaOH)
HMR = x
MR- = y
a) Kosentrasi 0,1 N
A1 = 0,346
A2 = 0,271
a1 (HMR) = 3,46
a2 (HMR) = 0,23
a1 (MR-) = 3,99
a2 (MR-) = 2,71

0,346 = 3,46 HMR + 3,99 MR-


0,271 = 0,23 HMR + 2,71 MR-

0,346 = 3,46 x + 3,99 y x 0,23 0,07958 = 0,79x + 0,9177 y


0,271 = 0,23 x + 2,71 y x 3,46 0,93766 = 0,79x + 9,3766y

-0,85808 = - 8,4589 y
y = 1,014 x 10-1

0,346 = 3,46 x + 3,99 . 1,014 x 10-1


346x = 0,355 – 0,404
−0,049
X= = - 1,41 x 10-2
3 , 46

b) Kosentrasi 0,01 N
A1 = 0,355
A2 = 0,390
a1 (HMR) = 35,50
a2 (HMR) = 3,30
a1 (MR-) = 52,90
a2 (MR-) = 39

0,355 = 35,50 HMR + 52,90 MR-


0,390 = 3,3 HMR + 39 MR-

0,355 = 3550 x + 5290 y x 330 117,15 = 1.171.500x + 1.745.700 y


0,390 = 330 x + 3900 y x 3550 1384,5 = 1.171.500x + 13.845.000y

-1267,35 = - 12099300 y
y = 1,047 x 10-4

0,355 = 3550x + 5290 . 1,047 x 10-4


3550x = 0,355 – 0,553
−0,198
X= = - 5,58 x 10-5
3550

c) Kosentrasi 0,05 N
A1 = 0,461
A2 = 0,25
a1 (HMR) = 9,22
a2 (HMR) = 8,60
a1 (MR-) = 0,78
a2 (MR-) =5

0,461 = 9,22 HMR + 8,60 MR-


0,25 = 0,78 HMR + 5 MR-

0,461 = 922 x + 860 y x 78 35,95 = 71916x + 67080 y


0,25 = 78 x + 500 y x 922 230,5 = 71916x + 461000y

194,542 = - 393920 y
y = 4,93 x 10-4

0,25 = 78x + 500 . 4,93 x 10-4


78x = 0,25 – 0,2465
0,0035
X=
78
= 4,49 x 10-5
¿
d) Mencari log MR− HMR ¿

1) Kosentrasi 0,1 N
−1
¿ 1,014 x 10
= log MR− HMR ¿ = log
1,41 x 10−2
= log (7,191)
= 0,89

1) Kosentrasi 0,01 N
−4
¿ 1,047 x 10
= log MR− HMR ¿ = log −5
5,58 x 10
= log (1,876)
= 0,27

2) Kosentrasi 0,05 N
−4
¿ 4,93 x 10
= log MR− HMR ¿ = log
4,49 x 10−5
= log (10,979)
= 1,04
e) Perhitungan nilai pKa

Kosentrasi ¿ pH
log MR− HMR ¿

0,1 0,89 5
0,01 N 0,27 5
0,05 N 1,04 5
¿
pKa = pH - log MR− HMR ¿

a. Kosentrasi 0,1 N
pKa = 5 - 0,89
= 4,11
b. Kosentrasi 0,01 N
pKa = 5 – 0,27
= 4,73
c. Kosentrasi 0,05 N
pKa = 5 – 1,04
= 3,96
f) Menenentukan nilai konstanta disosiasi (Ka)

a. Kosentrasi 0,1 N
pKa = - log Ka
4,11 = - log Ka
log Ka = - 4,11
Ka = 10-4,11
Ka = 7,762 x 10-5
b. Kosentrasi 0,01 N
pKa = - log Ka
4,73 = - log Ka
log Ka = - 4,73
Ka = 10-4,73
Ka = 1,862 x 10-5
c. Kosentrasi 0,05 N
pKa = - log Ka
3,96 = - log Ka
log Ka = - 3,96
Ka = 10-3,96
Ka = 1,096 x 10-4
D. Pembahasan
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwana pada panjang gelombang
spesifik tertentu. Alat yang digunakan disebut spektrofometer. Alat ini bekerja pada
panjang gelombang dari 400-500 nm, sehingga pada pengukuran lebih dari 500 nm akan
error. Skema ini adalah sumber cahayamonokromatorsel sampel detectorred out
(pembaca). Pada percobaan ini larutan yang digunakan adalah HCl dan NaOH yang
ditambah metil merah. Metil merah digunakan karena metil merah adalah zwitter ion
yaiut berwarna merah pada suasana asam dengan bentuk HMR dan berwarna kuning pada
suasana basa dengan bentuk MR-.
HCl sebagai sampel asamdimasukan dalam sel sampel pada alat spektrofotometer,
kemudia alat ini akan menginformasikan besar absorbansi, kosentrasi dan transmitasi.
Begitu juga untuk sampel basa. Namun sebelum sampel dimasukan ke dalam sel sampel
harus dimasukkan terlebih dahulu blanko dalam hal ini adalah aquades. Larutan blanko
berfungsi sebagai patokan atau standar perhitungan.
Pada pengukuran percobaan ini, berlaku hukum Lembert Beer karena metil merah
mengabsorbsi cahaya. Hukum Lambert Beer digunakan untuk mencari indeks absorbsi
zat terlarut atau absorbtivitas. Puncak tertinggi untuk sampel terletak pada panjang
gelombang 520 nm, maka didapat nilai absortivitas untuk HCl 0,1 N sebesar 3,46, HCl
0,01N sebesar 35,50 dan HCl 0,05 N sebesar 9,22. Dan untuk sampel basa nilai
absorbtivitas untuk NaOH 0,1 sebesar 3,99, NaOH 0,1 N sebesar 52,90 dan NaOH 0,05 N
sebesar 8,60. Untuk nilai Ka dapat ditentukan pada persamaan
pKa = pH - log ¿ ¿
pKa = - log Ka

Ka untuk kosentrasi 0,1 sebesar 7,762 x 10-5 , Ka untuk kosentrasi 0,01 sebesar 1,862 x
10-5 dan untuk kesentrasi 0,05 sebesar 1,096 x 10-4

E. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat dibuat simpulan bahwa harga
konstanta disosiasi suatu asam dapat ditentukan secara spektrofotometer melalui
pengukuran absorbansinya pada panjang gelombang tertentu. Besarnya harga Ka asam
metil merah berdasarkan hasil percobaan Ka untuk kosentrasi 0,1 sebesar 7,762 x 10-5
, Ka untuk kosentrasi 0,01 sebesar 1,862 x 10-5 dan untuk kesentrasi 0,05 sebesar 1,096 x
10-4

F.
Daftar Pustaka

Basuki, A.S. dan Setijo Bismo, 2003, Buku Petunjuk Laboratorium Kimia Fisika, Depok:
Laboratorium Dasar Proses Kimia, TGP FTUI.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/setijo.bismo/material/panduankimiafisika.pdf
Isana, S.Y.L., P. Yatiman dan Suharto, 2003, Petunjuk Praktikum Kimia Fisika I, Yogyakarta:
Laboratorium Kimia Fisika, FMIPA UNY.
Suardana, I. N., I.M. Kirna, I.N. Retug, 2001, Buku Ajar Kimia Fisika I, Singaraja: Jurusan
Pendidikan Kimia, FPMIPA, IKIPN Singaraja.
Retug, Nyoman dan Dewa Sastrawidana. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Singaraja:
IKIP N Singaraja.

Anda mungkin juga menyukai