DISUSUN OLEH:
I. JUDUL PERCOBAAN
COO- COO-
.. +
CH3 N N N CH3 N N N
CH3 H CH3 H
H+ OH-
COO-
CH3 N N N
CH3 H
Metil merah bentuk basa MR- (kuning)
Gambar 1. Keadaan Kesetimbangan Metil Merah dalam Suasana Asam dan Basa
Reaksi pengionan metil merah di atas dapat dinyatakan oleh persamaan reaksi sebagai
berikut.
HMR MR- + H+
Tetapan disosiasi (Ka) dapat dinyatakan oleh persamaan berikut.
[ H + ][ MR − ]
Ka = ………………..…….(1)
[ HMR]
Sehingga pKa dinyatakan,
[ MR − ]
pKa = pH − log …………………(2)
[ HMR]
HMR dan MR- mempunyai absorbansi maksimum pada panjang gelombang yang berbeda,
yaitu pada selang pH 4–6.Harga tetapan kesetimbangan ini dapat dihitung dengan
persamaan (2) dari pengukuran perbandingan [MR-]/[HMR] pada pH tertentu.
Perbandingan [MR-]/[HMR] dapat ditunjukkan secara spektrofotometri karena kedua
bentuk metil merah mengabsorbsi kuat pada daerah cahaya tampak (400-800 nm).
Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya pengabsorpsi energi cahaya oleh suatu
system kimia sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi serta pengukuran
pengabsorpsi yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu. Metode
spektrofotometri dibedakan menjadi dua, yaitu spektrofotometri ultraviolet dan
spektrofotometri cahaya tampak. Pada umumnya, penerapan spektrofotometri ultraviolet
dan cahaya tampak pada senyawa organik didasarkan pada transisi n-π* atau π-π* dan
karenanya memerlukan hadirnya gugus kromoforat (C=C, C=O, N=N) dalam molekul.
Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum antara 200-700 nm yang praktis digunakan
dalam eksperimen. Pada spektrofotometri UV-Vis, absorbsi hanya terjadi jika selisih kedua
tingkat energi elektronik tersebut (ΔE = E2 – E1) bersesuaian dengan energi cahaya (foton)
yang datang.
Jika I dan I0 masing-masing adalah intensitas cahaya dengan panjang gelombang tertentu
yang telah melalui larutan dan pelarut murni, maka absorbansi optik (A) didefinisikan oleh
Hukum Lambert-Beer.
A = - log I/I0 = εbc …………………………………..(3)
dimana :
I = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh larutan dalam sel
Io = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh pelarut dalam sel pada I yang sama
ε = Koefisien ekstingsi dari spesies penyerap atau konstanta pembanding
Semakin besar intensitas sinar yang diserap maka nilai A akan semakin besar dan intensitas
sinar yang diteruskan akan semakin kecil.
Jika hanya zat terlarut saja yang dapat mengabsorbsi cahaya, maka
A = a.b.c……………………………………...(4)
dimana ,
a = indeks absorbansi zat terlarut
b = panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya
c = konsentrasi zat terlarut
Harga a bergantung pada panjang gelombang cahaya, pada suhu dan pada jenis pelarut.
Pada daerah berlakunya hukum Lambert-Beer, aluran A terhadap konsentrasi berupa garis
lurus. Jika dalam larutan terdapat lebih dari satu zat terlarut dan masing-masing zat
mengabsorbsi secara bebas, maka absorbansi campuran ini bersifat aditif.
A = ΣA1 = Σa1.b.c ……………………………(5)
Pada percobaan ini pertama-tama ditentukan spektrum absorpsi metil merah bentuk I
(dalam larutan asam) dan bentuk II (dalam larutan basa) dan kemudian dipilih dua panjang
gelombang λ1 dan λ2 untuk kedua larutan sedemikian hingga bentuk asam mengadsorpsi
jauh lebih kuat pada λ1 dibandingkan dengan basanya, dan sebaliknya pada λ2 bentuk basa
mengadsorpsi kuat sedangkan bentuk asam tidak. Secara ideal, λ1 dan λ2 berupa puncak
absorpsi.
HMR
MR-
1 2
Gambar 2. Alur Absorbansi Terhadap Panjang Gelombang untuk HMR dan MR-
Dalam suasana sangat asam (seperti dalam HCl) metil merah dapat dianggap hanya
terdapat dalam bentuk asam dan sebaliknya dalam suasana basa (seperti dalam NaOH)
metil merah ditemukan dalam bentuk II.
Indeks absorbansi molar HMR pada λ1 (= a1.HMR) dan pada λ2 (= a2.HMR) dan juga indeks
absorbansi molar MR- pada λ1 (= a1.MR-) dan pada λ2 (= a2.MR-) ditentukan pada berbagai
konsentrasi dengan menggunakan persamaan (4) untuk mengetahui apakah hukum Beer
dipenuhi. Untuk maksud ini dapat juga dibentuk grafik absorbansi A terhadap konsentrasi.
Kemudian komposisi campuran HMR dan MR- pada suatu pH tertentu dihitung dari
absorbansi A1 dan A2, masing-masing pada λ1 dan λ2 dan dengan tebal sel satu cm (b = 1
cm) dengan menggunakan persamaan (6) dan persamaan (7)
A1 = a1.HMR [HMR] + a1.MR- [MR-]………………………………..(6)
A2 = a2.HMR [HMR] + a2.MR- [MR-]………………………………..(7)
IV. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Tabel 1. Daftar Nama Alat
V. CARA KERJA
I. Pembuatan Larutan Metil Merah
1. Sebanyak 0,1 gram metil merah kristalin murni dilarutkan ke dalam etanol 95%,
kemudian diencerkan hingga tepat 50 mL dengan air suling (larutan induk)
2. Sebanyak 5 mL larutan induk tersebut diambil dan diencerkan dengan air hingga
volume menjadi 100 mL (larutan ini disebut larutan standar)
II. Pembuatan Larutan HMR
1. Sebanyak 10 mL larutan standar metil merah ditempatkan dalam labu ukur 100
mL
2. Sebanyak 10 mL larutan HCl 0,1 M ditambahkan kedalam labu ukur dan
diencerkan dengan aquades hingga tepat 100 mL
III. Pembuatan Larutan MR-
1. Sebanyak 10 mL larutan standar metil merah tempatkan dalam labu ukur 100 Ml
2. Sebanyak 25 mL larutan NaOH 0,04 M ditambahkan dan diencerkan dengan
aquades hingga tepat 100 mL (pH larutan kira-kira 8)
IV. Penentuan maks HMR dan MR-
1. Absorbansi larutan HMR diukur dengan spektrofotometer dan diukur pada
panjang gelombang mulai dari 350 – 750 nm
2. Absorbansi diplot terhadap panjang gelombang sehingga didapatkan λ maks dari
HMR
3. Melakukan cara yang sama untuk pengukuran absorbansi dari larutan MR- pada
kisaran panjang gelombang 400-500 nm
V. Penentuan d atau εb dari HMR dan MR- pada λ maks HMR dan MR-
1. Sebanyak 8 mL, 6 mL, 4 mL, 2 mL larutan HMR dimasukkan dalam labu ukur
10 mL, kemudian diencerkan masing-masing dengan menggunakan larutan HCl
0,01 M
2. Absorbansi diukur pada larutan tersebut pada panjang gelombang maksimum dari
HMR dan MR- yang telah diperoleh pada perlakuan 4
3. Buat kurva absorbansi terhadap konsentrasi, harga d merupakan slope dari kurva
tersebut
4. Langkah pertama diulangi untuk larutan MR- dan diencerkan dengan
menggunakan NaOH 0,01 M serta dihitung absorbansinya
VI. Penetapan Kuantitas Relatif HMR dan MR- pada Berbagai Harga Ph
1. Dibuat campuran larutan dengan komposisi sebagai berikut.
Nomor labu 1 2 3 4
Larutan indikator standar 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
(MR)
Natrium asetat 0,04 M 25 mL 25 mL 25 mL 25 mL
A A A
2. Sampel MR-
λ (nm) NaOH 0,1 M NaOH 0,01 M NaOH 0,05 M
A A A
M1 = 0,0124
M1 = 1,2 x 10-2 M
Selanjutnya untuk mencari konsentrasi larutan induk, diencerkan dengan
aquades hingga V=50 mL
V1 x M1 = V2 x M2
30 mLx1,2 x 10-2 M = 50 mL x M2
M2 = 7,2 x 10-3 M
• Larutan standar
V1 X M1 = V2 x M2
10 mLx7,2 x 10-3 M = 50 mL x M2
M2 = 1,44 x 10-3 M
b. Tentukan konsentrasi larutan HMR awal dan larutan MR- awal.
• Konsentrasi larutan HMR
V1 x M 1 = V2 x M2
10 mL x 1,44 x 10-3 M= 100 mL x M2
M2 = 1,44 x 10-4 M
• Konsentrasi larutan MR-
V1 x M 1 = V2 x M2
10 mLx1,44 x 10-3 M = 100 mL x M2
M2 = 1,44 x 10-4 M
c. Hitung konsentrasi larutan HMR dan MR- hasil pengenceran.
1. Pengenceran 40 mL larutan HMR dan
MR- V1 x M1 = V2 x M2
40 mL x 1,44 x 10-4 M = 50 mL x M2
M2 = 1,152 x 10-4 M
2. Pengenceran 30 mL larutan HMR dan
MR- V1 x M1 = V2 x M2
30 mL x 1,44 x 10-4 M = 50 mL x M2
M2 = 8,64 x 10-5 M
3. Pengenceran 20 mL larutan HMR dan
MR- V1 x M1 = V2 x M2
20 mL x 1,44 x 10-4 M= 50 mL x M2
M2 = 5,76 x 10-5 M
4. Pengenceran 10 mL larutan HMR dan
MR- V1 x M1 = V2 x M2
10 mL x 1,44 x 10-4 M= 50 mL x M2
M2 = 2,88 x 10-5 M
5. Pengenceran 5 mL larutan HMR dan
MR- V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 1,44 x 10-4 M= 50 mL x M2
M2 = 1,44 x 10-5 M
2. Perhitungan Nilai Absorbansi Larutan Terhadap Konsentrasi dan
Perhitungan Nilai d dengan Menggunakan Persamaan Lambert-
Beer
301
= nm; A = 0,043 = nm; A = 0,321
= 43 =
321
335
346
= nm; A = 0,274
= 274
330 3110
= nm; A = 0,053 = nm; A = 0,335
= =
530 3350
= nm; A = 0,095 = nm; A = 0,341
= =
950 3410
= nm; A = 0,165 = nm; A = 0,355
= =
1650 3550
= nm; A = 0,28
=
2800
c. Indeks Absorbansi HMR dari HCL 0,05 M
Diketahui:
b = 0,01 cm
c = 0,05 M
= nm; A = 0,039 = nm; A = 0,415
= 78
= 830
= nm; A = 0,064 = nm; A = 0,443
=
= 886
128
= nm; A = 0,124 = nm; A = 0,456
=
248 = 912
= nm; A = 0,233 = nm; A = 0,461
=
466 = 922
= nm; A = 0,388
=77
6
d. Indeks Absorbansi MR- dari NaOH 0,1 M
Diketahui:
b = 0,01 cm
c = 0,1 M
= nm; A = 0,376 = nm; A = 0,313
= =
376 313
396 301
399 292
= nm; A = 0,382 = nm; A = 0,271
= =
382 271
= nm; A = 0,332
= 332
5000 4610
= nm; A = 0,526 = nm; A = 0,431
= =
5260 4310
= nm; A = 0,529 = nm; A = 0,410
= =
5290 4100
= nm; A = 0,508 = nm; A = 0,390
= =
5080 3900
= nm; A = 0,497
=
4970
f. Indeks Absorbansi MR- dari NaOH 0,05 M
Diketahui:
b = 0,01 cm
c = 0,05 M
= nm; A = 0,407 = nm; A = 0,330
= =
814 660
= nm; A = 0,428 = nm; A = 0,31
= =
856 620
= nm; A = 0,430 = nm; A = 0,29
= =
860 580
= nm; A = 0,414 = nm; A = 0,25
= =
828 500
= nm; A = 0,360
=
720