OLEH
KELAS VA
JURUSAN KIMIA
2020
I. Judul : Penentuan Konstanta Disosiasi Asam Metil Merah Secara Spektrofotometri
II. Tujuan :
a. Menentukan konstanta disosiasi dari asam metil merah secara spektrofotometri.
b. Meningkatkan keterampilan penggunaan spektrofotometer dalam melakukan
praktikum.
III.Dasar Teori :
Indikator asam basa pada umumnya akan mengalami perubahan warna yang
dipengaruhi oleh kondisi asam atau basa. Salah satu indikator asam basa adalah metil
merah. Metil merah merupakan salah satu zat yang dapat menunjukkan sifat suatu asam
maupun basa. Indikator metil merah digunakan untuk mengetahui pH larutan dengan
trayek pH 4,2–6,3.
Dalam larutan air, metil merah ditemukan sebagai suatu “zwitter ion”. Dalam suasana
asam, senyawa metil merah berupa HMR yang berwarna merah dan mempunyai dua
bentuk resonansi. Jika berada dalam suasana basa, sebuah proton hilang dan terbentuk
anion MR- yang berwarna kuning. Keadaan kesetimbangan antara HMR (metil merah
dalam suasana asam) dengan MR- (metil merah dalam suasana basa) ditunjukkan pada
Gambar 1.
COO - COO -
.. +
CH3 N N N CH3 N N N
CH3 H CH3 H
H+ OH-
COO -
CH3 N N N
CH3 H
Metil merah bentuk basa MR- (kuning)
Gambar 1. Keadaan Kesetimbangan Metil Merah dalam Suasana Asam dan Basa
Reaksi pengionan metil merah di atas dapat dinyatakan oleh persamaan reaksi sebagai
berikut. H +
HMR ⇋ MR−¿+H ¿
Tetapan disosiasi (Ka) dapat dinyatakan oleh persamaan berikut.
Ka=¿ ¿ ……………………………………(1)
HMR dan MR- mempunyai absorbansi maksimum pada panjang gelombang yang
berbeda, yaitu pada selang pH 4–6. Harga tetapan kesetimbangan ini dapat dihitung
dengan persamaan (2) dari pengukuran perbandingan [MR-]/[HMR] pada pH tertentu.
Perbandingan [MR-]/[HMR] dapat ditunjukkan secara spektrofotometri karena kedua
bentuk metil merah mengabsorbsi kuat pada daerah cahaya tampak (400-800 nm).
Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya pengabsorpsi energi cahaya oleh
suatu system kimia sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi serta pengukuran
pengabsorpsi yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu. Metode
spektrofotometri dibedakan menjadi dua, yaitu spektrofotometri ultraviolet dan
spektrofotometri cahaya tampak. Pada umumnya, penerapan spektrofotometri ultraviolet
dan cahaya tampak pada senyawa organik didasarkan pada transisi n-π* atau π-π* dan
karenanya memerlukan hadirnya gugus kromoforat (C=C, C=O, N=N) dalam molekul.
Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum antara 200-700 nm yang praktis digunakan
dalam eksperimen. Pada spektrofotometri UV-Vis, absorbsi hanya terjadi jika selisih
kedua tingkat energi elektronik tersebut (ΔE = E2 – E1) bersesuaian dengan energi cahaya
(foton) yang datang.
Jika I dan I0 masing-masing adalah intensitas cahaya dengan panjang gelombang
tertentu yang telah melalui larutan dan pelarut murni, maka absorbansi optik (A)
didefinisikan oleh Hukum Lambert-Beer.
A = - log I/I0 = εbc …………………………………..(3)
dimana I = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh larutan dalam sel
Io = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh pelarut dalam sel pada I yang sama
ε = Koefisien ekstingsi dari spesies penyerap atau konstanta pembanding
Semakin besar intensitas sinar yang diserap maka nilai A akan semakin besar dan
intensitas sinar yang diteruskan akan semakin kecil.
Jika hanya zat terlarut saja yang dapat mengabsorbsi cahaya, maka
A = a.b.c……………………………………...(4)
dimana a = indeks absorbansi zat terlarut
b = panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya
c = konsentrasi zat terlarut
Harga a bergantung pada panjang gelombang cahaya, pada suhu dan pada jenis
pelarut. Pada daerah berlakunya hukum Lambert-Beer, aluran A terhadap konsentrasi
berupa garis lurus. Jika dalam larutan terdapat lebih dari satu zat terlarut dan masing-
masing zat mengabsorbsi secara bebas, maka absorbansi campuran ini bersifat aditif.
A = ΣA1 = Σa1.b.c ……………………………(5)
Pada percobaan ini pertama-tama ditentukan spektrum absorpsi metil merah bentuk I
(dalam larutan asam) dan bentuk II (dalam larutan basa) dan kemudian dipilih dua panjang
gelombang λ1 dan λ2 untuk kedua larutan sedemikian hingga bentuk asam mengadsorpsi
jauh lebih kuat pada λ1 dibandingkan dengan basanya, dan sebaliknya pada λ2 bentuk basa
mengadsorpsi kuat sedangkan bentuk asam tidak. Secara ideal, λ 1 dan λ2 berupa puncak
absorpsi.
HM
R
MR
-
1 2
Gambar 2. Alur Absorbansi Terhadap Panjang Gelombang untuk HMR dan MR-
Dalam suasana sangat asam (seperti dalam HCl) metil merah dapat dianggap hanya
terdapat dalam bentuk asam dan sebaliknya dalam suasana basa (seperti dalam NaOH)
metil merah ditemukan dalam bentuk II.
Indeks absorbansi molar HMR pada λ1 (= a1.HMR) dan pada λ2 (= a2.HMR) dan juga
indeks absorbansi molar MR- pada λ1 (= a1.MR-) dan pada λ2 (= a2.MR-) ditentukan pada
berbagai konsentrasi dengan menggunakan persamaan (4) untuk mengetahui apakah
hukum Beer dipenuhi. Untuk maksud ini dapat juga dibentuk grafik absorbansi A terhadap
konsentrasi. Kemudian komposisi campuran HMR dan MR - pada suatu pH tertentu
dihitung dari absorbansi A1 dan A2, masing-masing pada λ1 dan λ2 dan dengan tebal sel
satu cm (b = 1 cm) dengan menggunakan persamaan (6) dan persamaan (7)
A1 = a1.HMR [HMR] + a1.MR- [MR-]………………………………..(6)
Keterangan:
Violet : 400 - 420 nm
Indigo : 420 - 440 nm
Blue : 440 - 490 nm
Green : 490 - 570 nm
Yellow: 570 - 585 nm
Orange: 585 - 620 nm
Red : 680 – 780 nm
V. Prosedur Kerja
Prosedur Kerja Pembuatan Larutan dan Penentuan maks HMR dan MR-
Nomor labu 1 2 3 4
Larutan 10 10 10 10
indikator mL mL mL mL
standar (MR)
Natrium 25 25 25 25
asetat 0,04 M mL mL mL mL
Asam asetat 50 50 50 50
0,02 M mL mL mL mL
Air 15 15 15 15
(pengenceran mL mL mL mL
)
pH (di cek 4,85 5,51 5,73 5,81
kembali)
Ukur absorbansi dari masing-masing larutan tersebut pada panjang
gelombang maksimum untuk HMR dan MR-.
Sampel MR-
A. Pembuatan larutan
1. Berat jenis HCl = 1,19 kg/L
10 × kadar × ρ
N=
Be
10 ×37 × 1,19 kg/ L
N=
36,5 gr /mol
N=12,06 N
V1N1 = V2N2
Pekat
10 mL
V=
12,06
= 0,83 mL
2. HCl 0,01 N dan 0,05 N dalam 100 mL dari HCl 0,1 N untuk HCl 0,01 N
V1N1 = V2N2
1 mL. N
V=
0,1 N
= 10 mL
V1N1 = V2N2
5 mL
V=
0,1
= 50 mL
3. NaOH 0,1 N dalam 100 mL
W = N. V. Be
= 0,04 N. 0,1 L. 82 gr/mol
= 0,4 gr
10 ×100 ×1,05 kg / L
N=
60 gr /mol
= 17,5 N
M = e. M
M=N
17,5 N
=
1
= 17,5 M
B. Perhitungan hasil spektrofometer
1. Perhitungan absortivitas
A = a. b. c
A=A
b.c
b = 0,01 cm
c = 0,1 N
0,023 0 , 31
a= a=
0,01 cm. 0,1 N 0,01 cm. 0,1 N
= 23 = 310
0,0 4 3 0 , 321
a= a=
0,01 cm. 0,1 N 0,01 cm. 0,1 N
= 43 = 321
0,0 86 0 , 3 35
a= a=
0,01 cm. 0,1 N 0,01 cm. 0,1 N
= 86 = 335
0 , 162 0 , 346
a= a=
0,01 cm. 0,1 N 0,01 cm. 0,1 N
= 162 = 346
λ = 460 nm, A = 0,274
0 , 274
a=
0,01 cm. 0,1 N
= 274
0 , 033 0 , 311
a= a=
0,01 cm. 0 , 01 N 0,01 cm. 0 , 01 N
= 330 = 3110
0 , 053 0 , 335
a= a=
0,01 cm. 0 , 01 N 0,01 cm. 0 , 01 N
= 530 = 3350
0 , 095 0 , 341
a= a=
0,01 cm. 0 , 01 N 0,01 cm. 0 , 01 N
= 950 = 3410
0 , 165 0 , 355
a= a=
0,01 cm. 0 , 01 N 0,01 cm. 0 , 01 N
= 1650 = 3550
λ = 460 nm, A = 0,28
0 , 28
a=
0,01 cm. 0 , 01 N
= 2800
b = 0,01 cm
c = 0,05 N
0 , 039 0 , 415
a= a=
0,01 cm. 0 , 05 N 0,01 cm. 0 , 05 N
= 78 = 830
0 , 064 0 , 443
a= a=
0,01 cm. 0 , 05 N 0,01 cm. 0 , 05 N
= 128 = 886
0 , 124 0 , 456
a= a=
0,01 cm. 0 , 05 N 0,01 cm. 0 , 05 N
= 248 = 912
0 , 233 0 , 4 61
a= a=
0,01 cm. 0 , 05 N 0,01 cm. 0 , 05 N
= 466 = 922
= 776
0 , 376
a=
0,01 cm. 0 ,1 N
= 376
0 , 396 0 , 313
a= a=
0,01 cm. 0 ,1 N 0,01 cm. 0 ,1 N
= 396 = 313
0 , 399 0 , 301
a= a=
0,01 cm. 0 ,1 N 0,01 cm. 0 ,1 N
= 399 = 301
0 , 382 0 , 292
a= a=
0,01 cm. 0 ,1 N 0,01 cm. 0 ,1 N
= 382 = 292
0 , 3 32 0 , 271
a= a=
0,01 cm. 0 ,1 N 0,01 cm. 0 ,1 N
= 332 = 271
b = 0,01 cm
c = 0,01 N
0 , 500 0 , 529
a= a=
0,01 cm. 0 , 01 N 0,01 cm. 0 , 01 N
= 5000 = 5290
0 , 526 0 , 508
a= a=
0,01 cm. 0 , 01 N 0,01 cm. 0 , 01 N
= 5260 = 5080
0 , 497 0 , 410
a= a=
0,01 cm. 0 , 01 N 0,01 cm. 0 , 01 N
= 4970 = 4100
0 , 461 0 , 390
a= a=
0,01 cm. 0 , 01 N 0,01 cm. 0 , 01 N
= 4610 = 3900
0 , 431
a=
0,01 cm. 0 , 01 N
= 4310
b = 0,01 cm
c = 0,01 N
0 , 407 0 , 414
a= a=
0,01 cm. 0 , 05 N 0,01 cm. 0 , 05 N
= 814 = 828
0 , 428 0 , 36
a= a=
0,01 cm. 0 , 05 N 0,01 cm. 0 , 05 N
= 856 = 720
0 , 430 0 , 33
a= a=
0,01 cm. 0 , 05 N 0,01 cm. 0 , 05 N
= 860 = 660
0 , 31 0 , 29
a= a=
0,01 cm. 0 , 05 N 0,01 cm. 0 , 05 N
= 620 = 580
0 , 25
a=
0,01 cm. 0 , 05 N
= 500
2. Perhitungan komposisi campuran HMR dan MR-
HMR MR-
λ 0,01 N 0,05 N 0,01 N 0,05 N
Terendah 330 78 3900 500
Puncak HMR 3550 922 - -
Puncak MR- - - 5290 860
a. Konsentrasi 0,01 N
A1 = 0,355
A2 = 0,390
a1 (HMR) = 3550 a2 (HMR) = 330
a1 (MR-) = 5290 a2 (MR-) = 3900
-1267,35 = -12099300 y
y = 1,047 x 10-4
−0,198
X=
3550
= - 5,58 x 10-5
b. Konsentrasi 0,05 N
A1 = 0,461
A2 = 0,25
194,542 = -393920 y
194,542
y =
393920
= 4,93 x 10-4
78 x = 0,25 – 0,2465
0,0035
x=
78
= 4,49 x 10-5
¿
4. Mencari log MR− HMR ¿
a. Konsentrasi 0,01 N
¿ 1,047 X 10−4
= log MR− HMR ¿ = log
−5,58 X 10−5
1,047
= log
−5,58
= log. (-1,876)
= 0,27
b. Konsentrasi 0,05 N
¿ 4,93 X 10−4
= log MR− HMR ¿ = log
4,49 X 10−5
4,93
= log
0,449
= log. (10,979)
= 1,04
Konsentrasi ¿
log MR− HMR ¿ pH
0,01 N 0,27 5
0,05 N 1,04 5
¿
pKa = pH - log MR− HMR ¿
a. Konsentrasi 0,01 N
pKa = 5-0,27
= 4,73
b. Konsentrasi 0,05 N
pKa = 5-1,04
= 3,96
6. Grafik
a. Konsentrasi 0,1 N
0.25
Linear (HCl 0.1 N)
0.2 NaOH 0.1 N
0.15 Linear (NaOH 0.1 N)
0.1
0.05
0
380 400 420 440 460 480 500 520 540
λ (nm)
b. Konsentrasi 0,01 N
0.5 f(x) = − 0 x + 1
R² = 0.83
0.4
f(x) = 0 x − 1.2 HCl 0.01 N
Absorbansi
0.1
0
380 400 420 440 460 480 500 520 540
λ (nm)
c. Konsentrasi 0,05 N
λ (nm)
IX. Pembahasan
Spektrofometri merupakan suatu metode Analisa yang didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada Panjang gelombang
spesifik tertentu. Alat yang digunakan disebut spektrofometer. Alat ini bekerja pada
panjang gelombang dari 400-500 nm, sehingga pada pengukuran lebih dari 500 nm akan
eror. Skema ini adalah sumber cahaya-monokromator-sel sampel-detektor-red out
(pembaca). Pada percobaan ini larutan yang digunakan adalah HCl dan NaOH yang
ditambah metil merah. Metil merah digunakan karena metil merah merupakan zwitter ion
yaitu berwarna merah pada suasana asam dengan bentuk HMR dan berwarna kuning pada
suasana basa dengan bentuk MR-. HCl sebagai sampel asam dimasukkan dalam sel
sampel pada alat spektrofometer, kemudian alat ini akan menginformasikan besar
absorbansi, konsentrasi dan transmitasi. Begitu juga untuk sampel basa. Namun sebelum
sampel dimasukkan ke dalam sel sampel harus dimasukkan terlebih dahulu blanko, dalam
hal ini adalah aquades. Larutan blanko berfungsi sebagai patokan atau standar
perhitungan. Pada pengukuran percobaan ini, berlaku hukum Lambert Beer karena metil
merah mengabsorsi cahay. Hukum Lambert Beer digunakan untuk mencari indeks
absorbsi zat terlarut atau absortivitas. Puncak tertinggi untuk sampel terletak pada
panjang gelombang 520 nm, maka didapat nilai absortivitas untuk HCl 0,1 N sebesar 346,
HCl 0,01 N sebesar 3550 dan HCl 0,05 N sebesar 922. Dan untuk sampel basa nilai
absortivitas untuk NaOH 0,1 sebesar 399, NaOH 0,1 N sebesar 5290 dan NaOH 0,05 N
sebesar 860. Dari perhitungan disimpulkan bahwa semakin besar Panjang gelombangnya
maka semakin besar pula absorbansinya. Tetapi, hal ini tidak berlaku untuk NaOH. Untuk
NaOH berlaku sebaliknya.
Didapatkan puncak tertinggi tersebut, nilai pKa dapat ditentukan pada pH 5. pKa
untuk konsentrasi 0,01 N sebesar 4,73 dan untuk konsentrasi 0,05 N sebesar 3,96. Selain
itu, dicari juga persamaan regresinya yaitu perbandingan konsentrasi terhadap absorbansi.
Slope yang didapatkan dari grafik untuk konsentrasi 0,2 N adalah 0,922 untuk ℼ dan
0,869 untuk absorbansi. Konsentrasi 0,01 N adalah 0,922 untuk ℼ dan 0,834 untuk
absorbansi dan konsentrasi 0,05 N adalah 0,903 untuk ℼ dan 0,888 untuk absorbansi.
X. Kesimpulan
1. Pada percobaan ini nilai pKa untuk konsentrasi 0,01 N adalah 4,73 dan konsentrasi
0,05 N adalah 3,96
2. Prinsip skema kerja spektrofometri adalah sumber cahaya → monokromator → sel
sampel → detector red out (pembaca).
3. Dari percobaan yang dilakukan, didapat Panjang gelombang berbanding lurus dengan
absorbansi untuk HMR sedangkan MR- Panjang gelombang berbanding terbalik
dengan absorbansi.
DAFTAR PUSTAKA
Anton, 2013. Spektrofometri.http://antonchemical. Blogspot.com/
2012/01/Spektrofometri. Html
Suardana, I Nyoman., I Made Kirna, dan I Nyoman Retug. 2001. Buku Ajar Kimia
Fisika I. Singaraja: IKIP Singaraja
Retug, I Nyoman dan I Dewa Ketut Satrawidana. 2004. Penuntun Praktikum Kimia
Fisika. Singaraja: IKIP Singaraja.
Bird, Tony. 1987. Penuntun Praktikum Kimia Universitas. Jakarta: PT Gramedia.