Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Dosen Pengampu Mata Kuliah Praktikum Kimia Fisika II:

1. Dr. Sumari, M.Si


2. Drs. Darsono Sigit, M.Pd

OLEH :

KELOMPOK 10

NAMA PRAKTIKAN :

1. Visselly Nabila Fahrully 160332605878

2. Vivi Audia Rismala 160332605814**

3. Yusida Setiyani 160332605808

4. Yustica May Sabella 160332605902

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

September 2018
A. Tujuan Percobaan
Menetukan tetapan pengionan indicator metil merah secara spektrofotometri

B. Dasar Teori
Dalam larutan air, metil merah ditemukan sebagai suatu “zwitter ion”. Zwitter
ion ini sendiri adalah ion yang memiliki muatan berlawanan, bermomen dipol
sekaligus sebagai asam dan basa. Dalam suasan asam (kondisi I), senyawa ini berupa
HMR (merah), sedangkan pada suasana basa (kondisi II), senyawa ini berupa MR -
(kuning). Keadaan kesetimbangan antara kedua kondisi metil merah ditunjukkan
sebagai berikut :
HMR H+ + MR- (persamaan 1)

Tetapan pengionan metil merah (Ka) dirumuskan sebagai berikut :

[𝐻 + ][𝑀𝑅 − ]
𝐾𝑎 =
[𝐻𝑀𝑅]

𝑎𝑡𝑎𝑢

[𝑀𝑅 − ]
𝑝𝐾𝑎 𝑝𝐻 − log
[𝐻𝑀𝑅]

Harga Ka bisa dihitung dari persamaan di atas dengan cara menentukan perbandingan

[MR-] /[HMR] pada pH tertentu yang telah diketahui. Karena kedua bentuk metil
merah mengasorbsi kuat di daerah sinar gtampak maka perbandingan tersebut dapat
ditentukan secara spektrofotometri sinar tampak.

Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk


mengukur konsentrasi sampel secara kuantitatif berdasarkan interaksi materi dengan
cahaya. Cahaya yang diserap oleh materi ini akan terukur sebagai transmitans atau
absorbans. Transmitans adalah istilah untuk menjelaskan bagian dari energy atau
cahaya yang diteruskan (ditransmisikan) melalui larutan sampel, sedangkan
absorbansi didefinisikan sebagai invers logaritma dari transmitans (Surjani, 2013).

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah


ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa.
Spektrofotometer UV-Vis memiliki komponen essensial sumber sinar, sebuah
monokromator, sebuah tempat sampel, detector, pengolah signal, dan computer yang
menampilkan hasil.

Mekanisme kerja alat spektrofotometer UV-Vis adalah sinar dari sumber sinar
dilewatkan melalui celah masuk, kemudian sinar dikumpulkankan agar sampai ke
prisma untuk didifraksikan menjadi sinar-sinar dengan panjang gelombang tertentu.
Selanjutnya sinar dilewatkan ke monokromator untuk menyeleksi panjang gelombang
yang diinginkan. Sinar monokromatis melewati sampel dan akan ada sinar yang
diserap dan diteruskan. Sinar yang diteruskan akan dideteksi oleh detektor. Radiasi
yang diterima oleh detektor diubah menjadi sinar listrik yang kemudian terbaca dalam

bentuk transmitansi. Pada spektrofotometri ini berlaku hukum Lambert-Beer yaitu :

𝐼
𝐴 = − log = 𝑎. 𝑏. 𝑐
𝐼𝑜

Dengan :

A = absorbansi

I = intensitas cahaya setelah melalui larutan

Io = intensitas pelarut murni

a = indeks absorbansi zat terlarut

b = panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya

c = konsentrasi zat terlarut

Harga a bergantung pada panjang gelombang cahaya, suhu, dan jenis pelarut.
Jika dalam suatu larutan terdiri lebih dari satu jenis zat terlarut yang masing-masing
mengabsorpsi secara bebas, maka absorbansinya bersifat aditif.

A = Σai . b . ci

Penentuan tetapan pengionan indicator metil merah pada percobaan ini


dilakukan secara spektrofotometri. Mula-mula ditentukan spectrum absorbs metul
merah kondisi I (HMR) dan kondisi II (MR-), kemudian dipilih dua panjang
gelombang λ1 dan λ2 untuk kedua larutan sehingga kondisi asam mengabsorbsi lebih
kuat pada 𝜆1 dibandingkan dengan basanya, dan sebaliknya. Secara ideal
λ1 dan λ2 berupa puncak yang digambarkan sebagai berikut :

Indeks absorbansi molar HMR pada λ1 (a1, HMR) dan pada λ2 (a2, HMR).

Demikian pula indeks absorbansi molar MR-padaλ1 (a1, MR


-
) dan pada λ2 (a2, MR
-
)
ditentukan pada berbagai konsentrasi dengan menggunakan persamaan A = a b c.
Komposisi campuran HMR dan MR- pada suatu pH tertentu dihitung dari absorbansi
A1 dan A2, masing-masing pada λ1 dan λ2, dan tebal sel 1 cm (b = 1 cm), maka:
A1 = a1,HMR [HMR] + a1,MR [MR-]
A2= a2,HMR[HMR] + a2,MR [MR-]

C. Alat dan Bahan


 Alat
 Spektrofotometer (spectronic 20)
 pH meter
 Labu takar 100 mL
 Pipet gondok 10 mL, 25 mL, 50 mL
 Bahan
 Metil merah
 Natrium asetat
 Asam asetat
 Asam klorida
 Etanol 95%
 NaOH
D. Rangkaian Alat

Keterangan gambar :
1. Tempat kuvet 7. Tombol untuk mencetak
2. Display digital 8. Pengatur panjang gelombang
3. Mode indicator 9. Pengatur transmittan/absorbans (100%T/ 0 A
4. Mode pilihan 10. Tombol power/pengatur nol
5. Tombol pengurangan 11. Pengatur filter
6. Tombol menaikkan

E. Langkah Kerja
No Langkah Kerja Foto

1. Pembuatan larutan standar metil


merah (100 pm)
Diambil 10 mL larutan metil merah
(1000 ppm) + 50 mL etanol 95%
kemudian diencerkan tepat 100 mL
2. Spectrum absorpsi bentuk asam (5
ppm)
Diambil 5 mL larutan standar + 10
mL HCl 0,1 M dan diencerkan tepat
100 mL

3. Spectrum absorpsi bentuk basa (10


ppm)
Diambil 10 mL larutan standar + 25
mL NaOH 0,04 N dan diencerkan
tepat 100 mL

4. Ditentukan absorbansi kedua larutan


asam dan basa pada berbagai panjang
gelombang (400-550 nm)

5. Ditentukan λ1 dan λ2

6. Dicatat absorbansi metil merah dalam


larutan asam dan basa pada λ1 dan λ2
7. Diambil 5 mL larutan standar + 25
mL larutan Na-asetat 0,04 M,
diencerkan tepat 100 mL kemudian
ditambah :
a. CH3COOH 0,01 M
b. CH3COOH 0,05 M
c. CH3COOH 0,1 M

8.
Diukur pH dan absorbansi pada
λ1 dan λ2 untuk larutan di atas

F. Data Pengamatan
%T
Untuk mencari nilai apsorbansi digunakan rumus A = log 100

No Panjang gelombang Transmisi (100%) Absorbansi


(nm)
Asam Basa Asam Basa

1 400 98 50 8.77x10-3 0.301

2 410 96 47,9 0.018 0.319

3 420 96 47 0.018 0.328

4 430 91 46,5 0.041 0.332

5 440 88 48,2 0.055 0.317

6 450 83,5 51,9 0.078 0.285

7 460 77,2 55 0.112 0.260


8 470 71 60 0.149 0.222

9 480 61 68,5 0.215 0.164

10 490 59 78 0.229 0.108

11 500 54,5 85 0.264 0.071

12 510 52 90 0.284 0.046

13 520 51 95 0.292 0.022

14 530 54,2 97,2 0.266 0.012

15 540 55,1 99,2 0.259 3.49x10-3

16 550 62 99,8 0.208 8.69x10-3

No. Larutan yang di ukur Absorbansi


λ1 (520 nm) λ2 (430 nm)
1. Metil merah bentuk asam 0.292 0.041
2. Metil merah bentuk basa 0.022 0.332

No Larutan yang ditambahkan pH Transmisi (%) Absorbansi


. pada: 5mL larutan standar +
λ1 λ2 λ1 λ2
25mL larutan 0.04 M Na-
asetat (520 nm) (430 nm) (540nm) (420 nm)

1. 0.01 M asam asetat 5.335 62 81 0.208 0.092


2. 0.05 M asam asetat 4.602 55.5 92 0.256 0.036
3. 0.10 asam asetat 3.917 48.5 92 0.314 0.036
G. Analisis Data
1. Spectrum absorpsi metil merah bentuk asam dan bentuk basa

Absorbansi metil merah bentuk asam


0.35
0.3
0.25
Absorbansi

0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 100 200 300 400 500 600
Panjang Gelombang (nm)

Absorbansi metil merah bentuk basa


0.35
0.3
0.25
Absorbansi

0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 100 200 300 400 500 600
Panjang Gelombang (nm)

2. Penentuan indeks absorbansi molar bentuk asam dan bentuk basa metil
merah pada λ1 dan λ2
Dalam penentuan indeks absorbansi molar, berlaku hukum Lambert-Beer

A = Σai . b . ci

Dengan : a = indeks absorbsi zat terlarut

b = panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya (1 cm)

c = konsentrasi zat terlarut


Dari persamaan di atas dapat diturunkan menjadi :
𝐴
𝑎=
𝑏. 𝑐

a. Metil merah bentuk asam (HMR) 5 ppm


 Pada λ1 = 520 nm, A = 0,292
0,292
a1 , HMR = = 0,0584
1×5

 Pada λ2 = 430 nm, A = 0,041


0,041
a2, HMR = = 8,2 x 10-3
1×5

b. Metil merah bentuk basa (MR-) 10 ppm


 Pada λ1 = 520 nm, A = 0,022
0,022
a1 , MR- = 1×10 = 2,2 x 10-3

 Pada λ2 = 430 nm, A = 0,332


0,332
a2, MR- = 1×10 = 0,0332

3. Penentuan konsentrasi masing-masing spesi metil merah dengan


menggunakan persamaan :

A1 = a1,HMR [HMR] + a1,MR [MR-]


A2= a2,HMR[HMR] + a2,MR [MR-]
Pada λ1 = 520 nm Pada λ2 = 430 nm

A1 = a1,HMR [HMR] + a1,MR [MR-] A2 = a2,HMR [HMR] + a2,MR [MR-]


A1 = 0,0584 [HMR] + 0,0022 [MR-] A2 = 0,0082 [HMR] + 0,0332 [MR-]
No Larutan yang ditambahkan pH Transmisi (%) Absorbansi
. pada: 5mL larutan standar +
λ1 λ2 λ1 λ2
25mL larutan 0.04 M Na-asetat
(520 nm) (430 nm) (540nm) (420 nm)

1. 0.01 M asam asetat 5.335 62 81 0.208 0.092


2. 0.05 M asam asetat 4.602 55.5 92 0.256 0.036
3. 0.11 asam asetat 3.917 48.5 92 0.314 0.036
Penentuan konsentrasi masing-masing spesi metil merah dari data di atas :
 pH 5.335
Eliminasi
0,0584 [HMR] + 0,0022 [MR-] = 0,208 x 0,0332
0,0082 [HMR] + 0,0332 [MR-] =0,092 x 0,0022
0,001938 [HMR] + 0,00007304 [MR-] = 0,0069056
0,00001804 [HMR] + 0.00007304[MR-] = 0,0002024
0,00191996 [HMR] = 0,0067032
[HMR] = 3,49 ppm
Substitusi
0,0584 [HMR] + 0,0022 [MR-] = 0,208
0,0584 (3,49) + 0,0022 [MR-] = 0,208
0,20389 + 0,0022 [MR-] = 0,208
[MR-] = 1,87 ppm

 pH 4,602
Eliminasi
0,0584 [HMR] + 0,0022 [MR-] = 0,256 x 0,0332
0,0082 [HMR] + 0,0332 [MR-] =0,036 x 0,0022
0,001938 [HMR] + 0,00007304 [MR-] = 0,0084992
0,00001804 [HMR] + 0.00007304[MR-] = 0,0000792
0,00191996 [HMR] = 0,00842
[HMR] = 4,38 ppm
Substitusi
0,0584 [HMR] + 0,0022 [MR-] = 0,256
0,0584 (4,38) + 0,0022 [MR-] = 0,256
0,255792 + 0,0022 [MR-] = 0,256
[MR-] = 0,09 ppm

 pH 3,917
Eliminasi
0,0584 [HMR] + 0,0022 [MR-] = 0,314 x 0,0332
0,0082 [HMR] + 0,0332 [MR-] = 0,036 x 0,0022
0,001938 [HMR] + 0,00007304 [MR-] = 0,0104248
0,00001804 [HMR] + 0.00007304[MR-] = 0,0000792
0,00191996 [HMR] = 0,0103456
[HMR] = 5,39 ppm
Substitusi
0,0584 [HMR] + 0,0022 [MR-] = 0,314
0,0584 (5,39) + 0,0022 [MR-] = 0,314
[MR-] = 0,10 ppm
[𝐌𝐑−]
log [𝐇𝐌𝐑]
pH [HMR] [MR-]

5.335 3,49 1,87 -0.27098

4.602 4,38 0,09 -1.68723

3.917 5,39 0,10 -1.72376

[𝑴𝑹−]
4. Menggambarkan kurva log [𝑯𝑴𝑹] terhadap pH

0
0 1 2 3 4 5 6
-0.5 y = 1.035x - 6.007
log [MR-]/[HMR]

-1

-1.5

-2

-2.5
pH

Dari kurva tersebut dapat diperoleh persamaan y = 1.035x - 6.007

5. Menghitung nilai pKa dan Ka metil merah

[𝑀𝑅−]
pKa = pH - log [𝐻𝑀𝑅]
[𝑀𝑅−]
log = pH - pKa
[𝐻𝑀𝑅]

-pKa = – 6.007
pKa = 6.007
-log Ka = 6.007
Ka = 0,00246 = 2,46 x 10-3

pKa hasil percobaan−pKa teoritis


%Galat = x 100%
pKa teoritis
6.007−5.00
= x 100 %
5.00

= 20,14%

H. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan penentuan tetapan pengionan dari metil
merah dengan cara spektrofotometri. Pertama hal yang dilakukan adalah membuat
larutan standar metil merah 100 ppm dari larutan standar metil merah 1000 ppm yang
telah disediakan oleh laboran. Diambil sebanyak 10 mL dan ditambahkan 50 mL
etanol 95% yang kemudian diencerkan hingga tepat 100 mL. Blanko yang digunakan
pada percobaan ini adalah aquades. Untuk menentukan konsentrasi metil merah,
ditentukan panjang gelombang maksimum pada masing-masing standar, dengan
mengamati nilai absorbansi yang didapatkan pada panjang gelombang tertentu. Pada
panjang gelombang maksimum, nilai absorbansi merupakan yang paling besar, yang
berarti kapasitas sinar radiasi yang diserap paling banyak pada panjang gelombang
tersebut. Namun sebelum itu, nilai transmitan di100% kan terlebih dahulu dengan
menggunakan blanko aquades. Panjang gelombang yang digunakan dimulai dari
kisaran 400-550 nm.

Metil merah ketika berada pada larutan air akan ditemukan sebagai zwitter
ion, yakni ia akan berada dalam kondisi asam (HMR) an kondisi basa (MR-). Pada
spectrum absorpsi asam (5 ppm) digunakan 5 mL larutan standar yang ditambah
dengan 10 mL HCl dan diencerkan tepat 100 mL. Larutan ini berwarna merah.
memiliki λ1 maksimum sebesar 520 nm dengan absorbansinya 0,292 dan pada λ2
maksimum sebesar 430 dengan absorbansinya 0,041.

Pada spektrum absorpsi basa (10 ppm) digunakan 5 mL larutan standar yang
ditambah dengan 25 mL larutan NaOH 0,04 N dan diencerkan tepat 100 mL memiliki
nilai λ1 maksimum sebesar 520 nm dengan absorbansinya 0,022 dan pada λ2
maksimum sebesar 430 nm dengan absorbansinya 0,332.
Untuk menentukan tetapan kesetimbangan ionisasinya digunakan variasi
larutan standar yang ditambah dengan 25 mL larutan Na-asetat 0,04 M dan asam
asetat dengan konsentrasi yang berbeda. Pada penambahan asam asetat 0,01 M
diperoleh pH 5,335 pada λ1 absorbansinya 0,208 dan λ2 absorbansinya 0,092. Pada
penambahan asam asetat 0,05 M diperoleh pH 4,602 dengan nilai λ1 absorbansinya
0,256 dan λ2 absorbansinya 0,036. Sedangkan pada penambahan asam asetat 0,1 M
diperoleh pH 3,917 dengan nilai λ1 absorbansinya 0,314 dan λ2 absorbansinya 0,036.

Dari data masing-masing panjang gelombang dan absorbansinya tersebut juga


dapat diketahui berapa konsentrasi masing-masing metil merah pada kondisi asam
(HMR) dan kondisi basa (MR-) seperti pada perhitungan di atas yang kemudian
[𝑴𝑹−]
digambarkan dengan grafik log vs pH. Kemudian ditarik garis regresi sehingga
[𝑯𝑴𝑹]

diperoleh persamaan y = 1.035x - 6.007. Dari persamaan tersebut dapat dihitung nilai
Ka metil merah yaitu sebesar 2,46 x 10-3 dengan galat 20,14%.

Menurut teori grafik absorbansi terhadap konsentrasi, semakin besar


konsentrasi maka nilai absorbansinya akan semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan
hokum Lambert-Beer bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi.
Pada grafik yang sesuai dengan hokum Lambert-Beer adalah grafik yang linear.
Apabila absorbansi yang diperoleh lebih besar maka hubungan absorbansi tidak linear
lagi seperti pada hasil praktikum yang telah dilakukan pada kelompok kami.
Penyebabnya yaitu :

1. Adanya serapan oleh pelarut


2. Sampel terkontaminasi dengan zat lain
3. Serapan oleh kuvet, bisa terjadi ketika sensor yang ada pada kuvet tersentuh oleh
tangan praktikan
4. Kekurangtelitian dalam pembuatan larutan serta pengenceran yang kurang
sempurna
5. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah
atau sangat tinggi
6. Kesalahan praktikan yang kurang teliti dalam melakukan pengamatan
I. Kesimpulan
Nilai tetapan pengionan metil merah yang ditentukan secara spektrofotometri sebesar
2,46 x 10-3

J. Daftar Pustaka
Martina, Nilam. 2014. Laporan Praktikum Analisa Spektrofotometri.
(https://nilammartinarn6.wordpress.com/2014/05/05/laporan-praktikum
-spektrofotometri/) diakses pada 18 September 2018.
Tim KBK Kimia Fisika, 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Wonorahardjo, Surjani. 2013. Pengantar Kimia Analitik Modern.Malang: Universitas
Negeri Malang.
Jawaban Pertanyaan

1. Gambarkan dalam suatu skema peralatan suatu spektrofotometer sinar tampak, UV, dan IR.
Apakah sumber cahaya pada spektrofotometer tersebut?
Jawab :
Spektrofotometer sinat tampak

- Lampu uap (lampu Natrium, Lampu Raksa)


- Lampu katode cekung/lampu katode berongga
- Lampu pembawa muatan dan electrode (electrodeless discharge lamp)
Spektrofotometer UV-vis

- Lampu wolfram (lampu pijar) menghasilkan spectrum kontinyu pada


panjang gelombang 320-2500 nm
- Lampu hydrogen atau deuterium (160-375 nm)
- Lampu gas xenon (250-600 nm)
Spektrofotometer IR
- Lampu Nerst, dibuat dari campuran zirconium oksida (38%) Itrium oksida
(38%) dan erbiumoksida (3%)
- Lampu globar dibuat dari silisium carbide (SiC)
- Lampu Nkrom terdiri dari pita nikel krom dengan panjang gelombang 0,4-
20 nm

2. Selain cara spektrofotometri, cara apa lagi yang dapat digunakan untuk menentukan
tetapan kesetimbangan reaksi kimia?
Jawab : Penentuan tetapan kesetimbangan dapat dilakukan dengan melakukan titrasi
potensiometri yaitu metode analisa kimia dengan menggunakan elektroda, dan alat yang
digunakan adalah potensiometer.

3. Turunkan hubungan antara tetapan kesetimbangan dengan suhu!


Jawab :
aA + bB cC + dD
[Cc ] [Dd ]
Q = [Aa ] [Bb ]

Pada kondisi setimbang Q = K


∆Go = ∆H o - T ∆S o
∆G = ∆Go + RT ln K
Pada saat kesetimbangan ∆G = 0
∆Go = - R T ln K
∆Go ∆Ho ∆S
ln 𝐾= - =- = + 𝑅𝑇
𝑅𝑇 𝑅𝑇

Anda mungkin juga menyukai