Anda di halaman 1dari 11

KASUS PENYALAHGUNAAN OBAT DAN UPAYA

PEMECAHANNYA

UNIVERSITAS GUNADARMA

Disusun oleh :

Nama: Bima Pamungkas


NPM: 20208252
Kelas : 2EB15

1
Daftar Isi

Cover makalah…………………………………………………………………………..………………………………..1

Daftar Isi……………………………………………………………………………….………………………………….2

Bab I. Kata pengantar & Pendahuluan


A. Intensitas dan Kompleksitas Masalah ……………..………………………………………..……………..…………4

B. Latar Belakang Masalah………………………………………………………....….…………………………………4

Bab II. ISI


C. Penanganan Masalah Berbasis Masyarakat……………………………………………………………………………5

1.Mengembangkan Sistem Sosial yang Responsive………………………………………….…………………………..5

2.Pemanfaatan Modal Sosial……………………………………………………………………………………..…….…6

3.Pemanfaatan Institusi Sosial…………………………………………………………………………………………….7

a. Organisasi Masyarakat……………………………………………………...…………………………………………..7

b. Organisasi Swasta………………………………………………………..…………………………….……………….8

c. Optimalisasi Kontribusi dalam Pelayanan Sosial…………………………..…………………………………………..8

d. Kerjasama dan Jaringan……………………………………………………………………….………………………..8

D. Upaya Penanggulangan Masalah………………………………………………………………………………………9

Bab III. Penutup


A.Kesimpulan…………………………………………………………………………..………………………………10

B. Saran………………………………………………………………………………………………………..………..10

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………………………...……..11

2
BAB I
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunianya,sehingga makalah ini yang berisi tentang “MASALAH SOSIAL SEBAGAI
HAMBATAN PENINGKATAN (KASUS PENYALAHGUNAAN OBAT) DAN UPAYA
PEMECAHANNYA” merupakan bagian dari kajian Masalah Sosial (masalah sosial),
namun pembahasan mengenai masalah ini tidak akan habis untuk dibahas karena masalah
ini sudah merupakan bagian dari pola kehidupan sosial. Oleh karena itu,pembahasan
mengenai “MASALAH SOSIAL SEBAGAI HAMBATAN PENINGKATAN (KASUS
PENYALAHGUNAAN OBAT) DAN UPAYA PEMECAHANNYA” dapat dirangkum
secara rapi dalam karya ilmiah ini.

Saya mengucapkan banyak terima kasih atas sebesar-besarnya kepada semua


kalangan pihak yang telah memberikan saya motivasi dalam rangka pengadaan makalah
ini,saya berharap informasi yang terdapat dalam makalah ini sangat berguna bagi
pembaca makalah ini.

Pendahuluan

Posisi (dalam) mewujudkan masyarakat yang sejahtera (saat ini tengah)


berlangsung (dilangsungkan). Dalam hal ini bentuk masalah sosial yang tampil dapat
berupa masalah pada level individu. Jenis masalah sosial yang pertama masalah sosial
yang berkaitan dengan perilaku orang perorang sebagai masyarakat seperti tindakan
kriminal, serta berbagai bentuk penyalahgunaan . Masalah kependudukan dan kurang

3
berfungsinya berbagai bentuk aturan sosial. Jenis masalah sosial tersebut dapat dilihat
sebagai salah satu hambatan usaha mewujudkan masyarakat sejahtera, apabila
peningkatan kesejahteraan dipandang sebagai proses pendayagunaan sumber daya
pemenuhan kebutuhan guna peningkatan taraf hidup masyarakat dan pembaca.

A. Intensitas dan Kompleksitas Masalah

Minium-minuman (Minum-minuman) alkohol lebih dikaitkan dengan perilaku


yang menyimpang. Dalam tingkat seperti ini alkohol lebih bersifat sebagai jenis minuman
biasa, pendorong agar cepat tidur, perlindungan terhadap kedinginan dan sebagai obat
penyakit tertentu, tetapi juga berfungsi sebagai sarana dalam rangka mengembangkan
symbol (simbol) solidaritas serta sebagai sarana untuk jembatan dan pengakraban
pergaulan,dalam proses selanjutnya banyak di jumpai (dijumpai) pemakaian yang
berlebihan dan tidak wajar sehingga di samping sudah menyimpang dari berbagai fungsi
semula, karena dapat mengakibatkan dampak negatif baik secara fisik maupun sosial.
Berdasarkan pemikiran itulah maka untuk aspek yang negatif digunakan konsep
penyalahgunaan, karena pada sisi lain dengan pemakain yang wajar dan proporsional
bahan itu memang bermanfaat. Nilai terhadap alkohol tersebut muncul dari kenyataan
bahwa alkohol dapat menjadi mengubah perilaku seseorang. Dampak yang paling jelas
dari mabuk alkohol adalah perilaku seseorang dapat menjadi agresif dan kecenderungan
pada deviasi dalam perilaku seksual.

B. Latar Belakang Masalah

Perilaku penyalahgunaan obat terlarang dan kecanduan obat adalah merupakan


deviasi pada level individu, sumber (di spasi) permasalahannya dapat berasal dari faktor
individual. Ada hal yang dapat digunakan untuk menjelaskan latar belakang masalah dari
faktor sosialisasi ini. Pertama adalah urbanisme, suatu penjelasan yang berangkat dari
argumen karakteritik dan kehidupan kota. Apabila karakteristik kota dan gaya hidup
seperti ini terinternalisasi melalui proses sosialisasi, maka akan lebih mudah mendorong
seseorang melakukan penyimpangan termasuk penyalahgunaan obat dan kecanduan obat.

4
Kedua melalui proses transmisi kultural. Melalui cara ini dapat dijelaskan mengapa
seseorang menjadi jahat, sedangkan orang lain tidak, padahal berasal dari karakteristik
sosial yang sama, misalnya masyarakat urban. Seseorang belajar untuk menjadi kriminal,
begitu juga menjadi pemakai obat dan pecandu obat melalui proses interaksi. Secara
singkat dikatakan bahwa sentiment (sentimen) pro kriminal tumbuh dan berkembang
melalui asosiasi dengan orang lain dalam proses interaksi sosial. Ketiga penjelasan
melalui realita perbedaan subkultural. Hal ini penggunaan obat merupakan suatu
kebiasaan yang terintegrasi ke dalam subkultural tertentu. Dari uraian tentang ketiga
sumber masalah melalui proses sosialisasi tersebut, akan tampak bahwa walaupun sama-
sama merupakan sumber masalah dari faktor individu perbedaannya dengan pandangan
biologis dan psikologis adalah bahwa teori sosialisasi lebih menitikberatkan pada
kekuasaan faktor eksternal yang mendorong individu menjadi berperilaku devian.
Pelacakan sumber dan latar belakang masalah penyalahgunaan obat dari level masyarakat
yang sudah dibicarakan tersebut pada umumnya menggunakan pandangan struktural yang
di dalamnya terkandung perbedaan nilai dan perbedaan kepentingan.

BAB II
ISI

C. Penanganan Masalah Berbasis Masyarakat

Sikap yang terjadi pada masyarakat terhadap masalah sosial dapat berupa
tindakan kolektif untuk melakukan perubahan dalam bentuk tindakan rehabilitatif atau
bahkan mengantisipasi agar kondisi yang tidak diharapkan tersebut tidak terkendali.
Demikian,upaya penanganan masalah sosial oleh masyarakat tidak semata-mata tindakan
reaktif yang bersifat kekagetan (ketidaksiapan) pada saat munculnya masalah,apalagi
jika respon tersebut baru muncul setelah masalah sosial berkembang menjadi krisis
sosial. Dalam hal ini kondisi yang disebut sebagai masalah sosial merupakan salah satu
bentuk realitas sosial yang dapat menimbulkan penderitaan. Idealnya, upaya untuk
mengatasi masalah dan penderitaan itu dating (datang) dari masyarakat melalui cara

5
mengembangkan dirinya. Sehubung (Sehubungan) dengan hal itu dikatakan, bahwa
upaya pelayanan sosial oleh negara tersebut akan melibatkan interaksi atau hubungan
timbal balik antara 3 (tiga) pihak

1. Mengembangkan Sistem Sosial Yang Responsif

Penyakit masyarakat dianggap identik dengan masalah sosial, maka upaya


pemecah masalahnya tidak cukup dengan memberikan pelayanan sosial yang sifatnya
rehabilitatif kepada individu penyandang masalah. Pemecahan masalah justru akan lebih
efektif melalui bekerjanya sistem sosial yang menempatkan kondisi masalah sosial
sebagai umpan balik dan mampu mengolah dan memanfaatkannya untuk melakukan
pemecahan masalah secara melekat. Masyarakat dapat melakukan upaya perbaikan,
penyembuhan, dan penanganan masalah sosial secara mandiri melalui bekerjanya
mekanisme dalam sistem sosialnya. Dalam praktik kehidupan sosial, bekerjanya
mekanisme kontrol sosial ini dapat dibedakan mejadi dua, yaitu kontrol pasif dan kontrol
aktif. Kontrol pasif dalam bentuk dorongan internal warga masyarakat agar berperilaku
sesuai nilai dan normma (norma), serta menghindari yang sebaliknya. Bentuk kontrol
pasif ini berfungsi untuk membangun keberaturan dalam sistem sosialnya. Sedangkan
bentuk yang kedua kontrol sosial aktif yang merupakan proses untuk
mengimplementasikan tujuan dan nilai yang sudah disepakati. Kontrol ini berupa proses
yang kontinyu (kontinu) dimana (di mana) nilai diterapkan dan keputusan diambil dalam
kehidupan bersama.

2. Pemanfaatan Modal Sosial

Masyarakat pada dirinya memiliki modal sosial ini. Perbedaanya terletak pada
besar kecilnya dan variasi kandungannya. Perbedaan lain juga terletak pada
identifikasinya, ada masyarakat yang modal sosialnya sudah banyak teridentifikasi dan
dimanfaatkan,sementara dalam masyarakat lain masih banyak belum dioptimalkan.

6
Pemanfaatan modal sosial guna penanganan masalah sosial oleh masyarakat dapat dilihat
dari beberapa bentuk, dalam bentuk tindakan bersama untuk meningkatkan kualitas
hidup, pemberian jaminan sosial kepada warga masyarakat dan minimalisasi serta
penyelesaian konflik sosial. Dalam watak yang lebih operasional, modal sosial dapat
diidentifikasikan dalam bentuk solidaritas sosial yang bersumber dari kesadaran kolektif,
saling percaya, asas timbale balik (asas timbal balik) dan jaringan sosial. Keberadaan
modal sosial terutama apabila dikelola dengan baik dapat digunakan untuk memelihara
integrasi sosial dalam masyarakat, termasuk yang kondisinya sudah semakin kompleks
dengan variasi kepentingan yang kompleks pula. Kesemuanya (Semua) itu merupakan
modal sosial yang dapat memberi pengaruh pada usaha meminimalisasi potensi konflik
sosial.

3. Pemanfaatan Institusi Sosial

Dalam menjalankan peranan dalam pelayanan dan perlindungan sosial guna


memberikan kontribusi bagi kesejahteraan sosial yaitu dari Asosiasi (asosiasi) sukarela,
yang dapat meliputi kelompok swadaya, lembaga sukarela independen, lembaga sukarela
kuasi pemerintah dan lembaga nonprofit kuasi pemerintah. Lingkungan rumah tangga
dan tetangga yang berasal dari keluraga dan solidaritas bertetangga. Pasar, berupa usaha
bisnis yang bersifat privat. Negara, berupa pelayanan yang diselenggarakan oleh Negara
(negara). Berdasarkan berbagai realita dan pemikiran tersebut, maka persoalan pokoknya
adalah dibutuhkan suatu upaya yang dapat mengoptimalkan peranan dari berbagai
organisasi sosial yang ada serta tindakan kolektif yang dapat mengubah berbagai energi
dan potensi usaha kesejahteraan sosial yang masih laten menjadi manifest (manifestasi),
sehingga akan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi pemecahan masalah-masalah
sosial. Melalui berbagai upaya tersebut maka kontribusi masyarakat dalam penanganan
masalah sosial dapat lebih dioptimalkan.

 Organisasi Masyarakat

7
Masyarakat yang bersifat lokal dapat tumbuh sebagai bentuk aktualisasi berbagai
pranata sosial yang ada dan tidak jarang pula didasarkan pada pengamalan ajaran agama,
dengan demikian lebih didorong oleh motivasi religius. Sebagai organisasi yang berbasis
pranata dalam masyarakat, institusi ini biasanya kuat eksistensinya termasuk pola
kepemimpinannya dan dapat mengikat serta melibatkan mayoritas warga masyarakat
dalam komunitas tertentu. Demikian yang perlu dilakukan dalam pengembangannya
bukan mengubahnya menjadi organisasi yang bersifat formal, melainkan tetap
mempertahankan ikatan dan pola lokal yang ada termasuk pola kepemimpinannya.
Sambil memfasilitasi tampilannya tenaga pengelola yang mempunyai kemampuan
manajerial.

 Organisasi Swasta

Bagi organisasi swasta ini untuk melakukan dan memberikan pelayanan sosial yang
tidak semata-mata berorientasi keuntungan kepada lapisan masyarakat bawah.
Perusahaan swasta yang berorientasi profit dan memiliki usaha di luar bidang pelayanan
social, sebetulnya juga dapat melakukan usaha sampingan dalam bentuk kegiatan
pelayanan sosial dan bantuan sosial.

 Optimalisasi Kontribusi Dalam Pelayanan Sosial

Organisasi dan mekanisme kerjanya semestinya dikembalikan pada watak dan sifat
pelayanan sosial yang cenderung mementingkan proses dan bersifat humanis dibanding
hasil fisik. Demikian pelayanan sosial yang diberikan lebih mengutamakan
pengembangan kapasitas penyandang masalah. Bagi organisasi masyarakat local (lokal),
walaupun jangkauan pelayanan social (sosial) yang diberikan terbatas oleh ikatan
lokalitas atau kekerabatan, tetapi efektivitasnya sudah lebih teruji dan memang sudah
mengakar dalam realitas kehidupan masyarakat. Organisasi swasta baik yang langsung
melakukan usaha kesejahteraan sosial maupun yang memberi bantuan atau menjadi
donator organisasi pelayanan sosial yang ada perlu terus diberi perangsang.

8
 Kerjasama dan Jaringan

Dalam rangka optimalisasi kontribusi masing-masing dan mewujudkan hubungan


yang sinergis, perlu dijajagi (dijajaki) berbagai kemungkinan kerja sama antar organisasi
pelayanan sosial yang ada. Keberadaan semacam forum komunikasi cukup relevan dalam
rangka membangun komitmen bersama, pertukaran informasi, dan melihat kemungkinan
hubungan sinergis dan saling mengisi. Forum semacam ini juga dapat menjadi media bagi
stakeholders (diberi arti yaitu pemegang taruhan) untuk menjalani proses belajar sosial.
Dengan terjalinya komunikasi akan dapat mendorong kesadaran bahwa masing-masing
memiliki kekurangan yang dapat di isi (diisi) oleh kelebihan pihak lain

D. Upaya Penanggulangan Masalah

Cara penanganan masalah, yaitu pertama disebut Alcoholics Anonymous yang


dikembangkan oleh Milton A Maxwell, model ini memang secara eksplisit menyebutkan
teori asosiasi deferensial sebagai landasannya. Alcoholics Anonymous dapat dianggap
sebagai contoh klasik program rehabilitasi yang berorientasi pada proses belajar melalui
sosialisasi individu. Kedua merupakan model yang dikembangkan oleh Volkman dan
Cressy melalui prinsip rehabilitasi, yaitu: Admission maksudnya tidak semua pecandu
obat secara otomatis diterima dalam kelompok, Indoctrination maksudnya bahwa
rehabilitasi berarti mempengaruhi (memengaruhi) anggota untuk mengadopsi nilai dan
sikap tertentu dalam hal ini adalah sikap anti penyalahgunaan obat, kecanduan dan anti
mabuk, Group Cohesion maksudnya melalui kelompok yang kohesif dimungkinkan
hubungan saling mempengaruhi (memengaruhi) satu terhadap yang lain khususnya dalam
hal ketaatan terhadap norma kelompok sosial, Status Ascription maksudnya baik anggota
kelompok yang merupakan pecandu obat maupun yang bukan meraih status dalam
kelompok berdasarkan tingkat penampilannya yang anti penyalahgunaan dan anti mabuk,
Synanon maksudnya sebagai mekanisme yang efektif untuk rehabilitasi melalui
kelompok. Penanganan masalah penyalahgunaan dan kecanduan obat juga sering
dilakukan dengan mengefektifkan sarana pengendalian sosial termasuk di dalamnya
melalui peraturan hukum yang bersifat represif. Maka penanganan masalah

9
penyalahgunaan obat juga dapat dilakukan dengan mengintensifkan dan menata jaringan
komunikasi antara unsure (unsur) yang terkait dengan masalah ini, seperti: Lembaga
(lembaga) pendidikan, lembaga yang berkaitan dengan penyaluran hobi, minat dan bakat.
Apabila pembenahan jaringan komunikasi ini di ikuti (diikuti) dengan fungsionalisasi
masing-masing lembaga tersebut, maka kesan terjadinya berbagai bentuk diintegrasi yang
di perhitungkan (diperhitungkan) merupakan sumber masalah akan (yang) dapat
dikurangi.

BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di atas,
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :

Masalah dasar penyalahgunaan obat bermula dari alkohol. Terlalu sering mabuk
juga membuat seseorang menelantarkan atau kurang memperhatikan penampilan dan
peranan sosialnya. Kebiasaan mabuk dapat mengakibatkan seseorang menjadi kecanduan.
Karena kecanduan merupakan proses penyalahgunaan dan pemakaian yang berlebihan
sehingga dapat mengakibatkan seseorang menjadi tidak berdaya. Dalam pengentasan
penyalahgunaan obat bahwa dalam masyarakat yang semakin berkembang, lebih di
butuhkan inisiatif kreatifitas dan kompentensi masyarakat sendiri untuk melaksanakan
pembangunan. Sehingga sulit diharapkan dari para penyandang masalah penyalahgunaan
dan kecanduan obat.

III.2. Saran
Jika menghadapi masalah sosial khususnya dalam kasus penyalahgunaan obat
terlarang, penulis menyarankan kita sebagai manusia harus mempunyai tujuan hidup
yang pasti, jika kita memiliki sebuah tujuan hidup maka kita mengetahui apa yang harus
kita lakukan, kita bisa mengembangkan kemampuan, sebab dengan begitu kita bisa

10
mengurangi beban pembangunan, bahkan sebaliknya dapat meningkatkan kapasitas
mereka untuk secara lebih optimal.

Daftar Pustaka
Soetomo, 2008. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Keterangan :
Tanda coret : seharusnya dihilangkan
Warna merah : pembetulan dari kesalahan
Garis bawah : keterangan kesalahan

11

Anda mungkin juga menyukai