Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIK II

Percobaan 1
PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN
SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Dosen Pengampu:
Dr. Sumari, M.Si
Dr. Nazriati, M.Si

Disusun oleh Kelompok 8 Offering H:


Aldelia Dhesya Fryandinasti (150332606933)**
Dwi Prisetiya Putri (150332601327)
Berlian Reza F (140332601778)

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Oktober 2017
A. Tujuan Percobaan
Menentukan tetapan pengionan indikator metil merah secara
spektrofotometri

B. Dasar Teori
Dalam larutan air, metil merah ditemukan sebagai suatu “zwitter
ion”. Dalam suasana asam (kondisi I), senyawa ini berupa HMR yang
berwarna merah dan mempunyai bentuk resonansi. Sedangkan jika dalam
suasana basa (kondisi II), senyawa ini berupa MR- yang berwarna kuning.
Keadaan kesetimbangan antara kedua bentuk metil merah yang berlainan
warna tersebut ditunjukkan sebagai berikut:

HMR ↔ H+ + MR- ....................................................... (1)


Tetapan pengionan metil merah (Ka) dirumuskan sebagai berikut:
[H + ][MR− ]
Ka =
[HMR]
Atau dapat juga ditulis sebagai berikut:
pKa = pH – log [MR-]/[HMR] ..................................... (2)

Harga tetapan kesetimbangan ini dapat dihitung dengan cara menetukan


perbandingan [MR-]/[HMR] pada pH tertentu yang diketahui. Karena
kedua bentuk metil merah mengabsorbsi kuat di daerah cahaya tampak
(400-500 nm), maka perbandingan tersebut dapat ditentukan secara
spektrofotometri sinar tampak.
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan
pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu larutan berwarna
pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator
prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Biasanya digunakan
dalam metode analisis kimia untuk menentukan komposisi suatu sampel
baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara
materi dengan cahaya. Cahaya yang dimaksud adalah berupa cahaya
visibleI, UV, dan inframerah. Sedangkan materi dapat berupa atom atau
molekul lain, di mana dalam hal ini yang lebih berperan adalah elektron
valensi.
Pada umumnya, sebuah spektrofotometer UV-Vis akan memiliki
komponen esensial sumber sinar atau sumber energi, sebuah
monokromator, sebuah tempat sampel, detektor, pengolah signal, dan
komputer yang bisa menampilkan hasil bacaannya. Semua komponen ini
bisa diganti-ganti dan tergantung ketangguhannya pada produsen alat.
Absorbsi sinar oleh suatu larutan mengikuti Hukum Lambert-Beer,
yaitu:
A = - log I/Io = a.b.c .......................................... (3)
Keterangan:
A = Absorbansi
I = intensitas cahaya setelah melalui larutan
Io = intensitas pelarut murni
a = indeks absorbansi zat terlarut
b = panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya
c = konsentrasi zat terlarut

Harga a bergantung pada panjang gelombang cahaya, suhu, dan jenis


pelarut. Jika dalam suatu larutan terdiri lebih dari satu jenis zat terlarut
yang masing-masing mengabsorpsi secara bebas, maka absorbansinya
bersifat aditif.
A = ∑ ai . b . ci .................................................. (4)
Penentuan tetapan pengionan metil merah pada percobaan ini
dilakukan secara spektrofotometri. Mula-mula ditentukan spektrum
absorbsi metil merah bentuk I (HMR) dan bentuk II (MR-), kemudian
dipilih dua panjang gelombang λ1 dan λ2 untuk kedua larutan sedemikian
rupa sehingga bentuk asam mengabsorbsi lebih kuat pada λ1 dibandingkan
dengan bentuk basanya, demikian pula sebaliknya. Secara ideal, λ1 dan λ2
berupa puncak seperti gambar berikut:

Indeks absorbansi molar HMR pada λ1 (a1, HMR) dan pada λ2 (a2,
HMR). Demikian pula indeks absorbansi molar MR- pada λ1 (a1, MR
-
) dan
pada (a2, MR-) ditentukan pada berbagai konsentrasi dengan menggunakan
persamaan A = a . b. c. Komposisi campuran HMR dan MR- pada suatu
pH tertentu dihitung dari absorbansi A1 dan A2, masing-masing pada λ1
dan λ2, dan tebal sel 1 cm (b = 1 cm), maka:
A1 = a1, HMR [HMR] + a1, MR- [MR-] .................. (5)
A2 = a2, HMR [HMR] + a2, MR- [MR-] .................. (6)

C. Alat dan Bahan


Alat: Spektrofotometer
pH meter
Labu takar 100 mL
Pipet gondok 10 mL, 25 mL, dan 50 mL
Bahan: Metil merah
Natrium asetat
Asam asetat
Natrium klorida
Etanol 95%
NaOH

D. Prosedur Kerja
1. Dibuat larutan standar metil merah (100 ppm)
Diambil 10 mL larutan persediaan, kemudian dimasukkan dalam labu
takar 100 mL. Ditambahkan 50 mL etanol 95% lalu diencerkan
dengan aquades hingga tepat 100 mL.
2. Diukur spektrum absorpsi metil merah dalam bentuk asam (5 ppm)
Diambil 5 mL larutan standar dan dimasukkan dalam labu takar 100
mL. Kemudian ditambahkan 10 mL HCl 0,1 M dan diencerkan hingga
tepat 100 mL.
3. Diukur spektrum absorpsi metil merah dalam bentuk basa (10 ppm)
Diambil 10 mL larutan standar dan dimasukkan dalam labu takar 100
mL. Kemudian ditambahkan 25 mL NaOH 0,04 N dan diencerkan
hingga tepat 100 mL.
4. Ditentukan absorbansi kedua bentuk larutan asam dan basa di atas
pada berbagai panjang gelombang, mulai dari 400 nm hingga 550 nm.
5. Dicatat absorbansi metil merah dalam larutan asam dan basa di atas,
pada λ1 dan λ2 yang diperoleh dari langkah 4.
6. Dibuat 3 larutan untuk menentukan tetapan kesetimbangan, yaitu 5
mL larutan santar + 25 mL larutan natrium asetat 0,04 M.
7. Diencerkan hingga tepat 100 mL dengan menambahkan asam asetat
0,01 M; asam asetat 0,05 M; dan asam asetat 0,10 M.
8. Diukur pH dan absorbansi pada λ1 dan λ2 untuk ketiga larutan pada
langkah 7.
E. Data Hasil Pengamatan
Tabel 1
Transmitan (%)
NO λ (nm)
Bentuk asam Bentuk basa
1. 400 96 16
2. 410 91 14
3. 420 86 13,5
4. 430 78 14
5. 440 69,5 14,5
6. 450 57 15
7. 460 45 19
8. 470 32 25
9. 480 23 37
10. 490 17 51
11. 500 13 66
12. 510 10,5 80
13. 520 10 89
14. 530 11 95
15. 540 13 97
16. 550 19 99,5

Tabel 2
Transmitan (%)
NO Larutan yang diukur
λ1 (520 nm) λ2 (420 nm)
1. Metil merah bentuk asam 10 86
2. Metil merah bentuk basa 89 13,5

Tabel 3
Larutan yang ditambahkan pada 5 Transmitan (%)
NO pH
mL larutan standar + 25 mL natrium λ1 λ2
asetat 0,04 M (520 nm) (420 nm)
1. Asam asetat 0,01 M 5,160 28 57,5
2. Asam asetat 0,05 M 4,375 11 74,5
3. Asam asetat 0,10 M 3,470 10 85

F. Analisis Data dan Pembahasan


Percobaan ini bertujuan untuk menentukan tetapan pengionan pada
indikator metil merah secara spektrofotometri. Cara ini dipilih karena
metil merah memberikan warna yang jelas dan dapat menyerap dengan
kuat di daerah sinar tampak. Larutan persediaan metil merah (1000 ppm)
yang telah disediakan oleh laboran digunakan untuk membuat larutan
standar metil merah (100 ppm) dengan menambahkan 50 mL etanol 95%.
Larutan standar tersebut kemudian diencerkan dengan penambahan
asam atau basa untuk membuat bentuk asam basa metil merah. Pada
pembuatan bentuk asam metil merah (5 ppm), 5 mL larutan standar
ditambahkan dengan 10 mL HCl 0,1 M kemudian diencerkan dengan
aquades hingga 100 mL. Sedangkan pada pembuatan bentuk basa metil
merah (10 ppm), 10 mL larutan standar ditambahkan dengan 25 mL NaOH
0,04 N kemudian diencerkan dengan aquades hingga 100 mL.
Kedua bentuk larutan metil merah tersebur selanjutnya diukur
transmitannya pada berbagai panjang gelombang, mulai dari 400 nm
hingga 550 nm. Pada pengukuran ini ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu setiap pergantian panjang gelombang digunakan sel
pembanding berupa aquades. Hal ini bertujuan untuk menghindari
kesalahan pada pembacaan nilai transmitan. Selain itu, saat memasukkan
sampel ke dalam kuvet harus dilakukan dengan cepat agar cahaya dari luar
tidak ikut masuk dalam spektrometer.
Berdasarkan data hasil pengamatan pada tabel 1, dapat diketahui
bahwa pada panjang gelombang 520 nm bentuk asam metil merah
menyerap paling tinggi, sedangkan pada bentuk basa metil merah
melakukan penyerapan paling tiggi pada panjang gelombang 420 nm.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diperoleh λ1 = 520 nm dan λ2 = 420 nm.
Selanjutnya, setelah ditentukan λ1 dan λ2 dapat digunakan untuk mencari
indeks absorbansi molar bentuk asam dan bentuk basa dari metil merah.
Nilai indeks absorbansi molar tersebut kemudian digunakan untuk
menentukan konsentrasi dari MR- dan HMR. Selanjutnya dapat ditentukan
nilai dari pKa dan Ka menggunakan persamaan (2) dan grafik.
1. Perhitungan Absorbansi
1
A = log T atau A = − log T

Bentuk asam (λ1 = 520 nm) Bentuk asam (λ2 = 420 nm)
1 1
A = log 0,1 A = log 0,86

A = log 10 A = log 1,16


A=1 A = 0,065

Bentuk basa (λ1 = 520 nm) Bentuk basa (λ2 = 420 nm)
1 1
A = log 0,89 A = log 0,135

A = log 0,124 A = log 7,40


A = 0,05 A = 0, 87

Dengan menggunakan rumus yang sama dapat dicari nilai


absorbansi dari masing-masing panjang gelombang. Kemudian dibuat
grafik antara absorbansi vs panjang gelombang untuk masing-masing
bentuk asam dan basa.

Spektrum Absorbansi Bentuk Asam Metil Merah


1.2

0.8
Absorbansi (A)

0.6
bentuk asam
0.4

0.2

0
0 100 200 300 400 500 600
λ (nm)
Spektrum Absorbansi Bentuk Basa Metil Merah
1
0.9
0.8
0.7
Absorbansi (A)

0.6
0.5
0.4 bentuk basa
0.3
0.2
0.1
0
0 100 200 300 400 500 600
λ (nm)

MR-

Spektrum Absorbansi Metil Merah Bentuk Asam


dan Basa
1.2

1
Absorbansi (A)

0.8

0.6
bentuk asam
0.4 bentuk basa

0.2

0
0 100 200 300 400 500 600
λ (nm)
Bentuk Asam Bentuk Basa

λ (nm) Absorbansi (A) λ (nm) Absorbansi (A)

400 0,017729 400 0,79588

410 0,040959 410 0,853872

420 0,065502 420 0,869666

430 0,107905 430 0,853872

440 0,158015 440 0,838632

450 0,244125 450 0,823909

460 0,346787 460 0,721246

470 0,49485 470 0,60206

480 0,638272 480 0,431798

490 0,769551 490 0,29243

500 0,886057 500 0,180456

510 0,978811 510 0,09691

520 1 520 0,05061

530 0,958607 530 0,022276

540 0,886057 540 0,013228

550 0,721246 550 0,002177

2. Penentuan indeks absorbansi molar (a)


Bentuk asam (λ1 = 520 nm) Bentuk asam (λ2 = 420 nm)
A=a∙b∙c A=a∙b∙c
1 = a ∙ 1 cm ∙ 5 ppm 0,065 = a ∙ 1 cm ∙ 5 ppm
a1,HMR = 0,2 cm−1 ppm−1 a2,HMR = 0,013 cm−1 ppm−1

Bentuk basa (λ1 = 520 nm) Bentuk basa (λ2 = 420 nm)
A=a∙b∙c A=a∙b∙c
0,05 = a ∙ 1 cm ∙ 10 ppm 0,87 = a ∙ 1 cm ∙ 10 ppm
a1,MR− = 0,005 cm−1 ppm−1 a2,MR− = 0,087 cm−1 ppm−1
Nilai indkes absorbansi molar bentuk asam dan basa pada masing-
masing panjang gelombang tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi dari masing-masing spesi metil merah.

3. Penentuan konsentrasi MR- dan HMR


Penentuan konsentrasi MR- dan HMR menggunakan persamaan (5)
dan (6). Akan tetapi, perlu mengubah terlebih dahulu nilai transmitan yang
diperoleh dari pengukuran menggunakan spektrofotometri menjadi nilai
absorbansi dengan menggunakan cara yang sama seperti pada langkah
pertama, sehingga diperoleh data sebagai berikut:
Larutan yang ditambahkan pada 5 Absorbansi
NO mL larutan standar + 25 mL natrium pH λ1 λ2
asetat 0,04 M (520 nm) (420 nm)
1. Asam asetat 0,01 M (larutan I) 5,160 0,552842 0,240332
2. Asam asetat 0,05 M (larutan II) 4,375 0,958607 0,127844
3. Asam asetat 0,10 M larutan (III) 3,470 1 0,070581

Rumus:
A1 = a1, HMR [HMR] + a1, MR- [MR-] .................. (5)
A2 = a2, HMR [HMR] + a2, MR- [MR-] .................. (6)

 Larutan I
0,552 = 0,2 [HMR] + 0,005 [MR− ] ................ (i)
0,240 = 0,013 [HMR] + 0,087 [MR− ] ........... (ii)

0,552 = 0,2 [HMR] + 0,005 [MR− ] ................. x 0,013


0,240 = 0,013 [HMR] + 0,087 [MR− ] ............ x 0,2

0,007176 = 0,0026 [HMR] + 0,000065 [MR− ]


0,048 = 0,0026 [HMR] + 0,0174 [MR− ]
−0,040824 = −0,017335 [MR− ]
−0,040824
[MR− ] =
−0,017335
[𝐌𝐑− ] = 𝟐, 𝟑𝟓𝟓 𝐩𝐩𝐦

0,240 = 0,013 [HMR] + 0,087 ∙ 2,355 ppm


0,240 = 0,013 [HMR] + 0,205
0,013 [HMR] = 0,035
[𝐇𝐌𝐑] = 𝟐, 𝟔𝟗𝟐 𝐩𝐩𝐦

 Larutan II
0,958 = 0,2 [HMR] + 0,005 [MR− ] ................ (i)
0,127 = 0,013 [HMR] + 0,087 [MR− ] ........... (ii)

0,958 = 0,2 [HMR] + 0,005 [MR− ] ................. x 0,013


0,127 = 0,013 [HMR] + 0,087 [MR− ] ............ x 0,2

0,012454 = 0,0026 [HMR] + 0,000065 [MR− ]


0,0254 = 0,0026 [HMR] + 0,0174 [MR− ]

−0,012946 = −0,017335 [MR− ]


−0,012946
[MR− ] =
−0,017335
[𝐌𝐑− ] = 𝟎, 𝟕𝟒𝟕 𝐩𝐩𝐦

0,127 = 0,013 [HMR] + 0,087 ∙ 0,747 ppm


0,127 = 0,013 [HMR] + 0,064989
0,013 [HMR] = 0,0620
[𝐇𝐌𝐑] = 𝟒, 𝟕𝟕𝟎 𝐩𝐩𝐦

 Larutan III
1 = 0,2 [HMR] + 0,005 [MR− ] ....................... (i)
0,071 = 0,013 [HMR] + 0,087 [MR− ] ........... (ii)

1 = 0,2 [HMR] + 0,005 [MR− ] ........................ x 0,013


0,071 = 0,013 [HMR] + 0,087 [MR− ] ............ x 0,2

0,013 = 0,0026 [HMR] + 0,000065 [MR− ]


0,0142 = 0,0026 [HMR] + 0,0174 [MR− ]

−0,0012 = −0,017335 [MR− ]


−0,0012
[MR− ] =
−0,017335
[𝐌𝐑− ] = 𝟎, 𝟎𝟔𝟗 𝐩𝐩𝐦

0,071 = 0,013 [HMR] + 0,087 ∙ 0,069 ppm


0,071 = 0,013 [HMR] + 0,006
0,013 [HMR] = 0,065
[𝐇𝐌𝐑] = 𝟓 𝐩𝐩𝐦

[HMR] [MR-]
Larutan pH Log[MR-]/[HMR]
ppm ppm
I 5,160 2,692 2,355 -0,058
II 4,375 4,770 0,747 -0,805
III 3,470 5 0,069 -1,860
4. Gambar kurva log [MR-]/[HMR] vs pH

Kurva log [MR-]/[HMR] vs pH


0
-0.2 0 2 4 6
-0.4 y = 1.0688x - 5.5409
R² = 0.9967
log [MR-]/[HMR]

-0.6
-0.8
-1 Series1
-1.2 Linear (Series1)
-1.4
-1.6
-1.8
-2
pH

5. Perhitungan pKa dan Ka menggunakan persamaan (2) dan grafik


Berdasarkan gambar grafik di atas, dapat diperoleh persamaan garis,
yaitu y = 1,0688x – 5,5409. Persamaan tersebut kemudian
disubtitusikan ke persamaan (2), sehingga menjadi:
pKa = pH – log [MR-]/[HMR]
Karena pada gambar grafik tersebut log [MR-]/[HMR] sebagai ordinat
(sumbu y) dan pH sebagai absis (sumbu x), maka persamaan (2)
berubah menjadi:
log [MR-]/[HMR] = pH – pKa
-pKa = -5,5409
pKa = 5,5409
pKa = - log Ka
Ka = 2,878 x 10-6

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data secara spektrofotometri,
diperoleh tetapan pengionan indikator metil merah adalah sebesar 2,878 x
10-6.
H. Daftar Pustaka
Atkins, Peter. Paula, Julio. 2010. Physical Chemistry 9th.
Inggris: Oxford University.

Castelan, G. W. 1983. Physical Chemistry 3rd edition. Amsterdam:


Addison Wesley Publishing Company.

Laidler, Keith, J., Dan Meisler, John H. 1982. Physical Chemistry.


California: The Benjamin/Cumming Publishing Company, Inc.

Sumari dan Nazriati. 2017. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II. Malang:
Universitas Negeri Malang.

I. Jawaban Pertanyaan
1. Sumber cahaya → manokromator → filter → kuvet → read out.
Sumber cahaya yang digunakan adalah sumber cahaya yang besifat
polikromatis.
2. Selain menggunakan cara spektrofotometri, tetapan kesetimbangan reaksi
dapat ditentukan dengan menggunakan cara potensiometri, coulmetri, dan
konduktometri.
3. a A + b B → c C + d D
[C]c[D]d = Q [A]a [B]b
Pada kondisi setimbang
Q=K
ΔGº = ΔHº - T ΔSº
ΔG = ΔGº + RT ln K
Pada saat kesetimbangan ΔG =0
ΔGº = - RT ln K
ln K = -ΔGº/ RT
−ΔH° ΔS°
ln K= +
RT R
J. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai