Anda di halaman 1dari 18

REVISI

PERCOBAAN 8

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA II

PENENTUAN LUAS PERMUKAAN ZAT PADAT

Dosen Pengampu:

1. Dr. Dra. Fauziatul Fajaroh, M.S.


2. Dr. Nazriati, M.Si.

Oleh :

Kelompok 10 Offering H

1. Vita Dwi Lestari (160332605803)


2. Yuli Agustina (160332605838)**
3. Zenis Khoirunnisa (160332605881)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
NOVEMBER 2018
A. Judul Percobaan
Penentuan Luas Permukaan Zat Padat
B. Tujuan Percobaan
1. Menentukan luas permukaan spesifik zat padat dengan metode adsorpsi zat
warna (metilen biru klorida)
2. Menentukan ukuran partikel rata-rata
C. Dasar Teori
Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu
terhadap zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya
gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat tanpa meresap ke
dalam. Zat yang menyerap dapat disebut sebagai adsorben, sedangkan zat
yang terserap disebut sebagai adsorbat (Bird, 2007)
Zat padat teraktifkan dapat mengadsorpsi zat terlarut dari larutannya.
Banyaknya zat yang teradsorpsi pada temperatur tetap akan sebanding
dengan luas permukaan zat padat (adsorben), konsentrasi adsorbat, dan
lamanya proses adsorpsi. Permukaan adsorben dikatakan telah jenuh
(tertutup rapat) oleh molekul-molekul yang teradsorpsi jika sejumlah
tertentu adsorben dicampurkan dengan berbagai konsentrasi adsorbat pada
temperatur yang sama dan dibiarkan mencapai kesetimbangan adsorpsi yang
menyebabkan konsentrasi adsorbat bertambah.
Aluran banyaknya zat yang teradsorpsi terhadap konsentrasi
adsorbat pada kesetimbangan digambarkan sesuai grafik berikut:

F
F: banyaknya zat teradsorpsi
Luas permukaan spesifik suatu padatan ialah luas permukaan 1 gram
padatan tersebut. Luas permukaan spesifik dapat dihitung menggunakan
rumus:

Dengan
S = luas permukaan spesifik
xm = banyaknya (gram) zat teradsorpsi yang membentuk lapisan tunggal
pada seluruh permukaan 1 gram adsorben
N = bilangan avogadro
a = ukuran 1 molekul
M = berat molekul adsorbat
Jika luas permukaan 1 mg adsorbat diketahui, maka luas permukaan
spesifik dapat ditentukan dengan rumus:
S = 1000. xm. A
Dari data luas permukaan spesifik dapat ditentukan ukuran partikel rata-rata
dengan persamaan:

Dengan anggapan bahwa partikel-partikel zat padat berupa kubus yang


seragam dengan rusuk l sedangkan r adalah rapat massa zat padat.

D. Metodologi
Alat
- Labu erlenmeyer
- Pipet takar 5,10, dan 25 mL
- Buret mikro
- Spectronik
- Alat sentrifuge
- Corong tangkai pendek
- Gelas ukur 10 mL
Rangkaian alat spektrofotometer (Spectronic 20)

Keterangan gambar
1. Tempat kuvet 7. Tombol untuk mencetak

2. Display digital 8. Pengatur panjang gelombang

3. Mode indikator 9. Pengatur transmitan/absorban

4. Mode pilihan 10. Tombol power

5. Tombol pengurangan 11. Pengatur filter

6. Tombol menaikkan

Bahan
- Larutan metilen biru klorida dengan konsentrasi 4,3,2,1, dan 0,5 ppm
- Adsorben: karbon

E. Prosedur Kerja
1. Penentuan Waktu Setimbang Adsorpsi
a. Adsorpsi zat warna (dilakukan bersama dengan 2a)
Zat Padat
- Dimasukkan ke dalam 5 buah labu erlenmeyer 100 mL, masing-
masing diisi 1 gram
- Ditambahkan 25 mL larutan metilen biru klorida 3 ppm pada tiap-
tiap labu
- Dikocok selama 15 menit
- Didiamkan selama 30 menit (labu erlenmeyer no 1)
- Didiamkan selama 60 menit (labu erlenmeyer no 2)
- Didiamkan selama 90 menit (labu erlenmeyer no 3)
- Didiamkan selama 120 menit (labu erlenmeyer no 4)
- Dibuat kurva kalibrasi standar metilen biru
- Disaring larutan
- Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 660 nm

Hasil

2. Penentuan Luas Permukaan Zat Padat


a. Metode adsorpsi zat warna (dilakukan bersamaan dengan 1a)
Zat Padat
- Dimasukkan ke dalam 5 buah labu erlenmeyer 100 mL, masing-
masing diisi 1 gram
- Ditambahkan 25 mL larutan metilen biru klorida 0,5 ppm pada
labu 1
- Ditambahkan 25 mL larutan metilen biru klorida 1 ppm pada labu
2
- Ditambahkan 25 mL larutan metilen biru klorida 2 ppm pada labu
3
- Ditambahkan 25 mL larutan metilen biru klorida 3 ppm pada labu
4
- Ditambahkan 25 mL larutan metilen biru klorida 4 ppm pada labu
5
- Dikocok selama 15 menit
- Didiamkan 90 menit hingga tercapai kesetimbangan
- Disaring larutan dalam tiap labu
- Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 660 nm
- Ditentukan jumlah mg zat warna yang teradsorpsi

Hasil
F. Data Hasil Pengamatan
1. Penentuan waktu setimbang adsorpsi
a. Adsorpsi Zat Warna (metilen biru klorida 3 ppm)
Larutan Adsorbans
No. Adsorben Metilen Waktu Waktu pada λ 660
Labu (karbon) Biru pengocokan mendiamkan nm
Klorida
1,0005 0,102
1. 25 mL 15 menit 30 menit
gram
1,0007 0,091
2. 25 mL 15 menit 60 menit
gram
1,0008 0,040
3. 25 mL 15 menit 90 menit
gram
1,0007 0,040
4. 25 mL 15 menit 120 menit
gram

b. Absorbansi Larutan Standar Metilen Biru


Absorbansi pada
No. Larutan Metilen Biru 660 nm

1. 0,5 ppm 0,022

2. 1 ppm 0,154

3. 2 ppm 0,124

4. 3 ppm 0,568

5. 4 ppm 0,744

2. Penentuan Luas Permukaan Zat Padat


a. Metode adsorpsi zat warna
25 mL
Larutan Adsorbans
No. Adsorben Waktu Waktu pada λ 660
Metilen
Labu (karbon) pengocokan mendiamkan nm
Biru
Klorida
1,0014 0,022
1. 0,5 ppm 15 menit 90 menit
gram
1,0008 0,055
2. 1 ppm 15 menit 90 menit
gram
1,000 0,060
3. 2 ppm 15 menit 90 menit
gram
1,0012 0,070
4. 3 ppm 15 menit 90 menit
gram
1,0014 0,080
5. 4 ppm 15 menit 90 menit
gram

G. Analisis Data dan Pembahasan


Luas spesifik zat padat dan ukuran partikel rata-rata zat padat ditentukan
dengan menggunakan metode adsorbsi zat warna metilen biru klorida.
Adsorbat yang digunakan adalah larutan zat warna metilen biru klorida
dengan berbagai konsentrasi sedangkan adsorben yang digunakan adalah
karbon aktif yang telah dikeringkan selama 4 jam dalam oven suhu 110-
115ºC (disiapkan oleh Laboran). Tujuan pengaktifan karbon sebagai adsorben
adalah agar ketika proses adsorbsi berlangsung, karbon dapat menyerap
metilen biru secara maksimal.
Percobaan pertama yang dilakukan yakni mengukur absorbansi zat warna
(metilen biru 3 ppm) dalam beberapa variasi waktu pada panjang gelombang
660 nm. Hal ini dilakukan untuk mengetahui waktu setimbang adsorpsi yang
selanjutnya dapat diterapkan untuk proses adsorpsi pada berbagai variasi
konsentrasi. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan hasil sesuai tabel
berikut:
Tabel 1. Absorbansi zat warna (metilen biru 3 ppm) pada beberapa variasi
waktu
Larutan Adsorbans
No. Adsorben Metilen Waktu Waktu pada λ 660
Labu (karbon) Biru pengocokan mendiamkan nm
Klorida
1,0005 0,102
1. 25 mL 15 menit 30 menit
gram
1,0007 0,091
2. 25 mL 15 menit 60 menit
gram
1,0008 0,040
3. 25 mL 15 menit 90 menit
gram
1,0007 0,040
4. 25 mL 15 menit 120 menit
gram
Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa dalam waktu 90 menit dan
120 menit diperoleh absorbansi yang sama yakni 0,040. Hal ini menandakan
bahwa waktu setimbang dalam proses adsorpsi dicapai dalam waktu 90
menit. Waktu inilah yang selanjutnya diterapkan untuk proses adsorpsi pada
berbagai variasi konsentrasi zat warna (metilen biru).
Percobaan kedua yang dilakukan yakni mengukur absorbansi zat warna
metilen biru standar (sebelum dilakukan adsorpsi) pada berbagai konsentrasi
yang digunakan. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil sesuai tabel
berikut:
Tabel 2. Absorbansi larutan standar metilen biru
Absorbansi pada
No. Larutan Metilen Biru 660 nm

1. 0,5 ppm 0,022

2. 1 ppm 0,154

3. 2 ppm 0,124

4. 3 ppm 0,568

5. 4 ppm 0,744

Berdasarkan teori semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka


semakin banyak jumlah zat yang terkumpul pada permukaan adsorben
(Syauqiah, dkk. 2011). Berdasarkan percobaan yang diperoleh, dari grafik di
atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi, maka semakin besar pula
absorbansinya. Namun terlihat anomali pada konsentrasi 2 ppm yang akan
menyebabkan trend grafik menurun. Hal ini dimungkinkan bahwa larutan
standar yang digunakan telah terkontaminasi. Tidak dilakukan standarisasi
larutan sehingga tidak diketahui secara pasti ketepatan konsentrasi larutan
yang telah disediakan di Laboratorium. Untuk memperoleh persamaan garis
dalam menentukan konsentrasi setelah penyerapan, maka dibuat grafik
absorbansi vs konsentrasi dengan menghilangkan 2 data awal agar tidak
diperoleh kerancuan dan trend yang didapatkan terus meningkat sesuai teori.
Dari hasil percobaan tersebut, dapat dibuat grafik sebagai berikut:
Grafik 1. Absorbansi Metilen Biru sebelum Proses Adsorpsi

Absorbansi Metilen Biru pada Panjang Gelombang


600 nm (sebelum Adsorpsi oleh karbon Aktif )
0,9
0,8 y = 0,31x - 0,1413
0,7 R² = 0,9414
0,6
Absorbansi

0,5
0,4 Series1
0,3
Linear (Series1)
0,2
0,1
0
0 1 2 3 4
Konsentrasi

Berdasarkan grafik diperoleh persamaan garis y = 0,31x-0,1413.


Persamaan garis yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan
banyaknya zat yang teradsorpsi.
Penentuan absorbansi metilen biru pada konsentrasi yang bervariasi
dilakukan dengan cara adsorpsi oleh karbon aktif dengan waktu pendiaman
selama 90 menit (waktu setimbang). Berdasarkan percobaan, diperoleh data
sesuai tabel berikut:
Tabel 3. Absorbansi zat warna (metilen biru) pada konsentrasi yang bervariasi
25 mL
Larutan Adsorbans
No. Adsorben Waktu Waktu pada λ 660
Metilen
Labu (karbon) pengocokan mendiamkan nm
Biru
Klorida
1,0014 0,022
1. 0,5 ppm 15 menit 90 menit
gram
1,0008 0,055
2. 1 ppm 15 menit 90 menit
gram
1,000 0,060
3. 2 ppm 15 menit 90 menit
gram
1,0012 0,070
4. 3 ppm 15 menit 90 menit
gram
1,0014 0,080
5. 4 ppm 15 menit 90 menit
gram
Dari hasil tersebut, maka dapat ditentukan konsentrasi akhir metilen biru dari
persamaan garis yang diperoleh dari grafik 1 sebagai berikut:
Persamaan garis y = 0,31x -0,1413
Dengan y= absorbansi dan x = konsentrasi setelah proses adsorpsi

 Metilen biru 0,5 ppm

0,022 = 0,31x - 0,1413


0,31x = 0,022+ 0,1413
= 0,1613

x =

= 0,52 ppm
 Metilen biru 1 ppm

0,055 = 0,31x - 0,1413


0,31x = 0,055+ 0,1413
= 0,1963

x =

= 0,633 ppm
 Metilen biru 2 ppm

0,060 = 0,31x - 0,1413


0,31x = 0,060+ 0,1413
= 0,2013

x =

= 0,649 ppm
 Metilen biru 3 ppm

0,070 = 0,31x - 0,1413


0,31x = 0,070 + 0,1413
= 0,2113
x =

= 0,6816 ppm
 Metilen biru 4 ppm

0,080 = 0,31x - 0,1413


0,31x = 0,080+ 0,1413
= 0,2213

x =

= 0,7138 ppm
Dari hasil perhitungan tersebut maka dapat ditentukan hubungan konsentrasi
dengan banyaknya zat yang teradsorbsi pada panjang gelombang dan waktu
penyerapan yang sama sesuai tabel berikut:
Tabel 4. Hubungan konsentrasi terhadap jumlah zat yang teradsorpsi
Jumlah zat

Konsentrasi Waktu Konsentrasi yang


Absorbansi
awal Adsorpsi Akhir teradsorbsi
(ppm)

0,5 ppm 90 menit 0,022 0,52 -0,02

1 ppm 90 menit 0,055 0,633 0,367

2 ppm 90 menit 0,060 0,649 1,3512

3 ppm 90 menit 0,070 0,6816 2,3184

4 ppm 90 menit 0,080 0,7138 3,2862

Berdasarkan data jumlah zat yang teradsorbsi, terlihat kerancuan pada hasil
adsorpsi metilen biru konsentrasi 0,05 ppm. Hal ini dimungkinkan telah terjadi
desorpsi sehingga konsentrasi akhir yang seharusnya lebih besar setelah
teradsorpsi, justru sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menentukan banyaknya
zat yang teradsorbsi membentuk lapisan tunggal (Xm), data tersebut
dihilangkan. Banyaknya zat yang teradsorbsi membentuk lapisan tunggal pada
seluruh permukaan 1 gram adsorben (Xm) dapat ditentukan melalui
perhitungan berikut:
 Metilen biru 1 ppm
Zat yang teradsorbsi = 0,367 ppm

Kuantitas (q) =

= 0,009

 Metilen biru 2 ppm


Zat yang teradsorbsi = 1,3512 ppm

Kuantitas (q) =

= 0,033

 Metilen biru 3 ppm


Zat yang teradsorbsi = 2,3184 ppm

Kuantitas (q) =

= 0,057

 Metilen biru 4 ppm


Zat yang teradsorbsi = 3,2862 ppm

Kuantitas (q) =

= 0,082
Tabel 5. Hubungan Konsentrasi dengan Kuantitas

No. Konsentrasi Kuantitas (q) (

1. 1 ppm 0,009

2. 2 ppm 0,033

3. 3 ppm
0,057

4. 4 ppm 0,082

Grafik 2. Hubungan Konsentrasi dengan Kuantitas

Hubungan Konsentrasi Vs Kuantitas


0,09 Xm
0,08 y = 0,0243x - 0,0155
0,07 R² = 0,9999
Kuantitas (mg/g)

0,06
0,05
0,04 Series1
0,03
Linear (Series1)
0,02
0,01
0
0 1 2 3 4 5
Konsentrasi (ppm)

Berdasarkan grafik di atas, tidak didapatkan grafik konstan yang


mempresentasikan terbentuknya zat teradsorpsi membentuk lapisan tunggal
sehingga penentuan Xm dialkukan dengan mengambil data tertinggi dengan
asumsi bahwa penyerapan maksimum (mencapai kejenuhan) telah terjadi
pada konsentrasi tersebut. Jadi, berdasarkan grafik diperoleh nilai Xm (
banyaknya zat teradsorbsi yang membentuk lapisan tunggal pada seluruh
permukaan 1 gram adsorben) adalah 0,082 mg/g. Maka luas permukaan
spesifik adsorben dan ukuran partikel rata-rata dapat ditentukan melalui
perhitungan sebagai berikut:
 Luas Permukaan Spesifik

Diketahui luas permukaan metilen biru (A) = 3,05

S = 1000.Xm.A

= 1000. 0,082 . 3,05

= 250,1

 Ukuran partikel rata-rata

Diketahui :
-Massa jenis karbon aktif 2,267 g/cm³

-Luas permukaan spesifik zat padat 250,1 atau 2.501.000

Ukuran partikel rata-rata (l) =

l =

l = 1,0582 x 10-6 cm

H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh luas permukaan spesifik karbon aktif

dengan metode adsorbsi zat warna metilen biru klorida sebesar 250,1 dan

ukuran partikel rata-rata sebesar 1,0582 x 10-6 cm.

I. Jawaban Pertanyaan
1. Data luas permukaan zat padat (adsorben) diperlukan untuk hal/ proses-
proses sebagai berikut:
- Proses adsorbsi
- Proses laju reaksi
- Penggunaan instrumen Surface Area Analyzer (SAA) yaitu
instrumentasi dalam karakterisasi material.
2. Syarat-syarat molekul adsorbat yang dapat digunakan untuk penentuan
luas permukaan zat padat:
- Kelarutan senyawa rendah
- Ukuran pori-pori lebih kecil atau tidak lebih besar dari ukuran pori-
pori adsorben

3. Pengaruh pelarut dalam penentuan luas permukaan adsorben adalah:


Interaksi antara pelarut dengan zat terlarut sangat mempengaruhi adsorbsi.
Apabila pelarut berinteraksi sangat kuat dengan zat terlarut, maka zat
terlarut sulit diadsorpsi oleh adsorben.
4. Cara-cara lain untuk menentukan luas permukaan zat padat selain
menggunakan cara adsorpsi asam lemak dan zat warna adalah:
- Penentuan bilangan iodin
 Metode pengerjaan:
Praktikan menitrasi larutan yang berisi karbon aktif, HCl dan
larutan iodin dengan larutan natrium tiosulfat. Dengan
menggunakan volume peniter hasil titrasi dapat ditentukan
bilangan iodinnya. Karbon aktif menyerap iodin ke permukaannya
membentuk lapisan monolayer sehingga dapat ditentukan luas
permukaan spesifik karbon aktif.
Dari segi kemudahan, metode adsorpsi zat warna lebih mudah
daripada metode ini.
 Ketelitian
Metode titrasi yang digunakan akan kurang teliti jika dibandingkan
metode adsorbsi yang diukur menggunakan absorbansinya pada
spectronik.
- Metode titrasi asam basa
 Metode pengerjaan:
Titrasi asam basa. Banyaknya zat yang teradsorbsi dapat ditentukan
melalui volume yang dibutuhkan ketika titrasi. Waktu lebih
singkat.
 Ketelitian
Dibutuhkan ketelitian praktikan dalam proses titrasi.
Daftar Pustaka

Bird, T. 2007. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta: Gramedia


Sumari dan Nazriati. 2017. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II. Malang
Universitas Negeri Malang.
Syauqiah, dkk. 2011. Analisis variasi waktu dan kecepatan pengaduk pada
proses adsorpsi limbah logam dengan arang aktif. INFO TEKNIK, Volume
12 No.1, Juli 2011.
LAMPIRAN

Proses pengkocokan Penyaringan larutan Penyaringan larutan


selama 15 menit (3 ppm) setelah (3 ppm) setelah
didiamkan selama 30 didiamkan selama 60
menit menit

Hasil penyaringan larutan Penyaringan larutan Penyaringan larutan


2 ppm dan 3 ppm setelah (0,5 ppm) setelah (4 ppm) setelah
didiamkan 90 menit didiamkan selama 90 didiamkan selama 90
menit menit

Pengukuran absorbansi Pengukuran absorbansi Pengukuran absorbansi


pada 660 nm untuk laruran pada 660 nm untuk pada 660 nm untuk
3 ppm larutan 0,5 ppm larutan 0,5 ppm setelah
didiamkan 60 menit
Standarisasi blanko Pengukuran absorbansi Pengukuran absorbansi
pada 660 nm untuk pada 660 nm untuk
larutan 0,5 ppm setelah larutan 0,5 ppm setelah
didiamkan 90 menit didiamkan 120 menit

Pengukuran absorbansi Pengukuran absorbansi


Pengukuran absorbansi pada 660 nm untuk pada 660 nm untuk
pada 660 nm untuk larutan larutan 2 ppm larutan 0,5 ppm setelah
4 ppm didiamkan 30 menit

Anda mungkin juga menyukai