Disusun oleh :
Kelompok 5D
FAKULTAS FARMASI
CIMAHI
2019
BAB 1
1. Analisis fotometri berdasarkan absorpsi energi cahaya oleh molekul-molekul dalam daerah
sinar UV dan sinar tampak ( Visible).
1. mengetahui dan memahami cara menentukan kadar campuran dan senyawa secara dalam
sediaan dengan spektrofotometri UV-Visibel metode derivatif
TINJAUAN PUSTAKA
Metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk analisis kuantitatif zat dalam
campuran dimana spektrum yang tersembunyi dalam suatu bentuk spektrum besar saling
tumpang tindih dengan mengabaikan proses pemisahan zat terlebih dahulu. Spektrum yang
dialihkan bentuk ini menghasilkan profil yang lebih rinci yang tidak terlihat pada spektrum
normal. (Hayun, 2006)
Dalam suatu campuran, pengukuran konsentrasi dalam suatu sampel (analyte) dapat dilihat
dalam campuran sehingga dapat membuat pengerjaan lebih mudah atau lebih akurat. Kendala
yang sering terjadi adalah spektra derivatif tidak dapat mengurangi atau menghindarkan adanya
gangguan dari rasio serapan penggaggu yang lain ( signal-to-noise ratio ) (Skoog, 1992).
Pada prinsipnya, kadar larutan campuran dua zat dapat ditentukan dengan metode
spektrofotometri. Namun, bila tidak dipisahkan terlebih dahulu maka spektrum komponen-
komponen saling tumpang tindih ( overlapping ) bila dikehendaki pengukuran tanpa pemisahan,
dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri ultraviolet derivatif, dimana kadar diukur pada
panjang gelombang zero crossing (Susanti dkk, 2011).
3. Spektrum zat tersebut tersembunyi dalam suatu bentuk spektrum besar yang saling
tumpang tindih dengan mengabaikan proses pemisahan zat yang bertingkat.
4. Senyawa akan ditentukan kadarnya memiliki absorbansi rendah dan memiliki pengaruh
yang dapat meningkatkan nilai absorbansi (Hayun dan Yenti, 2006).
Spektra serapan normal salah satu konstrasi dari masing-masing senyawa atau komponen
dibuat spektra derivat pertama, derivat kedua dan derivat ketiga dengan menggambarkan selisih
absorban dua panjang gelombang berdekatan dengan harga rata-rata dua panjang gelombang
tersebut. Dari spektra derivat tersebut ditentukan panjang gelombang zero crossing komponen,
dimana zero crossing masing-masing zat ditunjukan oleh panjang gelombag yang memiiki
serapan nol pada berbagai konsentrasi ( Hayun dan Yenti, 2006)
Pada spektrofotometri konvensional, spektrum dapat dibuat dengan cara memplot serapan A,
senyawa pada spektrum normal akan menjadi λ zero crossing pada spektrum derivatif
pertama. Panjang gelombang tersebut tidak mempunyai serapan atau dA/d λ = 0. Bila panjang
gelombang zero-crossing masing-masing senyawa sama dengan panjang gelombang pada
serapan maksimum akan terjadi pelebaran pita. Pada situasi tersebut maka dicoba derivatif kedua
(Fatah, 2008)
Apabila suatu campuran zat memiliki λ zero crossing lebih dari satu, maka yang dipilih
1. Serapan senyawa pasangan dan campuran persis sama, karena λ tersebut dapat secara
selektif mengukur serapan senyawa pasangannya.
2. Memiliki serapan yang paling besar, karena pada serapanyang paling besar , serapan yang
lebih stabil sehingga kesalahan analisis dapat diperkecil (Hayun dan Yenti, 2006)
BAB 3
MONOGRAFI SAMPEL
1. Sulfametoksazole
Rumus molekul : C10H11N3O3S
Struktur molekul :
Ad 25 ml Ad 25 ml Ad 25 ml Ad 25 ml Ad 25 ml Ad 25 ml
Ad 25 ml Ad 25 ml Ad 25 ml Ad 25 ml Ad 25 ml Ad 25 ml
4.3 Penetapan Kadar Sulfametoksazol dan Trimetoprim dalam Tablet Secara
Spektrofotometi Derivatif Pertama
1. Penentuan 2 zero crossing,sulfametoksazol dam pembuatan kurva kalibrasi
a) Timbang scksama 75,0 mg Baku Pembanding Sulfamctoksazol, larutkan dengan
NaOH O,1 N dalam labu takar 250,0 mL + NaOH 0.1 N ad tanda batas (larutan induk
sulfametok sazol), Jika perlu untuk melarutkan, larutan disonifikasi sampai larut.
b) Rancang prosedur (kerjakan di rumah) dan buat serangkaian larutan dengan
konsentrasi 12, 24, 36, 48, 60, dan 72 μg/mL berdasarkan hasil rancangan tersebut.
c) Menggunakan salah satu seri larutan tentukan & zero crossing sulfarnetoksazol
dengan membuat derivatif pertama. λ zero crossing sulfametoksazol yang diperoleh
selanjutnya discbut sebagai λ.
d) Ukur serapan semua seri larutan sulfametoksazol pada Na (λ zero crossing
trimetoprim), kemudian dibuat kurva kalibrasi dan tentukan persamaan kurva
kalibrasinya.
2. Penentuan a zero crossing trimetoprim dan pembuatan kurva kalibrasi
a) Timbang scksama 75,0 mg Buku Pembanding Trimetoprim, larutkan dengan NaOH
0,1 N dalam labu takar 250,0 mL + NaOH 0,1 N ad tanda batas (larutan induk
trimetoprim). Jika perlu untuk melarutkan, larutan disonifikasi sampai larut.
b) Pipet 25,0 mL larutan induk, cnccrkan dengan NaOH 0,1 N hingga 50,0 mL.
c) Rancang prosedur pengcnccran (kerjakan di rumah) dan buat serangkaian larutan
dengan konsentrasi 3,6,9, 12, 15, 18 μg/mL berdasarkan hasil rancangan tersebut.
d) Menggunakan salah satu seri larutan tentukan λ zero crossing trimetroprim dengan
membuat derivatif pertama. λ zero crossing trimetoprim yang diperoleh selanjutnya
disebut sebagai 1%.
e) Ukur serapan semua seri larutan trimetoprim pada 3 (λ zero crossing
sulfametoksazol), keudian dibuat kurva kalibrasi dan tentukan persamaan kurva
kalibrasinya.
3. Penetapan kadar sul famctok sazol dan trimetropim dalam tablet (akukan duplo)
a) Timbang seksama 20 tablet, hitung bobot rata-rata tablet. Serbukan semua tablet,
timbang serbuk yang setara dengan 75 mg sulfametoksazol, kemudian larutkan
dengan NaOH 0,1 N dalam labu takar 250,0 mL + NaOH 0,1 N ad tanda batas.
Sonifikasi larutan sampel selama 15 menit.
Hasil Penimbangan Bobot rata-rata per tablet = 606 mg
Dosis sulfametoksazol pada etiket = 400.mg
Jumlah serbuk tablet yang harus ditimbang yang setara dengan 75 mg
sulfametoksazol: 113,625 mg
b) Larutan disaring dcngan kertas saring, kemudian pipet 5,0 mL filtratnya dan encerkan
hingga 50,0 mL. (Faktor pengenceran 50/5)
c) Ukur spektrum tablet sulfametoksazol dan trimetoprim.
d) Ukur kadar sulfamctoksazol dalam sampel pada λ2: (λ zero crossing trimctoprim).
e) Ukur kadar trimetroprim dalam sampel pada λ2 (λ zero crossing sulfamctoksazol).
f) Hitung % kadar sulfametoksazol dan trimetroprim dalam tablet.
BAB 5
HASIL PERCOBAAN
6.1. Hasil Pengukuran Serapan Larutan Standar Sulfametoksazol di λ zero crossing trimetroprim yaitu 256,1
nm (λ2)
6.2. Hasil Pengukuran Serapan Larutan Standar Trimetoprim di λ zero crossing sulfametoksazol yaitu 287,2
nm (λ1)
Berat Dosis
Berat Berat
Sampel Searapan Sulfa
Pengukuran Hasil Sulfa/table %Kadar
yang pada λ2 pada
Analisis t
Ditimbang Etiket
1 113 mg -0,25537 73,45 mg 393,9 mg 400 mg 98,47 %
2 114 mg -0,25763 74,1 mg 393,9 mg 400 mg 98,47 %
% Kadar rata-rata 98,47 %
6.4. Penentuan Kadar Trimetoprim dalam Tablet
Berat Dosis
Berat Berat
Sampel Searapan Sulfa
Pengukuran Hasil Sulfa/table %Kadar
yang pada λ2 pada
Analisis t
Ditimbang Etiket
1 113 mg -0,03315 16,55 mg 88,75 mg 80 mg 110,9 %
2 114 mg -0,03302 16,47 mg 87,55 mg 80 mg 109,4 %
% Kadar rata-rata 110,15%
BAB 6
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan penetapan kadar Sulfametoksazol dan
Trimethoprim dalam sampel tablet dengan menggunakan metode Spektrofotometri Kurva
Turunan Pertama (Derivatif). Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan untuk analisa kuantitatif
bahan baku, sediaan obat tunggal dan multikomponen. Secara umum ada dua strategi yang
dilakukan untuk analisa sediaan multikomponen, yaitu analisa secara simultan dan analisa
masing masing komponen yang sebelumnya dipisahkan menggunakan metode metode
pemisahan.
Praktikum ini diawali dengan membuat larutan baku sulfametoksazol 300 ppm dan
larutan baku trimethoprim 300 ppm masing masing sebanyak 250 ml dalam NaOH. Dilakukan
proses pengenceran sulfametoksazol dan trimethoprim dengan variasi konsentrasi yang berbeda.
Kemudian masing – masing larutan standart tersebut dibaca absorbansinya pada rentang panjang
gelombang 200 – 300 nm karena panjang gelombang maksimum sulfametoksazoldan
trimethoprim terletak pada panjang gelombang tersebut. Berdasarkan pustaka, absorbansi
maksimum sulfametoksazol terletak pada panjang gelombang 270 nm sedangkan absorbansi
maksimum trimethoprim terletak pada panjang gelombang 288.
Hasil yang didapatkan dari pengukuran kadar sampel didapatkan %kadar sulfametoksazol
sebesar 98.96%, sedangkan %kadar trimetoprim 110.5%. Jika dilihat dari hasilnya hanya
sulfametoksazol yang sesuai dengan literatur yang didapat dari hasil FI V yaitu karena berada
pada rentang 93.0% - 107.0%. Untuk trimethoprim tidak sesuai dengan literatur, hal ini bisa
terjadi karena adanya zat tambahan yang ikut terlarut dalam pelarut yang digunakan sehingga
mempengaruhi absorbansi yang didapatkan.
BAB 7
KESIMPULAN
1. Kadar zat aktif sulfametoksazol dalam tablet tidak memenuhi persyaratan kadar karena
tidak berada dalam rentang pesyaratan yaitu 99,0% - 101%.
2. Kadar zat aktif trimethoprim dalam tablet memenuhi persyaratan kadar karena berada
dalam rentang 98,5% - 101%.
DAFTAR PUSTAKA
Hayun, Harianto dan Yenti. 2006. Penetapan Kadar Triprolidina Hidroklorida dan
Pseudoefedrina Hidriklorida dalam Tablet Anti Influenza secara Spektrofotometri
Derivatif. http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2006/v03n02/hayun0302.pdf. opened at 24
November 2019
Skoog, Doglas Arvid. 1992. Principle of Instrumental Analysis Third Edition.USA: Saunders College
Publishing.
Susanti, Ni Made Pitri dkk.2011. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis. Jimbaran : Jurusan Farmasi FMIPA
Universitas Udayana
LAMPIRAN
= 98,475%
b) Sampel 2
Y = -0,00086x – 0,0027
-0,025763 = -0,00086 – 0,0027
-0,25493 = -0,0027
X = 29,643 µg/mL
BHA = 29,643 µg/mL x 50/5 mL x 250 mL
= 74,1075 µg
= 74,1075 mg
Berat/tab = BHA x rata-rata/tab
Berat sampel
= 74,1057 mg x 606 mg
114 mg
= 393,939 mg
= 98,484%