1. Pendahuluan
Nama lain : Amoxicillinum
Pemerian : Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzene, dalam
karbon tetraklorida dan dalam kloroform..
Sediaan farmasi : tablet, kapsul, sirup, injeksi, suspensi.
a. Sediaan tablet (Amoxicillin) 250 mg/500 mg/1 g
2. SifatFisiko Kimia
Rumus kimia : C16H19N3O5S.3H2O
BM : 365,41
Secara komersial, sediaa amoksisilin tersedia dalam bentuk trihidrat, serbuk hablur, dan
larut dalam air. Ketika dilarutkan dalam air secara langsung, akan berbentuk amoksisilin
suspensi oral dengan pH antara 5-7,5.
Amoksisilin adalah aminopenisilin yang perbedaan strukturnya dengan ampisilin hanya
terletak pada penambahan gugus hiroksil pada cincin fenil. pH larutan 1% dalam air =
4,5-6,0
3. Cara Ekstraksi
Larutan uji Timbang isi tidak kurang dari 20 kapsul keluarkan isi semua kapsul dan
campur, bersihkan cangkang kapsul dan timbang seksama, hitung bobot rata-rata isi
kapsul. Timbang seksama sejumlah isi kapsul setara dengan lebih kurang 200 mg
amoksisilin anhidrat, masukan kedalam labu terukur 200-ml, tambahkan pengencer
sampai tanda. Jika perlu sonikasikan agar larut sempurna. Saring larutan melalui
penyaring 1 µm atau dengan porositas lebih halus, dan gunakan filtrate sebagai larutan
uji. Gunakan larutan dalam waktu 6 jam.
4. MetodeAnalisisKuantitatif
a. Titrasiiodometri
Metode ini didasarkan karena nucleus penisilin utuh tidak bereaksi dengan yodium,
tetapi reaksi tidak terjadi setelah hidrolisis menjadi asam penicilloic. Asam penicilloic
atau lainnya senyawa yodium reaktif hadir dalam sampel sebagai kotoran dikoreksi
dengan titrasikosong dari penisilin yang tidak terhidrolisis. Sedikit variasi dari
prosedur standar diperlukan untuk amoksisilin dan ampisilin di mana jumlah HCl
ditambahkan keblanko. Reaksi antara yodium dan asam penicilloic tidak memiliki
stoicheiometry yang tepat dan hasilnya adalah dihitungr elatif terhadap kemurnian
standar referensi yang diuji bersamaan dengan sampel. Asam penicilloic direaksikan
dengan potasiumiodat pada pH 5 dan yodium terbebaskan dititrasi. Stoicheiometry
tepat untuk metode di mana amoksisilin dalam 10% HCl dititrasi dengan dibromo
dimethyl hydantoin.
Ampicilin
Pendahuluan
1. Sifat fisiko kimia :
Suspensi Ampicillin
Formulasi :
Ampisilin trihidrat 8% 125 mg/5ml
Simetichone A 1 g
Gula castor 138,9 g
Asam sitrat 27,44 g
Xanthan gum 7 g
Blood orange dry flavor 7,55 g
Aerosil 200 10,00 g
Castor sugar 138,9 g
Castor sugar 2747,90 g
2. Metode ekstraksi
Serbukan satu atau lebih tablet ampisilin, buat larutan yang mengandung 5 mg per ml
dalam campuran pelarut aseton p-asam klorida 0,1 N (4:1). ( FI EDISI V hal 130 )
2. Titrasi Amperometri
Ampisilin dihidrolisis menjadi penicillamine. Kelompok SH dari penicillamine
dititrasi secara amperometrik.
CIPROFLOXACIN
1. Pendahuluan
Ciprofloksasin adalah antibiotika untuk pengobatan beberapa infeksi bakteri. Antibiotik ini
termasuk fluorokuinolon generasi kedua.
Struktur Kimia:
Pemerian:
Ciprofloksasin diperoleh sebagai bubuk kristal berwarna kuning muda.
Karakteristik kelarutan
Ciprofloksasin praktis tidak larut dalam air, sangat sedikit larut dalam alkohol
dehidrasi dan diklorometana, dan larut dalam asam asetat encer
Sediaan farmasi: Tablet, suspense, injeksi, tetes mata, salep mata
Formula:
Ciprofloxacin tablet
Ciprofloxacin suspension
2. Sifat FisikoKimia
Rumus Kimia: C17H18FN3O3
Berat Molekul : 331.35
Analisis unsur: C ¼ 61.62% H ¼ 5.48% F ¼ 5.73% N ¼ 12.68% O ¼ 14.49%
PH larutan: Larutan 2,5% dalam air memiliki pH 3,0-4,5
Pemerian: Ciprofloksasin diperoleh sebagai bubuk kristal berwarna kuning muda.
Melting point : 255-257 °C
pKa: 6,09
Karakteristik kelarutan: Ciprofloksasin praktis tidak larut dalam air, sangat sedikit
larut dalam alkohol dehidrasi dan diklorometana, dan larut dalam asam asetat
encer
3. Cara Ekstraksi
Tablet siprofloksasin setara dengan lebih kurang 50 mg diekstraksi tiga kali dengan 30
mL metanol.
Lalu sentrifuge hasil campuran pelarut dengan ciprofloxacin selama 15 menit dalam
kecepatan 3000 rpm, saring filtrat
Sebagian dari larutan yang dihasilkan dicampur dengan 2 mL air
Lakukan proses ekstraksi berulang dengan 50 ml metanol P hingga zat aktif tidak
teridentifikasi secara kualitatif. Seluruh filtrat digabungkan.
(Florey\Analytical_Profiles_of_Drug_Substances,_Florey,_Vol_1-33)
ERITROMISIN
1. Deskripsi
1.1 Nama, Formula, Struktur, dan Berat molekul
Erythromycin, erythromycin A
Erythromycin
C3 7H6 7N013 berat molekul : 733.92
Gambar 1
1.2 Penampilan, Warna, dan Bau
Senyawa tersebut adalah kristal putih bubuk, praktis tidak berbau, dan rasa pahit
2. Properti fisik
2. 1 Kelarutan
Webs et al .3 melaporkan kelarutannya eritromisin diringkas di Tabel 1
2.2 Spektrum inframerah
Spektrum inframerah eritromisin umumnya digunakan untuk identifikasi. Angka
2 menunjukkan spektrum 75 mg./ml. Larutan kloroform Pita pada 1685 dan 1730
disebabkan oleh karbonil keton dan lakton karbonil, masing-masing.
Puncak penyerapan antara 1000 dan 1200 cm disebabkan oleh eter dan fungsi amina.
Tekuk CH2 dibuktikan dengan puncak antara 1340 dan 1460 cm ',dan puncak alkane
sretching muncul antara 2780 muncul sebagai pita antara 3400 dan 3700 cm '1. dan
3020 cm' t. hidrogen yang terikat oh dan air muncul sebagai pita antara 3400 dan
3700 cm.
2.3 Spektrum ultraviolet
Spektrum ultraviolet erythro -mycin dalam metanol menunjukkan lamda max
pada 288 nm.Itu nilai c dari 31.1 dan lamda max konsisten dengan transisi n
dari C = 0,4
tabel 1
Kelarutan Erythromycin
Pelarut mg. / m l
Isooctane 0.477
Ester minyak bumi 4.69
Sikloheksana 0.2*
Karbon disulfide 5.05
Karbon tetraklorida >20
Toluene >20
Bensol >20
Dietil eter >20
Klorofom >20
Etilen klorida >20
Metil etil keton >20
Aseton >20
1,4-Dioxane >20
Isoamyl asetat >20
Etil asetat >20
Isoamyl alkohol 9.65
Piridin >20
Formamide >20
Benzil alkohol >20
Isopropanol >20
Etanol >20
Metanol >20
Etilena glikol >20
Air 2.1
weiss melaporkan nilai ini sebagai> 20. kami menemukan 0,2 di laboratorium kami
19.02 50 11.84 10
15.63 10 9.01 50
13.40 70 8.57 100
11.14 60 7.26 10
10.11 60 6.73 100
9.74 80 6.40 20
8.43 100 6.12 40
7.79 60 5.43 30
7.24 70 5.05 40
6.79 15 4.99 30
6.43 60 4.60 30
6.31 60 4.42 20
6.02 15 4.25 20
5.71 70 4.12 20
5.46 20 4.00 10
5.20 70 3.90 10
5.01 10 3.78 10
4.85 60 3.39 10
4.78 50 3.30 10
4.57 20 3.16 10
4.51 30 2.99 10
4.43 40 2.90 10
3.91 20
3.75 10
3.58 05
3.35 02
2.98 02
2.23 02
2.06 12
TABEL 111
3. Metode Analisis
3.1 Uji Ultraviolet
Uji kimia ultraviolet untuk eritromisin sebagian besar tetap tidak berubah dari
yang dijelaskan oleh Kuzel et al. 9 pada tahun 1954. Prosedur ini sangat penting
karena mengikuti 8.8. standar referensi, pereaksi alkali, dan larutan buffer disiapkan
sebelum pengujian.
Buffer fosfat pH 7,0 dibuat dengan melarutkan 13,6 g. KH2FO4 (anhidrat)
dan 27,2 g. KzHFOl (anhidrat) dalam air murni yang cukup untuk menghasilkan 5
liter.
Larutan standar referensi dibuat dengan melarutkan sekitar 35 mg. akurat
menimbang standar eritromisin dalam 100 ml. metanol dalam 250 ml. labu ukur. Ini
diencerkan dengan dapar fosfat pH 7,0 sampai 250 ml., Dicampur, dan dibiarkan
dingin hingga suhu kamar, kemudian diencerkan lagi sampai tanda dan tercampur
rata.
Pereaksi alkali disiapkan oleh bubur 42 g. Na3F04 * 12Hz0 dalam sekitar 125
ml. 0,5N NaOH dalam 250 ml. labu ukur. Tambahan 100 ml. air murni
ditambahkan dan bubur dipanaskan pada penangas uap untuk membantu dalam
larutan. Solusinya didinginkan perlahan sampai suhu kamar dan diencerkan hingga
250 ml. dengan air murni, kemudian disaring sebelum digunakan. Empat 10 ml.
alikuot larutan standar dipipet menjadi 25 ml terpisah. labu volumetrik, dua diberi
label standar dan yang lainnya kosong. Satu ml. dari 0,5N HzSOd ditambahkan ke
labu kosong dan mereka dibiarkan berdiri setelah pencampuran pada suhu kamar
selama 60 menit f 5 menit. Dua ml. air murni ditambahkan ke labu standar. Pada
akhir waktu ini, 1,0 ml. 0,U NaOH ditambahkan ke labu kosong dan isinya diaduk
mencampur. Lalu, 2,0 ml. pereaksi alkali ditambahkan ke keempat labu, mereka
diaduk untuk dicampur dan ditempatkan dalam 60.C. pemandian air selama 15,0
menit. Labu kemudian didinginkan dengan cepat dalam penangas es, dibawa ke
suhu kamar, kemudian diencerkan hingga 25,0 ml. dengan air murni. Absorbansi W
dibaca pada 236 nm. versus air murni dalam 1,0 cm. sel silika. Nilai kosong
dikurangi dari nilai standar dan rata-rata absorbansi bersih yang digunakan untuk
perhitungan.
Bahan baku eritromisin curah diperlakukan sama dengan standar. Formulasi
dibuat hingga konsentrasi yang sama dengan standar dalam metanol dan buffer dan
10 ml. aliquot digunakan untuk pengembangan kromofor Alikuot yang
diperlakukan dengan asam sulfat yang mewakili bentuk kosong tersebut merupakan
siklik eter anhidroeritromisin.10 Perlakuan basa menyebabkan pembentukan keton
tak jenuh n, R (9-keto-10-ene) yang memiliki absorbansi max inum sebagai bahu
pada 236 nm. (c 6000) .I1 912 Jadi, setiap spesies penyerap W lainnya diukur
dengan blanko dan dikurangi dari absorbansi sebelum perhitungan ion konsentrat
erythromycin. Spektrum khas ditunjukkan pada Gambar 4.
Untuk hasil KLT menggunakan stearat, etilsuksinat dan estolat tidak berbeda dengan
menggunakan etilsuksinat dan estolat, berdasarkan Villin at al.
3.6 HPLC
Omura et al menggunakan fase balik metanol buffer asetat pH 4,9 dan asetil
nitrit pebandingan 35:60:5. Perubahan Ph dan perbedaan rasio pada fase gerak
membuat antibiotik dapat memisah.
4. Stabilitas
Eritromisin tidak stabil pada pelarut asam dan alkali, eritromisin maksimal stabil
pada pH 6 – 9,5. Stabil pada aquades, alkohol dan larutan buffer pH 7 – 8, stabil selama
satu minggu pada suhu rendah.
5. Bioavailabilitas
Kadar maksimun eritromisin dalam serum adalah 1 sampai 2 jam setelah dosis
tunggal, kadar maksimum serum 0,2 mg/ml setelah 1 jam 250 mg/ml setelah 2 jam 500
mg/ml. Kadar darah yang lebih tinggi tercapai pada dosis ganda, karena tidak stabil pada
asam sehingga digunakan formulasi talet untuk menghilangkan efek asam dilambung.
GENTAMICIN
1. PENDAHULUAN
Pemerian : Serbuk;putih sampai kekuning-kuningan .(Farmakope Indonesia V)
Properti Obat :Gentamisin adalah anggota penting dari kelas zat antibiotik
aminoglikosida yang pertama kali diisolasi pada tahun 1963 oleh
Weinstein sebelumnya spesies micromonospora yang tidak
dideskripsikan. Studi isolasi dan kimia awal-awal menunjukkan bahwa itu
adalah sebuah campuran dasar, antibiotik larut dalam air yang
mengandung amino cyclitol 2-deoxystreptamine dan 2 amino tambahan
gula. Pemisahan kromatografi gentamisin kompleks menunjukkan itu
terdiri dari 3 komponen utama yang ditunjuk sebagai C1, C2 dan Cla.394
garam sulfat dalam berbagai bentuk sediaan termasuk injeksi dan
persiapan topikal, dan efektif terhadap luas berbagai organisme gram
negatif dan gram positif.
Sifat Fisikokimia Gentamicin (Depkes RI, 1995, Depkes RI 1979 dan Sweetman, 2009)
Rumus Molekul = C21H43N5O7
Berat Molekul = 477,5954
Pemerian = serbuk putih sampai kuning gading
Kelarutan = Mudah larut dalam air (1:1-10) Praktis tidak larut dalam etanol 95%,kloroform,
dan eter
Titik Lebur = 105OC
Ph = Antara 3,5 sampai 5,5 (4% larutan dalam air)
OTT = Amfoterisin, sefalotin, cloxacillin, dan sulfadiazine
Stabilitas = Tahan terhadap pemanasan, (dapat disterilisasi dengan autoklaf, tapi warnanya
akan berubah jadi coklat dan dapat diatasi dengan penambahan Na metabisulfit)
Dosis = Dalam salep 0,3% (Charles et al,2010)
Khasiat = Antibiotik, antibakteri (sweetman, 2009)
Indikasi = Antibiotik yang dapat mengatasi infeksi kuman Pseudomonas, Proteus, dan
Staphylococcus yang resisten dengan penisilin.
Efek Samping = Ototoxicity atau nephrotoxicity
Penyimpanan = Dalam wadah tertutup rapat (kedap udara)
4. EKSTRAKSI
Cara mengekstraksi :
Sediaanya injeksi, tetes mata, krim dan salep menggunakan zat aktifnya gentamicin sulfate
Caranya : Sediaan di larutakan dalam air lalu di vorteks kemudian di sentrifugasi lalu di
dekantasi , endapannya di tambahan air lalu di vorteks kemudian di sentrifugasi lalu di
dekantasi. Ekstraksi di lakukan berkali kali sampai zat aktif di terbawa semuanya. Untuk
mengetahuinya bisa di lakukan identifikasi senyawa gentamicin sulfate dengan analisis
kualitatif nya.
ekstrak diambil sedikit
kemudian diidentifikasi ( +
gentamicin )
5. ANALISIS KUANTITATIF
Titrasi
Larutkan 0,250 g dalam 100 ml air suling R dan sesuaikan larutan dengan pH 11
menggunakan amonia pekat R. Tambahkan 10,0 ml 0,1 M barium klorida dan sekitar 0,5 mg
phthalein ungu R. Titrasi dengan 0,1 M natrium edetat, tambahkan 50 ml alkohol R saat
warna mulai berubah dan melanjutkan titrasi hingga warna biru ungu menghilang. 1 ml 0,1
M barium klorida setara dengan 9,606 mg SO4. (British pharmacopoie vol I dan II hal 2752)
ISONIAZID
I. PENDAHULUAN
Nama formula isoniazid beragam dari berat molekulnya, berikut nama generik
dari isonazid, INH, Isonicotinoylhydrazine, Isonicotinyl hydrazide,
Isonicotinylhydrazine, Tubazid, dan isoniazidum. Ada pula nama kimia nya sebagai
berikut, 4-Pyridinecarboxylic acid hydrazide, pyridine-4-carboxyhydrazide, pyridine-
y-carboxylic acid hydrazide.
Struktur kimia
Warna atau wujud dari benzen berupa serbuk kristal atau putih yang tidak berbau
dan awalnya memiliki rasa manis dan kemudian pahit. (FLOREY Vol.6 , Hal 183)
II. Sifat fisika dan kimia
Pemerian : bubuk kristal berwarna atau putih yang tidak berbau dan pada
awalnya memiliki rasa yang sedikit manis dan kemudian pahit
BM : 137,14 g/mol
Kelarutan : a. Kelarutan air
Referensi Reagen
epichlorohydrin 14 3
9-chloroacridine 146
asam dinitrobenzoat 14 7
p-aminosalicylate-HVO ~ 148
Metode Fluorimetri
Meskipun isoniazid tidak memiliki fluoresensi asli, beberapa tes fluorometrik
sensitif telah dilaporkan untuk obat tersebut. Isoniazid digabungkan dengan
naphthaldehyde 2-hidroksi-1 untuk menghasilkan fluoresensi berwarna kuning hijau.
Senyawa ini memiliki eksitasi maksimum pada 495 m dan maksimum emisi pada
534 nrn166 167. Dalam metode lain cincin piridin dibelah dengan sianogen bromida
untuk membentuk glutacondialdehyde. Basa Schiff kemudian dibentuk dengan asam
4-aminobenzoic yang memiliki eksitasi.
Metode Titrimetri
Berbagai macam metode titrimetri telah digunakan untuk menentukan
isoniazid dalam jumlah besar dan produk-produk yang diformulasikan. Serangkaian
ulasan telah ditulis pada metode titrimetri170, 17191723173 ~ 202. Metode analisis
resmi di AS A.P. 23, B. P. 174 dan European Pharmacopoeia 3 adalah metode
titrimetri. titrasi digunakan. isoniazid direaksikan dengan brom dan kelebihannya
bromin dititrasi dengan tiosulfat setelah pembebasan yodium dengan penambahan
kalium iodida. titrasi dengan bromat digunakan denganpenambahan
ethoxychysoidine sebagai indikator. dirangkum dalam Tabel. Di A.S.P, 23 a nitrit Di
B.P. 174Medalam Farmakope Eropa3 a langsung Berbagai metode titrimetri
mr03, KI
Metode Gravimetri
Relatif sedikit tes gravimetri telah dilaporkan untuk isoniazid. Ini mungkin karena
banyaknya metode kolorimetri, titrimetri dan elektrokimia yang tersedia yang lebih
cepat dan lebih nyaman daripada metode gravimetri. uji menggunakan asam pikrat
untuk membentuk garam yang tidak larut dalam air. cipitate isoniazide sebagai garam
Cu (I1) atau Hg (I1). Garam dilarutkan kembali dalam asam hidroklorat dan logam
kemudian diepreseposisi sebagai sulfida yang ditentukan secara gravimetri. dapat
diukur dengan gravimetri langsung. Turunan benzylidene dapat ditentukan
gravimetrically atau vol ~ metrically ~~~. Isoniazid dapat dikuaternisasi dan garam
kemudian dapat diukur secara volumetrik atau gravimetri2. 95. Fosotungstat
isoniazid dapat ditentukan gravimetrica.
KLOFAMFENIKOL
1. Pendahuluan
237 33,200
255 32,100
334 27,000
475 15,400
Rifampin mengionisasi dalam pelarut tidak berair, yaitu, dalam glasial asetat asam
nitrogen piperazine dasar bisa titrasi menggunakan asam perklorat.
6. Polarografi
Perilaku polarografis dari rifampicin telah dijelaskan dan adanya reduksi atau
oksidasi lambaikan t sekitar 0 volt =. X E indikasi hydroquinone. Sistem quinone,
masing-masing. Polarografis ini properti memungkinkan amperometri titrasi dari
rifampisin.
Rifampin dalam larutan metanol-asetat, pH 5.9, menunjukkan gelombang oksidasi
bersama El12 = 4. 1 0 volt. SCE, atribusi sistem hydroquinone, dan larutan penyangga
fosfat, pH 6.88,
7. Rotsi optik
Rotasi polihan dari rifampisin dilaporkan dari sano et, al.
8. Sifat kristal
Difraksi sinar-X X-ray kristal tunggal difraksi digunakan untuk menyimpulkan
struktur dari p-iodoanilides dari rifamycin B dan rifamycin Y. Sinar-kristal tunggal
Metode difraksi diterapkan pada rifampisin kristalisai dengan 5 molekul air di sistem
ortorombik. Serbuk sinar-X dan pola rifampisin, nilai-nilai sesuai dengan aturan ASTM.
Penggilingan menyebabkan kristal rifampin hilang dan sebuah bentuk amorf yang berasal
dari amorf, ditunjukkan pada.
a. Analisis termal
Rentang rifampisin dan dekomposisi ( 183-188 C )
b. Diferensasi Memindai Kalorimetri
Sampai sekarang, DSC belum diterapkan kelapangan dari rifampisin. Untuk
rifampisin telah diperoleh pada Du Pont diferensasi analisa termal mod.990 dengan
suhu r 100C / menit. Sesuai dengan lelehnya, segera diikuti oleh eksoterm sesuai
dengan re-kristalisasi dari meleleh, yang terdekomposisi secara eksotermis 240%.
Sifat permukaan rifampisin tergantung pada pH mediumnya. Dalam basa sampai
rentang netral, rifampisin adalah surfaktan yang lemah dan tidak asosiasi dan
observasi; dalam kisaran asam (pH 4-0) penurunan tegangan permukaan yang nyata
dengan konsentrasi diamati, dan pembentukan misel terlihat pada konsentrasi sekitar
10-5 mol / liter.
9. Stabilitas
1. Stabilitas sebagai serbuk
Rifampin dalam keadaan padat juga stabil pada suhu hingga 70˚C.
2. Stabilitas dalam larutan
Stabilitas larutan rifampisin mengalami desasetilasi pengobatan alkali, menghasilkan
25-des asetil turunan yang sesuai tanpa kehilangan substansial aktivitas anti-bakteri.
Dalam larutan air alkali ringan dan di hadapan oksigen atmosfer pada suhu kamar,
rifampisin berubah menjadi rifampisin quinone; ini oksidasi dapat dicegah dengan
natrium askorbat. Dibawah kondisi yang sama dan pada 60-70OC, rifampisin
menghasilkan tiga produk transformasi utama, yang diidentifikasi sebagai 25-desacetyl-
rifampin, 25-desacetyl-23-acetyl-rifampisin dan 25-desacetyl- 21-acetyl-rifampisin.
Stabilitas rifampisin pada 250 dalam larutan air pada pH yang berbeda: itu terurai dengan
cepat dalam kondisi asam atau basa, tapi perlahan dalam yang netral. 3-Formyl rifamycin
SV adalah produk dekomposisi utama rifampisin dalam air. Seydel telah menentukan laju
dekomposisi rifampisin dalam 0,1N HCl vs suhu dan, dari plot Arrhenius, menghitung
aktivasi energi, & la = 19,2 Kkal / mol / derajat. Rifampin tidak menurunkan aktivitas
mikrobiologisnya dalam berbagai kondisi
10. Sintesis
Rifampin adalah rifamycin semi-sintetik, diperoleh dengan kondensasi 1-amino-4
methylpiperazine dengan 3-formyl-rifamycin SV dalam tetrahydrofuran bebas peroksida
di 100-150C. 3-formyl-rifamycin SV (14) diperoleh dari rifamycin B, produk fermentasi
oleh prosedur kimia telah mematenkan produksi rifampisin dengan mereaksikan
rifamycin S langsung dengan aldehida, tert-butilamina dan MnO dan terkondensasi
dengan 1 -amino-4-methylpiperazine.
11. Metode analisis
1). Analisis unsur
A. uji identifikasi
Rifampin diidentifikasi dan dibedakan dari rifamycin lainnya oleh infra merah
dan magnetik nuklir spektroskopi resonansi, spektrometri massa desorpsi medan,
titrasi potensiometri, pemindaian diferensial kalorimetri dan analisis unsur, Untuk
mendefinisikan homogenitas sampel rifampisin, kromatografi prosedur (kertas dan
lapisan tipis) dan analisis termal digunakan.
Tes kolorimetri berdasarkan oksidasi dijelaskan, Untuk 5 ml larutan
rifampisin berair (sekitar 1 mg / ml), saya ml 10% (b / v) amonium persulfat dalam
buffer fosfat, pH 7,38, ditambahkan: warnanya berubah dari oranye-kuning ke ungu -
merah. Metode yang sama, menggunakan besi nitrat sebagai agen pengoksidasi, yang
menggunakannya untuk mengidentifikasi keberadaan rifampisin dan desacetyl
rifampin di Indonesia cairan biologis.
2). Metode spektrofotometri
A. Uji spektrofotometri pada produk curah
VIS maksimum pada 475 nm dalam fosfat berair larutan buffer pH 7,38
dengan absorptivitas (g / a) nilai 18,7 memungkinkan rifampisin untuk diuji secara
kuantitatif. Pengotor utama rifampisin adalah 3-formil rifampisin SV dan rifampin-
kuinon. Kedua produk dapat dikuantifikasi secara spektrofotometri: yang pertama
dengan metode ekstraksi menggunakan n-heksana: etilasetat (2: l) dan yang kedua
dengan diferensial metode spektrofotometri yang memanfaatkan reduksi oleh natrium
askorbat kuinon.
B. Uji spektrofotometri pada farmasi persiapan
Rifampin dapat ditentukan dalam sediaan farmasi dengan menggunakan
spektrofotometri diferensial metode.
C. Uji spektrofotometri secara biologis cairan
Banyak metode spektrofotometri untuk menentukan rifampisin dalam cairan
biologis telah diuraikan dalam literatur, tetapi karena sensitivitas mereka yang rendah
mereka memuaskan hanya diterapkan pada penentuan tingkat yang relatif tinggi (lebih
dari 5pg / ml). Metode didasarkan pada ekstraksi rifampisin dan metabolitnya dengan
pelarut organik dan
tentang penentuan absorbansi VIS organik ekstrak .
3). Penentuan Fluorometrik
Rifamycin tidak menunjukkan fluoresensi alami. Sebuah metode kuantitatif
dikembangkan untuk rifamycin B,berdasarkan transformasi ke dalam turunan triacetyl.
Rifampin ditentukan secara fluoremetri dengan membentuk transnya dengan hidrogen
peroksida menjadi produk fluoresen. Fluoresensi maksimum berkembang dalam suatu
bufer karbonat-bikarbonat berair, pH 9,2 t 4-80 nm, ketika panjang gelombang eksitasi
adalah 370 nm. Relatif Intensitas fluoresensi adalah linier dengan konsentrasi rifampisin
dalam kisaran 0,1 t o 10 pg / ml.
4). Analisa oleh formasi kompleks
Kompleks Rifamycins dengan ion logam, seperti yang dilaporkan atau rifamycin L dan
untuk rifamycin S. Rifampin dalam larutan metanol memberikan kompleks ketika
diperlakukan dengan larutan AlCl dalam rasio 2: l (85); konstanta ketidakstabilan dalam
waqer-methanol (1: l) i s 3.4.10. Formasi kompleks ditunjukkan terjadi juga dengan Hg *,
Cu ", Ag 'dan Fe-. Pembentukan kompleks dengan A1C13 digunakan untuk penentuan
kuantitatif rifampin dalam jumlah besar, dalam formulasi farmasi dan dalam urin (87),
dengan mengukur warna merah-ceri pada 507nm dalam air metanol (49: l) atau dalam
metanol -water-butanol-hexane (1 9: 1: 4: 1).
5). Metode volumetric
Rifampin dalam kapsul ditentukan dengan metode volu-metrik (88): antibiotik
dioksidasi dengan kelebihan besi klorida, yang kemudian dititrasi secara iodometrik.
6). Metode kromatografi
A. kromatografi lapis tipis
TLC telah banyak digunakan di bidang rifamycins dan bintik-bintik berwarna
terletak langsung.
Banyak prosedur TLC dikembangkan untuk analisis rifampisin dan metabolitnya
dalam cairan tubuh. Nilai Rf ditunjukkan tergantung pada konsentrasi. Bintik-bintik
dikuantifikasi dengan menggunakan teknik bioautografi atau yang densitometrik atau
dengan estimasi visual atau, akhirnya, dengan metode elusi diikuti oleh uji mikrobiologis.
Prosedur TLC partisi fase terbalik telah dirancang untuk menentukan rifampisin: silaniz-
ed. Plat Silicagel digunakan sebagai fase diam, buffer fosfat, pH 7 yang mengandung
0,1% natrium askorbat sebagai fase gerak (fase seluler lainnya dilaporkan ), Bintik
berwarna dielusi dan diukur secara spektrofotome-trically. Partisi fase balik TLC telah
digunakan untuk korelasi struktur-aktivitas.
B. Kromatografi kolom
Kandungan rifampisin dan metabolitnya dalam urin, empedu dan serum,
ditentukan dengan ekstraksi dengan kloroform dan dengan kromatografi kolom, diikuti
oleh spektrofotometri (97). Liquid-solid chromato-graphy dilakukan menggunakan kolom
gelas dengan panjang 7 cm, ID 4 mm, dikemas dengan Silicagel G, buffer pada pH 6, dan
kloroform dan kloroform-metanol dalam jumlah yang semakin meningkat (5%, 10% dan
16,6 %) sebagai pelarut, pada laju aliran 0,15 ml / menit. Rifampin dan metabolitnya
kemudian diukur dengan membaca absorbansi eluat pada 475 nm.
C. Kromatografi kertas
Teknik kromatografi kertas untuk penentuan rifampisin dan 25-desacetylrifampin
digunakan untuk urin dan empedu. Kromatografi penurun dilakukan pada kertas
Whatman 3MM menggunakan metanol: n-oktanol (4: l) sebagai fase diam dan buffer
berair, ph 6, sebagai fase gerak selama 6 jam. Intensitas bintik-bintik merah-oranye
diukur dengan fotoden Analytrol sitometer (mod.Rl3-450 nm f i l t e r) dari bahan yang
ditentukan secara bioautografis.
D. Kromatografi cair tekanan tinggi
Rifampin telah sering dikutip sebagai contoh dari kegunaan HPLC. Rifampin,
25desacetylrifampi11, rifampin quinone dan 3-formyl rifamycin SV dipisahkan di bawah
kondisi berikut: DuPont 820 Kromatografi dilengkapi dengan detektor UV, kolom ODS
Permaphase pada 50% dan 1.000 psi, air menjadi metanol dengan gradien linier 8% /
menit sebagai fase seluler dan laju aliran lml / menit.
7). Metode mikrobiologi
Metode mikro biologis telah banyak dijelaskan untuk penentuan potensi
rifampisin dalam produk massal, dalam formulasi farmasi dan cairan tubuh, sebagaimana
tercantum dalam ulasan oleh Binda et al. Metode ini dapat diklasifikasikan sebagai a)
metode pelat difusi, b) metode tabung serial dan c) metode turbidimetri.
A. Metode uji pelat difusi
Metode-metode ini digunakan untuk menentukan rifampisin dalam serum,
empedu dan urin serta cairan dan organ tubuh lainnya (fragmen organ dan jaringan
diperlakukan dengan tepat untuk mengekstraksi rifampisin). mereka dapat dibagi
dalam kelas yang berbeda, dimana rincian eksperimental lainnya diringkas.
B. Metode pengenceran tabung serial
Metode ini, pertama kali diterapkan oleh Clark et al. (115) untuk rifamid dan
rifampisin, telah digunakan untuk penentuan rifampisin dalam serum oleh berbagai
laboratorium.
C. Metode Turbidimetri
Uji mikrobiologis turbidimetrik dari rifampisin menggunakan penganalisa
otomatis dikembangkan oleh Simoncini et al. (120). Metode ini didasarkan pada
pengukuran kepadatan optik suspensi bakteri (Klebsiella Pneumoniae ATCC 10031
atau Esherichia coli ATCC 10536 sebagai mikroorganisme uji) dalam media
Difcoculture yang mengandung rifampin, setelah inkubasi pada 370 selama 3,5 jam.
TETRASIKLIN HIDROKLORIDA
Tetracycline Hydrochloride
1. PENDAHULUAN
3. GOLONGAN
Antibiotika turunan tetrasiklin merupakan turunan oktahidronaftasen yang terbentuk oleh
gabungan 4 buah cincin, serta memiliki 5 atau 6 pusat atom C asimetrik. Turunan tetrasiklin
merupakan antibiotika poten yang memiliki aktivitas berspektrum luas baik terhadap bakteri
gram negatif maupun bakteri gram positif. Oleh karena itu tetrasiklin merupakan obat
pilihan untuk berbagai macam penyakit infeksi.
4. Metode Titrasi Tetracycline HCl
Titrasi tetraciclyne HCl dalam medium non-air diketahui. Tetraciclyne HCl dilarutkan
dalam asam asetat glasial, lalu ditambahkan larutan merkuri asetat 6% dan kemudian
dititrasi secara potensiometri dengan 0,1 N asam perklorat dalam dioksan (96,97,98).
Penentuan volumetrik tidak langsung tetraciclyne HCL setelah pembentukan tetrasiklin-
tiocyano-chrom(III)-komples melalui oksidasi dengan KmnO4, KbrO3 atau KIO3 juga telah
dilaporkan.
ASAM MEFENAMAT
1. PENDAHULUAN
Asam Mefenamat memiliki struktur sebagai berikut:
Kelarutan : Larut dalam larutan alkali hidroksida; agak sukar larut dalam kloroform; sukar larut dalam
etanol dandalammetanol;praktistidaklarutdalamair.