Anda di halaman 1dari 14

Nama : Yulia Hafsari

NIM : 1713031020
Kelas : VA Pendidikan Kimia
JURNAL PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

I. Judul : Penentuan Konstanta Disosiasi Asam Metil Merah Secara Spektrofotometri


II. Tujuan :
Menentukan konstanta disosiasi dari asam metil merah secara spektrofotometri.
III. Dasar Teori :
Indikator asam basa pada umumnya akan mengalami perubahan warna yang
dipengaruhi oleh kondisi asam atau basa. Salah satu indikator asam basa adalah metil merah.
Metil merah merupakan salah satu zat yang dapat menunjukkan sifat suatu asam maupun
basa. Indikator metil merah digunakan untuk mengetahui pH larutan dengan trayek pH 4,2–
6,3.
Dalam larutan air, metil merah ditemukan sebagai suatu “zwitter ion”. Dalam suasana
asam, senyawa metil merah berupa HMR yang berwarna merah dan mempunyai dua bentuk
resonansi. Jika berada dalam suasana basa, sebuah proton hilang dan terbentuk anion MR-
yang berwarna kuning. Keadaan kesetimbangan antara HMR (metil merah dalam suasana
asam) dengan MR- (metil merah dalam suasana basa) ditunjukkan pada Gambar 1.

COO- COO-
.. +
CH3 N N N CH3 N N N

CH3 H CH3 H

Metil merah dalam bentuk asam HMR (merah)

H+ OH-
COO-

CH3 N N N

CH3 H
Metil merah bentuk basa MR- (kuning)
Gambar 1. Keadaan Kesetimbangan Metil Merah dalam Suasana Asam dan Basa
Reaksi pengionan metil merah di atas dapat dinyatakan oleh persamaan reaksi sebagai
berikut. H +

HMR (merah) 𝑀𝑅 − (𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔)


OH-
HMR ⇋ MR− + H +

Tetapan disosiasi (Ka) dapat dinyatakan oleh persamaan berikut.


[𝐻 + ][𝑀𝑅 − ]
𝐾𝑎 = ……………………………………(1)
[𝐻𝑀𝑅]

Sehingga pKa dinyatakan,


[𝑀𝑅 − ]
𝑝𝐾𝑎 = 𝑝𝐻 − 𝑙𝑜𝑔 [𝐻𝑀𝑅] ………………………………(2)

HMR dan MR- mempunyai absorbansi maksimum pada panjang gelombang yang
berbeda, yaitu pada selang pH 4–6. Harga tetapan kesetimbangan ini dapat dihitung dengan
persamaan (2) dari pengukuran perbandingan [MR-]/[HMR] pada pH tertentu. Perbandingan
[MR-]/[HMR] dapat ditunjukkan secara spektrofotometri karena kedua bentuk metil merah
mengabsorbsi kuat pada daerah cahaya tampak (400-800 nm).
Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya pengabsorpsi energi cahaya oleh
suatu system kimia sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi serta pengukuran
pengabsorpsi yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu. Metode
spektrofotometri dibedakan menjadi dua, yaitu spektrofotometri ultraviolet dan
spektrofotometri cahaya tampak. Pada umumnya, penerapan spektrofotometri ultraviolet
dan cahaya tampak pada senyawa organik didasarkan pada transisi n-π* atau π-π* dan
karenanya memerlukan hadirnya gugus kromoforat (C=C, C=O, N=N) dalam molekul.
Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum antara 200-700 nm yang praktis digunakan dalam
eksperimen. Pada spektrofotometri UV-Vis, absorbsi hanya terjadi jika selisih kedua tingkat
energi elektronik tersebut (ΔE = E2 – E1) bersesuaian dengan energi cahaya (foton) yang
datang.
Jika I dan I0 masing-masing adalah intensitas cahaya dengan panjang gelombang
tertentu yang telah melalui larutan dan pelarut murni, maka absorbansi optik (A)
didefinisikan oleh Hukum Lambert-Beer.
A = - log I/I0 = εbc …………………………………..(3)
dimana I = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh larutan dalam sel
Io = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh pelarut dalam sel pada I yang sama
ε = Koefisien ekstingsi dari spesies penyerap atau konstanta pembanding
Semakin besar intensitas sinar yang diserap maka nilai A akan semakin besar dan
intensitas sinar yang diteruskan akan semakin kecil.
Jika hanya zat terlarut saja yang dapat mengabsorbsi cahaya, maka
A = a.b.c……………………………………...(4)
dimana a = indeks absorbansi zat terlarut
b = panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya
c = konsentrasi zat terlarut
Harga a bergantung pada panjang gelombang cahaya, pada suhu dan pada jenis pelarut.
Pada daerah berlakunya hukum Lambert-Beer, aluran A terhadap konsentrasi berupa garis
lurus. Jika dalam larutan terdapat lebih dari satu zat terlarut dan masing-masing zat
mengabsorbsi secara bebas, maka absorbansi campuran ini bersifat aditif.
A = ΣA1 = Σa1.b.c ……………………………(5)
Pada percobaan ini pertama-tama ditentukan spektrum absorpsi metil merah bentuk I
(dalam larutan asam) dan bentuk II (dalam larutan basa) dan kemudian dipilih dua panjang
gelombang λ1 dan λ2 untuk kedua larutan sedemikian hingga bentuk asam mengadsorpsi
jauh lebih kuat pada λ1 dibandingkan dengan basanya, dan sebaliknya pada λ2 bentuk basa
mengadsorpsi kuat sedangkan bentuk asam tidak. Secara ideal, λ1 dan λ2 berupa puncak
absorpsi.
HM
R
MR
-

1 2

Gambar 2. Alur Absorbansi Terhadap Panjang Gelombang untuk HMR dan MR-
Dalam suasana sangat asam (seperti dalam HCl) metil merah dapat dianggap hanya
terdapat dalam bentuk asam dan sebaliknya dalam suasana basa (seperti dalam NaOH) metil
merah ditemukan dalam bentuk II.
Indeks absorbansi molar HMR pada λ1 (= a1.HMR) dan pada λ2 (= a2.HMR) dan juga indeks
absorbansi molar MR- pada λ1 (= a1.MR-) dan pada λ2 (= a2.MR-) ditentukan pada berbagai
konsentrasi dengan menggunakan persamaan (4) untuk mengetahui apakah hukum Beer
dipenuhi. Untuk maksud ini dapat juga dibentuk grafik absorbansi A terhadap konsentrasi.
Kemudian komposisi campuran HMR dan MR- pada suatu pH tertentu dihitung dari
absorbansi A1 dan A2, masing-masing pada λ1 dan λ2 dan dengan tebal sel satu cm (b = 1
cm) dengan menggunakan persamaan (6) dan persamaan (7)
A1 = a1.HMR [HMR] + a1.MR- [MR-]………………………………..(6)

A2 = a2.HMR [HMR] + a2.MR- [MR-]………………………………..(7)

Apabila suatu larutan mendapat radiasi sinar polikromatik yaitu sinar yang terdiri dari
beberapa macam warna, maka ada suatu sinar dengan panjang gelombang tertentu yang
diserap, sedangkan yang lainnya diteruskan melalui larutan tersebut. Panjang gelombang
yang diperlukan dalam suatu analisis kuantitatif secara spektrofotometri adalah panjang
gelombang yang sesuai dengan absorbansi maksimum (puncak serapan).

Gambar 3. Panjang Gelombang yang Diperlukan Dalam Analisis Kuantitatif


secara Spektrofotometri.

Keterangan:
 Violet : 400 - 420 nm
 Indigo : 420 - 440 nm
 Blue : 440 - 490 nm
 Green : 490 - 570 nm
 Yellow : 570 - 585 nm
 Orange : 585 - 620 nm
 Red : 680 – 780 nm

IV. Alat dan Bahan


Tabel 1. Daftar Alat
No. Nama Alat Jumlah
1. Spektofotometer UV-Vis 1 buah
2. Pipet Volumetrik (10 mL) 1 buah
3. Labu ukur 100 mL 1 buah
4. Labu ukur 50 mL 2 buah
5. Labu Ukur 10 mL 1 buah
6. Labu Erlenmeyer 10 mL 8 buah
7. Labu Erlenmeyer 100 mL 4 buah
8. Pipet volumetri 50 mL 1 buah
9. Gelas kimia 100 mL 2 buah

10. Pipet tetes 2 buah


11. Gelas ukur 25 mL 1 buah
12. Kaca arloji 1 buah
13. Spatula 1 buah

Tabel 2. Daftar Bahan


No. Nama Bahan Jumlah
1. Metil merah 0,1 gram
2. Larutan natrium asetat 0,04 M 50 mL
3. Larutan asam asetat 0,02 M 45 mL
4. Larutan HCl 0,1 M 100 mL
5. Larutan HCl 0,01 M 50 mL
6. Aquades 500 mL
7. Etanol 95% 30 mL
V. Prosedur Kerja
 Prosedur Kerja Pembuatan Larutan dan Penentuan  maks HMR dan MR-

Larutkan 0,1 gram kristal metil Ambil sebanyak 5 mL


merah dilarutkan dalam 30 mL Pembuatan Induk larutan induk tersebut dan
etanol 95%, kemudian encerkan Metil Merah diencerkan dengan air
hingga tepat 50 mL dengan air hingga volume menjadi
suling (larutan ini disebut larutan 100 mL (larutan ini disebut
induk). larutan standar).

Pembuatan Larutan HMR Pembuatan Larutan MR-

Tempatkan sebanyak 10 mL Tempatkan sebanyak 10 mL larutan standar


larutan standar metil merah dalam metil merah dalam labu ukur 100 mL,
labu ukur 100 mL, kemudian kemudian tambahkan 25 mL larutan
tambahkan 10 mL larutan HCl 0,1 CH3COONa 0,04 M dan encerkan dengan
M dan encerkan dengan aquades aquades hingga tepat 100 mL. (pH larutan
hingga tepat 100 mL. kira-kira 8)

Ukur absorbansi larutan HMR Ukur absorbansi larutan MR-


menggunakan spektrofotometer pada menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang mulai dari 350 – 600 panjang gelombang mulai dari 400 – 500
nm. Plot absorbansi terhadap panjang nm. Plot absorbansi terhadap panjang
gelombang sehingga didapatkan λ maks gelombang sehingga didapatkan λ maks
dari HMR dari MR-

 Prosedur Kerja Penentuan d atau εb dari HMR dan MR- pada λmaks HMR
dan MR-

Masukkan 40 mL, 30 mL, 20 mL, 10 Masukkan 40 mL, 30 mL, 20 mL, 10 mL


mL larutan HMR dalam labu ukur 50 larutan MR- dalam labu ukur 50 mL,
mL, kemudian encerkan masing- kemudian encerkan masing-masing
masing dengan menggunakan larutan dengan menggunakan larutan Natrium
HCl 0,01 M hingga tanda batas Asetat 0,01 M hingga tanda batas

Buatlah kurva absorbansi terhadap


konsentrasi, harga d merupakan slope dari
Ukur absorbansi masing-masing kurva tersebut. (Konsentrasu HMR adalah
larutan diukur pada λ maks dari 0,8;0,6;0,4;0,2 dan 0,1 kali konsentrasi HMR
awal)
HMR dan MR-.
 Prosedur Kerja Penentuan Kuantitas Relatif HMR dan MR- pada Berbagai
Harga pH

Buat campuran larutan dengan komposisi sebagai berikut:

Nomor labu 1 2 3 4
Larutan indikator 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
standar (MR)
Natrium asetat 25 mL 25 mL 25 mL 25 mL
0,04 M
Asam asetat 0,02 50 mL 25 mL 10 mL 5 mL
M
Air (pengenceran) 15 mL 40 mL 55 mL 60 mL
pH (di cek 4,85 5,51 5,73 5,81
kembali)

Ukur absorbansi dari masing-masing larutan tersebut pada panjang


gelombang maksimum untuk HMR dan MR-.

VI. Tabel Pengamatan


No. Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
Pembuatan Larutan Induk Metil Merah
1. Larutkan 0,1 gram kristal metil merah Didapatkan larutan induk metil
dilarutkan dalam 30 mL etanol 95%, merah
kemudian encerkan hingga tepat 50 mL
dengan air suling (larutan ini disebut larutan
induk).
2. Ambil sebanyak 5 mL larutan induk tersebut Didapatkan larutan induk metil
dan diencerkan dengan air hingga volume merah
menjadi 100 mL (larutan ini disebut larutan
standar).
Pembuatan Larutan HMR
1. Tempatkan sebanyak 10 mL larutan standar Didapatkan Larutan HMR
metil merah dalam labu ukur 100 mL,
kemudian tambahkan 10 mL larutan HCl 0,1
M dan encerkan dengan aquades hingga tepat
100 mL.
Pembuatan Larutan MR-
1. Tempatkan sebanyak 10 mL larutan standar Didapatkan Larutan MR-
metil merah dalam labu ukur 100 mL,
kemudian tambahkan 25 mL larutan
CH3COONa 0,04 M dan encerkan dengan
aquades hingga tepat 100 mL. (pH larutan
kira-kira 8)
Penentuan  maks HMR dan MR-
1. Ukur absorbansi larutan HMR menggunakan Didapatkan λ maks dari HMR
spektrofotometer pada panjang gelombang
mulai dari 350 – 600 nm. Plot absorbansi
terhadap panjang gelombang sehingga
didapatkan λ maks dari HMR
2 Ukur absorbansi larutan MR- menggunakan Didapatkan λ maks MR-
spektrofotometer pada panjang gelombang
mulai dari 400 – 500 nm. Plot absorbansi
terhadap panjang gelombang sehingga
didapatkan λ maks dari MR-
Penentuan d atau εb dari HMR dan MR- pada λmaks HMR dan MR-
1. Masukkan 40 mL, 30 mL, 20 mL, 10 mL Didapatkan larutan HMR yang
larutan HMR dalam labu ukur 50 mL, telah diencerkan dengan HCl
0,01 M
kemudian encerkan masing-masing dengan
 40mL larutan HMR
menggunakan larutan HCl 0,01 M hingga  30mL larutan HMR
tanda batas  20mL larutan HMR
 10mL larutan HMR

2 Ukur absorbansi masing-masing larutan


diukur pada λ maks dari HMR dan MR-.
3 Buatlah kurva absorbansi terhadap Didapatkan kurva absorbansi
terhadap harga d
konsentrasi, harga d merupakan slope dari
kurva tersebut. (Konsentrasu HMR adalah
0,8;0,6;0,4;0,2 dan 0,1 kali konsentrasi HMR
awal)
4 Masukkan 40 mL, 30 mL, 20 mL, 10 mL Didapatkan larutan HMR yang
larutan MR- dalam labu ukur 50 mL, telah diencerkan dengan NaOH
0,01 M
kemudian encerkan masing-masing dengan
menggunakan larutan Natrium Asetat 0,01 M  40mL larutan HMR
hingga tanda batas  30mL larutan HMR
 20mL larutan HMR
 10mL larutan HMR
5 Ukur absorbansi masing-masing larutan Didapatkan kurva absorbansi
terhadap harga d
diukur pada λ maks dari HMR dan MR-.
Buatlah kurva absorbansi terhadap
konsentrasi, harga d merupakan slope dari
kurva tersebut. (Konsentrasu HMR adalah
0,8;0,6;0,4;0,2 dan 0,1 kali konsentrasi HMR
awal)
Penentuan Kuantitas Relatif HMR dan MR- pada Berbagai Harga pH
1. Buat campuran larutan dengan komposisi
sebagai berikut.
Nomor labu 1 2 3 4
Larutan 10 10 10 10
indikator mL mL mL mL
standar (MR)
Natrium 25 25 25 25
asetat 0,04 M mL mL mL mL
Asam asetat 50 25 10 5
0,02 M mL mL mL mL
Air 15 40 55 60
(pengenceran) mL mL mL mL
pH (di cek 4,85 5,51 5,73 5,81
kembali)
2. Ukur absorbansi dari masing-masing larutan
tersebut pada panjang gelombang maksimum
untuk HMR dan MR-.

VII. Analisis Data


Pada praktikum ini, sudah diketahui beberapa hal yakni :
 Massa metil merah = 0,1 gram
 Massa molekul relatif (Mr) metil merah = 269
 Volume pelarut (etanol 95%) = 30 mL

A. Pembuatan larutan induk (metil merah)


1. Larutan induk
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑔) 𝑚𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ
 ppm = 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝐿) 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 95%
100 𝑚𝑔 𝑚𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ
ppm = 0,3𝐿 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 95%

ppm = 333,33 ppm


Kemudian, dilakukan pengenceran dengan aquades hingga volume 50 mL
 V1. M1 = V2 . M2
30 mL. 333,33 ppm = 50 mL . M2
M2 = 200 ppm
2. Larutan standar (5 mL diencerkan menjadi 100 mL)
 V1. M1 = V2 . M2
5 mL x 200 ppm = 100 mL x M2
M2 = 10 ppm
B. Pembuatan larutan HMR dan MR-
1. Konsentrasi larutan HMR
 V1 . M1 = V2. M2
10 mL x 10 ppm = 100 mL x M2
M2 = 1 ppm
2. Konsentrasi larutan MR-
 V1 . M1 = V2. M2
10 mL x 10 ppm = 100 mL x M2
M2 = 1 ppm

C. Konsentrasi untuk Pengenceran larutan HMR dan MR-


Konsentrasi larutan HMR dan MR- sama, sehingga perhitungan konsentrasi
pengenceran larutan pada 40 mL, 30 mL, 20 mL, dan 10 mL adalah sebagai berikut.
 Pengenceran 40 mL larutan HMR dan MR-
V1 . M1 = V2. M2
40 mL x 1 ppm = 50 mL x M2
M2 = 0,8 ppm
 Pengenceran 30 mL larutan HMR dan MR-
V1 . M1 = V2. M2
30 mL x 1 ppm = 50 mL x M2
M2 = 0,6 ppm
 Pengenceran 20 mL larutan HMR dan MR-
V1 . M1 = V2. M2
20 mL x 1 ppm = 50 mL x M2
M2 = 0,4 ppm
 Pengenceran 10 mL larutan HMR dan MR-
V1 . M1 = V2. M2
10 mL x 1 ppm = 50 mL x M2
M2 = 0,2 ppm

D. Untuk Mengetahui Absorbansi Larutan HMR dan MR-



Tabel. Absorbansi Larutan Standar untuk Penentuan  max
HMR dan MR-
Absorbansi
 (nm) HMR MR-
350
400
450
500
550
600

 Tabel Absorbansi dan %T Larutan HMR pada  max HMR


Konsentrasi Absorbansi Larutan %T
HMR
0,8 ppm
0,6 ppm
0,4 ppm
0,2 ppm

 Tabel Absorbansi dan %T Larutan HMR pada  max MR-

Konsentrasi Absorbansi larutan %T


HMR
0,8 ppm
0,6 ppm
0,4 ppm
0,2 ppm
E. Untuk Mencari Indeks absorbansi (d) metil merah pada λmaks
1. Kurva absorbansi terhadap konsentrasi larutan HMR pada  max HMR

Absorbansi

konsentrasi
Berdasarkan kurva tersebut, dengan menggunakan metode regresi linier
didapat persamaan y =ax + b. Yang mana hubungan persamaan ini dengan
Hukum Lambert-Beer A = d.b.c yaitu y = A (absorbansi), m = d (indeks
absorbansi), x = c (konsentrasi). Dengan menggunakan kurva tersebut, akan
didapatkan nilai dari indeks absorbansi (d1HMR) larutan HMR pada  max HMR.
Demikian pula, dengan menggunakan cara yang sama akan didapatkan nilai
indeks absorbansi (d) dari larutan larutan HMR pada  max MR- (d2HMR), larutan

MR- pada  max HMR (d1MR-), dan larutan MR- pada  max MR- (d2MR-).

41 Konsentrasi HMR dan MR- dalam larutan 1, 2, 3, dan 4


Setelah didapat nilai indeks absorbansi (d) metil merah yang merupakan slope
dari kurva absorbansi terhadap konsentrasi. Maka konsentrasi HMR dan MR- dalam
larutan 1, 2, 3, dan 4 dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Abs pada HMR = dHMR[HMR] + dMR-[MR-]


Abs pada MR- = dHMR[HMR] + dMR-[MR-]
42 Larutan 1 pada pH 4,85
A1 = d1HMR [HMR] + d1MR- [MR-]
A2 = d2HMR [HMR] + d2MR- [MR-]
Eliminasi persamaan di atas sehingga didapat konsentrasi dari HMR
[HMR] = .... ppm
Substitusikan [HMR] ke salah satu persamaan sehingga diperoleh konsentrasi
MR-
[MR-]= .... ppm
43 Larutan 2 pada pH 5,15
A1 = d1HMR [HMR] + d1MR- [MR-]

A2 = d2HMR [HMR] + d2MR- [MR-]

Eliminasi persamaan di atas sehingga didapat konsentrasi dari HMR

[HMR] = .... ppm

Substitusikan [HMR] ke salah satu persamaan sehingga diperoleh konsentrasi


MR-

[MR-]= .... ppm

44 Larutan 3 pada pH 5,53


A1 = d1HMR [HMR] + d1MR- [MR-]
A2 = d2HMR [HMR] + d2MR- [MR-]
Eliminasi persamaan di atas sehingga didapat konsentrasi dari HMR
[HMR] = .... ppm
Substitusikan [HMR] ke salah satu persamaan sehingga diperoleh konsentrasi
MR-
[MR-]= .... ppm
45 Larutan 4 pada pH 5,81
A1 = d1HMR [HMR] + d1MR- [MR-]
A2 = d2HMR [HMR] + d2MR- [MR-]
Eliminasi persamaan di atas sehingga didapat konsentrasi dari HMR
[HMR] = .... ppm
Substitusikan [HMR] ke salah satu persamaan sehingga diperoleh konsentrasi
MR-
[MR-]= .... ppm
46 Penentuan Konstanta Disosiasi Asam Metil Merah
[MR−]
pH larutan [HMR] [MR-] log[HMR]
4,85
5,51
5,73
5,81

Berdasarkan tabel data di atas, maka dapat dibuat kurva hubungan antara pH
[MR−] [𝑀𝑅 − ]
terhadap log[HMR], yang mana pH merupakan sumbu y dan log[𝐻𝑀𝑅] merupakan
sumbu x.

pH

pKa
[𝑀𝑅 − ]
log[𝐻𝑀𝑅]
Berdasarkan kurva di atas, dengan menggunakan metode regresi linier didapat
[𝑀𝑅 − ]
persamaan y = mx+c dan dihubungkan dengan persamaan pH = log[𝐻𝑀𝑅] + pKa.
Yang mana akan diperoleh perpotongan garis dengan sumbu y (intersep) yang
merupakan nilai pKa. Sehigga nilai Ka dapat diperoleh dengan persamaan
pKa = - log Ka
Ka = 10-pKa

Anda mungkin juga menyukai