NIM : 1713031020
Kelas : VA Pendidikan Kimia
JURNAL PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
COO- COO-
.. +
CH3 N N N CH3 N N N
CH3 H CH3 H
H+ OH-
COO-
CH3 N N N
CH3 H
Metil merah bentuk basa MR- (kuning)
Gambar 1. Keadaan Kesetimbangan Metil Merah dalam Suasana Asam dan Basa
Reaksi pengionan metil merah di atas dapat dinyatakan oleh persamaan reaksi sebagai
berikut. H +
HMR dan MR- mempunyai absorbansi maksimum pada panjang gelombang yang
berbeda, yaitu pada selang pH 4–6. Harga tetapan kesetimbangan ini dapat dihitung dengan
persamaan (2) dari pengukuran perbandingan [MR-]/[HMR] pada pH tertentu. Perbandingan
[MR-]/[HMR] dapat ditunjukkan secara spektrofotometri karena kedua bentuk metil merah
mengabsorbsi kuat pada daerah cahaya tampak (400-800 nm).
Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya pengabsorpsi energi cahaya oleh
suatu system kimia sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi serta pengukuran
pengabsorpsi yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu. Metode
spektrofotometri dibedakan menjadi dua, yaitu spektrofotometri ultraviolet dan
spektrofotometri cahaya tampak. Pada umumnya, penerapan spektrofotometri ultraviolet
dan cahaya tampak pada senyawa organik didasarkan pada transisi n-π* atau π-π* dan
karenanya memerlukan hadirnya gugus kromoforat (C=C, C=O, N=N) dalam molekul.
Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum antara 200-700 nm yang praktis digunakan dalam
eksperimen. Pada spektrofotometri UV-Vis, absorbsi hanya terjadi jika selisih kedua tingkat
energi elektronik tersebut (ΔE = E2 – E1) bersesuaian dengan energi cahaya (foton) yang
datang.
Jika I dan I0 masing-masing adalah intensitas cahaya dengan panjang gelombang
tertentu yang telah melalui larutan dan pelarut murni, maka absorbansi optik (A)
didefinisikan oleh Hukum Lambert-Beer.
A = - log I/I0 = εbc …………………………………..(3)
dimana I = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh larutan dalam sel
Io = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh pelarut dalam sel pada I yang sama
ε = Koefisien ekstingsi dari spesies penyerap atau konstanta pembanding
Semakin besar intensitas sinar yang diserap maka nilai A akan semakin besar dan
intensitas sinar yang diteruskan akan semakin kecil.
Jika hanya zat terlarut saja yang dapat mengabsorbsi cahaya, maka
A = a.b.c……………………………………...(4)
dimana a = indeks absorbansi zat terlarut
b = panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya
c = konsentrasi zat terlarut
Harga a bergantung pada panjang gelombang cahaya, pada suhu dan pada jenis pelarut.
Pada daerah berlakunya hukum Lambert-Beer, aluran A terhadap konsentrasi berupa garis
lurus. Jika dalam larutan terdapat lebih dari satu zat terlarut dan masing-masing zat
mengabsorbsi secara bebas, maka absorbansi campuran ini bersifat aditif.
A = ΣA1 = Σa1.b.c ……………………………(5)
Pada percobaan ini pertama-tama ditentukan spektrum absorpsi metil merah bentuk I
(dalam larutan asam) dan bentuk II (dalam larutan basa) dan kemudian dipilih dua panjang
gelombang λ1 dan λ2 untuk kedua larutan sedemikian hingga bentuk asam mengadsorpsi
jauh lebih kuat pada λ1 dibandingkan dengan basanya, dan sebaliknya pada λ2 bentuk basa
mengadsorpsi kuat sedangkan bentuk asam tidak. Secara ideal, λ1 dan λ2 berupa puncak
absorpsi.
HM
R
MR
-
1 2
Gambar 2. Alur Absorbansi Terhadap Panjang Gelombang untuk HMR dan MR-
Dalam suasana sangat asam (seperti dalam HCl) metil merah dapat dianggap hanya
terdapat dalam bentuk asam dan sebaliknya dalam suasana basa (seperti dalam NaOH) metil
merah ditemukan dalam bentuk II.
Indeks absorbansi molar HMR pada λ1 (= a1.HMR) dan pada λ2 (= a2.HMR) dan juga indeks
absorbansi molar MR- pada λ1 (= a1.MR-) dan pada λ2 (= a2.MR-) ditentukan pada berbagai
konsentrasi dengan menggunakan persamaan (4) untuk mengetahui apakah hukum Beer
dipenuhi. Untuk maksud ini dapat juga dibentuk grafik absorbansi A terhadap konsentrasi.
Kemudian komposisi campuran HMR dan MR- pada suatu pH tertentu dihitung dari
absorbansi A1 dan A2, masing-masing pada λ1 dan λ2 dan dengan tebal sel satu cm (b = 1
cm) dengan menggunakan persamaan (6) dan persamaan (7)
A1 = a1.HMR [HMR] + a1.MR- [MR-]………………………………..(6)
Apabila suatu larutan mendapat radiasi sinar polikromatik yaitu sinar yang terdiri dari
beberapa macam warna, maka ada suatu sinar dengan panjang gelombang tertentu yang
diserap, sedangkan yang lainnya diteruskan melalui larutan tersebut. Panjang gelombang
yang diperlukan dalam suatu analisis kuantitatif secara spektrofotometri adalah panjang
gelombang yang sesuai dengan absorbansi maksimum (puncak serapan).
Keterangan:
Violet : 400 - 420 nm
Indigo : 420 - 440 nm
Blue : 440 - 490 nm
Green : 490 - 570 nm
Yellow : 570 - 585 nm
Orange : 585 - 620 nm
Red : 680 – 780 nm
Prosedur Kerja Penentuan d atau εb dari HMR dan MR- pada λmaks HMR
dan MR-
Nomor labu 1 2 3 4
Larutan indikator 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
standar (MR)
Natrium asetat 25 mL 25 mL 25 mL 25 mL
0,04 M
Asam asetat 0,02 50 mL 25 mL 10 mL 5 mL
M
Air (pengenceran) 15 mL 40 mL 55 mL 60 mL
pH (di cek 4,85 5,51 5,73 5,81
kembali)
Absorbansi
konsentrasi
Berdasarkan kurva tersebut, dengan menggunakan metode regresi linier
didapat persamaan y =ax + b. Yang mana hubungan persamaan ini dengan
Hukum Lambert-Beer A = d.b.c yaitu y = A (absorbansi), m = d (indeks
absorbansi), x = c (konsentrasi). Dengan menggunakan kurva tersebut, akan
didapatkan nilai dari indeks absorbansi (d1HMR) larutan HMR pada max HMR.
Demikian pula, dengan menggunakan cara yang sama akan didapatkan nilai
indeks absorbansi (d) dari larutan larutan HMR pada max MR- (d2HMR), larutan
MR- pada max HMR (d1MR-), dan larutan MR- pada max MR- (d2MR-).
Berdasarkan tabel data di atas, maka dapat dibuat kurva hubungan antara pH
[MR−] [𝑀𝑅 − ]
terhadap log[HMR], yang mana pH merupakan sumbu y dan log[𝐻𝑀𝑅] merupakan
sumbu x.
pH
pKa
[𝑀𝑅 − ]
log[𝐻𝑀𝑅]
Berdasarkan kurva di atas, dengan menggunakan metode regresi linier didapat
[𝑀𝑅 − ]
persamaan y = mx+c dan dihubungkan dengan persamaan pH = log[𝐻𝑀𝑅] + pKa.
Yang mana akan diperoleh perpotongan garis dengan sumbu y (intersep) yang
merupakan nilai pKa. Sehigga nilai Ka dapat diperoleh dengan persamaan
pKa = - log Ka
Ka = 10-pKa