KALIUM NITRAT
LABORATORIUM REKAYASA PROSES, PRODUK INDUSTRI KIMIA
DISUSUN OLEH:
FAISAL AKBAR ADIN (03031181823010)
Kalium nitrat adalah senyawa kimia berbentuk padatan dengan warna putih dan
memiliki kelarutan yang tinggi terhadap air dan merupakan senyawa elektrolit kuat.
Kalium nitrat merupakan jenis garam yang sering dimanfaatkan sebagai campuran
bahan baku pada pembuatan pasta gigi, katalis, serta campuran pada pembuatan
bahan bakar roket. Proses pembuatan kalium nitrat dengan menggunakan bahan
baku kalium klorida dan natrium nitrat dan menggunakan metode kristalisasi.
Variabel tetap yang digunakan pada praktikum kali ini adalah suhu pemanasan pada
water bath dan volume total campuran. Variabel bebas pada praktikum ini adalah
perbandingan mol kalium nitrat dan natrium klorida yaitu 1:1, 2:1, 3:1, dan 4:1.
Perbandingan mol reaktan pada praktikum kali ini yaitu 1:1 dengan persen yield
sebesar 85,8%. Kalium nitrat yang dihasilkan pada praktikum ini adalah sebanyak
4,3341 gram, sedangkan natrium klorida yang dipisahkan dari campuran adalah
sebanyak 3,4628 gram. Perbandingan mol yang menghasilkan jumlah kalium nitrat
paling banyak adalah 1:1 dengan berat sebanyak 4,3341 gram.
Kata kunci: kalium nitrat, kristalisasi, kelarutan
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
dari urea dan zat nitrogen lainnya kemudian akan mengalami oksidasi bakteri untuk
menghasilkan nitrat. Kalium nitrat juga bisa dibuat dari kalium klorida yang
terkandung dalam mineral sulvit dengan natrium nitrat (Aziz, 2007).
Larutan jenuh dari reaksi tersebut dicampur akan menyebabkan NaCl yang
kurang larut akan mengendap. Kebanyakan nitrat bersifat higroskopis dan mudah
larut dalam air. Sebagian besar nitrat diperoleh dalam bentuk anhidrat dan tidak
terurai pada pemanasan yang cukup tinggi (Cahyono, 1991). Teori orbital molekul
menjelaskan bahwa ikatan nitrogen menggunakan orbital SP dan P nitrogen untuk
membentuk tiga orbital hibrid, dan tiga atom oksigen bergabung membentuk orbital
molekul yang ditempati dua elektron. Reaksi kalium nitrat sebagai berikut.
tahapan utama, pertama nukleasi dan kedua ialah pertumbuhan kristal. Nukleasi
adalah langkah awal dimana molekul padatan yang terdispersi di dalam larutan akan
berkumpul dan 7 membentuk ikatan, berkumpulnya padatan ini membentuk bibit
kristal berukuran nanometer, tetapi bibit kristal ini belum stabil, diperlukan besar
ukuran tertentu sehingga bibit kristal berada dalam keadaan stabil (Vogel, 1985).
Kristalisasi dari larutan merupakan proses kristalisasi yang umum dijumpai
yaitu pada pembuatan produk-produk kristal senyawa anorganik maupun organic
seperti urea, sodium glutamat, asam, garam dapur, tawas, fero sulfat. Kristalisasi
dari lelehan dikembangkan khususnya untuk pembuatan silicon single kristal yang
selanjutnya dibuat silicon waver yang merupakan bahan dasar pembuatan chip.
(Farrington, 2004). Proses Prilling ataupun granulasi sering dimasukkan dalam tipe
kristalisasi ini. Kristalisasi dari fasa uap adalah proses sublimasi-desublimasi
dimana suatu senyawa dalam fasa uap disublimasikan membentuk Kristal.
Pertumbuhan kristal adalah proses dinamis, dengan atom yang mengendap dari
larutan dan menjadi larut kembali. Supersaturasi dan supercooling adalah dua
kekuatan pendorong paling umum di balik pembentukan kristal (Ran dkk, 2015).
Perkembangan proses kristalisasi merupakan masalah yang kompleks dan
menantang, membutuhkan kontrol simultan dari berbagai properti produk,
termasuk kemurnian, ukuran dan bentuk kristal, dan struktur padat tingkat molekul.
Kontrol fase nukleasi sulit tetapi merupakan kunci untuk kontrol proses (Vogel,
1985). Kristalisasi biasanya bertujuan untuk mencapai tujuan kemurnian tinggi dan
hasil tinggi hanya dengan menggunakan teknik kristalisasi pendinginan terkontrol.
Dalam industri prosesnya bisa meliputi beberapa tahapan untuk mendapatkan
produk kristal yang murni. Contohnya pemisahan suatu senyawa dari campurannya
melalui tahapan proses yang akan dilakukan (Helt dan Larson, 1977).
Banyak senyawa dapat eksis dalam beberapa struktur kristal - sebuah
fenomena yang dikenal sebagai polimorfisme dan dapat memiliki sifat fisik yang
berbeda misalnya titik leleh, bentuk, laju disolusi. Bergantung pada kondisi yang
digunakan, baik nukleasi atau pertumbuhan kristal mungkin lebih dominan
daripada yang lain, menyebabkan kristal dengan berbagai bentuk dan ukuran
(Farrington, 2004). Oleh karena itu, pengendalian polimorfisme sangat penting
7
dalam pembuatan bahan kimia, contoh umum tentang pentingnya ukuran kristal
dapat ditemukan dengan es krim. Kristal es kecil, terbentuk melalui pendinginan
cepat, meningkatkan tekstur dan rasa es krim dibandingkan dengan kristal es yang
lebih besar. Berbagai metode kristalisasi tradisional ada, dengan masing-masing
teknik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing (Helt dan Larson, 1977).
Probe kekeruhan telah digunakan untuk memantau kristalisasi, karena
kemudahan penggunaan, sensitivitas, dan keterjangkauannya. Probe kekeruhan
bekerja dengan mengukur cahaya yang disebarkan oleh padatan tersuspensi dalam
cairan. Saat total padatan tersuspensi meningkat, tingkat kekeruhan meningkat,
menjadikannya alat berguna menghitung zona metastabil sistem dan memantau
pembentukan kristal (Bilal dkk, 2019). Teknik kristalisasi akan datang adalah
kristalisasi superkritis, sebagian besar dengan menggunakan karbon dioksida
terkondensasi, karena sifatnya yang lebuh mudah digunakan dibandingkan dengan
pelarut organik. CO2 yang terkondensasi dapat digunakan baik sebagai pelarut atau
sebagai antisolvent, dan proses serta peralatan yang diadaptasi secara khusus telah
dikembangkan untuk teknik kristalisasi tekanan tinggi ini (Rolfs dkk. 1997).
efisien dan mengurangi kehilangan air. Dengan tidak adanya potasium, tanaman
rentan terhadap penyakit dan tidak mampu menahan tekanan panas. Tumbuhan
dapat memperoleh unsur ini dalam bentuk mineral dari tanah. Namun, jika tanah
kekurangan kalium, maka kalium nitrat digunakan sebagai pupuk.
Salah satu penerapan yang paling berguna dari kalium nitrat ialah dalam
produksi asam sendawa, dengan menambahkan asam sulfatlarutan encer kalium
nitrat, menghasilkan suatu asam sendawa dan kalium sulfat yang terpisah melalui
distilasi fraksional. Kalium nitrat juga digunakan sebagai pupuk, sebagai model
bahan pembakar rocket, dan dalam beberapa petasan seperti bom asap, pada yang
mana campuran dengan gula memproduksi jelaga asap 600 kali dari volumnya
sendiri. Dalam proses pengawetan makanan, kalium nitrat merupakan komposisi
umum dari daging yang diasinkan. Kalium Nitrat juga komponen utama dalam
penghilang punting, telah digunakan dalam pembuatan es krim (Keenan, 1984).
Kesalahan konsepsi terkenal ialah bahwa kalium nitrat itu antafrodiasik dan
ditambahkan dalam makanan dalam adat yang biasa dikerjakan lelaki. Nyatanya
kalium nitrat tak memiliki efek seperti itu pada manusia. Penggunaan kalium nitrat
dalam pasta gigi untuk gigi sensitif telah bertambah secara dramatis, walau
nyatanya telah tak ditampakkan untuk membantu dengan hipersensitivitas gigi.
kalium adalah logam kedua ringan selepas litium. Kalium adalah pepejal lembut
yang mudah dikerat dengan pisau dan mempunyai warna keperakan pada
permukaan yang baru dipotong. Kalium teroksida dengan cepat dalam udara dan
haruslah disimpan dalam minyak mineral untuk penyimpanan. Kalium seperti
logam-logam alkali lain, kalium bertindak dengan air menghasilkan hidrogen.
Apabila berada dalam air, kalium mungkin akan terbakar serta-merta. Garamnya
memancarkan warna ungu didekatkan kepada nyala api (Linnikov dkk, 2013).
2.4.3. Kegunaan pada Pengawet Makanan
Dalam proses pengawetan makanan, kalium nitrat telah menjadi bahan
umum dari daging yang diasinkan sejak Abad Pertengahan, tetapi kegunaannya
sebagian besar telah dihentikan karena hasil yang tidak konsisten dibandingkan
dengan nitrat yang lebih modern dan senyawa nitrat. Meski begitu, sendawa masih
digunakan dalam beberapa aplikasi makanan, seperti charcuterie dan air garam
11
digunakan untuk membuat kornet. Natrium nitrat sebagian besar telah digantikan.
Penggunaan kuliner kalium nitrat, karena mereka lebih dapat diandalkan dalam
mencegah infeksi bakteri dengan sendawa. Ketiganya memberikan salami dan
daging kornet yang diawetkan karakteristik warna merah jambunya. Ketika
digunakan sebagai aditif makanan di Uni Eropa (Rositawati dkk, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Widhityarni dkk pada tahun 2017 yang
berjudul Pematahan Dormansi Benih Tanjung (Mimusops elengi L.) dengan
Skarifikasi dan Perendaman Kalium Nitrat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh skarifikasi dan perendaman KNO3 terhadap kecepatan
pematahan dormansi biji tanjung (Mimusops elengi L.) serta mengetahui kombinasi
perlakuan terbaik dari seluruh perlakuan yang dicobakan. Penelitian juga bertujuan
untuk mengetahui perombakan cadangan makanan benih dan respirasi pada fase
perkecambahan. Rancangan penelitian mengenai dormansi benih menggunakan 2
x 5 faktorial dalam RAL (Rancangan Acak Lengkap) + 1 perlakuan kontrol dengan
masing-masing 4 ulangan. Faktor pertama, pelukaan terdiri atas: skarifikasi dan
tanpa skarifikasi. Faktor kedua, konsentrasi KNO3 terdiri atas: larutan KNO3
dengan konsentrasi 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4%; dan 0,5%.
Dari keseluruhan pengamatan dipilih tersebut dipilih 1 pengamatan yaitu
pada hari ke-89. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa perendaman kalium
nitrat (KNO3) dapat mempercepat pematahan dormansi pada benih tanjung.
Skarifikasi kulit biji tidak berpengaruh terhadap pematahan dormansi benih
tanjung. Rerata kombinasi perlakuan memberikan nilai kecepatan berkecambah
yang lebih baik yaitu 42,6 hari lebih awal dibandingkan kontrol dengan persentase
perkecambahan 75,3% dan juga respirasi meningkat pada fase menjelang
perkecambahan diikuti oleh kandungan asam lemak bebas benih.
Penelitian yang dilakukan oleh Zhang dkk pada tahun 2019 yang berjudul
Sintesis berkelanjutan KNO3 dengan kemurnian tinggi melalui metatesis
elektrodialisis dengan sistem kontinu. Proses dilakukan menggunakan bahan baku
berupa kalium klorida dan amonium nitrat yang dilakukan di dalam membran
penukar ion. Proses dilakukan pada suhu ruangan (20oC). Elektroda yang digunakan
yaitu titanium yang dilapisi oleh rutenium. Variabel yang digunakan adalah
kepadatan arus, konsentrasi awal kalium nitrat, dan laju lair air untuk melihat
karakteristik produk utama yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepadatan arus yang tinggi akan menurunkan kadar pengotor seperti klorida dan
amonium dan meningkatkan kadar kalium oksida di dalam produk. Peningkatan
kepadatan arus akan meningkatkan penggunaan energi listrik sekitar 0,379.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
14
15
Gambar 3.1. Blok Diagram Proses Kristalisasi dalam Pembuatan Kalium Nitrat
17
Kristal disaring dengan kertas saring dan dikeringan kan dengan oven
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Pembahasan
Pembuatan kalium nitrat menggunakan bahan baku natrium nitrat dan
kalium klorida didasarkan perbedaan kelarutan produk hasil reaksi. Pemanasan
aquades bertujuan untuk mempermudah proses pelarutan kalium klorida dan
natrium nitrat. Natrium nitrat mempunyai kelarutan lebih tinggi dalam aquades
dibanding kalium klorida karena natrium nitrat mempunyai ikatan intramolekul
yang lebih lemah. Kalium klorida yang terbentuk dari ikatan ion antara dua unsur
yaitu kalium dan klorin akan lebih sulit dipisahkan dibandingkan natrium nitrat.
NaNO3 juga bersifat hidroskopis sehingga NaNO3 lebih mudah larut dalam air.
Pelarutan senyawa NaNO3 dan KCl di dalam aquades bertujuan untuk
membuat reaktan terpecah menjadi ion, sehingga reaksi dapat berlangsung lebih
cepat dan energi yang dibutuhkan lebih sedikit. Penguapan larutan yang telah
dicampurkan agar memperbesar konsentrasi kedua larutan sehingga kontak antara
ion-ion reaktan akan lebih besar. Proses penguapan campuran akan menghasilkan
kristal putih. Kristal putih tersebut adalah garam natrium klorida yang dapat
langsung mengkristal karena kelarutan NaCl lebih kecil dibandingkan kalium nitrat.
Pelarut air yang di dalam gelas beker juga telah jenuh karena KNO 3 telah terlarut
sehingga NaCl yang mempunyai kelarutan yang lebih rendah (36 gr/lt) akan
menjadi kristal dibandingkan KNO3 yang kelarutannya lebih tinggi.
Proses kristalisasi garam NaCl yang telah menjadi produk dilakukan
pendinginan agar memperbanyak kristalisasi garam NaCl. Kalium nitrat akan
terlarut di dalam aquades dan terbentuk endapan garam NaCl. Kristal NaCl
dipisahkan dari campuran produk yang kemudian dicuci dengan aquades yang telah
dipanaskan. Pencucian NaCl bertujuan untuk menghilangkan zat lain, seperti air,
kalium nitrat, dan reaktan yang tidak bereaksi. NaCl yang mempunyai kelarutan
rendah tidak akan terlarut dalam aquades panas. Penggunaan aquades panas karena
KCl yang belum bereaksi mempunyai kelarutan rendah.
Larutan yang mengandung KNO3 didinginkan dengan es agar menurunkan
kelarutan KNO3. Temperatur rendah akan menyebabkan molekul air mampu
melepas ikatan KNO3 sehingga KNO3 akan mengkristal. Proses pendinginan tidak
membutuhkan pengadukan karena proses pengadukan akan memperbesar kontak
20
antar air dan KNO3 sehingga senyawa KNO3 lebih sulit untuk dilepas dari air.
Pengadukan dilakukan saat melarutkan KCl dan NaNO3 sehingga molekul reaktan
akan lebih mudah bertumburan dan kontak antara reaktan akan menjadi lebih
banyak yang menyebabkan proses reaksi pembentukan menjadi lebih cepat.
Lamanya proses pembuatan KNO3 mengacu pada lamanya proses reaksi
pembentukan. Semakin lama proses kristalisasi maka kristal KNO3 yang terbentuk
akan semakin banyak. Pencampuran larutan KCl dan NaNO3 dalam keadaan panas
(jenuh) dengan tujuan agar larutan tidak bereaksi dengan zat-zat yang ada di udara
yang akan mengganggu jalannya reaksi. Reaksi dengan kondisi panas juga
dimaksudkan untuk mempercepat reaksi yang terjadi agar pergerakan ion-ion dalam
larutan semakin cepat sehingga kemungkinan untuk terjadinya tumbukan lebih
besar. Pelarutan kedua bahan dengan air maka bahan tersebut akan terurai menjadi
ion-ion sehingga pada pencampuran kedua larutan jenuh tersebut maka terjadilah
pertukaran ion. Ion K+ dari KCl berikatan dengan ion NO3- dari NaNO3 membentuk
KNO3 sedangkan Na+ akan berikatan dengan Cl- membentuk NaCl.
Pada proses penguapan ini terdapat endapan di dinding gelas. Berdasarkan
reaksi dapat dilihat bahwa NaCl mengendap terlebih dahulu. Terbentuknya endapan
NaCl ini menunjukkan bahwa kelarutan pada NaCl telah lewat jenuh. Pada
praktikum pembuatan kalium nitrat ini apabila larutannya tidak lewat jenuh maka
proses kristalisasi akan lambat. Perbandingan rasio mol bahan baku yang digunakan
adalah sebanyak 1:1, pada perbandingan 1:1 ini, kalium nitrat yang dihasilkan
adalah sebanyak 4,3341 gram sedangkan NaCl sebanyak 3,4628 gram.
Sifat kalium nitrat yang terbentuk adalah hidroskopis maka kemungkinan
akan menyerap uap air yang ada di udara. Sifatnya karena kelarutan NaCl di dalam
pelarut air sangat kecil, maka garam tersebut mengalami pengendapan sedangkan
KNO3 akan tetap berada dalam fasa larutan. Filtrat KNO3 yang diperoleh dari hasil
penyaringan kemudian akan dipekatkan lagi dengan menggunakan cara dipanaskan
untuk menghilangkan molekul air yang masih terikat dalam larutan sehingga
diperoleh larutan yang lebih pekat. Setelah didinginkan beberapa menit terbentuk
kristal yang dapat diamati. Tujuan dari penjenuhan larutan adalah karena larutan
dalam keadaan jenuh dan konsentrasi tinggi akan pembentukan kristal akan
21
berjalan lebih maksimal. Penyaringan pada proses dilakukan dengan tujuan untuk
memisahkan hasil reaksi dari zat-zat pengotor yang ada didalamnya. Setelah
pencampuran terjadi antara NaNO3 dan KCl, diantara dua zat tersebut yang
mempunyai titik didih lebih rendah akan berubah menjadi kristal terlebih dahulu.
Dari data hasil pengamatan dengan menggunakan variasi perbandingan
bahan baku yang berbeda akan membuat hasil rendemen KNO 3 dan NaCl yang
terbentuk juga berbeda. Pada data kelompok yang menggunakan perbandingan
rasio 2:1 akan menghasilkan kalium nitrat sebanyak 1,9579 gram sedangkan NaCl
yang terbentuk sebanyak 3,4351 gram. Hasil ini berbeda dengan hasil pengamatan
dengan menggunakan rasio perbandingan bahan baku sebanyak 1:1, dimana pada
rasio 2:1 didapatkan bahwa jumlah kalium nitrat yang terbentuk lebih sedikit dan
NaCl yang ada lebih banyak. Pada rasio perbandingan 1:1 hasil pengamatan yang
didapatkan bahwa jumlah kalium nitrat yang terbentuk lebih banyak daipada rasio
2:1 yaitu sebanyak 3,4628 gram dan NaCl yang ada sebanyak 4,3341 gram.
Data pengamatan tersebut menunjukkan bahwa rasio perbandingan antara
bahan baku juga berpengaruh pada saat proses pembuatan kalium nitrat. Hal ini
dapat dikarenakan oleh larutan tersebut sudah cukup jenuh. Larutan yang
mengandung jumlah zat berlarut berlebihan pada suhu tertentu, akan membuat zat
yang digunakan tidak akan terlarut lagi. Sehingga kelebihan itu akan membuat
larutan menjadi lewat jenuh. Perbandingan rasio antara KCl dan NaNO3 harus
menjadi jenuh berarti pelarut telah seimbang zat terlarut atau jika larutan tidak dapat
lagi melarutkan zat terlarut, artinya konsentrasinya telah maksimal jika larutan
jenuh suatu zat padat didinginkan perlahan-lahan, sebagian zat terlarut akan
mengkristal, dalam arti diperoleh larutan super jenuh atau lewat jenuh.
Pada praktikum pembuatan kalium nitrat ini dilakukan hanya sampai pada
tahap kristalisasi saja, dikarenakan waktu praktikum tidak cukup apabila ingin
dilanjutkan dengan tahap rekristalisasi. Hasil pengamatan menunjukkan rasio
perbandingan antar bahan baku dengan rasio 1:1 itu paling baik. Hal ini dikarenakan
kecenderungan dari reaktan untuk membentuk produk berupa kalium nitrat tersebut
akan sama besar dan akan berpengaruh dengan kesetimbangan antar larutan. Nilai
kelarutan dipengaruhi oleh suhu dimana makin tinggi suhu akan makin baik.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1) Yield kalium nitrat dari berbagai rasio bahan baku yang digunakan
menghasilkan yield berikisar antara 36,6000-85,8000%. Sampel yang
paling banyak menghasilkan yield yakni sampel dengan perbandingan mol
reaktan 1:1.
2) Perbandingan mol reaktan sebesar 1:1 menghasilkan produk KNO3 yaitu
sebesar 4,3341 gram.
3) Kristalisasi adalah proses untuk memisahkan garam yang berbeda
berdasarkan prinsip kelarutan dengan suhu tertentu dengan tiga metode
yaitu penjenuhan, penyaringan, dan pendinginan.
4) Zat pengotor merupakan faktor yang menghambat proses kristalisasi dan
rekristalisasi KNO3.
5) Rekristalisasi KNO3 digunakan untuk memperbanyak KNO3 yang
terbentuk.
5.2. Saran
1) Alat-alat yang digunakan harus steril agar zat impuritis tidak berada pada
jumlah yang berarti dan menghambat proses pembentukan KNO3.
2) Praktikum KNO3 harus dilakukan dengan hati-hati dan menggunakan APD
yang sesuai supaya tidak terhirup senyawa yang mudah menguap.
3) Sebaiknya proses dilakukan pada suhu rendah untuk menjaga konversi yang
tinggi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Amarwati, D. P., Ervia, Y., Endang, S., dan Lilik, M. 2018. Pola Pertumbuhan,
Biomassa dan Kandungan Protein Kasar pada Kultur Mikroalga
Skeletonema costatum Skala Massal dengan Konsentrasi Kalium Nitrat
(KNO3) yang Berbeda. Jurnal Universitas Diponegoro. Vol. 7(2): 75-80.
Aziz, T. 2007. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik Jurusan Kimia. Kendari:
Universitas Haluoleo.
Bilal, S., Arif, M., Khan, M.S., dan Alishah, A. 2019. Characterization of Sodium
and Pottasium Nitrate Contaminated Polyaniline-Poly (Ethylene Oxide)
Composites Synthesized Via Facile Solution Casting Technique. Journal
Materials.Vol. 12(1): 1-14.
Budimarwanti, C. 2010. Pengelolaan Alat dan Bahan di Laboratorium
Kimia.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Cahyono, B. 1991. Segi Praktisi dan Metode Pemisahan Senyawa Organik.
Semarang: Kimia MIPA UNDIP.
Farrington. 2004. Chemistry Nineth Edition. New York: Mc Grew Hill.
Helt, J. E., dan Larson, M. A. 1977. Effects of Temperature on the Crystallization
of Potassium Nitrate by Direct Measurement of Supersaturation. AlChE
Journal. Vol. 23(6): 822-830.
Hutapea, A, S., Hadiastono, T., dan Martosudiro, M. 2014. Pengaruh Pemberian
Pupuk Kalium (KNO3) terhadap Infeksi Mosaik Virus (TMV) pada
beberapa Varietas Tembakau Virginia (Nicotiana tabacum L.). Jurnal HPT.
Vol. 2(1). 102-109.
Jurisova, J., Fellnera, P., Danielika, Vladimir., Lencsesb, M., Kralikb, M., dan
Sipos, R. 2013. Preparation of Potassium Nitrate from Potassium Chloride
and Magnesium Nitrate in a Laboratory Scale Using Industrial Raw
Materials. Jurnal Chimica Slovaca. Vol. 6(1): 15-19.
Keenan. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Korchuganova, O., Afonina, I., Prygorodov, P., Mokhonko, V., dan Kanarova, K.
2018. Utilization of Lime-Softening Sludge to Obtain Calcium Nitrate.
Journal of Enteprise Technologies. Vol. 5(2): 46-53.
Linnikov, O. D., Rodina, I. V., Grigorov, I. G., dan Polyakov, E. V. 2013.
Kinetics and Mechanism of Spontaneous Crystallization of Potassium
Nitrate from Its Supersaturated Aqueous Solutions. Jurnal Crystal
Structure Theory and Applications. Vol. 3(2): 16-27.
Michael, P. 2007. Kimia Anorganik II. Jakarta: Erlangga.
Polishchuk, O. M., Fakeev, A. A., Krasil’shchik, V. Z., dan Vendilo, A. G. 2011.
Preparation of Extrapure Potassium Nitrate. Inorganic Materials. Vol.
48(8): 836-840.
Ran. J., Wang, H., dan Huang, L. 2015. Simple Preparation of High Purity
Potassium Nitrate. International Journal of Science and Research (IJSR).
Vol. 7(2): 731-732.
Rogers, D. J., dan Janz, G. J. 1982. Melting-Crystallization and Premelting
Properties of NaNO-KNO. Enthalpies and Heat Capacities. Journal of
Chemical Engineering. Vol. 27(1): 424-428.
Rolfs, J., Lacmann, R., dan Kipp, S. 1997. Crystallization of Potassium Nitrate
(KNO3) in Aqueous Solution I. Growth Kinetics of the Pure System.
Journal of Crystal Growth. 171 (4): 174-182.
Rositawati, A. L., Taslim, C. M., dan Soetrisnanto. 2013. Rekristalisasi Garam
Rakyat Daerah Demak untuk Mencapai SNI Garam Industri. Jurnal
Teknologi Kimia Dan Industri. Vol. 2(4): 217-225.
Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Widhityarini, D., Suyadi, M., dan Purwantoro, A. 2017. Pematahan Dormansi
Benih Tanjung (Mimusops elengi L.) dengan Skarifikasi dan Perendaman
Kalium Nitrat. Jurnal Pertanian. Vol. 5(2): 1-12.
Zhang, X., Xiaozhao, H., Xun, Y., Xinping, C., Zhenghui, J., dan Xianguo, H. dkk.
2019. Continuous Synthesis of High Purity KNO3 Through Electrodialysis
Metathesis. Separation and Purification Technology. Vol. 222(1): 85-91.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
A.1. Perhitungan Variasi Rasio Kalium Klorida dan Natrium Nitrat 1:1
A.2.1 Mol Kalium Klorida
Massa Kalium Klorida
Mol Kalium Klorida =
Berat Molekul Kalium Klorida
3,75 g
Mol Kalium Klorida = = 0,05 mol
74,5 g/mol
1 x 0,05
Mol Natrium Nitrat =
1
Mol Natrium Nitrat = 0,05 mol
A.2.3 Massa Kalium Klorida
Massa Kalium Klorida = Mol Kalium Klorida x BM Kalium Klorida
Massa Kalium Klorida = 0,05 mol x 74,5 g/mol
Massa Kalium Klorida = 3,725 g
A.2.4 Massa Natrium Nitrat
Massa Natrium Nitrat = Mol Natrium Nitrat x BM Natrium Nitrat
Massa Natrium Nitrat = 0,05 mol x 85 g/mol
Massa Natrium Nitrat = 4,25 g
A.2.5 Massa Kalium Nitrat
Massa Kalium Nitrat = 4,3341 g
A.2.6 Massa Natrium Klorida (Tidak Murni)
Massa Natrium Klorida = 3,4628 g
A.2.7 Perhitungan secara Teoritis
KCl + NaNO3 KNO3 + NaCl
m: 0,05 mol 0,05 mol - -
b: 0,05 mol 0,05 mol 0,05 mol 0,05 mol
s: - - 0,05 mol 0,05 mol
Massa Kalium Nitrat terbentuk = 0,05 mol x 101 g/mol = 5,0500 g
Massa Natrium Klorida terbentuk = 0,05 mol x 58,5g/mol = 2,9250 g
A.2.8 Perhitungan secara Praktek
Massa Kalium Nitrat
Mol Kalium Nitrat terbentuk =
Berat Molekul Kalium Nitrat
4,3341 g
Mol Kalium Nitrat terbentuk = = 0,0429 mol
101 g/mol
KCl + NaNO3 KNO3 + NaCl
m: 0,0500 mol 0,0500 mol - -
b: 0,0429 mol 0,0429 mol 0,0429 mol 0,0429 mol
s: 0,0071 mol 0,0071 mol 0,0429 mol 0,0429 mol
Massa Kalium Klorida bersisa = 0,0071 mol x 74,5 g/mol= 0,5290 g
Massa Natrium Nitrat bersisa = 0,0071 mol x 85 g/mol = 0,6035 g
Massa Natrium Klorida terbentuk= 0,0429 mol x 58,5g/mol= 2,5097 g
A.2.9 % Konversi, Yield, Error
Mol Kalium Klorida bereaksi praktek
% Konversi Kalium Klorida = x 100%
Mol Kalium Klorida bereaksi teori
0,0429 mol
% Konversi Kalium Klorida = x 100%
0,05 mol
% Konversi Kalium Klorida = 85,8000 %
0,0429 mol
% Yield Kalium Nitrat = x 100%
0,05 mol
% Error = 14,2000 %
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI PERCOBAAN
Gambar 9. Termometer
LAMPIRAN C
BUKTI PLAGIARISME
Tindakan
No. Bahan Sifat Bahan
Penanggulangan
Sifat Kimia Sifat Fisika
1. Kalium - Menyebabkan luka - Berat - Jika terhirup: hirup
Klorida bakar molekul udara segar
- Iritasi 74,56 g/mol - Jika terjadi kontak
- Reaktivitas: - Titik didih: kulit, Tanggalkan
menghindari 1500oC segera semua pakaian
kondisi suhu yang - Titik leleh: yang terkontaminasi.
ekstrim 790oC Bilaslah kulit dengan
- Berbahaya jika - Kepadatan air/ pancuran air.
dihirup (Toxic) Wujud: - Jika terkena mata
- Kontak mata dapat Kristal maka cuci mata
menyebabkan deliquescent dengan air selama 15
kerusakan putih (Solid) menit.
- Bersifat korosif - uap >1 - Jika tertelan, beri air
- Stabilitas: Stabil - Kelarutan minum kepada
dalam air: korban (paling
larut banyak dua gelas).
Konsultasi ke dokter
jika merasa sakit.
2. Natrium - Mengakibatkan - Berat - Jika terhirup: hirup
Nitrat iritasi pada mata molekul udara segar
- Merupakan 84,99 g/mol - Jika terjadi kontak
padatan - Titik didih: kulit, Tanggalkan
pengoksidasi 380oC segera semua pakaian
- Titik leleh: yang terkontaminasi.
307oC Bilaslah kulit dengan
- Kepadatan air/ pancuran air.
Wujud: - Jika terkena mata
Kristal maka cuci mata
deliquescent dengan air selama 15
putih (Solid) menit.
- uap >1 - Jika tertelan, beri air
- Kelarutan minum kepada
dalam air: korban (paling
larut banyak dua gelas).
Konsultasi kepada
dokter jika merasa
tidak sehat.
3. Kalium - Larut di dalam air - Berat molekul - Jika kontak dengan
Nitrat dengan kelarutan (101,103 mata, lepaskan lensa
32g/100mL g/mol) kontak apabila
- Bersifat iritan - Tidak berbau menggunakan
- Senyawa - Berwujud kemudian cuci selama
pengoksidasi kuat kristalin padat 15 menit
- Dapat meledak berwarna - Jika kontak dengan
jika bereaksi
putih kulit, segera basuh
dengan reduktor
- Rasanya dengan sabun dan air
dingin, garam, selama 15 menit
dan pedas - Jika terhirup, arahkan
- Titik leleh ke udara segar dan
(334°C) bantu untuk dengan
- Densitas (2,1 napas buatan jika
g/cm3) tidak bernapas
- pH 6-8 - Jika iritasi terjadi,
- Kelarutan obati dengan krim
dalam air anti bakteri dan
(g/2,8 Ml) segera minta bantuan
pada 25oC medis
JOB SAFETY ANALYSIS