NIM : 1713031006
Kelas : VA Pendidikan Kimia
JURNAL PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
COO- COO-
.. +
CH3 N N N CH3 N N N
CH3 H CH3 H
H+ OH-
COO-
CH3 N N N
CH3 H
Metil merah bentuk basa MR- (kuning)
Gambar 1. Keadaan Kesetimbangan Metil Merah dalam Suasana Asam dan Basa
Reaksi pengionan metil merah di atas dapat dinyatakan oleh persamaan reaksi sebagai
berikut. H +
HMR ⇋ MR− + H +
HMR dan MR- mempunyai absorbansi maksimum pada panjang gelombang yang
berbeda, yaitu pada selang pH 4–6. Harga tetapan kesetimbangan ini dapat dihitung
dengan persamaan (2) dari pengukuran perbandingan [MR-]/[HMR] pada pH tertentu.
Perbandingan [MR-]/[HMR] dapat ditunjukkan secara spektrofotometri karena kedua
bentuk metil merah mengabsorbsi kuat pada daerah cahaya tampak (400-800 nm).
Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya pengabsorpsi energi cahaya oleh
suatu system kimia sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi serta pengukuran
pengabsorpsi yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu. Metode
spektrofotometri dibedakan menjadi dua, yaitu spektrofotometri ultraviolet dan
spektrofotometri cahaya tampak. Pada umumnya, penerapan spektrofotometri ultraviolet
dan cahaya tampak pada senyawa organik didasarkan pada transisi n-π* atau π-π* dan
karenanya memerlukan hadirnya gugus kromoforat (C=C, C=O, N=N) dalam molekul.
Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum antara 200-700 nm yang praktis digunakan
dalam eksperimen. Pada spektrofotometri UV-Vis, absorbsi hanya terjadi jika selisih
kedua tingkat energi elektronik tersebut (ΔE = E2 – E1) bersesuaian dengan energi cahaya
(foton) yang datang.
Jika I dan I0 masing-masing adalah intensitas cahaya dengan panjang gelombang
tertentu yang telah melalui larutan dan pelarut murni, maka absorbansi optik (A)
didefinisikan oleh Hukum Lambert-Beer.
A = - log I/I0 = εbc …………………………………..(3)
dimana I = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh larutan dalam sel
Io = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh pelarut dalam sel pada I yang sama
ε = Koefisien ekstingsi dari spesies penyerap atau konstanta pembanding
Semakin besar intensitas sinar yang diserap maka nilai A akan semakin besar dan
intensitas sinar yang diteruskan akan semakin kecil.
Jika hanya zat terlarut saja yang dapat mengabsorbsi cahaya, maka
A = a.b.c……………………………………...(4)
dimana a = indeks absorbansi zat terlarut
b = panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya
c = konsentrasi zat terlarut
Harga a bergantung pada panjang gelombang cahaya, pada suhu dan pada jenis
pelarut. Pada daerah berlakunya hukum Lambert-Beer, aluran A terhadap konsentrasi
berupa garis lurus. Jika dalam larutan terdapat lebih dari satu zat terlarut dan masing-
masing zat mengabsorbsi secara bebas, maka absorbansi campuran ini bersifat aditif.
A = ΣA1 = Σa1.b.c ……………………………(5)
Pada percobaan ini pertama-tama ditentukan spektrum absorpsi metil merah bentuk I
(dalam larutan asam) dan bentuk II (dalam larutan basa) dan kemudian dipilih dua panjang
gelombang λ1 dan λ2 untuk kedua larutan sedemikian hingga bentuk asam mengadsorpsi
jauh lebih kuat pada λ1 dibandingkan dengan basanya, dan sebaliknya pada λ2 bentuk basa
mengadsorpsi kuat sedangkan bentuk asam tidak. Secara ideal, λ1 dan λ2 berupa puncak
absorpsi.
HM
R
MR
-
1 2
Gambar 2. Alur Absorbansi Terhadap Panjang Gelombang untuk HMR dan MR-
Dalam suasana sangat asam (seperti dalam HCl) metil merah dapat dianggap hanya
terdapat dalam bentuk asam dan sebaliknya dalam suasana basa (seperti dalam NaOH)
metil merah ditemukan dalam bentuk II.
Indeks absorbansi molar HMR pada λ1 (= a1.HMR) dan pada λ2 (= a2.HMR) dan juga
indeks absorbansi molar MR- pada λ1 (= a1.MR-) dan pada λ2 (= a2.MR-) ditentukan pada
berbagai konsentrasi dengan menggunakan persamaan (4) untuk mengetahui apakah
hukum Beer dipenuhi. Untuk maksud ini dapat juga dibentuk grafik absorbansi A terhadap
konsentrasi. Kemudian komposisi campuran HMR dan MR- pada suatu pH tertentu
dihitung dari absorbansi A1 dan A2, masing-masing pada λ1 dan λ2 dan dengan tebal sel
satu cm (b = 1 cm) dengan menggunakan persamaan (6) dan persamaan (7)
A1 = a1.HMR [HMR] + a1.MR- [MR-]………………………………..(6)
Apabila suatu larutan mendapat radiasi sinar polikromatik yaitu sinar yang terdiri dari
beberapa macam warna, maka ada suatu sinar dengan panjang gelombang tertentu yang
diserap, sedangkan yang lainnya diteruskan melalui larutan tersebut. Panjang gelombang
yang diperlukan dalam suatu analisis kuantitatif secara spektrofotometri adalah panjang
gelombang yang sesuai dengan absorbansi maksimum (puncak serapan).
Keterangan:
Violet : 400 - 420 nm
Indigo : 420 - 440 nm
Blue : 440 - 490 nm
Green : 490 - 570 nm
Yellow : 570 - 585 nm
Orange : 585 - 620 nm
Red : 680 – 780 nm
IV. Alat dan Bahan
Tabel 1. Daftar Alat
No. Nama Alat Jumlah
1. Spektofotometer UV-Vis 1 buah
2. Labu ukur 100 mL 1 buah
3. Pipet Volumetrik 10 mL 1 buah
4. Labu ukur 25 mL 2 buah
5. Labu Ukur 10 mL 1 buah
6. Labu Erlenmeyer 10 mL 8 buah
7. Labu Erlenmeyer 100 mL 4 buah
8. Pipet volumetri 50 mL 1 buah
9. Gelas kimia 100 mL 2 buah
10. Pipet tetes 2 buah
11. Gelas ukur 25 mL 1 buah
12. Kaca arloji 1 buah
13. Spatula 1 buah
V. Prosedur Kerja
Prosedur Kerja Pembuatan Larutan dan Penentuan maks HMR dan MR-
Larutkan 0,1 gram kristal metil Ambil sebanyak 5 mL
merah dilarutkan dalam 30 mL Pembuatan Induk larutan induk tersebut dan
etanol 95%, kemudian encerkan Metil Merah diencerkan dengan air
hingga tepat 50 mL dengan air hingga volume menjadi
suling (larutan ini disebut larutan 100 mL (larutan ini
induk). disebut larutan standar).
Prosedur Kerja Penentuan d atau εb dari HMR dan MR- pada λmaks HMR
dan MR-
Nomor labu 1 2 3 4
Larutan 10 10 10 10
indikator mL mL mL mL
standar (MR)
Natrium 25 25 25 25
asetat 0,04 M mL mL mL mL
Asam asetat 50 50 50 50
0,02 M mL mL mL mL
Air 15 15 15 15
(pengenceran) mL mL mL mL
pH (di cek 4,85 5,51 5,73 5,81
kembali)
100 𝑚𝑔 1000 𝑚𝑔
= = 1000 𝑝𝑝𝑚
0,1 𝐿 𝐿
Dari larutan induk ini selanjutnya dibuat larutan standar dengan mengencerkan larutan
induk dengan menggunakan etanol dan aquades. Pengenceran dilakukan …. kali sehingga
diperoleh konsentrasi larutan standar yaitu …. ppm. Adapun perhitungannya adalah sebagai
berikut.
M1. V1 = M2. V2
1000 𝑝𝑝𝑚 × 𝑚𝐿 = 𝑥 𝑝𝑝𝑚 × 𝑚𝐿
… .× … .
𝑥 𝑝𝑝𝑚 = 𝑝𝑝𝑚
….
𝑥 𝑝𝑝𝑚 = ⋯ 𝑝𝑝𝑚
Konsentrasi HMR:
V1 x M1 = V2 x M2
... mL x ... ppm = … mL x M2
M2 = … ppm
Konsentrasi MR- :
V1 x M1 = V2 x M2
... mL x ... ppm = … mL x M2
M2 = … ppm
Pengenceran Konsentrasi
Pengenceran Konsentrasi
Hasil pengukuran absorbansi larutan HMR yang telah diencerkan pada λ maks HMR
Pengenceran Absorbansi larutan HMR Absorbansi larutan MR- ditambah
ditambah HCl NaOH
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa λmaks HMR adalah … nm dan λmaks
MR- adalah … nm. Jadi jumlah HMR dan MR- dalam larutan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus
Harga d merupakan slope dari kurva absorbansi terhadap konsentrasi pada λmaks dari
HMR dan λmaks MR-.
Slope untuk HMR pada λmaks HMR yaitu … nm, harga d diperoleh dari
perhitungan sebagai berikut:
d = tan α
Slope untuk HMR pada λmaks MR- yaitu … nm, harga d diperoleh dari
perhitungan sebagai berikut.
d = tan α
Slope untuk MR- pada λmaks HMR yaitu … nm, harga d diperoleh dari
perhitungan sebagai berikut:
d = tan α
Slope untuk MR- pada λmaks MR- yaitu 428 nm, harga d diperoleh dari
perhitungan sebagai berikut:
d = tan α
Setelah diperoleh harga d dari masing-masing kurva tersebut, maka jumlah HMR dan
MR- dalam larutan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut
Di mana data larutan yang pH nya dikondisikan absorbansi pada λ maks HMR :
Labu Absorbansi
Absorbansi pada λ maks MR- :
Labu Absorbansi
Perhitungan:
[HMR] = … ppm
Perhitungan:
[HMR] = … ppm
Perhitungan:
[MR-] … ppm
[HMR] = … ppm
Perhitungan:
[MR-] = … ppm
Dari data yang diperoleh maka perlu dibuat kurva untuk menentukan nilai dari Ka itu
sendiri. Berikut ini adalah hubungan antara pH dengan log[MR-]/[HMR].
Berdasarkan kurva di atas diperoleh persamaan garis y = ………... Nilai pKa merupakan
intersep atau perpotongan garis dengan sumbu y, yaitu ……… . Nilai Ka dapat dihitung
sebagai berikut:
pKa = - log Ka