Anda di halaman 1dari 14

Nama : Lestari Saragih

NIM : 1713031006
Kelas : VA Pendidikan Kimia
JURNAL PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

I. Judul : Penentuan Konstanta Disosiasi Asam Metil Merah Secara Spektrofotometri


II. Tujuan :
a. Menentukan konstanta disosiasi dari asam metil merah secara spektrofotometri.
b. Meningkatkan keterampilan penggunaan spektrofotometer dalam melakukan
praktikum.
III. Dasar Teori :
Indikator asam basa pada umumnya akan mengalami perubahan warna yang
dipengaruhi oleh kondisi asam atau basa. Salah satu indikator asam basa adalah metil
merah. Metil merah merupakan salah satu zat yang dapat menunjukkan sifat suatu asam
maupun basa. Indikator metil merah digunakan untuk mengetahui pH larutan dengan
trayek pH 4,2–6,3.
Dalam larutan air, metil merah ditemukan sebagai suatu “zwitter ion”. Dalam suasana
asam, senyawa metil merah berupa HMR yang berwarna merah dan mempunyai dua
bentuk resonansi. Jika berada dalam suasana basa, sebuah proton hilang dan terbentuk
anion MR- yang berwarna kuning. Keadaan kesetimbangan antara HMR (metil merah
dalam suasana asam) dengan MR- (metil merah dalam suasana basa) ditunjukkan pada
Gambar 1.

COO- COO-
.. +
CH3 N N N CH3 N N N

CH3 H CH3 H

Metil merah dalam bentuk asam HMR (merah)

H+ OH-
COO-

CH3 N N N

CH3 H
Metil merah bentuk basa MR- (kuning)
Gambar 1. Keadaan Kesetimbangan Metil Merah dalam Suasana Asam dan Basa
Reaksi pengionan metil merah di atas dapat dinyatakan oleh persamaan reaksi sebagai
berikut. H +

HMR (merah) 𝑀𝑅 − (𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔)


OH-

HMR ⇋ MR− + H +

Tetapan disosiasi (Ka) dapat dinyatakan oleh persamaan berikut.


[𝐻 + ][𝑀𝑅 − ]
𝐾𝑎 = ……………………………………(1)
[𝐻𝑀𝑅]

Sehingga pKa dinyatakan,


[𝑀𝑅 − ]
𝑝𝐾𝑎 = 𝑝𝐻 − 𝑙𝑜𝑔 ………………………………(2)
[𝐻𝑀𝑅]

HMR dan MR- mempunyai absorbansi maksimum pada panjang gelombang yang
berbeda, yaitu pada selang pH 4–6. Harga tetapan kesetimbangan ini dapat dihitung
dengan persamaan (2) dari pengukuran perbandingan [MR-]/[HMR] pada pH tertentu.
Perbandingan [MR-]/[HMR] dapat ditunjukkan secara spektrofotometri karena kedua
bentuk metil merah mengabsorbsi kuat pada daerah cahaya tampak (400-800 nm).
Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya pengabsorpsi energi cahaya oleh
suatu system kimia sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi serta pengukuran
pengabsorpsi yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu. Metode
spektrofotometri dibedakan menjadi dua, yaitu spektrofotometri ultraviolet dan
spektrofotometri cahaya tampak. Pada umumnya, penerapan spektrofotometri ultraviolet
dan cahaya tampak pada senyawa organik didasarkan pada transisi n-π* atau π-π* dan
karenanya memerlukan hadirnya gugus kromoforat (C=C, C=O, N=N) dalam molekul.
Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum antara 200-700 nm yang praktis digunakan
dalam eksperimen. Pada spektrofotometri UV-Vis, absorbsi hanya terjadi jika selisih
kedua tingkat energi elektronik tersebut (ΔE = E2 – E1) bersesuaian dengan energi cahaya
(foton) yang datang.
Jika I dan I0 masing-masing adalah intensitas cahaya dengan panjang gelombang
tertentu yang telah melalui larutan dan pelarut murni, maka absorbansi optik (A)
didefinisikan oleh Hukum Lambert-Beer.
A = - log I/I0 = εbc …………………………………..(3)
dimana I = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh larutan dalam sel
Io = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh pelarut dalam sel pada I yang sama
ε = Koefisien ekstingsi dari spesies penyerap atau konstanta pembanding
Semakin besar intensitas sinar yang diserap maka nilai A akan semakin besar dan
intensitas sinar yang diteruskan akan semakin kecil.
Jika hanya zat terlarut saja yang dapat mengabsorbsi cahaya, maka
A = a.b.c……………………………………...(4)
dimana a = indeks absorbansi zat terlarut
b = panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya
c = konsentrasi zat terlarut
Harga a bergantung pada panjang gelombang cahaya, pada suhu dan pada jenis
pelarut. Pada daerah berlakunya hukum Lambert-Beer, aluran A terhadap konsentrasi
berupa garis lurus. Jika dalam larutan terdapat lebih dari satu zat terlarut dan masing-
masing zat mengabsorbsi secara bebas, maka absorbansi campuran ini bersifat aditif.
A = ΣA1 = Σa1.b.c ……………………………(5)
Pada percobaan ini pertama-tama ditentukan spektrum absorpsi metil merah bentuk I
(dalam larutan asam) dan bentuk II (dalam larutan basa) dan kemudian dipilih dua panjang
gelombang λ1 dan λ2 untuk kedua larutan sedemikian hingga bentuk asam mengadsorpsi
jauh lebih kuat pada λ1 dibandingkan dengan basanya, dan sebaliknya pada λ2 bentuk basa
mengadsorpsi kuat sedangkan bentuk asam tidak. Secara ideal, λ1 dan λ2 berupa puncak
absorpsi.
HM
R
MR
-

1 2

Gambar 2. Alur Absorbansi Terhadap Panjang Gelombang untuk HMR dan MR-
Dalam suasana sangat asam (seperti dalam HCl) metil merah dapat dianggap hanya
terdapat dalam bentuk asam dan sebaliknya dalam suasana basa (seperti dalam NaOH)
metil merah ditemukan dalam bentuk II.
Indeks absorbansi molar HMR pada λ1 (= a1.HMR) dan pada λ2 (= a2.HMR) dan juga
indeks absorbansi molar MR- pada λ1 (= a1.MR-) dan pada λ2 (= a2.MR-) ditentukan pada
berbagai konsentrasi dengan menggunakan persamaan (4) untuk mengetahui apakah
hukum Beer dipenuhi. Untuk maksud ini dapat juga dibentuk grafik absorbansi A terhadap
konsentrasi. Kemudian komposisi campuran HMR dan MR- pada suatu pH tertentu
dihitung dari absorbansi A1 dan A2, masing-masing pada λ1 dan λ2 dan dengan tebal sel
satu cm (b = 1 cm) dengan menggunakan persamaan (6) dan persamaan (7)
A1 = a1.HMR [HMR] + a1.MR- [MR-]………………………………..(6)

A2 = a2.HMR [HMR] + a2.MR- [MR-]………………………………..(7)

Apabila suatu larutan mendapat radiasi sinar polikromatik yaitu sinar yang terdiri dari
beberapa macam warna, maka ada suatu sinar dengan panjang gelombang tertentu yang
diserap, sedangkan yang lainnya diteruskan melalui larutan tersebut. Panjang gelombang
yang diperlukan dalam suatu analisis kuantitatif secara spektrofotometri adalah panjang
gelombang yang sesuai dengan absorbansi maksimum (puncak serapan).

Gambar 3. Panjang Gelombang yang Diperlukan Dalam Analisis Kuantitatif


secara Spektrofotometri.

Keterangan:
 Violet : 400 - 420 nm
 Indigo : 420 - 440 nm
 Blue : 440 - 490 nm
 Green : 490 - 570 nm
 Yellow : 570 - 585 nm
 Orange : 585 - 620 nm
 Red : 680 – 780 nm
IV. Alat dan Bahan
Tabel 1. Daftar Alat
No. Nama Alat Jumlah
1. Spektofotometer UV-Vis 1 buah
2. Labu ukur 100 mL 1 buah
3. Pipet Volumetrik 10 mL 1 buah
4. Labu ukur 25 mL 2 buah
5. Labu Ukur 10 mL 1 buah
6. Labu Erlenmeyer 10 mL 8 buah
7. Labu Erlenmeyer 100 mL 4 buah
8. Pipet volumetri 50 mL 1 buah
9. Gelas kimia 100 mL 2 buah
10. Pipet tetes 2 buah
11. Gelas ukur 25 mL 1 buah
12. Kaca arloji 1 buah
13. Spatula 1 buah

Tabel 2. Daftar Bahan Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu


No. Nama Bahan Jumlah
1. Metil merah 0,1 gram
2. Larutan natrium asetat 0,04 M 50 mL
3. Larutan asam asetat 0,02 M 45 mL
4. Larutan HCl 0,1 M 100 mL
5. Larutan HCl 0,01 M 50 mL
6. Aquades 500 mL
7. Etanol 95% 30 mL

V. Prosedur Kerja
 Prosedur Kerja Pembuatan Larutan dan Penentuan  maks HMR dan MR-
Larutkan 0,1 gram kristal metil Ambil sebanyak 5 mL
merah dilarutkan dalam 30 mL Pembuatan Induk larutan induk tersebut dan
etanol 95%, kemudian encerkan Metil Merah diencerkan dengan air
hingga tepat 50 mL dengan air hingga volume menjadi
suling (larutan ini disebut larutan 100 mL (larutan ini
induk). disebut larutan standar).

Pembuatan Larutan HMR Pembuatan Larutan MR-

Tempatkan sebanyak 10 mL Tempatkan sebanyak 10 mL larutan standar


larutan standar metil merah dalam metil merah dalam labu ukur 100 mL,
labu ukur 100 mL, kemudian kemudian tambahkan 25 mL larutan
tambahkan 10 mL larutan HCl 0,1 CH3COONa 0,04 M dan encerkan dengan
M dan encerkan dengan aquades aquades hingga tepat 100 mL. (pH larutan
hingga tepat 100 mL. kira-kira 8)

Ukur absorbansi larutan HMR Ukur absorbansi larutan MR-


menggunakan spektrofotometer pada menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang mulai dari 350 – 600 panjang gelombang mulai dari 400 – 500
nm. Plot absorbansi terhadap panjang nm. Plot absorbansi terhadap panjang
gelombang sehingga didapatkan λ maks gelombang sehingga didapatkan λ maks
dari HMR dari MR-

 Prosedur Kerja Penentuan d atau εb dari HMR dan MR- pada λmaks HMR
dan MR-

Masukkan 40 mL, 30 mL, 20 mL, 10 Masukkan 40 mL, 30 mL, 20 mL, 10


mL larutan HMR dalam labu ukur 50 mL larutan MR- dalam labu ukur 50 mL,
mL, kemudian encerkan masing- kemudian encerkan masing-masing
masing dengan menggunakan larutan dengan menggunakan larutan Natrium
HCl 0,01 M hingga tanda batas Asetat 0,01 M hingga tanda batas

Buatlah kurva absorbansi terhadap


konsentrasi, harga d merupakan slope dari
Ukur absorbansi masing-masing kurva tersebut. (Konsentrasu HMR adalah
larutan diukur pada λ maks dari 0,8;0,6;0,4;0,2 dan 0,1 kali konsentrasi HMR
awal)
HMR dan MR-.
 Prosedur Kerja Penentuan Kuantitas Relatif HMR dan MR- pada Berbagai
Harga pH

Buat campuran larutan dengan komposisi sebagai berikut:

Nomor labu 1 2 3 4
Larutan 10 10 10 10
indikator mL mL mL mL
standar (MR)
Natrium 25 25 25 25
asetat 0,04 M mL mL mL mL
Asam asetat 50 50 50 50
0,02 M mL mL mL mL
Air 15 15 15 15
(pengenceran) mL mL mL mL
pH (di cek 4,85 5,51 5,73 5,81
kembali)

Ukur absorbansi dari masing-masing larutan tersebut pada panjang


gelombang maksimum untuk HMR dan MR-.

VI. Tabel Pengamatan


No. Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
Pembuatan Larutan Induk Metil Merah
1. Larutkan 0,1 gram kristal metil merah Didapatkan larutan induk metil
dilarutkan dalam 30 mL etanol 95%, merah
kemudian encerkan hingga tepat 50 mL
dengan air suling (larutan ini disebut larutan
induk).
2. Ambil sebanyak 5 mL larutan induk tersebut Didapatkan larutan induk metil
dan diencerkan dengan air hingga volume merah
menjadi 100 mL (larutan ini disebut larutan
standar).
Pembuatan Larutan HMR
1. Tempatkan sebanyak 10 mL larutan standar Didapatkan Larutan HMR
metil merah dalam labu ukur 100 mL,
kemudian tambahkan 10 mL larutan HCl 0,1
M dan encerkan dengan aquades hingga
tepat 100 mL.
Pembuatan Larutan MR-
1. Tempatkan sebanyak 10 mL larutan standar Didapatkan Larutan MR-
metil merah dalam labu ukur 100 mL,
kemudian tambahkan 25 mL larutan
CH3COONa 0,04 M dan encerkan dengan
aquades hingga tepat 100 mL. (pH larutan
kira-kira 8)
Penentuan  maks HMR dan MR-
1. Ukur absorbansi larutan HMR menggunakan Didapatkan λ maks dari HMR
spektrofotometer pada panjang gelombang
mulai dari 350 – 600 nm. Plot absorbansi
terhadap panjang gelombang sehingga
didapatkan λ maks dari HMR
2 Ukur absorbansi larutan MR- menggunakan Didapatkan λ maks MR-
spektrofotometer pada panjang gelombang
mulai dari 400 – 500 nm. Plot absorbansi
terhadap panjang gelombang sehingga
didapatkan λ maks dari MR-
Penentuan d atau εb dari HMR dan MR- pada λmaks HMR dan MR-
1. Masukkan 40 mL, 30 mL, 20 mL, 10 mL Didapatkan larutan HMR yang
larutan HMR dalam labu ukur 50 mL, telah diencerkan dengan HCl
0,01 M
kemudian encerkan masing-masing dengan
 40mL larutan HMR
menggunakan larutan HCl 0,01 M hingga  30mL larutan HMR
tanda batas  20mL larutan HMR
 10mL larutan HMR

2 Ukur absorbansi masing-masing larutan
diukur pada λ maks dari HMR dan MR-.
3 Buatlah kurva absorbansi terhadap Didapatkan kurva absorbansi
terhadap harga d
konsentrasi, harga d merupakan slope dari
kurva tersebut. (Konsentrasu HMR adalah
0,8;0,6;0,4;0,2 dan 0,1 kali konsentrasi
HMR awal)
4 Masukkan 40 mL, 30 mL, 20 mL, 10 mL Didapatkan larutan HMR yang
larutan MR- dalam labu ukur 50 mL, telah diencerkan dengan NaOH
0,01 M
kemudian encerkan masing-masing dengan  40mL larutan HMR
menggunakan larutan Natrium Asetat 0,01  30mL larutan HMR
 20mL larutan HMR
M hingga tanda batas
 10mL larutan HMR
5 Ukur absorbansi masing-masing larutan Didapatkan kurva absorbansi
terhadap harga d
diukur pada λ maks dari HMR dan MR-.
Buatlah kurva absorbansi terhadap
konsentrasi, harga d merupakan slope dari
kurva tersebut. (Konsentrasu HMR adalah
0,8;0,6;0,4;0,2 dan 0,1 kali konsentrasi
HMR awal)
Penentuan Kuantitas Relatif HMR dan MR- pada Berbagai Harga pH
1. Buat campuran larutan dengan komposisi
sebagai berikut.
Nomor labu 1 2 3 4
Larutan 10 10 10 10
indikator mL mL mL mL
standar (MR)
Natrium 25 25 25 25
asetat 0,04 M mL mL mL mL
Asam asetat 50 50 50 50
0,02 M mL mL mL mL
Air 15 15 15 15
(pengenceran) mL mL mL mL
pH (di cek 4,85 5,51 5,73 5,81
kembali)
2. Ukur absorbansi dari masing-masing larutan
tersebut pada panjang gelombang
maksimum untuk HMR dan MR-.

VII. Analisis Data\


Konsentrasi larutan induk yang dibuat dapat dihitung yaitu:

100 𝑚𝑔 1000 𝑚𝑔
= = 1000 𝑝𝑝𝑚
0,1 𝐿 𝐿

Dari larutan induk ini selanjutnya dibuat larutan standar dengan mengencerkan larutan
induk dengan menggunakan etanol dan aquades. Pengenceran dilakukan …. kali sehingga
diperoleh konsentrasi larutan standar yaitu …. ppm. Adapun perhitungannya adalah sebagai
berikut.

M1. V1 = M2. V2
1000 𝑝𝑝𝑚 × 𝑚𝐿 = 𝑥 𝑝𝑝𝑚 × 𝑚𝐿
… .× … .
𝑥 𝑝𝑝𝑚 = 𝑝𝑝𝑚
….
𝑥 𝑝𝑝𝑚 = ⋯ 𝑝𝑝𝑚

Adapun perhitungan konsentrasi HMR dan MR- standar adalah

 Konsentrasi HMR:
V1 x M1 = V2 x M2
... mL x ... ppm = … mL x M2
M2 = … ppm
 Konsentrasi MR- :
V1 x M1 = V2 x M2
... mL x ... ppm = … mL x M2
M2 = … ppm

Tabel 4. Konsentrasi Pengenceran HMR

Pengenceran Konsentrasi

Tabel 5. Konsentrasi Pengenceran MR-

Pengenceran Konsentrasi

 Hasil pengukuran absorbansi larutan HMR yang telah diencerkan pada λ maks HMR
Pengenceran Absorbansi larutan HMR Absorbansi larutan MR- ditambah
ditambah HCl NaOH

 Hasil pengukuran absorbansi larutan pada λ maks MR-


Pengenceran Absorbansi larutan HMR Absorbansi larutan MR- ditambah
ditambah HCl NaOH
Dari data di atas dapat dibuat kurva hubungan antara absorbansi dan konsentrasi
larutan HMR pada max … nm dan … nm, serta MR- pada max … nm dan … nm
sebagai berikut.

- Kurva Absorbansi terhadap konsentrasi untuk HMR pada λmaks


- Kurva Absorbansi terhadap konsentrasi untuk HMR pada λmaks MR-
- Kurva Absorbansi terhadap konsentrasi untuk MR- pada λmaks HMR
- Kurva Absorbansi terhadap konsentrasi untuk MR- pada λmaks MR-

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa λmaks HMR adalah … nm dan λmaks
MR- adalah … nm. Jadi jumlah HMR dan MR- dalam larutan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus

Abs pada λA = dHMR [HMR] + dMR- [HMR]

Abs pada λB = dHMR [MR-] + dMR- [MR-]

Harga d merupakan slope dari kurva absorbansi terhadap konsentrasi pada λmaks dari
HMR dan λmaks MR-.

 Slope untuk HMR pada λmaks HMR yaitu … nm, harga d diperoleh dari
perhitungan sebagai berikut:
d = tan α
 Slope untuk HMR pada λmaks MR- yaitu … nm, harga d diperoleh dari
perhitungan sebagai berikut.
d = tan α
 Slope untuk MR- pada λmaks HMR yaitu … nm, harga d diperoleh dari
perhitungan sebagai berikut:
d = tan α
 Slope untuk MR- pada λmaks MR- yaitu 428 nm, harga d diperoleh dari
perhitungan sebagai berikut:
d = tan α

Setelah diperoleh harga d dari masing-masing kurva tersebut, maka jumlah HMR dan
MR- dalam larutan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut

Abs pada λ HMR = dHMR [HMR] + dMR- [MR-]

Abs pada λMR- = dHMR [HMR] + dMR- [MR-]

Di mana data larutan yang pH nya dikondisikan absorbansi pada λ maks HMR :

Labu Absorbansi
Absorbansi pada λ maks MR- :
Labu Absorbansi

1. Jumlah HMR dan MR- pada labu 1, pH …


Diketahui:

Absorbansi pada λHMR = …

Absorbansi pada λMR- = …

d HMR pada λmaks HMR =…

d HMR pada λmaks MR- =…

d MR- pada λmaks HMR =…

d MR- pada λmaks MR- =…

Abs pada λ HMR = dHMR [HMR] + dMR- [MR-]…………………………………..(1)

Abs pada λMR- = dHMR [HMR] + dMR- [MR-]…….…………………………….(2)

Perhitungan:

Konsentrasi MR- disubstitusikan ke persamaan 1 sehingga diperoleh

[HMR] = … ppm

2. Jumlah HMR dan MR- pada tabug 2 dengan pH …


Diketahui:

Absorbansi pada λHMR = …

Absorbansi pada λMR- = …

d HMR pada λmaks HMR =…

d HMR pada λmaks MR- =…

d MR- pada λmaks HMR =…

d MR- pada λmaks MR- =…


Abs pada λ HMR = dHMR [HMR] + dMR- [MR-]…………………………………..(1)

Abs pada λMR- = dHMR [HMR] + dMR- [MR-]….……………………………….(2)

Perhitungan:

Konsentrasi MR- disubstitusikan ke persamaan 1 sehingga diperoleh

[HMR] = … ppm

3. Jumlah HMR dan MR- pada tabung 3 pH …


Diketahui:
Absorbansi pada λHMR = …

Absorbansi pada λMR- = …

d HMR pada λmaks HMR =…

d HMR pada λmaks MR- =…

d MR- pada λmaks HMR =…

d MR- pada λmaks MR- =…

Abs pada λ HMR = dHMR [HMR] + dMR- [MR-]…………………………………..(1)

Abs pada λMR- = dHMR [HMR] + dMR- [MR-]….……………………………….(2)

Perhitungan:

[MR-] … ppm

Konsentrasi MR- disubstitusikan ke persamaan 1 sehingga diperoleh

[HMR] = … ppm

4. Jumlah HMR dan MR- pada tabung 4 pH …


Diketahui:

Absorbansi pada λHMR = …

Absorbansi pada λMR- = …

d HMR pada λmaks HMR =…

d HMR pada λmaks MR- =…

d MR- pada λmaks HMR =…

d MR- pada λmaks MR- =…

Abs pada λ HMR = dHMR [HMR] + dMR- [MR-]…………………………………..(1)


Abs pada λMR- = dHMR [HMR] + dMR- [MR-]….……………………………….(2)

Perhitungan:

[MR-] = … ppm

Konsentrasi MR- disubstitusikan ke persamaan 1 sehingga diperoleh

[HMR] = ... ppm

 Menghitung [HMR]/[MR-] dan pKa dari metil merah pada masing-masing pH


dengan menggunakan persamaan pKa = pH – log [MR-]/[HMR]
1. Metil Merah pada pH ...
[MR  ] ...
  ...
[ HMR ] ...
pKa = pH – log [MR-]/[HMR]
2. Metil Merah pada pH …
[MR  ] ...
  ...
[ HMR ] ...
pKa = pH – log [MR-]/[HMR]
3. Metil Merah pada pH …
[MR  ] ...
  ...
[ HMR ] ...
pKa = pH – log [MR-]/[HMR]
4. Metil Merah pada pH …
[MR  ] ...
  ...
[ HMR ] ...
pKa = pH – log [MR-]/[HMR]

Dari data yang diperoleh maka perlu dibuat kurva untuk menentukan nilai dari Ka itu
sendiri. Berikut ini adalah hubungan antara pH dengan log[MR-]/[HMR].

Kurva Hubungan antara pH dengan log[MR-]/[HMR]

Berdasarkan kurva di atas diperoleh persamaan garis y = ………... Nilai pKa merupakan
intersep atau perpotongan garis dengan sumbu y, yaitu ……… . Nilai Ka dapat dihitung
sebagai berikut:

pKa = - log Ka

Anda mungkin juga menyukai