Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI SENYAWA PANGAN FUNGSIONAL YANG


MENGANDUNG OKSIGEN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3
1. AURA BERLIANNY (210343606403)
2. DAVID AL MUQORROBIN (210343606411)
3. RIZTIA PUTRI OKTAFIA (210343606462)
4. YOHANA ELISABETH (210343606431)

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Evi Susanti, S.Si, M.Si.
Dr. Muh Ade Artasasta, S. Si.

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
MALANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


The International Food Information (IFIC) telah mendefinisikan senyawa
pangan fungsional dapat menjadi sebuah pangan yang bisa memberikan manfaat
kesehatan di luar zat-zat dasarnya [1]. Senyawa pangan fungsional akan memberikan
manfaat bagi kesehatan manusia selain memberikan nutrisi, senyawa pangan
fungsional juga dapat membantu menjaga kesehatan tubuh dan mencegah berbagai
macam penyakit degeneratif. Senyawa ini dapat berasal dari bahan pangan alami atau
dapat juga dibuat secara sintetis.
Praktikum kali ini akan mengidentifikasi senyawa pangan fungsional yang
mengandung oksigen. Oksigen adalah salah satu senyawa yang sangat penting bagi
manusia karena berperan dalam proses respirasi seluler dan melindungi tubuh dari
kerusakan sel [2]. Oleh karena itu, senyawa pangan fungsional yang mengandung
oksigen menjadi sangat penting untuk diidentifikasi dan diketahui manfaatnya bagi
kesehatan manusia.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah mampu mengidentifikasi suatu
senyawa organik berdasarkan kandungan senyawa oksigennya.

1.3 Manfaat
Mahasiswa mampu mengidentifikasi suatu senyawa organik berdasarkan
kandungan senyawa oksigennya.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Senyawa Pangan


Senyawa pangan fungsional adalah senyawa pangan yang memiliki komponen
gizi dan bermanfaat untuk kesehatan tubuh, diluar manfaat zat-zat gizi yang
terkandung didalamnya [1]. Dalam kehidupan modern saat ini, filosofi makanan
sudah mengalami perubahan, dimana makan bukan hanya sekedar untuk kenyang,
tetapi untuk mendapatkan tingkat kesehatan tubuh yang optimal. Menurut BPOM
(2011) menyatakan bahwa pangan fungsional adalah olahan makanan atau minuman
yang mengandung satu atau lebih komponen yang memiliki fungsi fisiologis tertentu
berdasarkan penelitian terbukti tidak berbahaya dan memiliki manfaat bagi kesehatan
tubuh, pangan fungsional tidak memiliki karakteristik berbentuk serbuk ataupun
kapsul meskipun berbahan dasar dari senyawa alami.
2.3 Uji Seri Amonium Nitrat (CAN)
Uji seri amonium nitrat dapat digunakan untuk membedakan alkohol, fenol,
dan asam hidroksi dari senyawa-senyawa yang lain. Di dalam larutan, seri amonium
nitrat yang bereaksi dengan senyawa alkohol dan fenol akan memberikan hasil positif
yang ditandai dengan perubahan warna. Pada saat direaksikan dengan alkohol akan
membentuk kompleks berwarna merah, sedangkan saat direaksikan dengan fenol
akan terbentuk warna merah kecoklatan. Intensitas warna ini bergantung jumlah fenol
yang terkandung di dalamnya [2]. Reaksi seri ammonium nitrat dapat dilihat pada
Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Reaksi Seri Amonium Nitrat


Seri amonium nitrat ((NH4)2Ce (NO3) merupakan suatu oksidator yang dapat
mengoksidasi alkohol sekunder menjadi keton, dan alkohol benzilik menjadi aldehid.
Selain itu seri amonium nitrat juga dapat digunakan sebagai katalis untuk reaksi
esterifikasi asam karboksilat dan alkohol dengan hasil yang baik. Reaksi seri
ammonium nitrat dengan fenol dan alkohol dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Reaksi Seri amonium nitrat dengan fenol dan alkohol

2.4 Uji Besi (III) Klorida


Uji besi klorida adalah uji untuk menentukan apakah suatu senyawa organik
mengandung gugus alkohol fenolik. Fenol biasanya bersifat asam lemah. Fenol dapat
bereaksi dengan larutan besi klorida membentuk kompleks berwarna [3]. Reaksi Besi
(III) Klorida dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Reaksi Besi (III) Klorida


2.6 Uji Lucas
Uji Lucas merupakan suatu metode kimia yang digunakan untuk membedakan
alkohol primer, sekunder dan tersier menggunakan reagen yang berupa larutan besi
klorida dalam asam klorida pekat. Uji Lucas adalah reaksi yang sangat baik untuk
menentukan dan menggambarkan reaktivitas berbagai jenis alkohol. Misalnya alkohol
primer tidak mudah bereaksi dengan reagen Lucas pada suhu kamar, namun
sebaliknya pada suhu yang sama alkohol tersier segera bereaksi dengan reagen Lucas.
Reaksi Lucas mengikuti mekanisme reaksi substitusi nukleofilik. Dalam reaksi ini,
akan terbentuk karbokation alkohol sebagai zat antara [4]. Reaksi-reaksi uji Lucas
dengan alkohol:
1. Primer Alkohol
Ketika reagen Lucas ditambahkan ke alkohol primer, tidak ada perubahan yang
terjadi. Solusinya yaitu dipanaskan selama sekitar 30-45 menit dan akan
terbentuk lapisan minyak dalam larutan. Misalnya, C2H5OH + HCI CHCI+ H2O.
Dalam reaksi ini tidak ada kekeruhan yang diamati.
2. Alkohol Sekunder
Ketika reagen Lucas ditambahkan ke alkohol sekunder akan terbentuk lapisan
berminyak dalam waktu yang relatif singkat, yakni 3-5 menit. Selain itu juga
dapat diamati kekeruhan larutan. Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk
lapisan berminyak bervariasi berdasarkan kelarutan. Misalnya:
(CH3)2CHOH + HCl + ZnCl2 →→ (CH3)2CHCI+ H2O + ZnCl2. Dalam reaksi ini
terdapat pembentukan propil klorida yang bertanggung jawab atas kekeruhan
larutan.
3. Alkohol Tersier
Reaksi antara alkohol tersier dan reagen Lucas berlangsung dengan sangat cepat.
Pada reaksi ini lapisan berminyak segera terbentuk dan kekeruhannya dapat
diamati langsung dalam larutan. Misalnya:
(CH3)3CHOH + HCl + ZnCl2 → (CH3)3CHCI + H2O + ZnCl2.

2.7 Uji Natrium Karbonat untuk Asam


Uji Natrium Karbonat bertujuan untuk mendeteksi senyawa asam (asam
karboksilat). Senyawa asam seperti asam etanoat membentuk sodium etanoat dan gas
CO2. Pembentukan gas ini dapat diuji dengan meneteskan beberapa tetes air pada
larutan senyawa. Pengujian lainnya dengan menggunakan kertas lakmus biru. Kertas
lakmus biru akan berubah menjadi merah apabila ditetesi larutan campuran senyawa
asam dengan natrium karbonat [5].
2.8 Uji Fehling
Pereaksi Fehling adalah pereaksi yang mengandung ion Cu+ (berwarna biru
jernih) berfungsi untuk menunjukkan adanya gugus aldehid (-CHO) yang ditandai
dengan timbulnya endapan Cu2O berwarna merah bata [6]. pada reaksi ini gugus
aldehid mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu-
Uji Fehling untuk menganalisis adanya aldehid oleh reduksi larutan tembaga
(II) menjadi endapan merah tembaga oksida. Uji ini biasanya digunakan untuk gula
reduksi namun tidak spesifik untuk aldehid, sebuah uji positif ditunjukkan dengan
adanya suspensi hijau dan endapan merah [7]. Reaksi aldehida dengan fehling dapat
dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Reaksi aldehida dengan fehling

2.9 Uji Iodoform


Uji Iodoform digunakan untuk memeriksa keberadaan senyawa karbonil
dengan struktur R-CO-CH3 atau alkohol dengan struktur R-CH(OH)-CH3 dalam suatu
zat yang tidak diketahui. Reaksi yodium, basa dan metil keton menghasilkan endapan
kuning bersama dengan bau "antiseptik". Tes ini juga positif untuk beberapa alkohol
sekunder spesifik yang mengandung setidaknya satu gugus metil pada posisi alfa [8].
Struktur Alkohol dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Struktur alkohol


"R" dapat berupa atom hidrogen atau gugus hidrokarbon (misalnya, gugus
alkil). Jika "R" adalah hidrogen, maka akan memiliki etanol sebagai alkohol primer,
CH3CH2OH. Hasil positif terbentuk endapan kuning pucat triiodometana (iodoform) -
diberikan oleh alkohol yang mengandung:
1. Etanol adalah satu-satunya alkohol primer yang menghasilkan reaksi
triiodometana (iodoform).
2. Jika "R" adalah gugus hidrokarbon, maka akan memiliki alkohol sekunder.
Banyak alkohol sekunder yang memberikan reaksi ini, tetapi semuanya memiliki
gugus metil yang terikat pada karbon dengan gugus -OH.
3. Tidak ada alkohol tersier yang dapat mengandung gugus ini karena tidak ada
alkohol tersier yang dapat memiliki atom hidrogen yang terikat pada karbon
dengan gugus -OH. Tidak ada alkohol tersier yang memberikan reaksi
triiodometana (iodoform).
2.10 Hidrolisis Ester
Uji hidrolisis ester merupakan uji yang dilakukan dengan tujuan untuk
memecah struktur ester dengan menambahkan H2O. Hasilnya akan terbentuk senyawa
asam karboksilat dan alkohol [9]. Pembentukan senyawa asam ini dapat dijadikan
parameter positif dalam pengujian yang ditunjukkan dalam pengujian menggunakan
kertas lakmus. Apabila kertas lakmus biru berubah menjadi merah ketika diuji, maka
dapat disimpulkan bahwa larutan senyawa termasuk golongan senyawa ester. Uji
hidrolisis ester digunakan untuk membedakan senyawa golongan ester dengan eter
[10].
Hidrolisis ester dapat terjadi dengan baik dalam suasana basa menghasilkan
fragmen asam karboksilat dan alkohol. Reaksi hidrolisis ester dalam suasana basa
disebut dengan saponifikasi. Selain itu, ester juga dapat terhidrolisis dalam suasana
asam menghasilkan asam karboksilat dan alkohol. Reaksi Esterifikasi Fischer dapat
dilihat pada gambar 2.6
Gambar 2.6 Reaksi Esterifikasi Fischer
BAB 3

METODE

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi tabung reaksi, lampu
spiritus, kaki tiga, kawat kasa, penjepit tabung reaksi, gelas piala, dan korek api.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: lakmus biru, larutan KI,
larutan seri amonium nitrat, dioksana, larutan FeCl3 1%, larutan fehling, larutan
natrium karbonat 0,5 M, Larutan NaOH 1 M, Larutan NaOH 3 M, dan metanol.

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Uji Seri Amonium Nitrat
Dimasukkan beberapa tetes larutan seri amonium nitrat kedalam tabung reaksi.
ditambahkan beberapa tetes larutan sampel. Kemudian dikocok dan dicatat perubahan
warna yang terjadi. Apabila menunjukkan warna merah atau coklat maka zat yang
diuji mengandung gugus hidroksil.
3.2.2 Uji Besi (III) Klorida
Sampel yang menunjukkan reaksi positif pada uji seri amonium nitrat, diuji
dengan besi (III) klorida dengan cara, diambil beberapa tetes sampel dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi. kemudian ditambahkan 1 atau 2 tetes larutan besi (III) klorida
1%. Diamati perubahan yang terjadi dan bila terbentuk warna ungu menunjukkan
adanya gugus hidroksil fenolik.
3.2.3 Uji Lucas
Sampel yang menunjukkan reaksi negatif pada uji besi (III) klorida, diuji
dengan pereaksi lukas. Diambil 1 mL pereaksi Lucas dan dimasukkan kedalam
tabung reaksi. kemudian ditambahkan 5 tetes sampel dan dihomogenkan dengan cara
dikocok. Diamati pembentukan larutan berawan atau pemisahan larutan menjadi 2
lapisan. Pada alkohol tersier bereaksi dalam 1 menit, alkohol sekunder setelah 5
menit, dan sedangkan alkohol primer tidak bereaksi.
3.2.4 Uji Natrium Karbonat untuk Asam
Sampel yang menunjukkan reaksi negatif pada uji seri amonium nitrat
dilakukan uji natrium karbonat. Diambil 5 tetes sampel dan ditambahkan 1 ml larutan
natrium karbonat 0,5 M. Jika zat yang diuji merupakan asam, akan melepaskan gas
karbon dioksida. Kemudian diuji dengan lakmus biru dengan cara menambahkan
beberapa tetes air pada sampel dan diteteskan pada lakmus biru.
3.2.5 Uji Fehling
Disiapkan penangas air. Diambil 5 tetes fehling A dan 5 tetes fehling B dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian dihomogenkan dengan cara dikocok.
Kemudian ditambahkan 5 tetes sampel dan dimasukkan ke dalam penangas air.
Diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi.
3.2.6 Uji Iodoform
Dimasukkan 1 mL metanol kedalam tabung reaksi. Ditambahkan 5 tetes
sampel yang diuji. Ditambahkan 5 tetes NaOH 3 M. Ditambahkan 20 tetes KI.
Kemudian dimasukkan ke dalam penangas air dan diidentifikasi baunya.

3.2.7 Uji Ester


Diambil 1 mL sampel dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. ditambahkan 1
mL aquades dan dihomogenkan. Dibiarkan 15 menit sambil dikocok beberapa kali.
Kemudian dilakukan uji menggunakan lakmus biru.

3.3 Diagram Alir


3.3.1 Uji Seri Amonium Nitrat

Larutan Seri Amonium Nitrat

- Dimasukkan beberapa tetes larutan seri amonium nitrat


kedalam tabung reaksi.
- Ditambahkan beberapat tetes larutan sampel.
- Dikocok dan dicatat perubahan warna yang terjadi.
Hasil
3.3.2 Uji Besi (III) Klorida

Besi (III) klorida

- Diambil beberapa tetes sampel dan dimasukkan


kedalam tabung reaksi.
- Kemudian ditambahkan 1 atau 2 tetes larutan besi
(iii) klorida 1%.
- Diamati perubahan yang terjadi.

Hasil

3.3.3 Uji Lucas

Pereaksi lukas

- Diambil 1 mL pereaksi lukas dan dimasukkan


kedalam tabung reaksi.
- Kemudian ditambahkan 5 tetes sampel dan
dihomogenkan dengan cara dikocok.
- Diamati pembentukan larutan berawan

Hasil
3.3.4 Uji Natrium Karbonat untuk Asam

Natrium karbonat

- Diambil 5 tetes sampel dan ditambahakan 1 mL


larutan natrium karbonat 0,5 M.
- Kemudian diuji dengan lakmus biru dengan cara
menambahkan beberapa tetes air pada sampel dan
diteteskan pada lakmus biru.
- Diamati perubahan yang terjadi.
Hasil

3.3.5 Uji Benedict

5 tetes fehling A dan 5


tetes fehling B

- Diambil 5 tetes fehling A dan 5 tetes fehling B dan


dimasukkan kedalam tabung reaksi.
- Dihomogenkan dengan cara dikocok.
- Ditambahkan 5 tetes sampel dan dimasukkan
kedalam penangas air.
- Diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi
Hasil
3.3.6 Uji Iodoform

Metanol

- Diamsukkan 1 mL metanol kedalam tabung reaksi.


- Ditambahkan 5 tetes sampel yang diuji.
- Ditambahkan 5 tetes NaOH 3 M.
- Ditambahkan 20 tetes KI.
- Dimasukkan kedalam penangas air.
- Diidentifikasi baunya.
-
Hasil

3.3.7 Uji Hidrolisis Ester

Sampel negatif
reaksi fehling
- Diambil 1 mL sampel dan dimasukkan kedalam
tabung reaksi.
- Ditambahkan 1 mL aquades dan dihomogenkan.
- Dibiarkan 15 menit sambil dikocok beberapa kali.
- Kemudian dilakukan uji menggunakan lakmus
biru.
Hasil
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Keterangan:
✓ : dilakukan pengujian dan bereaksi positif
✕ : dilakukan pengujian dan bereaksi negatif
- : tidak dilakukan pengujian
4.2 Analisis Data
Sampel I menunjukan hasil negatif pada uji seri amonium nitrat karena tidak
terjadi perubahan warna sehingga langsung dilakukan uji Na2CO3 dan menunjukan
hasil positif berupa terbentuknya gas CO 2 yang menandakan sampel asam.
Kemudian dilakukan penambahan akuades dan dilanjutkan dengan uji lakmus biru
yang mengalami perubahan menjadi merah. Hal ini menandakan sampel bersifat asam
dan dapat diprediksi bahwa sampel I adalah Asam Asetat. Reaksi Na2CO3 dengan
asam membentuk asam asetat dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Reaksi Na2CO3 dengan asam membentuk asam asetat

Sampel II menunjukkan hasil positif pada uji seri amonium nitrat yang
ditandai dengan perubahan warna menjadi merah-kecoklatan. Selanjutnya dilakukan
uji seri (III) klorida, dihasilkan perubahan warna menjadi kuning yang menandakan
tidak adanya gugus hidroksil fenolik. Langkah selanjutnya dilakukan uji lucas dimana
terjadi pembentukan larutan berawan dalam waktu 5 menit. Dapat diprediksi bahwa
sampel II adalah 2-Propanol. Reaksi seri ammonium nitrat dengan pereaksi lucas
dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Reaksi Seri Amonium Nitrat dengan Pereaksi Lucas membentuk 2-
Propanol
Sampel III menunjukkan hasil positif pada uji seri amonium nitrat yang
ditandai dengan perubahan warna menjadi merah-kecoklatan. Kemudian dilanjutkan
dengan uji Besi (III) Klorida yang menunjukkan hasil negatif atau tidak terjadi
perubahan warna yang menandakan sampel mengandung alkohol. Langkah
selanjutnya dilakukan uji lucas dimana terjadi pembentukan larutan berawan dalam
waktu 1 menit yang masuk dalam golongan alkohol tersier. Sehingga dapat diprediksi
bahwa sampel III adalah tersier butil alkohol. Gambar reaksi seri ammonium nitrat
dengan pereaksi lucas membentuk alcohol tersier dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Reaksi Seri Amonium Nitrat dengan Pereaksi Lucas membentuk alkohol
tersier
Sampel IV menunjukkan hasil negatif pada uji seri amonium nitrat yang
ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna. Selanjutnya dilakukan uji natrium
karbonat dan tidak ditemukan perubahan warna. Kemudian dilakukan uji Fehling
yang menunjukan perubahan warna menjadi merah kecoklatan. Hal ini menunjukan
sampel termasuk ke dalam senyawa aldehida dan diprediksi bahwa sampel IV adalah
asetaldehida. Reaksi aldehid dengan fehling membentuk asetildehida dapat dilihat
pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Reaksi Aldehid dengan Fehling membentuk Asetildehida


Sampel V menunjukkan hasil positif pada uji seri amonium nitrat yang
ditandai dengan perubahan warna menjadi coklat. Selanjutnya dilakukan uji Besi (III)
klorida yang menunjukan perubahan warna menjadi ungu yang menandakan adanya
gugus hidroksil fenolik. Sehingga dapat diprediksi bahwa sampel V adalah larutan
fenol. Reaksi seri ammonium nitrat dengan FeCl3 dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Reaksi Seri Amonium Nitrat dengan FeCl3


Sampel VI menunjukkan hasil negatif pada uji seri amonium nitrat yang
ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna. Selanjutnya dilakukan uji natrium
karbonat yang menunjukan hasil positif berupa terbentuknya gas CO 2 yang
menandakan sampel asam. Dilanjutkan dengan uji lakmus biru yang mengalami
perubahan menjadi merah. Hal ini menandakan sampel bersifat asam dan dapat
diprediksi bahwa sampel VI adalah Etil etanoat. Reaksi Na2CO3 dengan asam dapat
dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Reaksi Na2CO3 dengan asam


Sampel VII tidak dilakukan pengujian. Sampel VIII menunjukkan hasil positif
pada uji seri amonium nitrat yang ditandai dengan perubahan warna menjadi merah-
kecoklatan. Kemudian dilanjutkan dengan uji Besi (III) Klorida yang menunjukkan
hasil negatif atau tidak terjadi perubahan warna. Langkah selanjutnya dilakukan uji
lucas dimana tidak terjadi pembentukan larutan berawan atau jernih. Hal ini
menandakan bahwa sampel termasuk ke dalam alkohol primer dan dapat diprediksi
bahwa sampel VIII adalah Metanol. Reaksi seri ammonium nitrat dengan pereaksi
lucas dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Reaksi Seri Amonium Nitrat dengan Pereaksi Lucas (Not Reaction)
4.3 Pembahasan
4.3.1 Uji Seri Amonium Nitrat
Uji seri amonium nitrat dapat digunakan untuk membedakan alkohol, fenol, dan
asam hidroksi dari senyawa-senyawa yang lain. Di dalam larutan, seri amonium nitrat
yang bereaksi dengan senyawa alkohol dan fenol akan memberikan hasil positif yang
ditandai dengan perubahan warna. Pada saat direaksikan dengan alkohol akan
membentuk kompleks berwarna merah, sedangkan saat direaksikan dengan fenol
akan terbentuk warna merah kecoklatan. Intensitas warna ini bergantung jumlah fenol
yang terkandung di dalamnya.
Pada sampel II, III, V, VIII menunjukan hasil positif uji seri amonium nitrat
yang ditandai dengan perubahan warna menjadi merah-kecoklatan. Hal ini sudah
menandakan bahwa sampel mengandung gugus fenol atau alkohol dan mengalami
reaksi dengan uji seri amonium nitrat dimana salah satu faktor suatu sampel
mengalami reaksi yaitu ditandai dengan terjadinya perubahan warna. Sedangkan
pada sampel I, IV dan VII tidak dilakukan uji seri amonium nitrat karena sampel
tersebut tidak mengandung gugus fenol atau alkohol.

4.3.2 Uji FeCl3


Uji besi klorida adalah uji untuk menentukan apakah suatu senyawa organik
mengandung gugus alkohol fenolik. Fenol biasanya bersifat asam lemah. Fenol dapat
bereaksi dengan larutan besi klorida membentuk kompleks berwarna.
Pada sampel V menunjukkan hasil positif uji besi (III) klorida yang ditandai
dengan perubahan warna menjadi ungu, dimana warna ungu tersebut menandakan
suatu sampel mengandung gugus fenol. Sedangkan untuk sampel II, III, VIII ketika
dilakukan uji besi (III) klorida tidak menunjukan perubahan warna, hal ini berarti
sampel tidak bereaksi dengan larutan besi (III) klorida dengan tidak terjadi perubahan
warna menjadi ungu dan dapat disimpulkan bahwa sampel II, III, VIII tidak
mengandung gugus fenol. Pada sampel I, IV, VI dan VII tidak dilakukan uji besi (III)
klorida.

4.3.3 Uji Lucas


Uji Lucas merupakan suatu metode kimia yang digunakan untuk membedakan
alkohol primer, sekunder dan tersier menggunakan reagen yang berupa larutan besi
klorida dalam asam klorida pekat. Uji Lucas adalah reaksi yang sangat baik untuk
menentukan dan menggambarkan reaktivitas berbagai jenis alkohol. Reaksi-reaksi uji
Lucas dengan alkohol:
1. Primer Alkohol: Ketika reagen Lucas ditambahkan ke alkohol primer, tidak ada
perubahan yang terjadi (larutan tetap jernih dan tidak terpisah setelah 1 jam)
2. Alkohol Sekunder: Ketika reagen Lucas ditambahkan ke alkohol sekunder akan
terbentuk lapisan berminyak (larutan berawan) dalam waktu yang relatif singkat,
yakni 3-5 menit. Selain itu juga dapat diamati kekeruhan larutan.
3. Alkohol Tersier: Reaksi antara alkohol tersier dan reagen Lucas berlangsung
dengan sangat cepat. Pada reaksi ini lapisan berminyak segera terbentuk dan
kekeruhannya dapat diamati langsung dalam larutan. Alkohol tersier biasanya
bereaksi dalam 1 menit.
Pada sampel II menunjukan hasil positif uji Lucas yang ditandai dengan
terbentuknya larutan berawan dalam waktu 5 menit setelah penambahan larutan uji
lucas pada sampel, sehingga dapat diprediksi bahwa sampel II adalah alkohol
sekunder. Sedangkan untuk sampel III menunjukan hasil positif uji lucas yang
ditandai dengan terbentuknya larutan berawan dalam waktu 1 menit setelah
penambahan larutan uji Lucas pada sampel, sehingga dapat diprediksi bahwa sampel
III adalah alkohol tersier. Pada sampel VIII menunjukan negatif uji Lucas yang
ditandai dengan larutan yang tetap berwarna jernih dan tidak terpisah dalam waktu 1
jam, sehingga dapat diprediksi bahwa sampel VIII adalah alkohol primer.
Sedangkan untuk sampel I, IV, V, VI dan VII tidak dilakukan uji lucas karena
dalam sampel tersebut tidak mengandung alkohol.

4.3.4 Uji Natrium Karbonat


Uji Natrium Karbonat bertujuan untuk mendeteksi senyawa asam (asam
karboksilat). Senyawa asam seperti asam etanoat membentuk sodium etanoat dan gas
CO2. Pembentukan gas ini dapat diuji dengan meneteskan beberapa tetes air pada
larutan senyawa. Pengujian lainnya dengan menggunakan kertas lakmus biru. Kertas
lakmus biru akan berubah menjadi merah apabila ditetesi larutan campuran senyawa
asam dengan natrium karbonat.
Pada sampel I menunjukan hasil positif uji natrium karbonat yang ditandai
dengan terbentuknya gelembung gas. Hal ini menandakan sampel bersifat asam dan
dilanjutkan dengan uji lakmus biru dimana terjadi perubahan lakmus menjadi warna
merah yang menandakan bahwa sampel I merupakan asam.

Pada sampel IV menunjukan hasil negatif uji natrium karbonat karena tidak
terjadi perubahan warna atau tidak terjadi reaksi. Salah satu faktor suatu sampel telah
mengalami suatu reaksi yaitu terdapat perubahan warna sehingga dapat disimpulkan
bahwa ketika sampel IV ditambahkan larutan uji natrium karbonat tidak terjadi
reaksi.
Pada sampel VI menunjukan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya
gelembung gas. Hal ini menandakan sampel bersifat asam dan dilanjutkan dengan uji
lakmus biru dimana terjadi perubahan lakmus menjadi warna merah yang
menandakan bahwa sampel VI merupakan asam. Sedangkan pada sampel II, III, V,
VII dan VIII tidak dilakukan uji natrium karbonat karena senyawa tersebut tidak
termasuk asam.

4.3.5 Uji Fehling


Pada sampel IV menunjukan hasil positif uji Fehling yang ditandai dengan
perubahan warna menjadi merah kecoklatan setelah ditambahkan larutan Fehling ke
dalam sampel, hal ini menunjukan sampel IV termasuk senyawa aldehida. Sedangkan
untuk sampel I, II, III, V, VI, VII dan VIII tidak dilakukan uji fehling karena pada
sampel tersebut tidak ada yang mengandung senyawa aldehida.

4.3.6 Uji Iodoform


Uji Iodoform digunakan untuk memeriksa keberadaan senyawa karbonil dengan
struktur R-CO-CH3 atau alkohol dengan struktur R-CH(OH)-CH3 dalam suatu zat
yang tidak diketahui. Reaksi yodium, basa dan metil keton menghasilkan endapan
kuning bersama dengan bau "antiseptik". Tes ini juga positif untuk beberapa alkohol
sekunder spesifik yang mengandung setidaknya satu gugus metil pada posisi alfa.
Pada percobaan kali ini, tidak ada sampel yang diuji menggunakan uji Iodoform. Hal
ini dikarenakan pada sampel I-VIII tidak ada senyawa golongan keton, ester atau
eter.

4.3.7 Uji Hidrolisis Ester


Uji hidrolisis ester merupakan uji yang dilakukan dengan tujuan untuk memecah
struktur ester dengan menambahkan H2O. Hasilnya akan terbentuk senyawa asam
karboksilat dan alkohol. Pembentukan senyawa asam ini dapat dijadikan parameter
positif dalam pengujian yang ditunjukkan dalam pengujian menggunakan kertas
lakmus. Apabila kertas lakmus biru berubah menjadi merah ketika diuji, maka dapat
disimpulkan bahwa larutan senyawa termasuk golongan senyawa ester. Uji hidrolisis
ester digunakan untuk membedakan senyawa golongan ester dengan eter. Pada
percobaan kali ini, tidak ada sampel yang diuji menggunakan uji hidrolisis ester. Hal
ini dikarenakan pada sampel I-VIII tidak ada senyawa golongan ester dan eter.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
sampel 1 adalah larutan asam asetat, sampel 2 adalah larutan 2-propanol, sampel 3
adalah senyawa tetra butil alkohol, sampel 4 adalah asetaldehid, sampel 5 adalah
larutan fenol, sampel 6 adalah senyawa etil etanoat, sampel 7 tidak jadi diujikan, dan
sampel 8 adalah metanol. 

5.2 Saran
Saran untuk praktikan selanjutnya dapat menambahkan pereaksi-pereaksi agar
dapat mengetahui reaksi-reaksi gugus fungsi dengan pereaksi yang lainnya. Selain
itu, dapat menambahkan reaksi-reaksi gugus fungsi yang lainnya agar dapat
mengidentifikasi gugus fungsi selain yang sudah diujikan.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Suter, I. ketut, 2014. Pangan Fungsional dan Prospek Pengembangannya. Media
Ilmiah Teknologi Pangan (Scientific Journal of Food Technology) 1, 96–109.
[2] Wiraatmaja, I. Wajan, 2016. Respirasi dan Fotorespirasi. Universitas Udayana.
[3] Astawan M. 2011. Pangan Fungsional untuk Kesehatan yang Optimal. Fakultas
Teknologi Pertanian IPB, Bogor
[4] N. J. Chem. 2000. Ceric Ammonium Nitrate.
[5] LabsterTheory. 2021. Ferric Chloride Test.
[6] D. Kare, “Lucas Test: Explained for Primary, Secondary & Tertiary Alchols,”
Test Book, 2022.
[7] S. Lakhmir, “Science For Tenth Class Part 2 Chemistry,” S. Chand Publishing,
2018.
[8] M. Ainun. 2018. Bioelectricity of Various Carbon Sources on Series Circuit from
Microbial Fuel Cell System using Lactobacillus plantarum. Jurnal Kimia Sains dan
Aplikasi.
[9] Lancashire, Prof. Robert, J., 2000. Fehling’s Test For Reducing Sugar. The
Departement of Chemistry, University of The West Indies, Mona Campus, Kingstone
7, Jamaica
[10] J. Clark. 2023. The Triiodomethane (Iodoform) Reaction in Organic Chemistry.
LibreTexts.
[11] F. Rusyidi. 2019. Pemodelan Sederhana Penyebab Alzheimer Disease dengan
Hidrolisis Ester. UNAIR News.
[12] Sunarya, Yayan & Setiabudi, Agus. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung :
PT Grafindo Media Pratama
LAMPIRAN

CAN Fehling A Fehling B Na2CO3 0,5 M

Aq I2 dalam Kl NaOH NaOH

Metanol FeCl Sampel 1 Sampel 2


Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Sampel 6

Sampel 7 Alkhohol Phenol 0,5 M FeCl3 0,5 M

Asam Oksalat KMnO4 0,5 M 2 propanol K2Cr2O7

H2SO4 98% Sampel 3 Sampel 3 Semua tabung


reaksi diisi CAN
Tabung Reaksi
Pengisian larutan yang telah diisi Sampel 3 Sampel 3
CAN larutan CAN Uji ammonium Uji alkohol (-)
nitrat (+)

P
Sampel 3 erbandingan Sampel 4 Sampel 4
Uji lucas (cepat sampel 3,4 pada uji Uji amonium nitrat uji sodium
berawan) amonium nitrat (-) karbonat (-)

Sampel 4 Sampel 4 Sampel 4 Sampel 4


Uji Benedict Uji Benedict Uji Benedict Uji Benedict
Sa
Sampel 2 dan mpel 7
Sampel 4 Sampel 6
Uji Benedict Sampel 4

Sampel 8

Anda mungkin juga menyukai