Anda di halaman 1dari 6

EKSTRAKSI PELARUT : DISTRIBUSI ASAM ETANOAT DIANTARA DIETIL ETER

DAN AIR

Pada percobaan ini dilakukan penentuan koefisien distribusi asam etanoat dalam sistem
organic (dietil eter) dan sistem air. Ekstraksi pelarut dilakukan berdasarkan ekstraksi cair-cair
dengan prinsip yang digunakan adalah disstribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu
antara dua pelarut yang tidak saling campur. Larutan asam etanoat yang digunakan dalam
percobaan ini memiliki konsentrasi yang berbeda yaitu 0,5 M dan 0,125 M.
Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan larutan etanoat sebanyak 25 ml
dengan konsentrasi 0,5 M ke dalam corong pemisah kemudian ditambahkan dengan 25 ml dietil
eter. Demikian halnya dengan larutan etanoat dengan konsentrasi 0,125 M diberi perlakuan yang
sama. Setelah penambahan pelarut dietil eter, campuran dikocok selama 20 menit. Pengocokan
bertujuan agar terjadi distribusi asam etanoat ke dalam fasa organic dan fasa air, serta untu
memperbesar luas permukaan untuk membantu proses distribusi asam etanoat pada kedua fasa.
Selain itu, proses pengocokan dilakukan agar zat dapat mengadakan keseimbangan anata yang
larut dalam air dan yang larut dalam dietil eter. Pada percobaan ini dilakukan pengocokan yang
kuat dan agak lama agar gugus polar dan kurang polar dari asam etanoat dapat bereaksi dengan
fasa air. Gugus karbon yang memiliki momen dipol kecil sehingga konsentrasi dielektriknya juga
kecil sehingga gugus ini yang bereaksi dengan dietil eter. Air memiliki momen dipol dan
konstanta dielektrik yang besar sehingga bersifat polar jadi mudah menarik gugus polar dari asan
etanoat.
Setelah pencampuran asam etanoat dengan dietil eter dalam corong pemisah, terjadi
penurunan temperature larutan yang menyebabkan larutan terasa dingin dan saat pengocokan
dilakukan, campuran menghasilkan gas dietil eter karena dietil eter mudah menguap. Oleh sebab
itu ketika pengocoka dilakukan, sesekali gas dikeluarkan melalui kran. Pengeluaran gas
dilakukan agar gas tidak menekan tutup corong pemisah. Jika gas tidak dikeluarkan, gas akan
menekan corong pemisah sehingga corong pemisah akan pecah.
Campuran asam etanoat dengan dietil eter kemudian dibiarkan beberapa saat agar terjadi
pemisahan yang sempurna. Pemisahan larutan terjadi karena campuran telah mencapai keadaan
setimbang. Pemisahan lapisan larutan menghasilkan 2 lapisan larutan, dimana pada bagian
bawah meripakan lapisan air yang mengandung asam etanoat (fasa air) sedangkan bagian atas
merupakan lapisan dietil eter (fasa organik). Pemisahan lapisan larutan ini menunjukkan massa
jenis pelarut, dimana pelarut yang memiliki massa jenis yang lebih besar berada di lapisan atas
dan pelarut yang memiliki massa jenis lebih kecil berada di lapisan bawah. Dari percobaan
diketahui bahwa lapisan air yang mengandung asam etanoat memiliki massa jenis lebih besar
daripada dietil etel. Berdasarkan teori massa jenis air adalah 1000 kg/m 3 sedangkan massa jenis
dietil eter adalah 713 kg/m3.
Selanjutnya proses pengeluaran lapisan air yang mengandung asam etanoat. Pengelauaran
lapisan ini ditampung pada Erlenmeyer yang kemudian diambil 10 ml dan dititrasi dengan NaOH
0,1 M begitupula lapisan dietil eter diberi perlakuan yang sama. Metode titrasi yang digunakan
yaitu alkalimetri. Indicator yang digunakan dalam titrasi ini adalah indicator fenolftalein.
Indicator ini merupakan asan diprotic dan tidak berwarna. Pada saat direaksikan, fenoltalein
terurai terlebih dahulu menjadi tidak berwarna, kemudian dengan menghilangnya proton dari
indicator menjadi ion terkonjugat dan menghasilkan warna merah muda. Pada titrasi ini, juga
terjadi reaksi netralisasi dan diperoleh titik akhir titrasi yang ditunjukkan dengan terjadinya
perubahan warna dari larutan tidak berwarna menjadi berwarna merah muda. Adapun reaksi
yang terjadi adalah:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
Proses titrasi dilakukan pengulangan sebanyaj 2 kali sehingga diperoleh data sebagai berikut ;
Konsentrasi
Volume asam Volume NaOH Volume rata-rata
asam etanoat Jenis fasa
etanoat (ml) (ml) (ml)
(M)
10 34,6
Fasa air 34,45
10 34,3
0,5
10 16,3
Fasa organik 16,3
10 16,3
10 7,4
Fasa air 7,4
10 7,4
0,125
10 4,8
Fasa organik 4,8
10 4,8
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat hubungan bahwa konsentrasi dengan volume NaOH
yang diperlukan adalah sebanding. Semakin besar konsentrasi asam etanoat maka semakin
banyak volume basa yang diperlukan untuk menetralkan asam etanoat tersebut.
Dari hasil data di atas dapat dihitung nilai Kd dengan perhitungan sebagai berikut ;
 Perhitungan Kd asam etanoat 0,5 M
CH3COOH 0,5 M dan Dietil eter
Penyelesaian :
 Fasa Air
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
34,6 ml+34,3 ml
V NaOH =
2
= 34,45 ml
mmol NaOH = M NaOH x V NaOH
= 0,1 M x 34,45 ml
= 3,445 mmol
mmol NaOH = mmol CH3COOH = 3,445 mmol
nCH 3 COOH
[CH 3 COOH ]=
V CH 3 COOH
3,445 mmol
=
10 ml
= 0,3445 mmol/ml
 Fasa Organik
16,3 ml+16,3 ml
V NaOH =
2
= 16,3 ml
mmol NaOH = M NaOH x V NaOH
= 0,1 M x 16,3 ml
= 1,63 mmol
mmol NaOH = mmol C4H10O (setelah pengocokan) = 1,63 mmol
Konsentrasi dietil eter dalam 10 ml dalam fasa organik
nC 4 H 10 O
[C4 H 10 O]=
V C 4 H 10 O
1,63 mmol
=
10 ml
= 0,163 mmol/ml
[fasa organik ]
 KD = [fasaair ]
0,163 M
= 0,3445 M = 0,473

 Perhitungan Kd asam etanoat 0,125 M


CH3COOH 0,125 M dan Dietil eter
Penyelesaian :
 Fasa Air
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
7,4 ml+7,4 ml
V NaOH =
2
= 7,4 ml
mmol NaOH = M NaOH x V NaOH
= 0,1 M x 7,4 ml
= 0,74 mmol
mmol NaOH = mmol CH3COOH (setelah pengocokan) = 0,74 mmol
Konsentrasi CH3COOH dalam 10 ml dalam fasa air
nCH 3 COOH
[CH 3 COOH ]=
V CH 3 COOH
0,74 mmol
=
10 ml
= 0,074 mmol/ml
 Fasa Organik
4,8 ml+ 4,2 ml
V NaOH =
2
= 4,5 ml
mmol NaOH = M NaOH x V NaOH
= 0,1 M x 4,5 ml
= 0,45 mmol
mmol NaOH = mmol C4H10O (setelah pengocokan) = 0,48 mmol
Konsentrasi dietil eter dalam 10 ml dalam fasa organik
nC 4 H 10 O
[C4 H 10 O]=
V C 4 H 10 O
0,45 mmol
=
10 ml
= 0,045 mmol/ml
[fasa organik ]
 KD =
[fasaair ]
0,045 M
= 0,074 M = 0,61

Dari hasil perhitungan Kd di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam
etanoat maka volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asam asetat tersebut semakin
banyak sehingga nilai koefisien distribusi semakin kecil. Demikian pula sebaliknya, apabila
semakin rendah konsentrasi asam etanoat maka volume NaOH yang diperlukan untuk
menetralkan asam etanoat semakin sedikit sehingga nilai koefisien distribusi semakin besar.
Koefisien distribusi suatu senyawa dalam dua larutan yang tidak bercampur harus sama dengan
satu. Artinya bahawa senyawa tersebut terdistribusi secara merata pada dua fasa. Jika koefisien
distribusi lebih kecil daripada satu maka senyawa tersebut akan cenderung terdistribusi dalam
fasa air daripada fasa organiknya. Dalam percobaan ini asam etanoat dengan konsentrasi 0,5 M
dan 0,125 koefisien distribusinya lebih kecil dari satu sehingga asam etanoat cenderung menuju
ke salah satu fase saja yaitu fasa air.

TUGAS
1. Hitung nilai Kd dari dua percobaan di atas ?
Jawaban :
Kd saat konsentrasi 0,5 M = 0,473
Kd saat konsentrasi 0,125 M = 0,61
Perhitungan terlampir di analisis data
2. Apakah konsentrasi asam etanoat yang berbeda akan memberikan nilai Kd yang
berbeda ?
Jawaban :
Iya, jika konsentrsi asam etanoat berbeda maka nilai Kd juga akan berbeda. Semakin
tinggi nilai konsentrasi asam etanoat maka volume NaOH yang diperlukan untuk
menetralkan asam etanoat semakin banyak sehingga nilai Kd semakin kecil, demikian
pula sebaliknya. Semakin rendah konsentrasi asam etanoat maka volume NaOH yang
diperlukan untuk menetralkan asam asetat tersebut semakin sedikit sehingga nilai Kd
semakin besar.
DAFTAR RUJUKAN
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian 1. Jakarata: PT Kalman Media
Pusaka.
Wiryawan, Adam., Ririni R., Akhmad S. 2007. Kimia Analitik. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.

Anda mungkin juga menyukai