Anda di halaman 1dari 16

Energetika Kimia

Percobaan C-1

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Nama : Jehnni Jessica Septhila

NIM : 10518070

Kelompok : 05

Tanggal Percobaan : 11 Maret 2020

Tanggal Pengumpulan : 1 April 2020

Asisten : Azmil (10516046)

LABORATORIUM KIMIA FISIK

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


2020

I. Judul Percobaan
Penentuan tetapan pengionan secara spektrofotometri

I1. Tujuan Percobaan


Menentukan tetapan pengionan metil merah dengan metode spektrofotometri.

III. Teori Dasar


Spektrofotometri adalah salah satu metode pengukuran kuantitatif dalam kimia analisis
terhadap sifat refleksi atau transmisi cahaya suatu materi sebagai fungsi dari panjang
gelombang.( International Organization For Standardization. 2013). Dalam analisis cara
spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan,
yaitu daerah uv (200-380 nm), daerah visible (380-700 nm), daerah inframerah (700-3000
nm). Alat pengukuran spektrofotometri disebut spektrofotometer.
Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan hukum lambert-beer, bila cahaya
monokromatik (I0),melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap
(Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitans adalah
perbandingan intensitas cahaya yang di transmisikan ketika melewati sampel (It) dengan
intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io). Persyaratan hokum lambert-
beer antara lain : radiasi yang digunakan harus monokromatik, rnergi radiasi yang di
absorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, sampel (larutan) yang mengabsorpsi
harus homogeny, tidak terjadi flouresensi atau phosphoresensi, dan indeks refraksi tidak
berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan harus pekat (tidak encer).
Jenis-jenis spektrofotometer diantaranya:
1) Spektrofotometer vis (visible)
Pada spektrofotometer ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energy dalah cahaya
tampak (visible). Cahaya visible termasuk spectrum elektromagnetik yang dapat ditangkap
oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua
sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia, maka sinar tersebut termasuk kedalam sinar
tampak (visible).
2) Spektrofotometer uv (ultra violet)
Berbeda dengan spektrofotometer visible, pada spektrofometer uv berdasarkan interaksi
sampel dengan sinar uv. Sinar uv memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Karena sinar uv
tidak dapat dideteksi oleh mata manusia maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini
terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan.
3) Spektrofotometer uv-vis
Spektrofotometer ini merupakan gabungan antara spektrofotometer uv dan visible.
Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya uv dan sumber cahaya
visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber
sinar sebagai sumber uv dan vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
4) Spektrofotometer ir (infra red)
  Spektrofotometer ini berdasar kepada penyerapan panjang gelombang inframerah.
Cahaya inframerah, terbagi menjadi inframerah dekat, pertengahan dan jauh. Inframerah
pada spektrofotometri adalah adalah inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai
panjang gelombang 2.5-1000 mikrometer. Hasil analisa biasanya berupa signal
kromatogram hubungan intensitas ir terhadap panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal
sampel akan dibandingkan dengan signal standar.
Pada percobaan ini, akan ditentukan nilai konsanta ionisasi dari metil merah. Metil
merah sendiri diuji absorbansinya pada konsentrasi tertentu yang bervariasi pada
spektrokopi UV-Vis untuk menentukan absortifitas molarnya. Karena metil merah memiliki
gugus asam karboksilat, maka metil merah bersifat asam dengan persamaan kesetimbangan:
+ ¿(aq)¿

HMR ( aq ) ⇌ M R−¿ (aq) +H ¿

Konsentrasi HMR dan MR- pada kondisi keasaman yang berbeda membuat nilai dari
keduanya berbeda. Pada percobaan ini, pengukuran absorbansi dilakukan pada kondisi asam
dan basa.

IV. Alat dan Bahan :

Alat : Bahan :

1. Spektrofotometer. 1. Metil merah


2. pH meter. 2. Natrium asetat
3. Labu takar 100 ml. 3. Asam asetat
4. Pipet ukur 10 ml, 20 ml, dan 50 ml. 4. Asam klorida

5. Gelas kimia 500 ml. 5. Etanol 95%


6. Air Suling

V. Cara Kerja
Pertama hal yang dilakukan adalah menyediakan larutan standar asam dan standar
basa dari metil merah. Larutan standar asam yang akan digunakan membutuhkan metil
merah dengan konsentrasi 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm. Dibuat larutan stok dengan
mencampurkan 10 mL metil merah dan 10 mL HCl 0,1 M dan diencerkan sampai 100mL.
Untuk larutan dengan konsentrasi 2,3,4 dan 5 ppm dibutuhkan larutan stok metil merah
sebanyak masing-masing 10, 15, 20, dan 25 mL. Tiap konsentrasi ditambahkan HCl
sebanyak masing-masing 10mL dan campuran diencerkan sampai 50mL.
Selanjutnya dilakukan penyediaan larutan standar basa. Larutan standar basa yang
akan digunakan membutuhkan metil merah dengan konsentrasi 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan
5 ppm. Dibuat larutan stok dengan mencampurkan 10 mL metil merah dan 25 mL NaOH
0,04M dan diencerkan sampai 100mL. Untuk larutan dengan konsentrasi 2,3,4 dan 5 ppm
dibutuhkan larutan stok metil merah sebanyak masing-masing 10, 15, 20, dan 25 mL. Tiap
konsentrasi ditambahkan NaOH sebanyak masing-masing 12,5 mL dan campuran
diencerkan sampai 50mL.
Dibuat tiga buah larutan sampel yang terdiri atas 5 mL larutan standard dan 25 mL
larutan CH3COONa 0,0400 M pada labu takar 100 mL. . Kemudian dilakukan penambahan
pada masing-masing labu, yaitu labu I ditambah 10 mL CH 3COOH, labu II ditambah 50
mL CH3COOH, dan labu III ditambah 70 mL CH3COOH.
Setelah semua larutan selesai dibuat, dilakukan pengamatan spektrofotometri.
Pertama-tama dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum untuk setiap larutan
standar, yaitu pada konsentrasi 4 pada larutan standar asam maupun basa. Selanjutnya
dilakukan pengukuran absorbansi dari setiap larutan standar asam dan basa pada masing-
masing konsentrasi dengan menggunakan panjang gelombang maksimum asam dan
panjang gelombang maksimum basa.
Ketiga larutan sampel diambil dan dilakukan pengukuran absorbansi dan pH untuk
masing-masing larutan dengan menggunakan panjang gelombang maksimum asam dan
panjang gelombang maksimum basa.

VI. Data Pengamatan :

[HCl] = 0,1 M
[NaOH] = 0,04 M
[CH3COONa] = 0,04 M
[CH3COOH] = 0,1 M
[Metil merah] = 100 ppm

1. Penentuan panjang gelombang untuk absorbansi maksimum pada HMR dan MR-

Tabel 5.1 Absorbansi Larutan Indikator Metil Merah pada Kondisi Asam dan Basa

HMR MR-
λ (nm) Absorbansi λ (nm) Absorbansi
550 0,383 516 0,472
540 0,427 517 0,472
530  0,272 518  0,472
520  0,473 519  0,472
510 0,461 520 0,472
500  0,424 521  0,471
400  0,266 522  0,470
410  0,269 523  0,469
420  0,266 524  0,468
430  0,264 525  0,467
406 0,268
407 0,268
408 0,270
409 0,270
410 0,270
411 0,270
412 0,267
413 0,268
414 0,268
415 0,268
410 0,210

2. Penentuan absorbansi HMR dan MR- pada berbagai konsentrasi

Tabel 5.2 Absorbansi HMR dan MR- pada berbagai Konsentrasi

Absorbansi
HMR MR-
Konsentrasi
(ppm) A1 (520 nm) A2 (409 nm) A2 (430 nm) B2 (521 nm)
2 0,185 0,112 0,075 0,192
3 0,356 0,117 0,078 0,231
4 0,471 0,122 0,084 0,270
5 0,574 0,124 0,085 0,307
3. Penentuan absorbansi HMR dan MR- pada berbagai pH

Tabel 5.2 Absorbansi HMR dan MR- pada berbagai pH

Absorbansi
Konsentrasi (M)
A1 (520 nm) A2 (521 nm) pH (pada 25℃)

0,01 0,408 0,203 4,69


0,05 0,558 0,144 3,79
0,1 0,562 0,136 3,48

VI. Pengolahan Data

1. Kurva absorbansi sebagai fungsi konsentrasi HMR pada λ1 dan λ2

Kurva Absorbansi HMR


0.7
0.6
f(x) = 0.13 x − 0.05
0.5 R² = 0.98
Absorbansi

0.4
0.3
0.2
0.1 f(x) = 0 x + 0.1
0 R² = 0.97
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

[HMR] (ppm)
λ1 (520 nm) Linear (λ1 (520 nm))
λ2 (409 nm) Linear (λ2 (409 nm))

Gambar 1. Kurva absorbansi sebagai fungsi konsentrasi HMR

2. Kurva absorbansi sebagai fungsi konsentrasi MR- pada λ1 dan λ2


Kurva Absorbansi MR-
0.35

0.3
f(x) = 0.04 x + 0.12
R² = 1
Absorbansi 0.25

0.2

0.15

0.1
f(x) = 0 x + 0.07
0.05 R² = 0.94
0
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

[MR-] (ppm)
λ1 (430 nm)

Gambar 2. Kurva absorbansi sebagai fungsi konsentrasi MR-

3. Menentukan [HMR] dan [MR-]

 Dari kurva absorbansi [HMR] diperoleh persamaan berikut,


Pada λ1 : y = 0,1282x - 0,0522………………….. (1)
pada λ2 : y = 0,0041x + 0,1044....................(2)

 Dari kurva absorbansi [MR-] diperoleh persamaan berikut,


Pada λ1 : y = 0,0384x + 0,115..................... (3)
Pada λ2 : y = 0,0036x + 0,0679....................(4)

Dua persamaan untuk menentukan komposisi HMR dan MR- dalam


larutan sebagai fungsi dari pH,

A1 = a1[HMR] + b1[MR-]

A2 = a2[HMR] + b2[MR-]

Dari empat persamaan yang yang didapatkan melalui regresi, diperoleh a1 sebesar
0,985 ; b1 sebesar 0,9689 ; a2 sebesar 0,9998 ; dan b2 sebesar 0,9391.

[HMR] dan [MR-] pada setiap pH sesuai tabel 5.2 dapat ditentukan sebagai
berikut :
 pH = 4,69
0,408 = 0,985 [HMR] + 0,9689 [MR-]
0,203 = 0,095[HMR] + 0,0018[MR-]
Dengan metode eliminasi sistem persamaan linear dua variabel didapatkan
[HMR] sebesar 3,0432 ppm dan [MR-] sebesar 4,9615 ppm.

 pH = 3,79
0,558 = 0,985 [HMR] + 0,9689 [MR-]
0,144 = 0,095[HMR] + 0,0018[MR-]
Dengan metode eliminasi sistem persamaan linear dua variabel didapatkan
[HMR] sebesar 4,2600 ppm dan [MR-] sebesar 3,2952 ppm.

 pH = 3,48
0,562 = 0,985 [HMR] + 0,9689 [MR-]
0,136 = 0,095[HMR] + 0,0018[MR-]
Dengan metode eliminasi sistem persamaan linear dua variable didapatkan
[HMR] sebesar 4,2972 ppm dan [MR-] sebesar 3,0828 ppm.

Dari perhitungan yang telah dilakukan, didapat hasil data sebagai berikut :
Tabel 6.1
Penentuan pH A1 A2 [HMR] (ppm) [MR-] (ppm) log [MR-]/[HMR]

log[MR-]/[ 4,69 0,408 0,203 3,0432 4,9615 0,2123


3,79 0,558 0,144 4,2600 3,2952 -0,1115
HMR]
3,48 0,562 0,136 4,2972 3,0828 -0,1443

4. Menentukan nilai Ka

Dari data yang diperoleh pada tabel 6.1 dialurkan nilai pH terhadap nilai log
([MR-]/[HMR]) sebagai berikut :
Kurva pH terhadap log ([MR-]/[HMR])
5
f(x) = 3.15 x + 4.03 4.5
R² = 0.97 4
3.5
3
pH

2.5
2
1.5
1
0.5
0
-0.2 -0.15 -0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

log ([MR-]/[HMR])

Gambar 4. Kurva pH terhadap log ([MR-]/[HMR])

Dari kurva tersebut diperoleh persamaan y = 3,1451x + 4,0323. Untuk menentukan


nilai Ka,dari metil merah,
y=3,1451 x +4,0323
pH=3,1451 log ¿ ¿
pKa=4,0323
Ka=9,2832 x 10−5

2. Menentukan nilai galat


Data literatur Ka metil merah adalah 1×10−5 (CRC,2005) sehingga diperoleh galat
sebesar,
| pKaliteratur − pKa percobaan|
% galat= x 100 %
pKaliteratur

%galat =¿ 5−4,0323∨ ¿ x 100 %=19,35 % ¿


5

VII. Pembahasan
Metil merah adalah indikator yang lumrah untuk digunakan pada titrasi. Metil merah
memiliki rentang pH yakni 4,8-6. Perubahan warna dari metil merah adalah dari merah
menjadi kuning. Karena rentang pH nya yang berada di daerah asam, maka metil merah
biasa digunakan sebagai indikator dari titrasi asam basa yang memiliki titik equivalen di pH
asam yang biasanya adalah titrasi antara asam kuat dan basa lemah. Struktur dari metil merah
adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Struktur Metil Merah

Dalam larutan air, metil merah (MR) ditemukan sebagai “zwitter ion”. Zwitter ion
adalah senyawa yang memiliki sekaligus gugus bersifat asam dan basa contonya metil
merah. Kondisi PH netral zwitter ion akan bermutan positif (kation) maupun bermuatan
negatif (anion). Biasanya ion mudah larut dalam air karena bermuatan.. Dalam suasana asam
senyawa ini berupa I, disingkat HMR, yang berwarna merah dan mempunyai dua bentuk
resonansi. Jika ke dalamnya ditambahkan basa, maka sebuah proton akan hilang dan terjadi
senyawa II yang merupakan anion MR- berwarna kuning. Contoh zwitter ion lainnya yaitu
pada asam amino, yang memiliki gugus karboksil yang bersifat asam dan gugus amina yang
bersifat basa. Contoh strukturnya yaitu :

Pada percobaan ini, akan ditentukan nilai konsanta ionisasi dari metil merah. Metil
merah sendiri diuji absorbansinya pada konsentrasi tertentu yang bervariasi pada
spektrokopi UV-Vis untuk menentukan absortifitas molarnya. Rasio keberadaan
konsentrasi kedua spesi ini dalam larutan dipengaruhi oleh pH larutan. Kedua spesi ini
juga mempunyai warna yang berbeda. Metil merah memiliki gugus asam karboksilat,
maka metil merah bersifat asam dengan persamaan Reaksi kesetimbangannya secara
sederhana dapat dinotasikan sebagai berikut :
+ ¿(aq)¿

HMR ( aq ) ⇌ M R−¿ (aq) +H ¿

Perbandingan konsentasi produk terbentuk terhadap konsentrasi reaktan yang ada


pada keadaan setimbang disebut sebagai tetapan kesetimbangan. Dalam kasus metil
merah, secara spesifik dapat disebut juga tetapan pengionan, karena produk yang
terbentuk berupa ion. Pada percobaan ini air suling digunakan sebagai blanko agar nilai
absorbansinya nol sebelum digunkan untuk mengukur absorbansi larutan lainnya
sehingga hasil pengukuran absorbansi pada larutan dapat lebih akurat. Sebelum dilakukan
perhitungan dan pengujian tetapan pengionan, pertama ditentukan panjang gelombang
maksimum pada keadaan asam maupun basa untuk menghindari terjadinya galat yang
cukup besar pada saat dilakukan pengukuran menggunakan spektrofotometer. Selain itu
Panjang gelombang maksimum digunakan untuk mengukur nilai absorbansi pada setiap
konsentrasi dan pH. Pada Panjang gelombang maksimum juga nilai absorbansi yang
dihasilkan akan maksimum, sehingga cahaya yang diserap besar.

Pengukuran panjang gelombang maksimum dilakukan pada panjang gelombang


antara 400 hingga 520 nm. Hal ini disebabkan karena warna hijau, gelombang yang
diabsorbsi oleh metil merah berada di rentang panjang gelombang 400 nm hingga 520
nm. Spesi yang dominan pada kondisi asam adalah HMR sedangkan spesi yang lebih
dominan pada kondisi basa adalah MR-. Berdasarkan teoritis, karena spesi pada asam
berwarna merah sedangkan spesi metil merah pada kondisi basa berwarna kuning,
gelombang maksium yang diserap pada kondisi asam memiliki panjang gelombang yang
semakin panjang karena absorbsi warna merah memiliki panjang gelombang yang lebih
panjang dibandingkan warna kuning. Hal ini dapat dibuktikan secara eksperimen bahwa
serapan panjang gelombang maksimum pada keadaan asam dimana spesi yang dominan
HMR adalah 520 nm sedangkan panjang gelombang serapan maksimum dari ansorbansi
pada keadaan basa dimana spesi ayng dominan adalah MR- adalah 409 nm.
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert-Beer, bila cahaya
monokromatik (I0), melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap
(Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (I t). Berdasarkan hukum
Lambert-Beer, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut,
It
A=−log T =−log ( )
I0
=ax b x c

Dengan A adalah absorbansi dari sampel yang akan diukur, T adalah transmitansi, I 0
adalah intensitas sinar masuk, I t adalah intensitas sinar yang diteruskan, a adalah serapan
molar, b adalah tebal kuvet yang digunakan, dan c adalah konsentrasi dari sampel.
Menurut persamaan lambert-beer, konsentrasi berbanding lurus dengan absorbsi
dari larutan, maka semakin besarnya konsentrasi sampel dalam larutan maka,
absorbitifasnya akan semakin besar. Data absortifitas pada percobaan ini meningkat
dengan meningkatnya konsentrasi metil merah yang terdapat pada larutan. Pada
percobaan, dihasilkan absortifitas molar HMR dan MR- pada keadaan asam dan basa.
Niali absortifitas ini akan digunakan untuk mengetahui konsentrasi HMR dan MR- pada
pH yang disesuaikan dengan buffer. Pada percobaan ini buffer yang digunakan adalah
buffer antara asam asetat dan natrium asetat yang akan menghasilkan pH asam sekitar 3-
5.
Dalam menentukan pKa, dapat melalui beberapa tahap, yaitu menentukan panjang
gelombang maksimum HMR dan MR-, melakukan verifikasi hukum Beer untuk kedua
panjang gelombang HMR dan MR-, dan mencari komposisi dari HMR dan MR- yang ada
dalam larutan sebagai fungsi dari pH. Berdasarkan pengukuran pH, semakin besar nilai
pHnya konsentrasi MR- semakin besar dan sebaliknya apabila pH semakin kecil maka
konsentrasi HMR akan semakin besar.
Pada percobaan ini dihasilkan nilai tetapan ionisasi dari metil merah dengan pKa
yang bernilai 4,0323. Dalam literatur, metil merah memiliki 2 nilai pKa, nilai pKa
pertama diperoleh dari ionisasi pada gugus asam karboksilat sedangkan nilai pKa yang
kedua diperoleh dari protonasi pada gugus amina. Secara garis besar, etil merah memiliki
rentang pH di mana ioa bersifat zwitter ion yakni memiliki dua muatan dalam satu
molekul tetapi total muatannya adalah nol.
Galat yang dihasilkan dari percobaan ini adalah sebesar 19,35%. Galat yang
dihasilkan masih cukup besar dapat disebabkan karena karena terlalu banyak alat gelas
yang digunakan, sehingga pembuatan larutan yang kurang akurat sehingga larutan terlalu
encer atau pekat.
Cara lain yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menentukan pKa dari
suatu spesi adalah dengan titrasi konduktometri. Pada titrasi konduktometri, nilai pKa
ditentukan dengan menemukan setengah dari volume equivalen yang digunakan pada
titrasi.

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh tetapan ionisasi (pKa) dari metil
merah sebesar4,0323 dengan galat sebesar 19,35 % .

IX. Daftar Pustaka

Solomon (2012), Organic Chemistry, John Wiley and Sons, New York, p. 946.
Sack, Oliver (2013), Handbook of Chemistry and Physics. CRC Press LCC, New York,
p. 1246.
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry, McGraw-Hill, New York. p.743-746

Stehen, Bresnick. 2002.Istilah Kimia Umum. Jakarta : Erlangga

X. Lampiran
- Data pengamatan
- Data range pH dan nilai pKa pada Metil Merah

Anda mungkin juga menyukai