Percobaan C-1
NIM : 10518070
Kelompok : 05
I. Judul Percobaan
Penentuan tetapan pengionan secara spektrofotometri
Konsentrasi HMR dan MR- pada kondisi keasaman yang berbeda membuat nilai dari
keduanya berbeda. Pada percobaan ini, pengukuran absorbansi dilakukan pada kondisi asam
dan basa.
Alat : Bahan :
V. Cara Kerja
Pertama hal yang dilakukan adalah menyediakan larutan standar asam dan standar
basa dari metil merah. Larutan standar asam yang akan digunakan membutuhkan metil
merah dengan konsentrasi 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm. Dibuat larutan stok dengan
mencampurkan 10 mL metil merah dan 10 mL HCl 0,1 M dan diencerkan sampai 100mL.
Untuk larutan dengan konsentrasi 2,3,4 dan 5 ppm dibutuhkan larutan stok metil merah
sebanyak masing-masing 10, 15, 20, dan 25 mL. Tiap konsentrasi ditambahkan HCl
sebanyak masing-masing 10mL dan campuran diencerkan sampai 50mL.
Selanjutnya dilakukan penyediaan larutan standar basa. Larutan standar basa yang
akan digunakan membutuhkan metil merah dengan konsentrasi 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan
5 ppm. Dibuat larutan stok dengan mencampurkan 10 mL metil merah dan 25 mL NaOH
0,04M dan diencerkan sampai 100mL. Untuk larutan dengan konsentrasi 2,3,4 dan 5 ppm
dibutuhkan larutan stok metil merah sebanyak masing-masing 10, 15, 20, dan 25 mL. Tiap
konsentrasi ditambahkan NaOH sebanyak masing-masing 12,5 mL dan campuran
diencerkan sampai 50mL.
Dibuat tiga buah larutan sampel yang terdiri atas 5 mL larutan standard dan 25 mL
larutan CH3COONa 0,0400 M pada labu takar 100 mL. . Kemudian dilakukan penambahan
pada masing-masing labu, yaitu labu I ditambah 10 mL CH 3COOH, labu II ditambah 50
mL CH3COOH, dan labu III ditambah 70 mL CH3COOH.
Setelah semua larutan selesai dibuat, dilakukan pengamatan spektrofotometri.
Pertama-tama dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum untuk setiap larutan
standar, yaitu pada konsentrasi 4 pada larutan standar asam maupun basa. Selanjutnya
dilakukan pengukuran absorbansi dari setiap larutan standar asam dan basa pada masing-
masing konsentrasi dengan menggunakan panjang gelombang maksimum asam dan
panjang gelombang maksimum basa.
Ketiga larutan sampel diambil dan dilakukan pengukuran absorbansi dan pH untuk
masing-masing larutan dengan menggunakan panjang gelombang maksimum asam dan
panjang gelombang maksimum basa.
[HCl] = 0,1 M
[NaOH] = 0,04 M
[CH3COONa] = 0,04 M
[CH3COOH] = 0,1 M
[Metil merah] = 100 ppm
1. Penentuan panjang gelombang untuk absorbansi maksimum pada HMR dan MR-
Tabel 5.1 Absorbansi Larutan Indikator Metil Merah pada Kondisi Asam dan Basa
HMR MR-
λ (nm) Absorbansi λ (nm) Absorbansi
550 0,383 516 0,472
540 0,427 517 0,472
530 0,272 518 0,472
520 0,473 519 0,472
510 0,461 520 0,472
500 0,424 521 0,471
400 0,266 522 0,470
410 0,269 523 0,469
420 0,266 524 0,468
430 0,264 525 0,467
406 0,268
407 0,268
408 0,270
409 0,270
410 0,270
411 0,270
412 0,267
413 0,268
414 0,268
415 0,268
410 0,210
Absorbansi
HMR MR-
Konsentrasi
(ppm) A1 (520 nm) A2 (409 nm) A2 (430 nm) B2 (521 nm)
2 0,185 0,112 0,075 0,192
3 0,356 0,117 0,078 0,231
4 0,471 0,122 0,084 0,270
5 0,574 0,124 0,085 0,307
3. Penentuan absorbansi HMR dan MR- pada berbagai pH
Absorbansi
Konsentrasi (M)
A1 (520 nm) A2 (521 nm) pH (pada 25℃)
0.4
0.3
0.2
0.1 f(x) = 0 x + 0.1
0 R² = 0.97
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
[HMR] (ppm)
λ1 (520 nm) Linear (λ1 (520 nm))
λ2 (409 nm) Linear (λ2 (409 nm))
0.3
f(x) = 0.04 x + 0.12
R² = 1
Absorbansi 0.25
0.2
0.15
0.1
f(x) = 0 x + 0.07
0.05 R² = 0.94
0
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
[MR-] (ppm)
λ1 (430 nm)
A1 = a1[HMR] + b1[MR-]
A2 = a2[HMR] + b2[MR-]
Dari empat persamaan yang yang didapatkan melalui regresi, diperoleh a1 sebesar
0,985 ; b1 sebesar 0,9689 ; a2 sebesar 0,9998 ; dan b2 sebesar 0,9391.
[HMR] dan [MR-] pada setiap pH sesuai tabel 5.2 dapat ditentukan sebagai
berikut :
pH = 4,69
0,408 = 0,985 [HMR] + 0,9689 [MR-]
0,203 = 0,095[HMR] + 0,0018[MR-]
Dengan metode eliminasi sistem persamaan linear dua variabel didapatkan
[HMR] sebesar 3,0432 ppm dan [MR-] sebesar 4,9615 ppm.
pH = 3,79
0,558 = 0,985 [HMR] + 0,9689 [MR-]
0,144 = 0,095[HMR] + 0,0018[MR-]
Dengan metode eliminasi sistem persamaan linear dua variabel didapatkan
[HMR] sebesar 4,2600 ppm dan [MR-] sebesar 3,2952 ppm.
pH = 3,48
0,562 = 0,985 [HMR] + 0,9689 [MR-]
0,136 = 0,095[HMR] + 0,0018[MR-]
Dengan metode eliminasi sistem persamaan linear dua variable didapatkan
[HMR] sebesar 4,2972 ppm dan [MR-] sebesar 3,0828 ppm.
Dari perhitungan yang telah dilakukan, didapat hasil data sebagai berikut :
Tabel 6.1
Penentuan pH A1 A2 [HMR] (ppm) [MR-] (ppm) log [MR-]/[HMR]
4. Menentukan nilai Ka
Dari data yang diperoleh pada tabel 6.1 dialurkan nilai pH terhadap nilai log
([MR-]/[HMR]) sebagai berikut :
Kurva pH terhadap log ([MR-]/[HMR])
5
f(x) = 3.15 x + 4.03 4.5
R² = 0.97 4
3.5
3
pH
2.5
2
1.5
1
0.5
0
-0.2 -0.15 -0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
log ([MR-]/[HMR])
VII. Pembahasan
Metil merah adalah indikator yang lumrah untuk digunakan pada titrasi. Metil merah
memiliki rentang pH yakni 4,8-6. Perubahan warna dari metil merah adalah dari merah
menjadi kuning. Karena rentang pH nya yang berada di daerah asam, maka metil merah
biasa digunakan sebagai indikator dari titrasi asam basa yang memiliki titik equivalen di pH
asam yang biasanya adalah titrasi antara asam kuat dan basa lemah. Struktur dari metil merah
adalah sebagai berikut:
Dalam larutan air, metil merah (MR) ditemukan sebagai “zwitter ion”. Zwitter ion
adalah senyawa yang memiliki sekaligus gugus bersifat asam dan basa contonya metil
merah. Kondisi PH netral zwitter ion akan bermutan positif (kation) maupun bermuatan
negatif (anion). Biasanya ion mudah larut dalam air karena bermuatan.. Dalam suasana asam
senyawa ini berupa I, disingkat HMR, yang berwarna merah dan mempunyai dua bentuk
resonansi. Jika ke dalamnya ditambahkan basa, maka sebuah proton akan hilang dan terjadi
senyawa II yang merupakan anion MR- berwarna kuning. Contoh zwitter ion lainnya yaitu
pada asam amino, yang memiliki gugus karboksil yang bersifat asam dan gugus amina yang
bersifat basa. Contoh strukturnya yaitu :
Pada percobaan ini, akan ditentukan nilai konsanta ionisasi dari metil merah. Metil
merah sendiri diuji absorbansinya pada konsentrasi tertentu yang bervariasi pada
spektrokopi UV-Vis untuk menentukan absortifitas molarnya. Rasio keberadaan
konsentrasi kedua spesi ini dalam larutan dipengaruhi oleh pH larutan. Kedua spesi ini
juga mempunyai warna yang berbeda. Metil merah memiliki gugus asam karboksilat,
maka metil merah bersifat asam dengan persamaan Reaksi kesetimbangannya secara
sederhana dapat dinotasikan sebagai berikut :
+ ¿(aq)¿
Dengan A adalah absorbansi dari sampel yang akan diukur, T adalah transmitansi, I 0
adalah intensitas sinar masuk, I t adalah intensitas sinar yang diteruskan, a adalah serapan
molar, b adalah tebal kuvet yang digunakan, dan c adalah konsentrasi dari sampel.
Menurut persamaan lambert-beer, konsentrasi berbanding lurus dengan absorbsi
dari larutan, maka semakin besarnya konsentrasi sampel dalam larutan maka,
absorbitifasnya akan semakin besar. Data absortifitas pada percobaan ini meningkat
dengan meningkatnya konsentrasi metil merah yang terdapat pada larutan. Pada
percobaan, dihasilkan absortifitas molar HMR dan MR- pada keadaan asam dan basa.
Niali absortifitas ini akan digunakan untuk mengetahui konsentrasi HMR dan MR- pada
pH yang disesuaikan dengan buffer. Pada percobaan ini buffer yang digunakan adalah
buffer antara asam asetat dan natrium asetat yang akan menghasilkan pH asam sekitar 3-
5.
Dalam menentukan pKa, dapat melalui beberapa tahap, yaitu menentukan panjang
gelombang maksimum HMR dan MR-, melakukan verifikasi hukum Beer untuk kedua
panjang gelombang HMR dan MR-, dan mencari komposisi dari HMR dan MR- yang ada
dalam larutan sebagai fungsi dari pH. Berdasarkan pengukuran pH, semakin besar nilai
pHnya konsentrasi MR- semakin besar dan sebaliknya apabila pH semakin kecil maka
konsentrasi HMR akan semakin besar.
Pada percobaan ini dihasilkan nilai tetapan ionisasi dari metil merah dengan pKa
yang bernilai 4,0323. Dalam literatur, metil merah memiliki 2 nilai pKa, nilai pKa
pertama diperoleh dari ionisasi pada gugus asam karboksilat sedangkan nilai pKa yang
kedua diperoleh dari protonasi pada gugus amina. Secara garis besar, etil merah memiliki
rentang pH di mana ioa bersifat zwitter ion yakni memiliki dua muatan dalam satu
molekul tetapi total muatannya adalah nol.
Galat yang dihasilkan dari percobaan ini adalah sebesar 19,35%. Galat yang
dihasilkan masih cukup besar dapat disebabkan karena karena terlalu banyak alat gelas
yang digunakan, sehingga pembuatan larutan yang kurang akurat sehingga larutan terlalu
encer atau pekat.
Cara lain yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menentukan pKa dari
suatu spesi adalah dengan titrasi konduktometri. Pada titrasi konduktometri, nilai pKa
ditentukan dengan menemukan setengah dari volume equivalen yang digunakan pada
titrasi.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh tetapan ionisasi (pKa) dari metil
merah sebesar4,0323 dengan galat sebesar 19,35 % .
Solomon (2012), Organic Chemistry, John Wiley and Sons, New York, p. 946.
Sack, Oliver (2013), Handbook of Chemistry and Physics. CRC Press LCC, New York,
p. 1246.
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry, McGraw-Hill, New York. p.743-746
X. Lampiran
- Data pengamatan
- Data range pH dan nilai pKa pada Metil Merah