Oleh:
Kiki Riana Yulita Sari
17728251035
Pendidikan Kimia B
Dosen Pengampu :
Dr.Dra Amanatie, M.Pd.,M.Si.
A. TUJUAN
Menentukan kadar protein dalam larutan sampel dengan metode Biuret
B. DASAR TEORI
Protein
yang sangat penting. Beberapa fungsi protein adalah sebagai katalisator (enzim),
amino, juga mempunyai peranan penting dalam metabolisme sel hidup. Peranan
tersebut adalah sebagai substrat untuk sintesis protein, pemasok nitrogen untuk sintesis
senyawa yang mengandung nitrogen lain, dan sumber energy bila dikatabolisme
(Toha, 2001).
Molekul protein pada dasarnya adalah gabungan antara beberapa asam amino
melalui ikatan peptida. Maka dari itu sifat yang dimiliki asam amino terdapat pada
protein. Asam amino sendiri merupakan suatu molekul yang memiliki satu atau lebih
gugus karboksilat (-COOH) dan satu atau lebih gugus amino (-NH2) yang salah
satunya terletak pada atom C tepat dibawah gugus karboksil atau sering disebut
sebagai C alfa. Selanjutnya yang dimaksud dengan ikatan peptida adalah suatu ikatan
dimana gugus karboksil suatu asam amino dengan gugus amina dari amas amino yang
lainnya.
Uji Biuret
Metode biuret merupakan metode penentuan kadar protein. Reaksi biuret umum
untuk peptida dan protein. Suatu peptida mempunyai dua buah ikatan peptida atau
lebih. Ikatan peptida ini dapat bereaksi dengan Cu2+ dalam suasana basa. Reagen
biuret merupakan reagen yang mengandung basa (NaOH) dan CuSO4. CuSO4 ini
dengan Cu2+ dapat membentuk warna ungu dengan suasana basa dari NaOH. Reaksi
akan membentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dengan pasangan electron bebas dari
gugus –NH maupun gugus –CO dari rantai polipeptida (Chairul Anwar, 1994: 462).
gugus amina asam (-CONH2) yang berada pada gugus amina asam yang lain atau
dikatakan uji biuret untuk mengetahui banyaknya asam amino dalam protein telur. Jika
bereaksi akan terbentuk warna ungu. Intensitas warna yang dihasilkan bergantung
pada konsentrasi protein yang diukur. Semakin tinggi konsentrasi protein yang
Spektroskopi
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu laju larutan berwarna pada
metode analisis berdasarkan interaksi antara radiasi elektromagnetik ultra violet dekat
(190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen
sinar ultraviolet maupun sinar tampak yang menyebabkan terjadinya transisi elektron
(perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih
tinggi). Apabila dua buah atom saling berikatan dan membentuk molekul maka akan
terjadi tumpang tindih dua orbital dari kedua atom yang masing-masing mengandung
satu elektron dan kemudian terbentuk orbital molekul (Octaviani dkk., 2014).
Bahan-bahan :
1. Reagen Biuret terbuat dari larutan 1,5 g CuSO4.5H2O dan 6 g natrium kalium
tartrat (NaKC4O6.4H2O) ke dalam 500 ml aquades di dalam labu takar 1 L.
Larutan ditambah dengan 300 mL NaOH 10% sambil dikocok. Air ditambahkan
hingga tanda batas.
2. Larutan Standar Protein dihasilkan dari melarutkan serum albumin murni (bovine
serum albumin) dalam air dengan kadar 10 mg/mL. Kemudian ditambahkan
dengan beberapa tetes larutan NaOH 3%.
3. Larutan sampel : larutan telur ayam.
D. PROSEDUR KERJA
1. Larutan Standar Protein
Dilarutkan dalam
ditambahkan
4 ml reagen Biuret
Larutan dikocok
Diamkan 30 menit
ditambahkan
4 ml reagen Biuret
Larutan dikocok
Diamkan 30 menit
E. DATA PENGAMATAN
1. Hasil Pengamatan Panjang Gelombang Maksimum
Absorbansi
0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
425 430 435 440 445 450 455 460 465 470
Panjang Gelombang
0.014
0.012
0.01
Absorbansi
0.008
0.006
0.004
0.002
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Waktu Kestabilan
3. Larutan blangko,standar, dan sampel
Data absorbansi larutan standar dapat dilihat pada Tabel 3.
Persamaan regresi dari data absorbansi larutan standar ditunjukkan pada grafik 3.
0.005
0.004
0.003
y = -0,0023x - 0,0005
0.002 R² = 0,138
0.001
Absorbansi
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8
-0.001
-0.002
-0.003
-0.004
-0.005
-0.006
Konsentrasi
4. Absorbansi Sampel
Absorbansi sampel dalam percobaan adalah 0,017.
5. Hasil Pengamatan Kualitatif
F. PERHITUNGAN
Penentuan kadar sampel
Berdasarkan persamaan regresi data absorbansi larutan standar, maka dapat
menghitung kadar protein yang terkandung dalam sampel telur ayam.
y = - 0,0023x – 0,0005
0,017 = - 0,0023x- 0,0005
0,0023x = -0,0005 – 0,017
0,0023x = -0,00175
x = - 7,608 mg/ml
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa kadar
protein yang terdapat pada albumin telur ayam sebesar -7608 mg/mL dengan
pengukuran menggunakan gelombang 450 nm dan waktu kestabilan absorbansinya
adalah 30 menit.
I. JAWABAN PERTANYAAN
1. Bolehkah kita mengukur larutan berwarna dengan perolehan absorbansi 1,5? Apa
yang harus kita lakukan bila kita memperoleh data yang demikian itu?
Jawab : Tidak, karena jika nilai absorbansi lebih besar dari 1 maka kurva yang
dihasilkan tidak linier. Menurut Hukum Lambart Beer nilai absorbansi yang baik
adalah antara 0 sampai 1. Maka jika nilai absorbansi yang kita peroleh lebih dari 1
sebaiknya diulang percobaannya dengan menggunakan larutan yang diencerkan
terlebih dahulu.
2. Jelaskan mengapa larutan dalam percobaan ini berwarna?
Jawab : Larutan pada percobaan ini berwarna karena adanya penambahan reagen
biuret. Timbulnya warna violet ini disebabkan karena adanya interaksi yang terjadi
antara pereaksi biuret dengan protein yang terkandung dalam albumin telur. Secara
lebih rinci ion cupri (CU2+) akan berekasi dengan ikatan peptida yang terdapat pada
protein yaitu gugus NH2 dan gugus OH. Adanya interaksi ini mengakibatkan ion
kupri berubah menjadi kupro. Selain itu, timbulnya warna violet disebabkan karena
adanya reaksi antara biuret dan reaksi reduksi fosfomolibdat-fosfowolframat oleh
asam amino tirosin yang terdapat dalam sampel protein.
DAFTAR PUSTAKA
Octaviani, T., Any, G., Hari, S. 2014. Penetapan Kadar β-Karoten pada Beberapa Jenis
Cabe (Genus Capsicum) dengan Metode Spektrofotometri Tampak. Jurnal
Pharmaciana. Vol. 4 (2)
Setiono, Monica H. & Avriliana Dewi A. 2013. Penentuan Jenis Solven dan pH Optimum
pada Analisis Senyawa Delphinidin dalam Kelopak Bunga Rosela dengan Metode
Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Vol. 2. (2)