Anda di halaman 1dari 15

NIlai 70

- Persamaan garis kurva standar belum benar,


LAPORAN PRAKTIKUM shg perhitungan konsentrasi sampel juga
belum benar
KIMIA ANALITIK - Kegunaan blanko?
- Linearitas konsentrasi-absorbansi hanya
berlaku pada absorbansi 0,2-0,8
SPEKTROFOTOMETRI

NAMA : Anastasia Michelle / 2301852726


Cicilia / 2301864291
Javier Fahim Irsan / 2301861825
Oktaviana / 2301897296
Yohanes Daniagi Satiyo Nugroho / 2301941183
KELAS : BA46
SHIFT/KELOMPOK : 2 / 5
HARI/TANGGAL : Jumat, 25 September 2020
DOSEN : Nur Fathonah / D6369

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2020
1. PENDAHULUAN
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis kimia yang bertujuan untuk
mengukur konsentrasi suatu sampel berdasarkan besarnya sampel tersebut
menyerap (absorb) cahaya pada gelombang tertentu. Spektrofotometri sendiri
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara cahaya dan materi.
Selain itu, spektrofotometri memiliki beberapa fungsi lain yaitu untuk analisis
struktur senyawa, memprediksi golongan senyawa dan mengetahui struktur
molekul senyawa (Sastrohamidjojo, 2018).
Alat spektrofotometer dibagi menjadi dua bagian yaitu spektrometer yang
menghasilkan sinar dari dengan panjang gelombang tertentu dan juga fotometer
yang berfungsi sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang telah diserap oleh
sampel. Cahaya sendiri berada pada kisaran gelombang 400-760 nm. (Turgeon,
2015).
Kimiawan telah lama menggunakan bantuan warna sebagai sarana bantuan
untuk mengidentifikasi zat- zat kimia. Definisi awal dari spektrofotometri adalah
mengacu kepada cabang ilmu dimana adanya penggunaan cahaya tampak dalam
teori yang menjelaskan tentang struktur materi serta untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif. Pada era ini, definisi dari spektrofotometri perlahan berganti seiring
dengan dikembangkannya teknik dan teknologi baru yang tidak hanya
memanfaatkan cahaya tampak, melainkan radiasi elektromagnetik dan non-
elektromagnetik seperti gelombang mikro, gelombang radio, elektron, sinar x, dan
lain-lain (Kafle, 2020).
Dalam bidang pangan, Spektrofotometer yang umum digunakan adalah
Spektrofotometer UV-VIS. Tujuan daripada itu adalah karena dalam suatu produk
pangan sering digunakan pewarna yang tidak seharusnya yang dapat
mengakibatkan bahaya bagi siapapun yang mengonsumsinya. Pewarna yang
terkandung dalam produk pangan dapat dideteksi oleh tingkat absorbansinya pada
alat spektrofotometer. Oleh karena itu ilmu spektrofotometri sangat dibutuhkan
bagi seorang yang menekuni bidang teknologi pangan. Pada percobaan kali ini,
dilakukan pelatihan cara menggunakan alat spektrofotometer dengan
menggunakan pewarna makanan sebagai sampel dan diharapkan hasil percobaan
dapat membantu seorang mahasiswa teknologi pangan mengerti cara menggunakan
alat spektrofotometer (Sungkawa & Ladika, 2019).
2. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui serapan spektrum dari
suatu zat dan menentukan konsentrasi pewarna larutan “X” dengan metode
spektrofotometri.

2
3. METODOLOGI
3.1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, 8 gelas beaker, micro
pipette, gelas ukur, batang pengaduk, kuvet, spektrofotometer, alkohol, dan tisu
halus.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, pewarna makanan,
larutan stok, larutan “X” dan akuades.
3.3 Cara Kerja
Pertama, 8 gelas beaker disiapkan untuk membuat larutan standard dengan
konsentrasi yang berbeda pada interval tertentu. Setelah itu, larutan stok diambil
menggunakan micro pipette dan dituang ke dalam masing-masing gelas beaker
sesuai dengan takaran yang telah ditentukan. Langkah selanjutnya adalah
menuangkan akuades kedalam gelas ukur dan dituang ke dalam masing-masing
gelas beaker sesuai dengan takaran yang telah ditentukan. Campuran akuades
dengan larutan stok kemudian diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen.
Setelah larutan homogen, pindahkan masing-masing larutan ke dalam kuvet yang
berbeda dan juga masukan akuades ke dalam kuvet kosong sebagai blanko. Kuvet
kemudian dibersihkan dengan tisu halus dan alkohol pada bagian beningnya.
Langkah selanjutnya adalah mengkalibrasi spektrofotometer dengan cara blanko
jdimasukan kedalam alat spektrofotometer dengan kuvet menghadap lubang
dudukan yang berada di alat spektrofotometer. Setelah pengkalibrasian, selanjutnya
adalah menentukan panjang gelombang yang optimal dengan memasukan kuvet
yang berisi larutan dengan konsentrasi tertinggi dan diukur pada 6 panjang
gelombang berbeda yaitu 350 nm, 370 nm, 390 nm, 410 nm, 430 nm dan 450nm
dengan kuvet menghadap lubang dudukan yang berada di alat spektrofotometer.
Hasil yang didapat pun dicatat. Setelah itu, absorbansi larutan “X” diukur dengan
menggunakan panjang gelombang optimal sebanyak 3 kali pengulangan. Hasil
yang diperoleh pun dicatat.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
- Larutan Stock
1 mg sampel dalam 50 mL aquades
1 𝑚𝑔 1000 𝑚𝐿
× = 20 mg/L
50 𝑚𝐿 1𝐿
Larutan Stock = 20 mg/L

3
- Pembuatan Larutan Standar
Tabel 1. Data Volume dan Molaritas Larutan Sampel

V1 (mL) M1 (mg/L) V2 (mL) M2 (mg/L)

1 20 20 1

1 20 40 0,5

1 20 60 0,33

1 20 80 0,25

1 20 100 0,2

1 20 150 0,13

1 20 200 0,1

1 20 250 0,08

Contoh Perhitungan
Diketahui:
V1 = 1 mL
M1 = 20 mg/L
V2 = 20 mL
Ditanya :
M2 = …. ?
Jawab:
V1 x M1 = V2 x M2
1 mL x 20 mg/L = 20 mL x M2
1 𝑚𝐿 𝑥 20 𝑀𝑔/𝐿
M2 = = 1 mg/L
20 𝑚𝐿
- Panjang Gelombang Maksimal
Tabel 2. Data Panjang Gelombang dan Absorbansi
Konsentrasi Larutan Panjang Gelombang
Absorbansi (A)
(Mg/L) (nm)
1 350 1,006
1 370 0,765

4
1 390 0,880
1 410 0,978
1 430 0,920
1 450 1,209
Keterangan: Panjang gelombang dengan serapan maksimal adalah 450 nm.

Kurva Serapan Spektrofotometer


1,4

1,2

1
Absorbansi

0,8

0,6

0,4

0,2

0
350 370 390 410 430 450
Panjang Gelombang (nm)

Grafik 1. Kurva Serapan Spektrofotometer

- Penentuan Konsentrasi Sampel


Tabel 3. Kurva Konsentrasi dan Absorbansi
Konsentrasi (mg/L) Absorbansi
1 1,209
0,5 0,681
0,33 0,461
0,25 0,340
0,2 0,270
0,13 0,177
0,1 0,142
0,08 0,108

5
Kurva Standar
1,4

1,2 y = 0,1348x - 0,1831


R² = 0,7994
1

0,8
Absorbansi

0,6

0,4

0,2

0
0,08 0,1 0,13 0,2 0,25 0,33 0,5 1
-0,2
Konsentrasi (mg/L)

Grafik 2. Kurva Standar


Persamaan kurva standarnya adalah y = 0,1348x – 0,1831
- Konsentrasi sampel X adalah:
Tabel 4. Tabel Konsentrasi Sampel X
Ulangan Absorbansi Konsentrasi (mg/L)
1 0,345 3,9
2 0,337 3,9
3 0,34 3,9

Contoh Perhitungan
Diketahui:
Y1 = 0,345 ; Y2 = 0,337 ; Y3 = 0,34
Persamaan kurva standar y = 0,134x – 0,1831
Ditanya:
Konsentrasi sampel (x) = …. ?
Jawab:
y = 0,134x – 0,1831
0,345 = 0,134x – 0,1831

6
0,345 + 0,1831 = 0,134x
0,5281 = 0,134x
X = 3,94 ~ 3,9 mg/L

y = 0,134x – 0,1831
0,337 = 0,134x – 0,1831
0,337+0,1831 = 0,134x
0,5201 = 0,134x
X = 3,88 ~ 3,9 mg/L

y = 0,134x – 0,1831
0,34 = 0,134x – 0,1831
0,34 + 0,1831 = 0,134x
0,5231 = 0,134x
X = 3,9 mg/L
Rata-rata konsentrasi = 3,9 mg/L
4.2. Pembahasan
Spektrofotometer menjadi salah satu alat yang sering dijumpai di dalam
laboratorium khususnya laboratorium kimia analitik. Spektrofotometer adalah
alatnya dan spektofotometri adalah metodenya atau kegiatannya. Untuk
spektrofotometri adalah metode yang umum digunakan untuk melakukan
penentuan komposisi atas suatu sampel, penentuan ini bisa dilakukan secara
kualitatif maupun kuantitatif, penentuan ini berdasarkan pada interaksi yang
terjadi antara materi dengan cahaya. Sedangkan spektrofotometer adalah alat yang
digunakan untuk melakukan pengukuran transmitran atau absorban dari suatu
sampel yang nanti dijadikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Spektrofotometer akan menghasilkan sinar oleh spektrum yang nantinya
digunakan untuk melakukan pengukuran, sinar spektrum ini akan memperlihatkan
panjang gelombang (Gandjar dan Rohman, 2018).

7
Gambar 1. Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer memiliki berbagai jenis sesuai dengan kebutuhan
laboratoriumnya masing-masing. Namun, yang paling umum digunakan dan paling
menguntungkan pemakaiannya adalah spektrofotometer jenis UV-Vis.
Spektrofotometer ini merupakan gabungan dari spektrofotometer UV dengan
Visible dan disingkat menjadi spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometer UV-Vis
ini menjadi spesial karena menggunakan dua sumber cahaya yang berbeda yaitu
dari sumber cahaya UV dan juga sumber cahaya Visible. Spektrofotometer UV-Vis
menjadi lebih populer disbanding jenis spektrofotometer lainnya karena pada alat
ini bisa digunakannya metode UV-Vis, metode ini dapat dilakukan pada sampel
yang berwarna dan juga tidak berwarna (Nazar dan Hasan, 2018).

Gambar 2. Prinsip Kerja Spektrofotometer UV-Vis (Rahmi, et al., 2019)


Dimulai dari prinsip kerja dari spektrofotometer adalah kemampuan dari
sampel (molekul) dalam melakukan penyerapan cahaya, hal ini terjadi karena saat
konsentrasi zat dalam larutan tinggi maka akan cahaya yang diserap oleh
zat/sampel/molekul tersebut juga semakin banyak. Cara kerjanya dimulai dengan
melakukan verifikasi dari panjang gelombang. Panjang gelombang ini dilakukan
pengecekan dengan cara melakukan pengukuran standar rujukan dari panjang
gelombang yang memang sudah diketahui puncak-puncak absorpsinya (melakukan
-perbandingan panjang gelombang puncak yang terekam). Lalu dilakukan
penghitungan dari panjang gelombang dan interval tertentu yang sudah diketahui.

8
Lalu sampel mulai dicek absorbansinya dan dilakukan penghitungan (Rohman,
2014).
Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan alat
spektrofotometer. Spektofotometer adalah alat yang digunakan dalam mengukur
energi relatif ketika energi tersebut diproyeksikan, ditransmisikan, membentuk
refleksi, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrum
menghasilkan sinar melalui media spektrofotometer dengan panjang gelombang
terukur. Untuk pengukuran dari spektrofotometri itu sendiri digunakan alat
fotometer untuk mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diabsorpsi. Absorbansi adalah komparasi intensitas sinar yang diserap masuk
dengan sinar sesungguhnya yang datang. Nilai absorbansi yang akan diserap
terpengaruh dengan aspek konsentrasi kadar zat dan banyaknya molekul. Molekul
zat ini adalah substansi yang akan bertanggungjawab dalam menyerap cahaya pada
panjang gelombang tertentu. Semakin pekat konsentrasinya atau semakin besar
kuantitas molekul zat maka nilai absorbansi pun semakin tinggi. Maka, nilai
absorbansi berbanding lurus dengan kepekatan kadar zat (Kumar dan Gill, 2018).
Untuk membaca nilai absorbansi kita dapat mengukur secara matematis
dengan dasar dari hukum Lambert-Beer bahwa jumlah radiasi cahaya seperti UV
atau Infrared yang tampak diabsorbsi oleh suatu sampel ialah fungsi eksponen dari
konsentrasi zat dan tebal larutan. Absorbansi cahaya berbanding lurus dengan
konsentrasi medium penyerap dan ketebalan medium. Dalam Spektrofotometri,
ketebalan medium disebut pathlength. Selanjutnya Lambert menjelaskan bahwa
Proporsi cahaya yang diserap oleh media tidak tergantung pada intensitas cahaya
datang. Sampel yang menyerap 75% (25% transmitansi) cahaya akan selalu
menyerap 75% cahaya, tidak peduli kekuatan sumber cahaya (Mark, 2019).
𝐼
=𝑇
𝐼𝑜
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 :
𝐼 = 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐶𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖
𝐼 𝑜 = 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐶𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
𝑇 = 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖
(Mark, 2019)
Transmisi (T) adalah rasio intensitas cahaya yang ditransmisikan melalui
sampel (I) dengan intensitas cahaya yang ditransmisikan melalui blanko (𝐼 𝑜 ).
Karena itu, absorbansi dapat diukur dengan rumus
𝐼𝑜
𝐴 = log ( ) = − log 𝑇
𝐼

9
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 :
𝐴 = 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖
(Mark, 2019)
Pembacaan absorbansi tidak memiliki satuan karena dihitung dari rasio
intensitas cahaya yang ditransmisikan melalui sampel (I) dengan intensitas cahaya
yang ditransmisikan melalui blank (Io). Rasio ini menghasilkan nilai tak bersatuan
tetapi memiliki koefisien. Koefisien absorpsi menentukan seberapa jauh cahaya
material dengan panjang gelombang tertentu dapat menembus sebelum diserap.
Pada material dengan koefisien absorpsi rendah, cahaya hanya diserap dengan
buruk, dan jika material cukup tipis, akan tampak transparan pada panjang
gelombang tersebut. Koefisien absorpsi tergantung pada material dan juga panjang
gelombang cahaya yang diserap. Bahan semikonduktor memiliki tepi yang tajam
dalam koefisien absorpsi, karena cahaya yang memiliki energi di bawah celah pita
tidak memiliki energi yang cukup untuk merangsang elektron ke pita konduksi dari
pita valensi. Akibatnya cahaya ini tidak terserap. Kemungkinan penyerapan foton
bergantung pada kemungkinan foton dan elektron berinteraksi sedemikian rupa
sehingga berpindah dari satu pita energi ke pita energi lainnya. Untuk foton yang
memiliki energi sangat dekat dengan celah pita, penyerapannya relatif rendah
karena hanya elektron yang langsung di tepi pita valensi yang dapat berinteraksi
dengan foton untuk menyebabkan penyerapan. Saat energi foton meningkat, tidak
hanya elektron yang sudah memiliki energi yang mendekati celah pita yang dapat
berinteraksi dengan foton. Oleh karena itu, sejumlah besar elektron dapat
berinteraksi dengan foton dan menyebabkan foton terserap (Sommer, 2019).
Spektrofotometer dan pembaca pelat absorbansi mengukur seberapa
banyak cahaya yang diserap oleh sampel. Pembaca lempeng mikro yang mampu
mendeteksi cahaya dalam rentang ultraviolet (UV) dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi asam nukleat (DNA dan RNA) atau protein secara
langsung, tanpa perlu pelabelan sampel. Cahaya dengan panjang gelombang
tertentu, bergantung pada bahan yang diukur, dilewatkan melalui sampel, dan
detektor di sisi lain dari pelat mikro mengukur seberapa banyak cahaya asli yang
diserap oleh sampel di dalam sampel dalam kuvet (Sommer, 2019).
Untuk pembacaan cahaya absorbansi pada sampel cairan, biasanya
ditempatkan dalam wadah persegi panjang transparan yang disebut kuvet. Molekul
yang diinginkan tersebar dalam pelarut. Panjang gelombang cahaya yang berbeda
dilewatkan melalui cairan dan cahaya yang keluar di sisi lain kuvet diamati melalui
UV-VIS Spektrofotometer. Intensitas cahaya dikurangi (dilemahkan), saat
melewati sampel. Redaman cahaya saat melewati kuvet yang berisi sampel
(molekul kromofor) bergantung pada: Penampang absorpsi dari molekul yang

10
digunakan (kromofor); parameter yang mencerminkan probabilitas dari foton yang
lewat di kedekatan molekul untuk diserap. Penampang suatu molekul tergantung
pada panjang gelombang / frekuensi cahaya. Konsentrasi molekul dalam larutan,
dan pathlength cahaya bergerak melalui sampel dan kuver (Petruci, Liebetanz,
Cardoso dan Hauser, 2017).
Kuvet adalah wadah yang digunakan untuk pengukuran spektroskopi.
Cuvet tersedia dalam berbagai bentuk, volume, dan terbuat dari bahan yang
berbeda, serta harus transparan untuk panjang gelombang yang diinginkan. Kuvet
yang ideal hanya akan menampung sampel (paling sering berupa cairan) dan tidak
berinteraksi dengan cahaya yang digunakan dalam eksperimen. Ini seringkali
merupakan perkiraan yang dapat diterima dan seringkali bermanfaat untuk
mendapatkan kuvet yang memenuhi perkiraan ini. Faktanya, Kuvet asli
mentransmisikan cahaya dengan rentang spektral terbatas, menunjukkan
ketidaksesuaian indeks bias dielektrik (indeks bias berbeda dari udara dan pelarut),
dan dapat memiliki kerusakan keausan seperti goresan (beberapa mungkin kecil
dan tidak diperhatikan). Semua faktor ini dapat mempengaruhi hasil percobaan
secara negatif. Bahan yang membuat kuvet menentukan panjang gelombang
cahayanya yang cocok. Kuvet harus memiliki transmisi yang memadai sehingga
redaman cahaya pada dinding kuvet tidak akan memengaruhi hasil eksperimen.
Kuvet optik tipikal tidak memiliki transmisi seragam untuk semua panjang
gelombang, dan paling sering transmisi UV atau IR adalah faktor pembatas. Tidak
ada kesepakatan universal mengenai transmisi minimum untuk menentukan
kesesuaian kuvet untuk digunakan pada panjang gelombang tertentu, dan pabrikan
cenderung menggunakan standar yang berbeda (antara 10% dan 90%). Jika kita
ingin mendapatkan data seakurat mungkin di bawah 280 nm, kuvet kuarsa adalah
pilihan terbaik. Efek samping lain yang tidak menguntungkan dari penggunaan
kuvet plastik UV adalah pemakai biasanya mengacaukan transmisi cahata dengan
kuvet plastik yang hanya terlihat. Hal ini memotong semua sinar UV, sehingga
penilaian absorbansi data akan menjadi sangat buruk. (Petruci, Liebetanz, Cardoso
dan Hauser, 2017).
Pada kurva serapan spektrofotometer (Grafik 1), dapat kita amati bahwa
panjang gelombang maksimum tersebut adalah 450nm. Pada panjang gelombang
maksimum ini, terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorbansi maksimum.
Gelombang maksimum kemudian digunakan karena pada gelombang ini,
perubahan absorban untuk setiap satuan konsentrasinya paling besar sehingga akan
diperoleh kepekaan analisis yang maksimum atau dengan kata lain, kurva standar
yang terbentuk nantinya akan seperti garis lurus keatas dan sesuai dengan hukum
Lambert-Beer (Tulandi, Sudewi & Lolo, 2015).

11
Pada kurva standar (Grafik 2), dapat kita amati bahwa grafiknya tidak linear
atau tidak stabil. Koefisien regresi (R) yang didapatkan juga kurang dari 0,995
yakni 0,7994. Menurut literatur, kurva standar seharusnya linear dan memiliki
koefisien regresi lebih besar dari 0,995 (R ≥ 0,995). Jika koefisien regresi kurang
dari 0,995 maka percobaan harus diulang hingga koefisien regresinya lebih dari
0,995. Jika kurva standar tersebut tetap digunakan, maka hasil pengukuran tersebut
tidak akan akurat (Hadi, 2019). Grafik yang terdapat pada kurva juga seharusnya
linear atau seperti garis lurus keatas, yang mana sesuai dengan Hukum Lambert-
Beer (Tulandi, Sudewi & Lolo, 2015). Namun, pada percobaan ini grafiknya tidak
linear. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya sesatan sinar. Sesatan sinar
merupakan sinar yang terdeteksi dari sebuah panjang gelombang apa pun yang
berada di luar celah pita panjang gelombang yang terpilih. Penyebabnya adalah
penghamburan (scattering), difraksi monokromator pada tingkatan yang lebih
tinggi. Sesatan sinar ini menyebabkan turunnya absorbansi secara signifikan seperti
yang terdapat pada gambar dibawah (Rohman, 2014). Selain itu, kesalahan
pengukuran juga dapat terjadi karena instrumen yang digunakan untuk percobaan
tidak dikalibrasi terlebih dahulu dan tidak lulus kualifikasi (Rohman, 2014).

Gambar 3. Pengaruh Sesatan Sinar pada Pengukuran Absorbansi (Rohman,


2014)
Berdasarkan data yang diperoleh yaitu nilai absorbansi berbeda-beda
karena nilai absorbansi bergantung pada kadar zat yang terkandung di dalam suatu
sampel , semakin banyak kadar zat yang terkandung dalam suatu sampel maka
semakin banyak molekul yang akan menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu sehingga nilai absorbansi semakin besar atau dengan kata lain nilai
absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang terkandung didalam
suatu sampel (Neldawati, Ratnawulan dan Gusnedi, 2013). Nilai absorbansi
maksimum dari larutan berwarna terjadi pada daerah warna yang berlawanan
dengan warna yang diamati. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan
absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan

12
konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui
pengenceran atau pemekatan) (Putri,2017)
5. KESIMPULAN
Spektrofotometer biasa digunakan untuk melakukan pengukuran
transmitran atau absorban dari suatu sampel yang nanti dijadikan sebagai fungsi
dari panjang gelombang. Dari percobaan praktikum kali ini dengan menggunakan
alat dari spektrofotometer. Nilai serapan dari sampel X dapat dilihat dengan
menggunakan kurva serapan standar yang memudahkan untuk dibaca dan dinilai
nilai serapannya. Untuk konsentrasi dari sampel X dapat didapatkan dengan
menggunakan rumus yang berkaitan dengan nilai Y yang didapat dari kurva yang
telah ada, karena terdapat 3 nilai maka tinggal dirata-ratakan dan dapat didapatkan
rata-rata dari konsentrasinya.
6. DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, I. G. & Rohman, A. (2018). Spektroskopi Molekuler untuk Analisis
Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hadi, A. (2019). Ketidakpastian Pengujian Mendukung Penerapan ISO/IEC 17025:
2017). Bogor: PT Penerbit IPB Press.
Kafle, B. P. (2020). Chemical Analysis and Material Characterization by
Spectrophotometry. New York: Elsevier.
Kumar, V., & Gill, K. D. (2018). Basic concepts in clinical biochemistry: A
practical guide. Singapore: Springer.
Mark F. Vitha. (2019). Spectroscopy: Principles and Instrumentation. New Jersey:
John Wiley & Sons.
Nazar, M. & Hasan, M. (2018). Spektroskopi Molekul. Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press.
Neldawati, Ratnawulan, dan Gusnedi. (2013). Analisis Nilai Absorbansi dalam
Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.
Jurnal Pilar Of Physics, 2(1), 76-83.
Petruci, J. F. S., Liebetanz, M. G., Cardoso, A. A., & Hauser, P. C. (2017).
Absorbance detector for high performance liquid chromatography based on
a deep-UV light-emitting diode at 235 nm. Journal of Chromatography
A, 1512(1), 143-146.
Putri, L . E. (2013). Penentuan Konsentrasi Senyawa Berwarna KMnO4 dengan
Metoda Spektroskopi UV Visible. Natural Science Journal, 1(3), 391-398.

13
Rahmi, dkk. (2019). Pemanfaatan Pasir Besi untuk Pembuatan Kitosan Magnetik.
Banda Aceh: Syiah Kuala University Press.
Rohman, A. (2014). Validasi Penjaminan Mutu Metode Analisis Kimia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sastrohamidjojo, H. (2018). Dasar-dasar spektroskopi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sommer, L. (2012). Analytical Absorption Spectrophotometry in the Visible and
Ultraviolet: The Principles. Berlin: Elsevier
Sungkawa, H. B., & Ladika, A. A. (2019). Validasi Spektrofotometer UV-VIS pada
Analisis Formalin Di Poltekkes Kemenkes Pontianak. Jurnal
Laboratorium Khatulistiwa, 2(2), 60-63.
Tulandi, G. P, Sudewi, S. & Lolo, W. A. (2015). Validasi Metode Analisis
untuk Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet Secara
Spektrofotometri Ultraviolet. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, 4(4),
168-178.
Turgeon, M. L. (2015). Linne & Ringsrud's Clinical Laboratory Science-E-Book:
The Basics and Routine Techniques. New York: Elsevier Health Sciences.
7. PEMBAGIAN TUGAS
Anastasia Michelle (2301852726)
- Pembahasan spektrofotometer
- Pembahasan prinsip kerja spektrofotometer
- Kesimpulan
- Menyatukan file
Cicilia (2301864291)
- Hasil pengamatan
- Bahas data
Javier Fahim Irsan (2301861825)
- Pendahuluan
- Tujuan
- Metodologi
Oktaviana (2301897296)
- Bahas data
Yohanes Daniagi Satiyo Nugroho (2301941183)

14
- Pembahasan nilai absorbansi dapat terbaca
- Pembahasan hubungan absorbansi dengan konsentrasi

15

Anda mungkin juga menyukai