Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah :
1. Mengetahui kinerja alat Spektrofotometer UV apakah masih layak
digunakan atau tidak.
2. Mengetahui bagaimana perawatan yang sesuai untuk Spektrofotometer
UV berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh.

1.2 Manfaat
2. Dapat mencegah terjadinya kerusakan peralatan dan mencegah adanya
perubahan fungsi alat.
3. Dapat memperpanjang usia pakai alat.
4. Dapat menjamin peralatan selalu siap untuk mendukung kegiatan kerja,
sehingga diharapkan akan diperoleh hasil yang tepat.

II. TEORI
2.1 Prinsip Pengukuran Spektrofotometri

Prinsip kerja spektrofotometri adalah adanya interaksi yang terjadi antara


energi yang berupa penyerapan sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi
yang berupa molekul. Besar energi yang diserap tertentu dan menyebabkan elektron
tereksitasi dari keadaaan dasar ke keadaan tereksitasi yang memiliki energi lebih
tinggi. Besarnya penyerapan cahaya sebanding dengan jumlah molekul, sesuai
dengan hukum Lambert-Beer:

A=εBC

Keterangan:

A= serapan

ε= absorptivitas molar
B= tebal tempat komponen

C= konsentrasi komponen (Underwood & Day 1980).

Agar hukum Lambert‐Beer berlaku, larutan harus encer; analat tidak boleh
terdisosiasi, berasosiasi, atau bereaksi dengan pelarut; radiasi cahaya harus
monokromatis (mempunyai 1 macam panjang gelombang), dan larutan tidak boleh
keruh (bebas partikel koloid) (Hendayana 1994).

Menurut Pescok, prinsip kerja spektrofotometri adalah berdasarkan


penyerapan cahaya atau energi radiasi oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi
radiasi yang diserap memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan
secara kuantitatif (PECSOK et al. 1976; SKOOG & WEST 1971).

2.2 Diagram alat spektrofotometer UV Shimadzu

2.3 Cara kerja alat

Sinar polikromatis yang dihasilkan oleh sumber cahaya berupa lampu


deuterium dengan panjang gelombang cahaya 150 – 380 nm yang kemudian masuk
kedalam celah cermin dan dicacah oleh pencacah cahaya dalam bentuk cermin yang
berputar (chopper) dan kemudian cahaya yang telah dicacah dan keluar melalui celah
cermin dan diteruskan kepada monokromator untuk mengubah cahaya polikromatis
menjadi monokromatis dan kemudian diteruskan dengan melewati zat sampel yang
diuji dalam kuvet, cahaya yang sesuai akan mampu diserap oleh molekul yang
memiliki gugus kromofor kemudian cahaya yang ditransmisikan akan ditangkap oleh
detector yang kemudian akan diolah oleh amplifier dan diubah menjadi energi listrik
oleh detector fotolistrik dan hasilnya akan terbaca pada rekorder. (Underwood & Day
1980).

2.4 Faktor-faktor yang menyebabkan penyimpang

Beberapa faktor yang mempengaruhi kesalahan dari hasil pengukuran karena


adanya beberapa faktor,yaitu :

1. Cermin yang buram karena berjamur atau terkena debu


2. Letak celah cermin yang bergeser sehingga mengakibatkan adanya beberapa
berkas sinar yang tidak masuk kedalam celah cermin dan mengakibatkan
cahaya memantul yang biasa disebut cahaya sesat.
3. Jenis kuvet yang bukan pasangannya karena akan mempengaruhi faktor
pengukuran berdasarkan hukum lambert-beer.

III. DATA PENGAMATAN

3.1 Menggunakan NaNO2

Larutan Absorbansi Panjang Gelombang


NaNO2 (5 g/L) 1,566 353,5

3.2 Menggunakan Kalium kromat (K2Cr2O4)


Panjang Gelombang
Konsentrasi
300 350 400 450 500 550 600 650
20 0,227 0,334 0,077 0,047 0,013 0,003 0,002 0,002
40 0,408 0,626 0,146 0,085 0,021 0,004 0,003 0,002
60 0,584 0,912 0,215 0,121 0,028 0,003 0,002 0,002
80 0,780 1,222 0,293 0,162 0,038 0,005 0,003 0,002
100 0,984 1,544 0,381 0,206 0,046 0,003 0,002 0,001
3.3 Menggunakan Kalium dikromat (K2Cr2O7)

Panjang Gelombang
Konsentrasi
220 240 260 280 300 320 340 360 380
20 0,435 0,281 0,308 0,230 0,149 0,124 0,214 0,204 0,121
40 0,775 0,552 0,615 0,458 0,296 0,247 0,431 0,414 0,246
60 1,098 0,801 0,897 0,669 0,430 0,356 0,626 0,606 0,361
80 1,494 1,119 1,258 0,938 0,595 0,491 0,877 0,852 0,509
100 1,803 1,373 1,548 1,158 0,729 0,599 1,073 1,046 0,629

IV. PENGOLAHAN DATA


4.1 Perhitungan nilai cahaya sesat dan gambar spektrum NaNO2
*Sλ = 0,25 x 10-2Aλ
= 0,25 x 10-2.1,566
= 0,25 x 10-3,132
= 1,8447 x 10-4

*Sumber rumus : USP 40


4.2 Kurva spectrum larutan standar Kalium dikromat

Kurva Spektrum Larutan Standar Potasium Dikromat pada


Konsentrasi 20 ppm hingga 100 ppm pada panjang gelombang
UV)
2

1.5
Absorbansi

40 ppm
1 20 ppm
60 ppm
0.5
80 PPM
0 100 PPM
220 240 260 280 300 320 340 360 380
Panjang Gelombang (nm)

4.3 Kurva spectrum larutan standar Kalium kromat

Kurva Spektrum Larutan Standar Potasium kromat pada


Konsentrasi 20 ppm hingga 100 ppm pada panjang
gelombang UV
1.8
1.6
1.4
1.2 20 ppm
Absorbansi

1
40 ppm
0.8
60 ppm
0.6
0.4 80 ppm
0.2 100 ppm
0
250 350 450 550 650 750
Panjang Gelombang (nm)
V. PEMBAHASAN
5.1 Pengujian Cahaya Sesat

Meskipun pengukuran absorbansi atau transmitansi adalah pengukuran rasio


intensitas dan secara teoritis intensitas yang terukur berasal dari intensitas sumber
monokromatik, suatu pengukuran praktis dipengaruhi oleh adanya radiasi yang tidak
diinginkan atau yang disebut "cahaya sesat". Cahaya sesat yang dimaksud adalah
intensitas cahaya dari suatu panjang gelombang selain dari panjang gelombang yang
ditetapkan. Cahaya sesat tidak bisa dihilangkan, namun besar intensitas yang
dihasilkan dapat diukur untuk mengetahui seberapa besar pengaruh cahaya sesat
tersebut, sehingga nantinya dapat dilakukan perawatan yang tepat.

Cahaya sesat dapat diukur dengan menggunakan larutan standar KCl (12 g/L),
NaI (10 g/L), dan NaNO2 (50 g/L). Masing-masing larutan standar diatas mempunyai
serapan yang berbeda pada panjang gelombang maksimumnya. Kami mendapatkan
data dengan menggunakan larutan standar NaNO2 (5 g/L). Berdasarkan literature
NaNO2 menyerap cahaya pada rentang panjang gelombang 300-385 nm dengan
panjang gelombang separan masksimunya pada 340 nm.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa spectrum terjadi pada
panjang gelombang 353,5 nm berarti panjang gelombang maksimumnya adalah 353,5
nm dengan serapan maksimum 1,566. Tidak ada pengecekan pada panjang
gelombang 340 nm seperti yang disebutkan literature sehingga kami tidak
mengetahui berapa serapannya. Dari perhitungan didapatkan nilai cahaya sesat (Sλ)
adalah 1,8447 x 10-4. Nilai ini masuk persyaratan USP (United States Pharmacopeia)
bahwa nilai cahaya sesat yang dipersyaratkan adalah ≤ 0,01. Nilai ini dihasilkan dari
absorbansi maksimum yang lebih besar dari 0,7 ( Aλ ≥ 0,7) yang sesuai dengan nilai
absorbansi maksimum yang dipersyaratkan pula. Untuk mengetahui lebih lanjut,
apabila diukur pada panjang gelombang maksimum 340 nm (cutoff) seperti yang
disebutkan literature maka absorbansi harus lebih tinggi dari batas bawah 2,000.
Kami melihat bahwa konsentrasi NaNO2 yang digunakan adalah 5 g/L, namun
teori menyebutkan 50 g/L. Berdasarkan keterangan praktikan yang melakukan uji ini
bahwa spekrum untuk konsentrasi 50 g/L tidak terbaca, artinya terlalu pekat. Maka
diencerkan hingga konsentrasi 5 g/L. Untuk nilai Sλ yang dikali faktor pengenceran
pun tidak akan lebih dari 0,01. Sehingga kami dapat menyimpulkan bahwa intensitas
sinar yang dihasilkan instrument masih baik walaupun adanya cahaya sesat tetapi
masih dalam batas yang dipersyaratkan.

Oleh karena hasil yang didapatkan diatas, maka perawatan untuk instrumen
meliputi perawatan sehari-hari seperti bekerja dengan instrumen harus sesuai SOP,
tidak menggeser instrumen karena akan merubah sudut datang cahaya, selama
pengukuran kuvet blanko dan standar harus sama karena kuvet mempengaruhi
pengukuran sesuai dengan hukum Lambert-Beer, tidak mengukur larutan dengan
konsentrasi yang sangat pekat karena cahaya akan dipantulkan kembali menyebabkan
cahaya sesat, pengecekan kinerja monokromator secara rutin karena efek buruk
cahaya sesat meningkat seiring dengan penuaan komponen optik dan lampu dalam
spektrofotometer.

5.2 Pengujian Ketepatan Panjang Gelombang

Berdasarkan hasil data pengukuran menggunakan kalium kromat


menunjukkan bahwa nilai absorbansi dari setiap larutan yang diukur masih dalam
rentang dari panjang gelombang ketentuan bahan acuan standar SRM adalah 240 nm
– 360 nm untuk bahan standar acuan yng digunakan kalium kromat, sebab dari setiap
puncak spectrum menunjukan panjang gelombang pada 350 nm. Hal ini berarti
bahwa hasil pengukuran pada spektrofotometer UV-Vis shimadzu 1700 cukup baik
dan tepat sebab validasi dari hasil pengujian nilai Absorbansi bahan acuan standar
masih dalam rentang yang seharusnya.

Untuk tetap menjaga agar nilai hasil pengukuran tepat pada spektrofotometer
maka kita bisa memastikan kondisi monokromator sesuai dengan ketentuan buku
manual layanan instrumen bersangkutan ataupun instruksi kerja laboratorium,
mengkalkulasikan dengan mengkalibrasi kecocokan skala absorban dengan skala
transmittan sesuai ketentuan toritis A = -log T, menjaga spektrofotometer dari getaran
dan sinar matahari lansung ataupun sumber cahaya yang berlebih karena akan
mempengaruhi terhadap datangnya sinar yang akan masuk kedalam celah cermin,
selain itu menyimpan spektrofotometer dalam meja datar yang stabil agar tidak terjadi
pergeseran pada celah cermin atau monokromator.

5.3 Pengujian Ketepatan Absorbansi

Instrumen Spektrofotometer UV-Vis yang terdapat di laboratorium adalah


spektrofotometer dengan merek Shimadzu 1700. Dilakukan pengujian ketepatan
Absorbansi pada instrumen spektrofotometer Uv-Vis Shimatdzu 1700 dengan
menggunakan SRM 935 A yaitu larutan potassium dikromat. Potassium dikromat
merupakan larutan yang berwarna tetapi gugus khromofornya hanya terdeteksi di
sinar UV. Kontrol Absorbansi dilakukan untuk menetapkan akurasi transmitansi,
presisi, dan linearitas sistem yang diberikan, dimana perlu untuk memverifikasi
keakuratan absorbansi pada rentang operasional yang dipersyaratkan dengan
menggunakan prosedur yang sesuai untuk panjang gelombang dan rentang
absorbansi. Rentang panjang gelombang yang digunakan adalah 220-380 nm.

Dilihat dari perolehan data dan kurva yang dihasilkan, hasil serapan bahan
acuan SRM 935A oleh spektrofotometer UV-Vis adalah baik dimana spectrumnya
sesuai dengan literature yang ada. Terdapat dua puncak yang muncul pada hasil
serapannya yaitu pada panjang gelombang 260nm dan 350nm. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa spektrofotometer UV-Vis Shimatdzu 1700 ini menghasilkan
nilai absorbansi yang tepat. Untuk merawat instrument agar tetap memiliki
kemampuan mengukur absorbansi dengan tepat adalah dengan melakukan kalibrasi
panjang gelombang dan absorbannya secara teratur. Selain itu, sebaiknya instrument
disimpan di dalam ruangan yang suhunya stabil, di atas meja yang permanen dan
setiap akan melakukan pengukuran pastikan kompartemen sampel bersih.
VI. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data pengujian menggunakan larutan standar natrium


nitrit (NaNO2), Kalium kromat (K2Cr2O4) dan Kalium dikromat (K2Cr2O7),
spektrofotometer UV Shimadzu-1700 masih layak digunakan karena mempunyai
intensitas cahaya dan panjang gelombang yang masih sesuai dengan persyaratan pada
literatur.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Chan C et al.2004. Analytical Method Validation and Instrument


Performance Verification. New Jersey: J Wiley.
Currell G. 2000. Analytical Instrumentation Performance Characteristics and
Quality. New Jersey: J Wiley.
Etty Triyati,( 1877) “Spektrofotometer Ultra-Violet Dan Sinar Tampak Serta
Aplikasinya Dalam Oseanologi” :
http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_x(1)39-47.pdf (20 Juni
2018)
Hendayana, S. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Pr.
Shimadzu Corporation. No date. UV-1700 Series Service Manual Shimadzu
Corporation. [pdf]. Electronic Version from
https://www.chem.uci.edu/~dmitryf/manuals/Shimadzu%20UV-
1700%20users%20guide.pdf (20 Juni 2018)
Sudarman, Acep. 2012. “Uji Kinerja Spektrofotometer Ultraviolet-Tampak
Berkas Ganda Terhadap Pengukuran Ambroksol Hcl Pada Tablet
Ekspektoran” [Skripsi]. Departemen Kimia Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor Bogor. [pdf]. From
:http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57659/1/G12asu
.pdf (20 Juni 2018)
Underwood AL, Day. 1980. Analisis Kimia Kuantitatif. Ed ke-4. Soendoro et
al., penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Quantitative
Analysis. 4th Edition
USP, 2007, The United States Pharmacopeia 30 and The National Formulary
25(USP-NF), United States Pharmacopeial, USA, 857. From :
https://hmc.usp.org/sites/default/files/documents/HMC/GCs-
Pdfs/c857.pdf (20 Juni 2018)

Anda mungkin juga menyukai