Anda di halaman 1dari 2

Pembahasan

Sinta Bella (1614131028)

Suhu menunjukkan derajat panas suatu benda. Dimana semakin tinggi suhu suatu benda,
semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis suhu menunjukkan energy yang dimiliki oleh
suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak baik dalam bentuk
perpindahan maupun gerakkan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom
penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut (Santoso, 2007).

Pada praktikum ini kami melakukan Measurement Sistem Analysis terhadap pengukuran
suhu dengan menggunakan tiga Termometer, yaitu Termometer A, Termometer B dan
Termometer C. setiap Termometer mengukur part yang sama yaitu suhu 0°C, 25°C, 40°C dan
80°C. pengukuran dilakukan secara naik dan turun untuk setiap Termometer. Untuk mengetahui
kekonsistenan operator dalam mengukur, maka setiap operator melakukan semua pengukuran
suhu tersebut.

Data yang didapatkan pada pengukuran tersebut dimasukkan kedalam software yang
menyangkut MSA (Minitab). Didapatkan hasil seperti yang tercantum pada grafik hasil
pengukuran naik dan turun setiap termometer. Berdasarkan grafik pengukuran setiap termometer
ada beberapa subgrafik didalamnya yang dapat dianalisis.
Berdasarkan grafik ‘component of variation’ setiap Termometer komponen terbesarnya
adalah part-ke-part. Artinya sistem pengukuran dapat membedakan setiap bagian yang terukur.
Hal ini berarti sistem pengukuran adalah baik.
Untuk pengukuran Termometer A secara naik %contribution dan %study variation
nilainya berturut-turut 0,01% dan 1,19%, dan secara turun berturut-turut 0,02% dan 1,38%.
Nilai tersebut tidak melebihi batas persyaratan diterimanya sistem pengukuran yaitu untuk
%contribution adalah 1% atau kurang dan untuk %study variation adalah 10% atau kurang.
Berdasarkan nilai tersebut bahwa sistem pengukuran yang kami lakukan diterima. Begitu pula
dengan dua Termometer lainnya yaitu Termometer B dan Termometer C. nilai %contribution
dan %study variation tidak melebihi batas diterimanya sistem pengukuran.
Kemudian pada grafik ‘R chart’ dapat dianalisis kekonsistenan operator dalam hal
mengukur setiap konsentrasi larutan. Dilihat bahwa pada pengukuran naik dan turun Termometer
A operator M. Ariq dan Estri memiliki titik diatas batas kontrol atas (UCL) sehingga dapat
dikatakan kedua operator tersebut kurang konsisten dalam mengukur. Kemudian untuk
Termometer B pengukuran naik, semua operator cukup konsisten dalam mengukur. Namun
ketika pengukuran turun, operator Sinta dan Estri kurang konsisten karena terdapat titik melebihi
UCL. Ketika menggunakan Termometer C, operator yang tidak konsisten dalam mengukuran
secara naik adalah Estri. Sedangkan secara turun operator yang kurang konsisten adalah Anri dan
Estri. Dari data-data tersebut, dapat dilihat bahwa setiap operator tidak ada yang konsisten secara
keseluruhan pengukuran menggunakan ketiga Termometer.
Grafik X bar menyatakan variasi pengukuran dan variasi perangkat pengukuran. Karena
pada pengukuran semua termometer banyak titik-titik berada diatas atau dibawah batas kontrol
maka variasi part ke part lebih jauh daripada variasi perangkat pengukurannya. Memang benar
bahwa tidak ada variasi perangkat pengukuran untuk bagian tertentu.
Untuk mengetahui reproducibility atau penilaian terhadap beberapa operator untuk
mengukur bagian yang sama dapat diamati dari grafik ‘suhu pengukuran naik atau turun by part’.
Idealnya, setiap bagian akan menunjukan sedikit variasi atau setiap operator akan memiliki hasil
yang sama pada bagian yang sama. Sedikit variasi ditunjukan dengan bulatan yang kosong. Dari
grafik hasil pengukuran untuk keseluruhan Termometer baik secara naik atau turun, bulatan
yang dihasilkan tidak terlalu kosong. Hal ini berarti adanya variasi dari setiap operator dalam
mengukur bagian yang sama. Variasi terbesar dari setiap Termometer ditunjukan oleh
pengukuran suhu 0°C dan 80°C. sedangkan untuk suhu 25°C dan 40°C tidak terlalu besar
variasinya.
Grafik ‘Suhu pengukuran turun atau naik by operator’ menunjukan cara setiap operator
mengukur part ke part. Garis tersebut lurus artinya setiap operator mengukur setiap part dengan
cara yang sama. Dari semua Termometer A, B dan C garis grafik nya adalah lurus horizontal,
artinya setiap operator melakukan cara yang sama dalam mengukur setiap part. Hasil pengukuran
juga dapat dilihat interaksi operator , jika garisnya berhimpitan artinya setiap operator
menghasilnya pengukuran yang cenderung sama.
Kemudian setiap pengukuran turun dan naik, pada Termometer A nilai repeatability selalu
lebih kecil daripada reproducibility maka sebab-sebabnya adalah pelatihan dalam hal bagaimana
menggunakan dan membaca alat ukur, alat bantu yang mungkin bisa digunakan untuk membantu
operator menggunakan alat ukur lebih konsisten. Jadi untuk Termometer A operator nya yang
perlu memperbaiki teknik pengukuran. Berbeda dengan Termometer B dan C nilai repeatability
lebih besar daripada reproducibility maka sebab-sebabnya adalah peralatan butuh perawatan,
gage (alat ukur) harus di desain lebih keras/baik, point (lokasi tertentu) perlu dikembangkan,
banyaknya variasi dalam part. Dalam hal ini alat yang perlu diperbaiki.
Operator yang kurang konsisten dan reproducibility maupun repeatability yang kurang
baik tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan yang bisa dan tidak bisa dihindari. Selama
pengukuran, karena setiap operator melakukan semua pekerjaan maka waktu yang diperlukan
sangat lama. Hal ini berakibat untuk suhu 0°C sudah mengalami penaikan suhu sehingga
pengukuran akan berbeda dari sebelumnya. Kemudian water bath yang digunakan kemungkinan
menghasilkan suhu yang kurang konsisten sehingga hal ini pun berpengaruh pada hasil
pengukuran. Begitupun fluktuasi suhu lingkungan proses pengukuran sedikit banyaknya akan
mempengaruhi pula. Namun secara keseluruhan dari ketiga Termometer, sistem pengukuran
yang dilakukan dapat diterima.

Anda mungkin juga menyukai