Anda di halaman 1dari 3

Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis antara basa-basa alkali dengan asam lemak yang akan dihasilkan

gliserol dan garam yang disebut sebgai sabun. Asam lemak yang digunakan yaiut asam lemak tak jenuh,
karena memiliki paling sedikit satu ikatan ganda antara atom-atom carbon penyusunnya dan bersifat
kurang stabil sehingga mudah bereaksi dengan unsur lain. Basa alkali yang digunaka yaitu basa-basa
yang menghasilka garam basa lemah seprti NaOH, KOH, NH4OH, K2CO3 dan lainnya.

2.3 Minyak Atau lemak

Minyak atau lemak merupakan senyawwa lipid yang memiliki struktur berupa ester gliserol. Pada
proses pembuatan sabun , jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak
hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak
akan berwujud cair pada temperatur ruang (±280C) , sedangkan minyak akan berwujud padat (Vii afida,
2011)

Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi karen a
berbagai alasan seperti kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah
berbusa, dan mudah karut ) dan lain-lain.

Jenis –jenis minyak atau lemak yang dapat diguanakan untuk pembuatan sabun antara lain :

a. Tallow

Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging sebagai hasil
samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak),
kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya
digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam
pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow.
Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow umumnya di atas 40°C. Tallow
dengan titer di bawah 40°C dikenal dengan nama grease.

b. Lard

Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh seperti oleat (60 ~
65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard
harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan
dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.
c. Palm Oil (minyak kelapa sawit)

Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat
diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena
adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan
sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan
bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan
sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.

d. Coconut Oil (minyak kelapa)

Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri pembuatan sabun.
Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan
(kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat,
sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga
memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat

e. Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)

Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam
lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa.
Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek
lebih rendah, daripada minyak kelapa.

PEMBAHASAN

Reaksi saponifikasi adalah suatu reaksi yang melibatkan lemak atau inyak dengan suatu alkali yang
akan menghasilkan sabun dan gliserol. Pada percobaan ini minyak yang digunakan adalah minyak goreng
yang beredar di pasaran. Pertama sekali ditimbang 20 gram pellet NaOH dan ditambahkan etanol 96%
sebanyak 75ml yang berfungsi untuk melarutkan NaOH. Kemudian ditambahkan minyak goreng 80 gram
dan direfluks pada suhu 78oC selama 30 menit untuk menyempurnakan reaksi antara minyak dan alkali.
Selanjutnya didestilasi sehingga diperoleh endapannya saja. Endapan / residu ini kemudian aqua panas
sebnayak 100ml sehingga mencair. Larutan ini kemudian ditambahkan larutan NaCl jenuh yang
merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun>. Kandungan NaCl pada produk akhir
sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras strukutr
sabun. NaCl umumnya digunakan dalam bentuk larutan . NaCl digunakan untuk memisahkan produk
sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine (larutan ) karena kelarutannya
yang tinggi , sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium dan magnesium
agar diperoleh sabun yang berkualitas.

Larutan yang telah ditambahkan NaCl akan terpisah antara lapisan sabun dengan lapisan gliserol.
Diambil lapisan sabun dengan cara penyaringan, dan ditampung gliserolnya. Lapisan sabun diambil dan
diuapkan sebentar kemudian ditambahkan parfum. Sabun siap dicetak. Setelah kering ditimbang dan
diperoleh sabun berwarna cream dengan berat 31,92 gram.

KESIMPULAN

1) Cara dasar pembuatan sabun adalah adalah dengan memanaskan campuran antara lemak atau
minyak dengan alkali

2) Sabun memiliki dua ujung, salah satu ujungnya sangat suka air (larut dalam air) sedangkan satu
ujungny

Anda mungkin juga menyukai