Anda di halaman 1dari 8

I.

DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN


1. MLVSS ( Mixed Liquor Volatile Suspended Solid)

Massa Massa
Massa kertas cawan+kertas cawan+kertas
Penimbangan Massa cawan
saring saring+endapan saring+endapan
Ke- pijar (gram)
(gram) pada Oven pada Furnace
(gram) (gram)
1 0,8789 43,3021 44,2960 43,3314
2 0,8688 43,2878 44,2960 43,3207
Konstan 0,8688 (b) 43,2878 (a) 44,2960 (c ) 43,3207 (d)

( 𝒄−𝒂)
TSS (mg/L) = × 𝟏𝟎𝟔
𝒎𝒍 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

( 44,2960−43,2878)
= × 106
40

= 25.205 mg/L
( 𝒄−𝒅)
VSS (mg/L) = × 𝟏𝟎𝟔
𝒎𝒍 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

( 44,2960 − 43,3207)
= × 106
40
= 24.382,5 mg/L  MLVSS

FSS ( mg/L) = TSS – VSS


= 25.205 – 24.382,5
= 822,5 mg/L

2. COD ( Chemical Oxygen Demand)


DO awal = 5,90 % O2
pH awal = 9,31
Pengenceran = 20 kali
Berat ekivalen Oksigen = 8 g/mol

a. Titrasi COD awal


Volume FAS (mL)
No. COD awal
1 2 Rata-rata
1 Sampel 0,90 0,80 0,85
2 Blanko 1,50 1,40 1,45

Normalitas FAS = 0,0847 N


(𝑎−𝑏)×𝐶×1000×8×𝑝
COD awal =
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(1,45−0,85)×0,0847×1000×8×20
=
2,5
= 3252,48 mg O2/L

b. Titrasi COD akhir


Volume FAS (mL)
No. COD akhir
1 2 Rata-rata
1 Sampel 1,05 1,15 1,10
2 Blanko 1,25 1,15 1,20

Normalitas FAS = 0,0847 N


(𝑎−𝑏)×𝐶×1000×8×𝑝
COD akhir =
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(1,20−1,10)×0,0847×1000×8×20
=
2,5
= 542,08 mg O2/L

c. Efisiensi Pengolahan
𝐶𝑂𝐷 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝐶𝑂𝐷 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
% Efisiensi = × 100
𝐶𝑂𝐷 𝑎𝑤𝑎𝑙
3252,48−542,08
= × 100
3252,48
= 83,33 %

3. Tabel Hasil Percobaan

No. Data Percobaan Satuan Hasil Percobaan


1 MLVSS Mg/L 24.382,5
2 COD awal Mg O2/L 3252,48
3 COD akhir Mg O2/L 542,08
4 Efisiensi Pengolahan % 83,33
4. Penentuan konsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme
BOD = O2
BOD = 500 mg/L
Volume sampel = 10 L
Massa BOD = 500 mg/L x 10L
= 5000 mg
= 5 gram
a) Kebutuhan glukosa
C6H12O6 + 6O2  6CO2 + 6H2O

gram
Mol =
Mr

5 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol O2 =
32 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,1562 mol

1
Mol C6H12O6 = 6 × 0,1562
= 0,0260 mol

Massa C6H12O6 = 0,0261 mol x 180 gram/mol


= 4,6875 gram
b) Kebutuhan Nitrogen
Perbandingan BOD : N : P = 100 :5 :1

BOD = 5 gram

N = 0,25 gram

P = 0,05 gram
𝑀𝑟 𝐾𝑁𝑂3
Massa KNO3 = × massa N
𝐴𝑟 𝑁

101 g/mol
= 14 g/mol
× 0,25 gram

= 1,8036 gram
c) Kebutuhan Fosfor
𝑀𝑟 KH2PO4
Massa KH2PO4 = × massa P
𝐴𝑟 𝑃
136 g/mol
= 31 g/mol
× 0,05 gram
= 0,2196 gram
II. PEMBAHASAN

Seni Nurhasani (161431027)

Praktikum kali ini melakukan pengolahan air limbah dengan sistem lumpur aktif
konvensional. Limbah yang diolah adalah limbah tahu cair yang berasal dari industri
tahu. Prinsip dari proses lumpur aktif konvensional ini adalah pemutusan molekul
kompleks menjadi molekul sederhana dengan memanfaatkan populasi mikroba aerobik
yang mampu merombak senyawa organik menjadi gas CO2 ,H2O dan sel biomassa baru
(molekul sederhana) (Pohan,2008;Klopping dkk.,1995, Herlambang dan Wahjono ,
1999). Dalam sistem lumpur aktif,limbah cair dan biomassa,nutrisi dicampur secara
sempurna dalam suatu reaktor dan diaerasi. Aerasi ini pada umumnya berfungsi sebagai
sarana pengaduk supaya dapat memberi asupan oksigen untuk mikrorganisme
aerobik,dan supaya nutrisi,lumpur,dan air limbah bercampur secara merata. Dengan
begitu,mikroba aerobik dapat hidup dan berkembang biak sehingga proses degradasi
senyawa organik dapat berlangsung secara optimal.

Proses oksidasi,sintesis, dan respirasi yang dilakukan oleh mikroorganisme dalam


sistem lumpur aktif ini melibatkan reaksi seperti berikut :

1. Proses oksidasi dan sintesis :

(bahan organik) + O2 + nutrisi CO2 + NH3 + sel bakteri baru +


produk akhir yang lain

2. Proses respirasi endogenus :


(mikroba) + 5O2 5CO2 + 2H2O + NH3 + energi sel

Sebelumnya ,diukur DO (oksigen terlarut) awal ,yaitu sebesar 5,90 % O2 .


Lalu,kedalam reaktor diberikan nutrisi yang terdiri dari kebutuhan glukosa yang
berfungsi sebagai sumber karbon (C),KNO3 sebagai sumber nitrogen (N), dan KH2PO4
yang berfungsi sebagai sumber fosfor (P),dengan perbandingan BOD:N:P = 100:5:1,jadi
mass glukosa yang ditambahka sebanyak 4,6875 gram,massa nitrogen 1,8036 gram,dan
massa fosfor sebanyak 0,2196 gram. Ketiga unsur tersebut merupakan nutrisi dasar yang
dibutuhkan miroorganisme sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan reproduksi.

Selanjutnya, diukur nilai MLVSS dengan metode gravimetri. Dari hasil


percobaan didapatkan nilai MLVSS/VSS atau jumlah bahan organik yang mudah
teruapkan yang dimana jumlahnya mewakili jumlah mikroorganisme yang ada
didalamnya ,adalah sebesar 24382,5 mg/L. Menurut literatur, jumlah MLVSS yang baik
seharusnya pada rentang 1500-4500 mg/L,tapi pada percobaan kali ini nilai MLVSS
sangat tinggi,yang menandakan mikroba pada proses ini sangat banyak.
Sedangkan,untuk FSS atau padatan yang tidak mudah teruapkan nilainya adalah sebesar
822,5 mg/L, nilai TSS(total padatan tersuspensi) sebesar 25,205 mg/. Pada ketiga
parameter tersebut ,yaitu VSS,TSS,dan FSS kadarnya masih tinggi dalam sampel , hal
ini disebabkan belum adanya pengolahan bahan organik pada limbah yang menyebabkan
masih tingginya kandungan padatan organik dan anorganik. Pada proses pengolahan
limbah, padatan organik dalam sampel didekomposisi oleh organik secara anaerob
sehingga bila MLVSS diukur setelah proses maka jumlah MLVSS akan berkurang
(Kadarohman, 2004).

Lalu,diambil sampel dari reaktor dan dimasukkan kedalam tabung hach


ditambahkan K2Cr2O7,berfungsi untuk mengoksidasi bahan organik dalam sampel ,lalu
ditambahkan H2SO4 pekat yang berfungsi sebagai katalisator yang menyebabkan suhu
tinggi sehingga K2Cr2O7 bekerja secara optimum,dan membuat suasana larutan menjadi
asam. Lalu,tabung hach ini di digester dengan pemanasan pada suhu 150oC selama 2
jam. Fungsi dari dilakukan digester ini untuk memanaskan dan mereaksikan senyawa
organik dengan larutan K2Cr2O7. Hasil titrasi sampel dengan larutan FAS dengan
indikator ferroin, didapatkan nilai COD awal sebesar 3252,48 mg O2/L. Lalu,diukur
COD setelah 7 hari atau disebut sebagai COD akhir,nilai COD yang diperoleh sebesar
542,08 Mg O2/L. Nilai COD akhir ini lebih kecil dibanding COD awal,hal ini
menunjukan adanya penurunan kandungan organik pada sampel limbah tahu ,dimana
penurunan kandungan organik ini disebabkan mikroorganisme yang mendekomposisi
bahan organik menjadi CO2, H2O dan NH4 sehingga kandungan organik setelah proses
menjadi turun. Sehingga,menghasilkan efisiensi pengolahan yang dilakukan ini sebesar
83,33%. Dilihat dari nilai efisiensi yang didapat,dapat disimpulkan bahwa pengolahan
menggunakan lumpur aktif konvensional ini sudah berjalan dengan baik dan efisien.
Menurut literatur Peraturan Menteri Kesehatan RI 416/Menkes/Per/IX/1990 syarat air
bersih kandungan COD maksimum 100 mg O2/L,jika dibandingkan dengan nilai COD
yang kita peroleh,sangat berbeda jauh lebih tinggi dan tidak memenuhi syarat kualitas
air bersih,sehingga air limbah dari industri tahu ini tidak dianjurkan untuk langsung
dibuang ke pemukiman warga,harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk
menurunkan nilai COD yang terbentuk.

Sinta Bella (161431028)


Pada praktikum ini kami melakukan pengolahan limbah dengan menggunakan
sistem Lumpur Aktif dimana kami menentukan kandungan MLVSS, COD awal dan
COD selama seminggu serta nutrisi yang diperlukan bagi mikroorganisme pendegradasi.
Menentukan COD awal dan akhir (selama seminggu) berguna untuk mengetahui berapa
persen efisiensi pengolahan dengan sistem lumpur aktif ini. Lumpur aktif itu sendiri
merupakan sistem pertumbuhan mikroba tersuspensi yang pengolahannya secara aerobik
dan mengoksidasi senyawa organik menjadi CO2, H2O, NH3 dan sel biomassa baru.
Berdasarkan hasil praktikum, kandungan MLVSS yang mewakili kandungan
mikroorganisme dalam lumpur aktif adalah sebesar 24.382,5 mg/L. Nilai MLVSS ini
sangat tinggi karena sistem lumpur aktif yang kami gunakan sudah sangat pekat dan
sangat lama, selain itu juga secara visual lumpur yang dihasilkan sudah banyak.
Kandungan bahan organik yang tidak menguap pun cukup banyak yaitu sebesar 822,5
mg/L.
Kemudian untuk efisiensi pengolahan berdasarkan penyisihan kandungan organik
pada saat awal dan akhir proses adalah sebesar 83,33%. Hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa pengolahan dengan sistem lumpur aktif ini sudah efisien. Meskipun kondisi awal
sebelum ditambahkan nutrisi kurang optimal dimana pH awal sebesar 9,31 yang bersifat
basa. Namun dengan penambahan nutrisi dapat menurunkan pH karena nutrisi yang
digunakan bersifat netral dan sedikit asam, misalnya pH KH2PO4 sekitar 5,8.
Nutrisi untuk mikroorganisme pendegradasi sangat penting, maka kami
menghitung kebutuhan nutrisi berdasarkan perbandingan BOD:N:P = 100:5:1. Dimana
Glukosa sebagai sumber Karbon (C) sebesar 4,6875 gram, sumber Nitrogen (N) berasal
dari KNO3 sebesar 1,8036 gram dan sumber Fosfor (P) berasal dari KH2PO4 sebesar
0,2196 gram.
pH awal yang tinggi kemungkinan hasil akumulasi dari produk akhir proses.
Terbentuknya ammonia (NH3) akan membuat kondisi sistem lumpur aktif menjadi basa.
Kemudian pekatnya lumpur aktif karena jumlah biomassa yang terus bertambah seiring
berjalannya proses. COD setelah prose seminggu yaitu 542,08 mg O2/L masih belum
memenuhi syarat COD dari Peraturan Menteri Kesehatan RI 416/Menkes/Per/IX/1990
yaitu COD maksimum 100 mg O2/L. sehingga perlu adanya pengolahan lebih lanjut
atau pengolahan pendahuluan untuk menurunkan nilai COD misalnya seperti secara
anaerobik.

III. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan :
1. Konsentrasi awal kandungan organik lumpur aktif adalah 3252,48 mg O2/L dan
kandungan organik setelah proses seminggu adalah 542,08 mg O2/L.
2. Kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) adalah 24.382,5
mg/L.
3. Proses pengolahan limbah dengan sistem lumpur aktif ini sudah efisisen dengan
nilai efisiensi pengolahan sebesar 83,33%.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Herlambang, Arie. 2008. “Teknologi Pengolahan Limbah Tekstil
Dengan Sistem Lumpur Aktif”. Online : http://www.kelair.bppt.go.id /Sitpa
/Artikel/Tekstil/tekstil.html. Diakses pada 18 November 2018
JEMAI, 1999, “ Pengetahuan Dasar pada Penanggulangan Pencemaran Lingkungan
Air“, 2nd ed., pp 188– 206, JETRO.
Metcalf & Eddy, 1991, “ Wastewater Engineering, Treatment, Disposal, and
Reuse“,3rd ed., pp 378 – 429, Mc Graw Hill Book Co., Singapore.
Sawyer, CN, McCarty, PL, and Parkin, GF, 1994, “ Chemistry for Environental
Engineering ”, 4th ed., Mc Graw Hill Book Co., Singapore.

Anda mungkin juga menyukai