Anda di halaman 1dari 19

Percobaan 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA TERAPAN


PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Dosen Pengampu :
Dr. Nazriati, M.Si.
Dr. Adilah Aliyatulmuna, S.T., M.T.

Oleh :

Yasmin Anggraeni

(200332618081)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

2022
A. Tujuan
Menentukan tetapan pengionan secara spektrofotometri
B. Dasar Teori
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk
menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif ataupun kualitatif yang didasarkan
pada interaksi antara materi dengan cahaya. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang atau dapat diartikan sebagai alat
yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya pada panjang
gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang biasanya disebut dengan kuvet.
Cahaya yang dimaksud adalah berupa cahaya atau sinar UV, visible, dan inframerah.
Spektrofotometri jenis ini disebut spektrofotometer UV-Vis yang sering digunakan untuk
menjelaskan analisis senyawa organik dan anorganik yang memberikan warna.

Prinsip kerja dari spektrofotometri ini didasarkan pada Hukum Lambert – Beer, yaitu bila
cahaya monokromatik melalui suatu media atau berupa larutan, maka sebagian dari cahaya
tersebut akan diserap, sebagian akan dipantulkan, dan sebagian yang lain akan dipancarkan.
Untuk besarnya cahaya yang diserap oleh media tergantung pada kepekatan dan jenis media
serta panjang media yang dilalui. Akan tetapi, metode ini memiliki kekurangan yaitu
cakupannya terbatas sehingga tidak semua instrumentasi yang digunakan untuk melakukan
analisis mempunyai kinerja yang baik. Keterbatasan pertama menyangkut kepekatan larutan
sampel. Hukum Lambert Beer hanya berlaku untuk larutan encer, tidak dapat diterapkan jika
larutan pekat karena absorbansi akan melebihi angka 1. Keterbatasan yang tidak kalah penting
datang dari simpangan yang disebabkan instrumen radiasi. Sumber sinar yang kurang stabil
akan menyulitkan pengukuran konsentrasi oleh detektor. Demikian pula monokromator yang
tidak bekerja dengan baik akan membuat sinar yang masuk melalui celah bukan sinar
monokromatik yang menyebabkan harga absorban tidak akurat. Akan tetapi, meski memiliki
beberapa kekurangan Hukum Lambert Beer memiliki peranan penting dalam metode analisis
kuantitatif penentuan konsentrasi tanpa pemisahan.

Aplikasi metode spektrofotometri dalam praktikum ini adalah penentuan tetapan pengionan
metil merah yang memberikan warna sehingga metode spektrofotometri UV-Vis cocok untuk
digunakan. Dalam larutan air, metil merah ditemukan sebagai suatu “zwitter ion”, dalam
suasana asam (1), senyawa ini berupa HMR (merah), sedangkan dalam suasana basa (2),
senyawaini berupa MR- (kuning). Keadaan kesetimbangan antara kedua bentuk metil merah
yang berlaian warnanya itu ditunjukkan sebagai berikut,
HMR ===== H+ + MR..................................................................................................... (1)
(merah) (kuning)
Tetapan pengionan metil merah (Ka) dirumuskan sebagai berikut:
[𝐻+][𝑀𝑅−]
Ka =
[𝐻𝑀𝑅]
Atau bisa juga ditulis sebagai:
pKa = pH – log [MR-]/[HMR]. ........................................................................................ (2)
Harga Ka bisa dihitung dari persamaan (2), dengan cara pengukuran perbandingan [MR-]
/[HMR] pada pH tertentu yang diketahui. Karena kedua bentuk metil merah
mengabsorbsi kuat di daerah cahaya tampak, maka perbandingan tersebut dapat
ditentukan secara spektrofotometri sinar tampak. Karena itu disini berlaku hukum
Lambert-Beer, yaitu:
A = -log I/Io = a.b.c .......................................................................................................... (3)
dengan:
A = Absorbansi
I = Intensitas cahaya setelah melalui larutan
Io = Intensitas pelarut murni
a = Indeks absorbansi zat terlarut
b = Panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya
c = Konsentrasi zat terlarut

Harga a bergantung pada panjang gelombang cahaya, suhu, dan jenis pelarut. Jika
dalam suatu larutan terdiri lebih dari satu jenis zat terlarut yang masing-masing
mengabsorpsi secara bebas, maka absorbansinya bersifat aditif.
A = ∑ ai . b . ci................................................................................................................. (4)
Penentuan tetapan pengionan indikator metil merah pada percobaan ini dilakukan
secara spektrofotometri. Mula-mula ditemukan spektrum absorbsi metil merah bentuk I
(HMR) dan bentuk II (MR-), kemudian dipilih dua panjang gelombang 𝜆1 dan 𝜆2 untuk
kedua larutan sedemikian rupa sehingga bentuk asam mengabsorbsi jauh lebih kuat pada
𝜆1 dibanding dengan basanya, demikian pula sebaliknya. Secara ideal 𝜆1 dan 𝜆2 berupa
puncak seperti gambar berikut:

Gambar 1. Spektrum absorbsi metil merah bentuk I dan II


Indeks absorbansi molar HMR pada 𝜆1 (a1, HMR) dan pada 𝜆2 (a2, HMR). Demikian

pula indeks absorbansi molar MR- pada 𝜆1 (a1, MR-) dan pada2,𝜆MR
2 (a
-
) ditentukan
pada berbagai konsentrasi dengan menggunakan persamaan A = a b c. Komposisi
-
campuran HMR dan MR pada suatu pH tertentu dihitung dari absorbansi A1 dan A2,
masing-masingpada 𝜆1 dan 𝜆2, dan tebal sel 1 cm (b = 1 cm), maka:
A1 = a1, HMR [HMR] + a1, MR- [MR-] ........................................................................ (5)

A2 = a2, HMR [HMR] + a2, MR- [MR-] ........................................................................ (6)

C. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Spektrofotometer (Spectronic 20) Metil merah
pH meter Natrium asetat
Labu takar 100 mL Asam klorida
Pipet gondok 10 mL, 25 mL, 50 mL Etanol 95%
NaOH
Aquades

D. Rangkaian Alat
E. Langkah Kerja

Metil Merah

Dibuat larutan metil merah 1000 ppm dengan melarutkan setengah gram kristal metil
merah dalam 300 mL etanol 95% lalu diencerkan hingga tepat 500 mL dengan air suling

Dibuat larutan standar metil merah 100 ppm dengan memasukkan 10 mL larutan awal
ke labu takar 100 mL, ditambah etanol 95% dan ditambah aquades sampai tepat 100 mL

Dibuat larutan metil merah dalam suasana asam 5 ppm, HMR, ditentukan dengan larutan
asam klorida. Dimasukkan 5 mL larutan standar ke labu takar 100 mL, ditambah 10 mL
0,1 M HCl lalu aquades hingga 100 mL

Dibuat larutan metil merah dalam suasana basa 10 ppm, MR-, ditentukan dengan larutan
asam klorida. Dimasukkan 10 mL larutan standar ke labu takar 100 mL, ditambah 25
mL 0,04 N NaOH lalu aquades hingga 100 mL

Diukur absorbansi kedua larutan metil merah dalam suasana asam dan basa tersebut dan
ditentukan absorbansinya pada berbagai penjang gelombang mulai dari 400 hingga 500
nm digunakan air suling sebagai pembanding, dibuat kurva A vs 𝜆 untuk menganalisis
bentuk campuran asam dan basa

Dibuat tiga larutan untuk menentukan tetapan kesetimbangan yang terdiri atas: 5 mL
larutan standar ke labu takar 100 mL, ditambah 25 mL 0,04 M Na-asetat lalu dijadikan
tepat 100 mL dengan menambahkan:
a. 0,01 M asam asetat
b. 0,05 M asam asetat
c. 0,10 M asam asetat

Ditentukan pH dan absorbansi pada 𝜆1 dan 𝜆2 pada ketiga larutan tersebut

Hasil
F. Data Pengamatan

No. λ(nm) Absorbansi


Bentuk asam Bentuk basa
1. 400 0,051 0,796
2. 410 0,051 0,796
3. 420 0,071 0,810
4. 430 0,108 0,796
5. 440 0,155 0,796
6. 450 0,222 0,770
7. 460 0,139 0,678
8. 470 0,432 0,553
9. 480 0,553 0,432
10. 490 0,678 0,318
11. 500 0,770 0,201
12. 510 0,824 0,119
13. 520 0,864 0,080
14. 530 0,745 0,050
15. 540 0,770 0,040
16. 550 0,620 0,032
Setelah didapatkan nilai absorbansi maksimum maka didapatkan :

No. Larutan yang diukur Absorbansi


λ1 λ2
(520 nm) (420 nm)
1. Metil merah bentuk asam 0,071 0,864
2. Metil merah bentuk basa 0,810 0,080

No. Larutan yang ditambahkan Absorbansi


pH
pada 5 ml larutan standar + 25 λ1 λ2
ml larutan 0,04 M Na-asetat (520 nm) (420 nm)
1. 0,01 M asam asetat 6,909 0,337 0,148
2. 0,05 M asam asetat 6,293 0,268 0,409
3. 0,10 M asam asetat 5,975 0,222 0,568
G. Pembahasan
Percobaan penentuan tetapan pengionan secara spektrofotometri dengan menggunakan
indikator metal merah yang bertujuan untuk menentukan tetapan pengionan indikator
metil merah secara spektrofotometri. Percobaan ini menggunakan instrument spectonic
20 untuk menentukan kurva absorbansi larutan. Diawali dengan pengenceran larutan
metal merah dengan konsentrasi 1000 ppm menjadi 100 ppm yang disebut sebagai larutan
standar. Diambil 10mL dan dimasukkan kedalam labu takar 100mL lalu ditambahkan
50mL larutan etanol 95% dan diencerkan menggunakan air suling hingga volume tepat
100mL.
Tahap berikutnya, penentuan absorbansi pada larutan asam dengan penambahan HCl
dan 5mL larutan standard lalu diencerkan dengan air hingga volumenya tepat 100mL.
Larutan yang dihasilkan setelah pengenceran berwarna merah karena dalam suasana asam
metil merah dalam bentuk HMR. Selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansi
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang (𝜆) dari 400nm sampai
550nm. Setiap pergantian panjang gelombang selalu wajib dikalibrasi dengan blanko
yang bertujuan memastikan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan akurat dan
konsisten. Tidak lupa juga dalam pengukuran abssorbansi dengan spektrofotometer,
kuvet yang digunakan dalam kondisi kering dan bersih untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Hasil yang terbaca pada spektrofotometer berupa nilai persen transmitansi
(%T) yang harus dikonversi menjadi nilai absorbansi (A) dengan rumus:
%T
A = - log
100
Dari rumus tersebut, diperoleh data berikut ini :
Panjang gelombang Bentuk asam
No.
(nm) %T A

1 400 89 0,051

2 410 89 0,051

3 420 85 0,071

4 430 78 0,108

5 440 70 0,155

6 450 60 0,222

7 460 48 0,319
8 470 37 0,432

9 480 28 0,553

10 490 21 0,678

11 500 17 0,770

12 510 15 0,824

13 520 14 0,864

14 530 18 0,745

15 540 17 0,770

16 550 24 0,620

Berdasarkan data tersebut didapatkan kurva absorbansi sebagai berikut:

Berdasarkan grafik, nilai persen transmitans terkecil yaitu sebesar 14% pada panjang
gelombang 520nm. Hal ini menunjukkan bahwa pada panjang gelombang 520nm terjadi
.penyerapan tertinggi yaitu sebesar 0,864.

Tahap berikutnya, penentuan absorbansi pada larutan Basa dengan penambahan


NaOH 25 mL dan 10 mL larutan standard lalu diencerkan dengan air hingga volumenya
tepat 100mL. Larutan yang dihasilkan setelah pengenceran berwarna kuning karena
dalam suasana basa metil merah dalam bentuk MR-. Selanjutnya dilakukan pengukuran
absorbansi yang sama seperti pengukuran adsorbansi pada larutan asam dengan hasil
sebagai berikut :
Panjang gelombang Bentuk basa
No.
(nm) %T A

1 400 16 0,796

2 410 16 0,796

3 420 15,5 0,810

4 430 16 0,796

5 440 16 0.796

6 450 17 0,770

7 460 21 0,678

8 470 28 0,553

9 480 37 0,432

10 490 48 0,318

11 500 63 0,201

12 510 76 0,119

13 520 83 0,080

14 530 89 0,050

15 540 91 0,040

16 550 93 0,032

Berdasarkan data tersebut didapatkan kurva absorbansi sebagai berikut :


Berdasarkan grafik, nilai persen transmitans terkecil yaitu sebesar 15,5% pada panjang
gelombang 420nm. Hal ini menunjukkan bahwa pada panjang gelombang 420nm terjadi
.penyerapan tertinggi yaitu sebesar 0,81.

Jika dari kedua kurva spektrum absorbsi asam dan basa dapat diperoleh kurva
hubungan panjang gelombang dengan absorbansi metil merah dalam bentuk asam
(HMR) dan metil merah dalam bentuk basa (MR-) sebagai berikut :

Setelah didapat nilai absorbansi metil merah tiap larutan dan diketahui
konsentrasinya maka dapat ditentukan indeks absorbansi molar (a). Pada penentuan
indeks absorbansi molar, berlaku hukum Lambert-Beer yaitu
A = a.b.c
Dimana, a = indeks absorbsi zat terlarut
b = panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya (1 cm)
c = konsentrasi zat terlarut
Absorbansi
No. Larutan yang diukur
λ1(420 nm) λ2 (520 nm)
A = a.b.c A = a.b.c
1. Metil merah bentuk
0,071 = a.1 cm.5 ppm 0,864 = a.1 cm.5 ppm
asam
a1,HMR =0,0142 a2,HMR =0,1728
/cm.ppm /cm.ppm
A = a.b.c A = a.b.c
2. Metil merah bentuk
0,810 = a.1 cm.10 ppm 0,080 = a.1 cm.10 ppm
basa
a1,HMR = 0,081 a1,HMR = 0,008
/cm.ppm /cm.ppm
Dari nilai (a) yang didapat, dimasukkan kedalam persamaan:
A1 = a1,HMR [HMR] + a1,MR
[MR-]A2 = a2,HMR [HMR] +
a2,MR [MR-]
Diperoleh persamaan
λ1 = 420 nm , A1 = a1,HMR [HMR] + a1,MR [MR-]
A1 = 0,0142 [HMR] + 0,081 [MR-]
λ2 = 520 nm , A2 = a2,HMR [HMR] + a2,MR [MR-]
A2 = 0,1728 [HMR] + 0,008 [MR-]

Percobaan berikutnya, penentuan tetapan kesetimbangan ionisasi dengan asam


asetat. Diawali dengan pengambilan 5 ml asam asetat dengan konsentrasi berbeda-beda
dari 0,01M; 0,05M; dan 0,1M. Selain itu ditambah 25 mL larutan CH3COONa dan 100
mL larutan CH3COOH lalu diencerkan. Dari konsentrasi 0,01M; 0,05M; dan 0,1M ,
diperoleh warna larutan dari orange sampai merah. Setelah itu, dilakukan pengukuran
absorbansi menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang (𝜆) 420nm dan
520nm serta penentuan nilai pH larutan dengan menggunakan pH meter. Adapun data
yang diperoleh :
Absorbansi
No Konsentrasi CH3COOH pH
λ1(420nm) λ2(520nm)
1 CH3COOH 0,01M 6,909 0,337 0,148
2 CH3COOH 0,05M 6,293 0,268 0,409
3 CH3COOH 0,1M 5,975 0,222 0,568

Selanjutnya menentukan konsentrasi MR- dan HMR dari hasil tabel di atas
denganperhitungan sebagai berikut :

 CH3COOH 0,01M
0,337 = 0,0142 [HMR] + 0,081 [MR-] (×0,008)

0,148 = 0,1728 [HMR] + 0,008 [MR-] (×0,081)

0,0001136 [HMR] + 0,000648 [MR-] = 0,002696


0,0139968 [HMR] + 0,000648 [MR-] = 0,011988 -
-0,0138832 [HMR] = -0,009292
[HMR] = 0,669 ppm
0,0142 [HMR] + 0,081 [MR-] = 0,337
0,0142 [0,669] + 0,081 [MR-]= 0,337
0,0094998 + 0,081 [MR-] = 0,337
[MR-] = 4,043 ppm

 CH3COOH 0,05M
0,268 = 0,0142 [HMR] + 0,081 [MR-] (×0,008)

0,409 = 0,1728 [HMR] + 0,008 [MR-] (×0,081)


-
0,0001136 [HMR] + 0,000648 [MR ] = 0,002144
0,0139968 [HMR] + 0,000648 [MR-] = 0,033129 -
-0,0138832 [HMR] = -0,030985
[HMR] = 2,232 ppm
0,0142 [HMR] + 0,081 [MR-] = 0,268
0,0142 [2,232] + 0,081 [MR-] = 0,268
0,0316944 + 0,081 [MR-] = 0,268
[MR-] = 2,917 ppm

 CH3COOH 0,1M
0,222 = 0,0142 [HMR] + 0,081 [MR-] (×0,008)

0,568 = 0,1728 [HMR] + 0,008 [MR-] (×0,081)


0,0001136 [HMR] + 0,000648 [MR-] = 0,001776
0,0139968 [HMR] + 0,000648 [MR-] = 0,046008 -
-0,0138832 [HMR] = -0,046008
[HMR] = 3,314 ppm
0,0142 [HMR] + 0,081 [MR-]= 0,222
0,0142 [3,314] + 0,081 [MR-]= 0,222
0,0470588 + 0,081 [MR-] = 0,222
[MR-] = 2,160 ppm
Larutan pH [HMR] (ppm) [MR-] (ppm) Log [MR-]/[HMR]
CH3COOH 0,01 M 6,909 0,669 4,043 0,781
CH3COOH 0,05 M 6,293 2,232 2,917 0,116
CH3COOH 0,1 M 5,975 3,314 2,160 -0,186

Hasil dari perhitungan di atas dapat dibuat tabel seperti di bawah ini :

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel diatas, nilai pKa dapat ditentukan
melalui persamaan :
pKa = pH - log [MR-]/[HMR]
1. Metil merah pada pH 6,909
pKa = pH - log [MR-]/[HMR]
pKa = 6,909 – 0,781
pKa = 6,128
2. Metil merah pada pH 6,293
pKa = pH - log [MR-]/[HMR]
pKa = 6,293 – 0,116
pKa = 6,177
3. Metil merah pada pH 5,975
pKa = pH - log [MR-]/[HMR]
pKa = 5,975 – (-0,186)
pKa = 6,161

Dari data yang diperoleh, maka dapat dibuat kurva untuk menentukan nilai dari Ka,
yaitu hubungan pH dengan log [MR-]/[HMR]:
Diperoleh persamaan y = 1,0413x - 6,4195 maka :

pKa = pH - log [𝑀𝑅−]


[𝐻𝑀𝑅]
log = pH - pKa
[𝑀𝑅−]
[𝐻𝑀𝑅]
pKa = 6,4195
-log Ka = - 6,4195
Ka = 10-
6,4195
Ka = 3,806 × 10-7

H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan, harga tetapan pengionan indikator metil merah ditentukan
secara spektrofotometri melalui pengukuran absorbansinya pada panjang gelombang
tertentu. Dari hasil perhitungan, besarnya tetapan pengionan indikator metil merah
sebesar 3,806 × 10-7

I. Daftar Pustaka
Day, R.A. Jr and Underwood, A.L,. 1986, Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Daniels et all,. 1970. Experimental Physical Chemistry 7th Ed,. New York: McGraw Hill
I.M. Kolthoff. 1953. Acid Base Indicators. New York: McMillan
S.W. Tobey. 1958. J. Chem. Ed. 35, 514.
J. Pertanyaan
1. Gambarkan secara skematik: spektrofotometer sinar tampak, UV, dan IR. Apakah
sumber cahaya pada ketiga spektrofotometer tersebut?
Sumber cahaya pada spektrofotometer sinar tampak menggunakan lampu tungsten,
untuk UV-vis sering menggunakan lampu deuterium, dan untuk IR, sumber cahayanya
menggunakan zat inert yang dipanaskan dengan suhu 1500 K
2. Selain cara spektrofotometri, cara apalagi yang dapat digunakan untuk menentukan
tetapan kesetimbangan reaksi kimia?
Cara lain yaitu, titrasi potensiometri dengan bantuan alat potensiometer.
3. Turunkan hubungan tetapan kesetimbangan dengan suhu !
[Cc] [Dd]
Q=
[Aa] [Bb]
Pada kondisi setimbang Q = K
∆Go= ∆Ho- T ∆So
∆G = ∆Go+ RT ln K
Pada saat kesetimbangan ∆G = 0
∆Go= - R T ln K
Sehingga, hubungan tetapan kesetimbangan dengan suhu yaitu:
o o
ln 𝐾= - ∆G = - ∆H = ∆S
𝑅𝑇 𝑅𝑇 𝑅𝑇
K. Lampiran

Pengambilan larutan metil merah

Larutan metil merah + 25 ml NaOH


0,04 M

Larutan metil merah + 10 ml HCl


0,1 M
Penambahan aquades hingga 100 ml

Variasi larutan standar + larutan Na-


asetat setelah diencerkan

Proses pengukuran absorbansi

Larutan metil merah 100 ppm


Larutan HCl 0,1 N

Larutan Na-asetat 0,04 N

Larutan asam asetat 0,01 M

Larutan asam asetat 0,05 M


Larutan asam asetat 0,1 M

Anda mungkin juga menyukai