Anda di halaman 1dari 8

Penentuan Konsentrasi Tembaga Sulfat Menggunakan Simulasi

Spektrofotometer PhET

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum IPA Terpadu

Dosen Pengampu: Dr. Mohammad Masykuri, M.Si.

Disusun oleh :

Nama : Herdianna Indawati

NIM : S832002005

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SAINS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2020
Penentuan Konsentrasi Tembaga Sulfat Menggunakan Simulasi
Spektrofotometer PhET

A. Tujuan :
Setelah melakukan percobaan diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menentukan spektrum absorpsi larutan tembaga sulfat
2. Membuat kurva kalibrasi
3. Menentukan konsentrasi logam dari larutan tembaga sulfat

B. Alat dan Bahan :


Laptop
PheT
Kuota Internet

C. Dasar Teori :

Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada


pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma
atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat
yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi, 1990).

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban


suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran
menggunakan spektrofotometer ini, metode yang digunakan sering disebut
dengan spektrofotometri (Basset, 1994). Spektrofotometri menyiratkan
pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu
sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran
penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu
(Underwood, 1990). Spektrofotometri ini hanya terjadi bila terjadi perpindahan
elektron dari tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Perpindahan elektron tidak diikuti oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal
dengan sebutan tereksitasi singlet (Khopkar, 2002).

Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang


tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan spectrometer dibandingkan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini
ndiperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada
fotometer filter berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi
melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak
mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis,
melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada
spektrofotometer, pnjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapatdiperoleh
dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer
tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel
pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur
perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding. Pengertian
spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena
ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun
tidak terlihat), sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya
maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik (Eka, 2007).

Spektrometri molekular (baik kualitatif dan kuantitatif) bisa dilaksanakan di


daerah sinar tampak, sama halnya seperti di daerah yang sinar ultraviolet dan
daerah sinar inframerah. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan
suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi.
Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan
dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas
untuk komponen yang berbeda (Martalius, 2005).
Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum
Lambert-Beer, yaitu:

A = – log T = – log It / I0 = ε . b . C
A = kC
Dimana:
A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur
T = Transmitansi
I0 = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = Serapan molar
b = Tebal kuvet yang digunakan
C = Konsentrasi dari sampel (Sanny, 2010).
K = Konstanta

D. Hasil Pengamatan :

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap larutan tembaga sulfat
CuSO₄

Tabel 1.1 Data hasil pengamatan nilai absorbansi dengan panjang gelombang
dengan konsentrasi 100
Konsentrasi = 100 mM
No Panjang Gelombang Absorban
1 380 0.02
2 480 0.01
3 580 0.02
4 680 0.23
5 780 0.96

Tabel 1.2 Data hasil pengamatan nilai absorbans pada berbagai konsentrasi
Panjang Gelombang = 780 nm
No Konsentrasi Absorban
1 0 0
2 50 0.11
3 100 0.23
4 150 0.34
5 200 0.46

E. Perhitungan dan Analisis :


1. Spektrum absorpsi larutan tembaga sulfat CuSO₄
Untuk menentukan absorbsi larutan tembaga sulfat CuSO₄ harus mencari
panjang gelombang maksimal (maks), panjang gelombang maksimal ini diperoleh
dari data percobaan pada Tabel 1.1 kemudian diperoleh kurva sebagai berikut.

Nilai Absorban larutan CuSO₄ pada berbagai Panjang


Gelombang
1.2
0.96
1

0.8
Absorban (A)

0.6

0.4
0.23
0.2
0.02 0.01 0.02
0
350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850
Panjang Gelombang (λ)

Dari kurva diatas diketahui larutan tembaga sulfat CuSO₄ memiliki nilai
gelombang maksimal (maks) sebesar 780 nm. Kemudian nilai maks dimasukkan
pada aplikasi phet seperti pada gambar di bawah ini
Sehingga diperoleh nilai absorban larutan tembaga sulfat CuSO₄ pada
panjang gelombang maksimal (maks) sebesar 0,96
2. Kurva Kalibrasi
Untuk membuat kurva kalibrasi diperlukan nilai absorban larutan tembaga
sulfat CuSO₄ pada berbagai konsentrasi nilai ini diperoleh dari data percobaan
pada Tabel 1.2 kemudian diperoleh kurva kalibrasi sebagai berikut.

Kurva Kalibrasi
2.5

1.92
2
f(x) = 0.0096 x
R² = 1 1.44
Absorban (A)

1.5

0.96
1

0.48
0.5
0
0
0 50 100 150 200 250

Konsentrasi (mM)
Dari hasil perhitungan menggunakan excel diperoleh data statistik sebagai
berikut
Evaluasi Statistik
Kemiringan = 0.0096
Koefisien regresi =1

Persamaan kurva kalibrasi menyesuaikan persamaan garis yang melalui


pusat sumbu koordinat:

Y = 0,0096x

Analog dengan hukum Lambert-Beer A = kC, sehingga konstanta


persamaan Lambert-Beer (k) = 0,0096

3. Konsentrasi logam dari larutan tembaga sulfat CuSO₄


Hukum Lambert-Beer

A=kxC
Keterangan:
A = Absorban Larutan pada panjang gelombang maksimal
K = Konstanta
C = Konsentrasi Larutan
Jika yang dicari adalah konsentrasi logam dalam larutan maka rumusnya
adalah A
C=
k

Diketahui :
A = 0,96
k = 0,0096
A
C=? C=
k
0,96
C=
0,0096
C = 100%
F. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
 Nilai absorbans larutan sampel dapat diktahui melalui maks, larutan
tembaga sulfat CuSO₄ memiliki nilai gelombang maksimal (maks)
sebesar 780 nm dan nilai absorbans sebesar 0,96.
 Dari perhitungan excel pada kurva kalibrasi diperoleh persamaan Y =
0,0096x dan nilai korelasi antara konsentrasi dengan absorbans adalah
sangat erat yaitu 1.
Hubungan antara konsentrasi suatu sampel dengan absorbans adalah
berbanding lurus, maka tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam
larutan makin banyak sinar yang diserap.
 Konsentrasi larutan larutan tembaga sulfat CuSO₄ sebesar 100%

G. Referensi :

Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. EGC: Jakarta

Eka. 2007. Metode Analisa Kimia-Spektrofotometri. Gramedia: Jakarta.

Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia: Jakarta.

Khopkar, S. M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia:


Jakarta.

Martalius dan Hafnimardiyanti. 2009. Penuntun Praktikum Instrumen


Analisis I. ATIP: Padang.

Susanti, Sanny. 2010. Penetapan Kadar Formaldehid Pada Tahu Yang


Dijual Di Pasar Ciputat Dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis Disertai
Kolorimetri Menggunakan Pereaksi NASH. Skripsi. Prodi Farmasi Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Underwood, A. L. 1990. Analisis Kimia Kiantitatif Edisi ke Enam.


Erlangga : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai