Anda di halaman 1dari 18

PERCOBAAN IV

ANALISIS CAMPURAN DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN SECARA


SPEKTROFOTOMETRI

A. TUJUAN
Mahasiswa dapat menganalisis campuran dua komponen tanpa pemisahan dan
penetapan konsentrasinya di dalam sampel.

B. DASAR TEORI

Terdapat dua buah kemungkinan bila dua komponen atau lebih dicampurkan dalam
suatu larutan. Adanya interaksi akan dapat mengubah spektrum absorbsi atau lebih tepat
sifat penyerapan warna. Sebaliknya, jika tidak ada interaksi sifat-sifat tersebut tidak
mengalami perubahan. Dalam hal demikian absorbsi larutan campuran akan merupakan
jumlah aljabar dari absorbsi larutan masing-masing komponen terpisah, tetapi dengan
konsentrasi dalam campuran. Dikatakan spektrum absorbsi campuran bersifat aditif.
Absobansi dapat ditentukan dengan menggunakan spektrofotometri. Prinsip kerja
spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik (Io)
melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian
dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Jumlah radiasi yang diserap
proporsional dengan ketebalan sel (b), konsentrasi analit (c), dan koefisien absorptivitas
molekuler (a) dari suatu spesi (senyawa) pada suatu panjang gelombang. Persamaan yang
dihasilkan sebagai berikut :
A = abc
Jika konsentrasi (c) diekspresikan sebagai molaritas (mol/L) dan ketebalan sel (b)
dinyatakan dalam centimeter (cm), koefisien absorptivitas molekuler (a) disebut koefisien
ekstingsi molar () dan memiliki satuan [L/(mol.cm)]. Persamaan yang dihasilkan sebagai
berikut :
A =bc
Persamaan dalam setiap panjang gelombangdapat dituliskan sebagai berikut:

Pada 1: AI, 1 = I, 1.b.CI dan

AII, 1 = II, 1.b.CII

Pada 2: AI, 1 = I, 1.b.CI dan

1
AII, 1 = II, 1.b.CII

Atotal, 1= AI, 1 + AII, 1

Atotal, 2= AI, 2 + AII, 2

Dimana:

AI, 1 = Absorbans komponen I pada 1

AII, 1 = Absorbans komponen II pada 1

AI, 2 = Absorbans komponen I pada 2

AII, 2 = Absorbans komponen II pada 2

Untuk campuran dua komponen yang bersifat aditif (komponen-komponennya


tidak berinteraksi sehingga tidak dapat mengubah spektrum absorbsi. Persamaan yang
dihasilkan sebagai berikut :
Atotal = A1 + A2 + ........An
Atotal = 1 . . + 2 . . + ......
Persamaan yang sama dapat diturunkan untuk setiap panjang gelombang pengukuran.
Jika ada dua komponen yang dicampurkan, maka diperlukan dua persamaan dari dua
panjang gelombang yang berlainan agar CI dan C II dapat dihitung, adapun harga masing-
masing komponen dapat diperoleh dari kemiringan kurva standar, dan A total dari hasil
pengukuran.

Gambar 1. spektrum absorpsi dari sistem dua komponen

Gambar diatas menunjukkan spektrum absorpsi dari sistem dua komponen, yang
menunjukkan spektrum yang overlap, serta spektrum absorbsi campuran dua komponen
tersebut.

2
Prinsip dasar dari analisis multi komponen dengan spektrofotometri adsorpsi
molekuler yaitu bahwa total absorpsi larutan adalah jumlah absorpsi dari tiap tiap
komponennya. Hal ini tentu saja akan berlaku jika komponen komponen tersebut tidak
berinteraksi dalam bentuk apapun. Secara teori terdapat banyak komponen, namun dalam
praktikum lebar puncak absorpsi dalam spektrometri UVsinar tampak memastikan bahwa
tidak ada panjang gelombang yang cukup sesuai untuk penentuan sampel dengan jumlah
komponen yang banyak (Wiryawan, A dkk, 2008).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat-alat
Spektrofotometer UV-Vis, spektronik 20
Kuvet
Peralatan gelas lainnya
2. Bahan-bahan
Larutan krom (III) nitrat 0,5 M
Larutan kobalt (II) nitrat 0,5 M

D. CARA KERJA
1. Keaditifan absorbans Cr3+ dan Co2+
a. Disiapkan larutan-larutan
0,01 M Cr3+
0,06 M Co2+
Larutan campuran Cr3+ dan Co2+ yang mengandung 0,01 M Cr3+ dan 0,06 M
Co2+

Larutan Cr3+ Larutan Co2+ Pengenceran

3
b. Diukur absorbansnya dengan menggunakan spektrofotmeter-UV pada panjang
gelombang 390 nm600 nm. Sehingga panjang gelombang maksimum larutan
Cr3+ dan Co2+ , serta gambar spektrum absorpsi dari sistim dua komponen dapat
diketahui.

spektrofotmeter-UV
2. Nilai

Disiapkan larutan Cr(NO3)3 dan larutan Co(NO3)2 dengan berbagai


konsentrasi, yaitu sebagai berikut :

Cr3+ = 0,01 M; 0,015 M; 0,02 M


Co2+ = 0,06 M; 0,08 M; 0,10 M
Kemudian ke-enam larutan tersebut diukur absorbansnya dengan
spektrofotmeter pada panjang gelombang maksimum Cr3+ yaitu sebesar 415 nm dan
panjang gelombang maksimum ion Co2+ yaitu sebesar 510 nm menggunakan
spektrofotometer jarum atau manual. Setelah itu dibuat kurva standart dan ditentukan
nilai (adsortifitas molar).

Spektrofotmeter Jarum / Manual

4
3. Analisis Contoh Campuran

Sampel diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum Cr3+ (415


nm) dan Co2+ (510 nm). Kemudian besarnya konsentrasi sampel dan nilai k
ditentukan.

E. DATA PENGAMATAN
1. Keaditifan Absorbans larutan Cr3+ dan Co2+
Dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis diperoleh maks sebesar 415
nm untuk larutan Cr(NO3)3 dan sebesar 510 nm untuk larutan Co(NO3)2, serta
diperoleh spektrum sebagai berikut :

2. Penentuan
Cr3+= 415 nm Co2+= 510 nm
Larutan Konsentrasi
Transmitan Absorbans Transmitan Absorbans
0,010 79 0,103 56 0,252
Cr3+ 0,015 75 0,125 45 0,347
0,020 67 0,1734 34 0,468
0,06 42 0,377 89 0,051
Co2+ 0,08 28 0,553 85 0,070
0,10 19 0,721 74 0,131
Sampel 30 0,523 45 0,347

5
F. ANALISIS DATA
1. Keaditifan absorbans Cr3+ dan Co2+
Dalam penentuan keaditifan absorbans ion Cr3+ dan ion Co2+ disediakan larutan
Cr(NO3)3 dan larutan Co(NO3)2 dengan konsentrasi 0,5 M. Sedangkan larutan yang
dibutuhkan yaitu larutan Cr(NO3)3 0,01 M dan larutan Co(NO3)2 0,06 M. Sehingga
memerlukan pengenceran larutan terlebih dahulu.

Diketahui :

M1 Cr(NO3)3 = 0,5 M ; M2 Cr(NO3)3 = 0,01 M

V2 Cr(NO3)3 = 50 ml

Ditanya : V1 Cr(NO3)3 = ??? M

Pengenceran : M1 x V1 = M2 X V2

M1 Cr(NO3)3 X V1 Cr(NO3)3 = M2 Cr(NO3)3 X V2 Cr(NO3)3

0,5 M X V1 Cr(NO3)3 = 0,01 M x 50 mL

V1 Cr(NO3)3 = 1 mL

Pengenceran : M1 x V1 = M2 X V2

M1 Co(NO3)2 X V1 Co(NO3)2 = M2 Co(NO3)2 X V2 Co(NO3)2

0,5 M X V1 Co(NO3)2 = 0,6 M x 50 mL

V1 Co(NO3)2 = 6 mL

Kemudian dibuat tiga macam larutan dari larutan Cr(NO3)3 0,06 M dan larutan
Co(NO3)2 0,01 M. Dengan komposisi sebagai berikut :
1. Larutan Cr(NO3)3 sebanyak 1 mL ditambah aquades hingga tanda batas labu ukur 50
ml
2. Larutan Co(NO3)2 sebanyak 6 mL ditambah aquades hingga tanda batas labu ukur 50
ml
3. Campuran larutan Cr(NO3)3 1 ml dan Co(NO3)2 6 ml, kemudian ditambah aquades
hingga tanda batas labu ukur 50 ml

Ketiga larutan tersebut kemudian diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-


Vis untuk diketahui nilai maks dan spektrum nya. maks diperoleh dengan penentuan
nilai Absorbans pada panjang gelombang 390 nm 600 nm yang merupakan

6
rentang panjang gelombang untuk UV. maks menandakan serapan maksimum dari
larutan yang diukur, yaitu ditandai dengan nilai absorbans yang paling tinggi.

2. Nilai
Cr3+ = 415 nm Co2+= 510 nm
Larutan Konsentrasi
Transmitan Absorbans Transmitan Absorbans
0,010 79 0,103 56 0,252
Cr3+ 0,015 75 0,125 45 0,347
0,020 67 0,1734 34 0,468
0,06 42 0,377 89 0,051
Co2+ 0,08 28 0,553 85 0,070
0,10 19 0,721 74 0,131
Sampel 30 0,523 45 0,347

Berdasarkan data absorban diatas, dapat dibuat kurva standart dengan


mengalurkan Absorbans (A) sebagai sumbu X dan Konsentrasi larutan sebagai sumbu Y.
Kurva-kurva yang diperoleh sebagai berikut :

Grafik konsentrasi lautan Cr3+ vs Absorban pada maks Cr3+ = 415 nm


Larutan Konsentrasi Absorbansi
(Sumbu x) (Sumbu y)
Cr3+ 0,010 0,103
0,015 0,125
0,020 0,173

Grafik 1. Absorbansi vs
Konsentrasi
0.2
y = 7x + 0.0287
0.15 R = 0.956
Absorbansi
0.1

0.05
Linear
0 (Absorbansi
0 0.01 0.02 0.03 )

7
Hukum Lambert-Beer ; = . .

Jika, b(diameter kuvet) = 1 cm, maka

A = .C

y = a .X

Dari persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa (Absortivitas Molar) adalah slope ()
dari kurva kalibrasi standar.
y = 7x + 0,0287
Maka, nilai , = 7
Grafik konsentrasi lautan Co2+ vs Absorban pada maks Cr3+ = 415 nm
Larutan Konsentrasi Absorbansi
(Sumbu x) (Sumbu y)
0,06 0,377
Co2+ 0,08 0,553
0,10 0,721

Grafik 3. Absorbansi vs
Konsentrasi
0.8

0.6 y = 8.6x - 0.1377


R = 0.9998
Absorbansi
0.4
Linear
0.2
(Absorbansi)
0
0 0.05 0.1 0.15

Hukum Lambert-Beer ; = . .

Jika, b(diameter kuvet) = 1 cm, maka

A = .C
y = a .X
Dari persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa (Absortivitas Molar) adalah slope
() dari kurva kalibrasi standar.
y = 8,6x - 0,1377, Maka, nilai , = ,

8
Grafik konsentrasi lautan Cr3+ vs Absorban pada maks Co2+ = 510 nm
Larutan Konsentrasi Absorbansi
(Sumbu y) (Sumbu x)
Cr3+ 0,010 0,252
0,015 0,347
0,020 0,468

Grafik 3. Konsentrasi vs Absorbansi


0.5
y = 21.6x + 0.0317
R = 0.9952
0.4

0.3 Absorbansi

0.2 Linear
(Absorbansi)
0.1

0
0 0.01 0.02 0.03

Hukum Lambert-Beer ; = . .

Jika, b(diameter kuvet) = 1 cm, maka

A = .C

y = a .X

Dari persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa (Absortivitas Molar) adalah slope
() dari kurva kalibrasi standar.
y = 21,6x + 0,0317, Maka, nilai , = ,

Grafik konsentrasi lautan Co2+ vs Absorban pada maks Co2+ = 510 nm


Larutan Konsentrasi Absorbansi
(Sumbu y) (Sumbu x)
0,06 0,051
Co2+ 0,08 0,070
0,10 0,131

9
Grafik 4. Konsentrasi vs absorbansi
0.14
y = 2x - 0.076
0.12 R = 0.9159
0.1
Absorbansi
0.08
0.06
Linear
0.04 (Absorbansi)
0.02
0
0 0.05 0.1 0.15

Hukum Lambert-Beer ; = . .

Jika, b(diameter kuvet) = 1 cm, maka

A = .C

y = a .X

Dari persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa (Absortivitas Molar) adalah slope
() dari kurva kalibrasi standar.
y = 2x - 0,076, Maka, nilai , =

3. Konsentrasi sampel
Berdasarkan empat kurva standar di atas, dapat ditentukan konsentrasi dari sampel
campuran sebagai berikut :
Diketahui:
b =1
A1 pada 415nm = 0,5230
A2 pada 510nm = 0,3470
y1 = 7x ; 1= 7
y2 = 8,6x ; 2= 8,6
y3 = 21,6 x ; 3= 21,6
y4 = 2x ; 4= 2
Ditanya:
C1 = ([Cr3+])...?
C2 = ([Co2+])...?

10
Jawab:
Atotal (maks Cr) = A1 + A2

= 1.b.C1 + 2.b.C2

Atotal (maks Co) = A1 + A2

= 3.b.C1 + 4.b.C2

Sehingga diperoleh sebuah persamaan dan diselesaikan dengan eliminasi sebagai


berikut :
Atotal (maks Cr) = 1.b.C1 + 2.b.C2

Atotal (maks Co) = 3.b.C1 + 4.b.C2

0,5230 = 7 . 1 . C1 + 8,6. 1 . C2 x2
0,3470 = 21,6 . 1 . C1 + 2. 1 . C2 x 8,6
1,046 = 14 C1 + 17,2 C2
2,984 = 185,76 C1 + 17,2 C2
-1,938 = -171,76 C1
171,76
C1 =
1,938
C1 = 0,0113 M

Hasil ini kemudian disubstitusi di salah satu persamaan, sehingga nilai C2


dapat diketahui.

0,5230 = 7. 1 . C1 + 8,6. 1 . C2 ;

0,5230 = 7 . 0,0113 + 8,6. 1 . C2


0.52300,079
C2 =
8,6
C2 = 0,0516 M

Sampel diambil sebanyak 10 ml kemudian diencerkan menjadi 50 ml,


sehingga dalam penentuan konsentrasi sampel yang sesungguhnya perlu dikalikan
dengan faktor pengenceran diencerkan 5 kali (FP = 5). Maka, konsentrasi sampel
sesungguhnya adalah sebagai berikut :

[+ ] = [+ ]

11
[+ ] = ,
[+ ] = ,

[+ ] = [+ ]
[+ ] = ,
[+ ] = ,

Jadi, konsentrasi sampel pada panjang gelombang maksimum Cr3+ adalah sebesar
0,0565 M dan konsentrasi sampel pada panjang gelombang maksimum Co2+ adalah 0,258
M.

G. DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Prinsip dasar dari analisis dua komponen dengan spektrofotometri adsorpsi molekuler
yaitu total absorpsi larutan merupakan jumlah absorpsi dari tiap tiap komponennya.
Dalam percobaan ini dilakukan analisis multi komponen campuran antara larutan
krom(III) dan larutan kobalt (II).

Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan yaitu mengukur keaditifan
dari larutan Cr3+ dan larutan Co2+ dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 390 nm-600 nm. Daerah UV pada rentang 200-380 nm, sedangkan
daerah visible pada rentang 380-800 nm. Prinsip dasar spektrofotometer UV-VIS adalah
cahaya yang meradiasi larutan dan campuran (dalam sel atau kuvet), selanjutnya
didispersikan oleh alat pendespersi (prisma atau kisi). Cahaya terdispersi disinkronkan
dengan sumbu-x perekam yang menunjukan panjang gelombang radiasi. Selanjutnya
ditangkap atau dideteksi oleh detektor melalui celah. Sinyal dari detektor ditransmisikan
ke sumbu y perekam, dan dengan demikian menunjukkan bagaimana radiasi diabsorpsi
oleh larutan dan campuran pada berbagai panjang gelombang.

Sedangkan prinsip yang mendasari sifat keaditifan ini yaitu dua macam kromofor
yang berbeda akan mempunyai kekuatan absorpsi cahaya yang berbeda pada satu panjang
gelombang tertentu, sehingga diperoleh persamaan hubungan antara absorbansi dengan
konsentrasi pada dua panjang gelombang. dan konsentrasi sampel dapat dihitung.

Dengan menggunakan spektrofotmeter UV-VIS , dapat diketahui data


maksimum dari larutan Cr3+ dan maksimum dari larutan Co2+, serta gambar spektrum
absorpsinya. Gambar spektrum absorpsi dari sistim dua komponen sebagai berikut :

12
Dari spektrum yang diperoleh,dapat diketahui bahwa maksimum dari Cr3+
sebesar 415 nm dan maksimum dari Co2+ adalah sebesar 510 nm.

Terdapat dua buah kemungkinan yang dapat terjadi apabila dua komponen atau
lebih dicampurkan dalam satu larutan. Pada percobaan ini, dilakukan pencampuran antara
larutan Cr(NO3)3 sebanyak 1 ml dan larutan CO(NO3)2 sebanyak 6 ml, kemudian
diencerkan dengan aquadest hingga volumenya tepat 50 ml. Tidak ada interaksi antara
komponen larutan Cr(NO3)3 dan larutan CO(NO3)2. sehingga tidak akan merubah
spektrum absorpsi yang dihasilkan. Jadi spektrum absorpsinya merupakan campuran
bersifat aditif. Spektrum absorpsi campuran akan merubah jumlah aljabar dari absorpsi
dua larutan dari masing masing komponen yang terpisah.

Sampel campuran merupakan aljabar dari larutan Cr3+ dan Co2+ sehingga grafik
yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan grafik larutan Cr3+ dan grafik larutan
Co2+. Dari gambar spektrum diatas dapat diamati bahwa grafik dari campuran sampel
lebih tinggi. Namun sedikit berimpit dengan grafik Cr3+ atau Co2+ di bagian sisi kiri
grafik, sehingga grafik tersebut kurang tepat. Hal ini diakibatkan kurang tepatnya
praktikan dalam melakukan pengenceran larutan. Berdasarkan teori, spektrum absorpsi
dari sistem dua komponen (larutan Cr3+ dan larutan Co2+) yang diperoleh menunjukkan
spektrum yang overlap dan spektrum absorbsi campuran dua komponen tidak overlap
dengan spektrum kedua larutan (tepat berada diatas kedua grafik tersebut).

Pada percobaan penentuan nilai (absorpsivitas molar) menggunakan


spektrofotometer jarum (manual). Dilakukan pengenceran larutan induk Cr3+ dan

13
Co2+ untuk memperoleh larutan degan konsentrasi yang diinginkan. Kemudian
dilakukan pengukuran absorbansi pada maksimum untuk Cr3+ sebesar 415 nm dan
maksimum untuk Co2+ sebesar 510 nm.

Data yang diperoleh dengan menggunakan spektrofotometer manual atau jarum


adalah data transmitan, sehingga harus dikonversikan terlebih dahulu menjadi absorbansi
( A = -log T/100). Dari data absorban tersebut, dapat dibuat 4 kurva standar dengan
mengalurkan konsentrasi sebagai sumbu x dan absorbansi sebagai sumbu y. Dapat
diamati dari grafik, dengan meningkatnya nilai konsentrasi maka semakin besar pula nilai
absorbansi yang diperoleh dengan kata lain konsentrasi berbanding lurus dengan
absorbansi. Hal ini sesuai dengan Hukum Lambert-Beer, yakni A = .b.C. Berdasarkan
persamaan garis yang diperoleh, dapat diketahui bahwa nilai (absortivitas molar) adalah
slope () dari kurva kalibrasi standar.

Penentuan konsentrasi sampel campuran (Cr3+ dan Co2+) dengan menggunakan


Hukum lamber-Beer, yaitu dengan eliminasi persaman Atotal (maks Cr3+) dengan Atotal
(maks Cr3+). Kemudian untuk mengetahui konsentrasi sampel sebenarnya, hasil
perhitungan yang didapatkan dikalikan dengan faktor pengenceran (FP= 5), karena
sampel yang digunakan telah diencerkan dari 10 ml menjadi 50 ml menggunakan
aquades. Dan didapatkan konsentrasi sampel pada panjang gelombang maksimum Cr3+
adalah sebesar 0,0565 M dan konsentrasi sampel pada panjang gelombang maksimum
Co2+ adalah 0,258 M.

14
H. TUGAS
1. Mengapa tidak bisa digunakan azas aditif absorbansi jika terjadi reaksi antara
komponen-komponen dalam sampel. Gambarkan kira-kira kurvanya jika terjadi
antaraksi!
2. Berapa konsentrasi Krom (III) dan Kobalt (II) jika ditanyakan dalam ppm baik
dalam kurva standar maupun dalam sampel?

JAWABAN PERTANYAAN

1. Tidak dapat digunakan azas aditif absorbansi ketika terjadi reaksi antara
komponen-komponen, karena pada saat komponen-komponen tersebut bereaksi
maka dapat mengubah spektrum absopsi dua komponen dan spektrum absopsi
campuran. Apabila komponen-komponen bereaksi, spektrum yang dihasilkan
antara dua komponen tidak akan overlap dari kedua larutan bercampur atau
bereaksi membentuk zat baru. Namun untuk spektrum absopsi campuran tetap
berada diatas grafik dua komponen (tidak overlap). Kemungkinan grafik yang
terjadi sebagai berikut :

Campuran A
dan B

Komponen A

Komponen B

2. Konsentrasi larutan krom(III) dan Kobalt(II) dalam ppm dalam kurva standart dan
dalam sampel

Konsentrasi larutan Krom(III)

[Cr3+] = 0,010 M
Massa molekul Cr(NO3) = 238 gram / mol
[Cr3+] dalam ppm = [Cr 3+ ] x Mm Cr(NO3 )

0,010 238 1000


= = 2,38 = 2380
1 1

15
= 2380

[Cr3+] = 0,015 M
Massa molekul Cr(NO3) = 238 gram / mol
[Cr3+] dalam ppm = [Cr 3+ ] x Mm Cr(NO3 )

0,015 238 1000


= = 3,57 3570
1 1

= 3570

[Cr3+] = 0,020 M
Massa molekul Cr(NO3) = 238 gram / mol
[Cr3+] dalam ppm = [Cr 3+ ] x Mm Cr(NO3 )

0,020 238 1000


= = 4,76 = 4760
1 1

= 4760

Konsentrasi larutan Kobalt(III)

[Co2+] = 0,06 M
Massa molekul Co(NO3) = 183 gram / mol
[Co2+] dalam ppm = [Co] x Mm Co(NO3 )

0,06 183 1000


= = 10,98 = 10980
1 1

= 10980

[Co2+] = 0,08 M
Massa molekul Co(NO3) = 183 gram / mol
[Co2+] dalam ppm = [Co] x Mm Co(NO3 )

0,08 183 1000


= = 14,64 = 14640
1 1

16
= 14640

[Co2+] = 0,10 M
Massa molekul Co(NO3) = 183 gram / mol
[Co2+] dalam ppm = [Co] x Mm Co(NO3 )

0,10 183 1000


= = 18,3 = 18300
1 1

= 18300

Konsentrasi sampel dalam ppm

[Co2+] = 0,258 M
Massa molekul Co(NO3) = 183 gram / mol
[Co2+] dalam ppm = [Co] x Mm Co(NO3 )

0,258 183 1000


= = 47,21 = 47210
1 1

= 47210

[Cr3+] = 0,0565 M
Massa molekul Cr(NO3) = 238 gram / mol
[Cr3+] dalam ppm = [Cr 3+ ] x Mm Cr(NO3 )

0,0565 238 1000


= = 13,45 = 13450
1 1

= 13450

17
I. KESIMPULAN
Spektrum absorpsi dari sistem dua komponen (larutan rom(III) dan larutan kobalt(II)
yang diperoleh menunjukkan spektrum yang overlap satu sama lain, dan spektrum
absorbsi campuran dua komponen tersebut sedikit overlap dengan spektrum dua
komponen dibagian kiri grafik.
Nilai (absorpsivitas molar) didapatkan dari slope atau kemiringan kurva standart.
Konsentrasi sesungguhnya sampel campuran yang diperoleh pada panjang gelombang
maksimum Cr3+ (415 nm) adalah sebesar 0,0565 M dan konsentrasi sampel pada
panjang gelombang maksimum Co2+ (510 nm) adalah sebesar 0,258 M.

J. DAFTAR PUSTAKA

Buku Petunjuk Praktikum Analisis Spektrofotometri, Jurusan Kimia, ITB.


Bandung.

Purba, Imfrantoni. 2012. Laporan Praktikum Spektrofotometri, (online),


(http://imfran-imfranpurba.blogspot.co.id/2012/04/laporan-kimia-analitik-
spektrofotometri.html), diakses pada tanggal 27 Januari 2016.

Sutrisno. 2011. Spektroskopi Molekul Organik. Malang : Cakrawala Indonesia

Tim dosen. 2017. Petunjuk Praktikum Analisis Instrumentasi. Malang :


FMIPA UM

18

Anda mungkin juga menyukai