Anda di halaman 1dari 20

Percobaan 7

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIK II
KINETIKA HALOGENASI ASETON DENGAN KATALISATOR ASAM

Dosen Pengampu Matakuliah :


Dr.Nazriati, M.Si
Dr. Fauziatul Fajaroh, M.Si

Oleh :
Kelompok 1

1. Aldi Nursyahbana (160332605900)


2. Amalia Yustika Sari (160332605842)***
3. Annisa Nur Azizah (160332605880)

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
November 2018
A. Judul Percobaan
Kinetika Halogenasi Aseton dengan Katalisator Asam
B. Tujuan Percobaan
Menemukan persamaan laju reaksi iodisasi aseton dalam suasana asam
C. Dasar Teori
Laju reaksi (Reaction Rate) atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi
pereaksi ataupun produk dalam satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat di nyatakan sebagai
laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi suatu
produk. Konsentrasi biasanya di nyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase gas,
suatu tekanan atmosfer, milimeter merkurium, dapat di gunakan sebagai ganti konsentrasi.
( Muchtaridi,2006;103-107)
1 𝑑[𝐴] 1 𝑑[𝐵]
Laju suatu reaksi aA + bB -> cC dapat dinyatakan sebagai -𝑎 , −𝑏 ,
𝑑𝑡 𝑑𝑡
1 𝑑[𝐶]
ataupun − 𝑐 . Laju reaksi tergantung pada konsentrasi pereaksi maupun hasil reaksi
𝑑𝑡

yang dinyatakan dalam suatu hukum atau persamaan laju. Persamaan laju reaksi secara
sederhana dapat dituliskan :
1 𝑑[𝐴]
r = -𝑎 = k [A]x [B]y ........................................................... (1)
𝑑𝑡

Dimana x dan y berturut-turut adalah orde reaksi terhadap A dan B. Secara pendekatan laju
1 𝑑[𝐴]
reaksi dapat dinyatakan - . Penentuan makin teliti jika ∆t makin kecil. Persamaan atau
𝑎 𝑑𝑡

hukum laju reaksi dari suatu reaksi tidak dapat diramalkan dari persamaan stokiometrinya,
tetapi harus ditentukan melalui eksperimen. Dari bentuk hukum ini seringkali dapat
diperoleh informasi tentang mekanisme reaksi.
Stoikiometri reaksi halogenasi aseton, misalnya brominasi dapat dituliskan sebagai
berikut :
CH3-CO-CH3 + Br2 -> CH3-CO-CH3Br + Br- + H+
Dari percobaan diperoleh fakta-fakta sebagai berikut :
1. Kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi H+ (dalam suasana
asam) atau dalam suasana basa laju reaksi bertambah dengan bertambahnya
konsentrasi OH-
2. Dalam suasana asam sebagai hasil reaksi diperoleh juga H+ sehingga dalam larutan
yang tidak di buffer kecepatan awal reaksi (pada saat kurang dari 10% pereaksi
telah bereaksi) akan terus bertambah selama reaksi berlangsung.
3. Kecepatan halogenasi aseton juga bergantung pada konsentrasi aseton, tetapi tidak
tergantung pada konsentrasi halogen kecuali saat konsentrasi halogen yang sangat
tinggi.
4. Kecepatan reaksi halogenasi aseton ini tidak bergantung pada jenis halogen.
Berdasarkan fakta-fakta diatas melalui pendekatan penentuan persamaan laju
reaksi, diperoleh persamaan :
Hasil pendekatan ini sesuai dengan hasil pengamatan bahwa reaksi keseluruhan masing-
masing berorde satu terhadap aseton dan asam tetapi tidak tergantung pada konsentrasi
halogen.
Penentuan persamaan laju reaksi iodisasi aseton dalam suasana asam dapat
menggunakan metode spektrofotometri, dimana laju reaksi diikuti dengan mengukur laju
perubahan konsentrasi iodin dengan spektofotometer. Absorbansi larutan diusahakan antara
0,7 hingga 0,2 dengan memilih panjang gelombang yang sesuai. Dalam mereaksikan
reaktan, larutan aseton dicampur terlebih dahulu dengan HCl, dan kemudian ke dalam
campuran ini ditambahkan larutan iodin sesuai dengan skema berikut :

No Vol Aseton Vol HCl Vol H2O Vol I2 ∆A ∆t

1 3 10 12 10
2 6 10 9 10
3 9 10 6 10
4 12 10 3 10
5 10 3 12 10
6 10 6 9 10
7 10 9 6 10
8 10 12 3 10
9 10 10 12 3
10 10 10 9 6
11 10 10 6 9
12 10 10 3 12
D. Metedologi
Alat :
- Spectronic 20 - Tabung reaksi
- Pipet 5 mL - Piper ukur 2 mL
- Gelas kimia - Labu takar
- Stopwatch

Bahan :

- Larutan Aseton 3M - Larutan HCl 0,3M


- Larutan I2 0,015M - Larutan KI 0,01M

Rangkaian Alat :

Keterangan Gambar

1. Tempat kuvet 6. Tombol untuk mencetak


2. Display digital 7. Pengatur panjang gelombang
3. Mode indikator 8. Pengatur transmitan/absorbans (100%/0A)
4. Mode pilihan 0. .Tombol power/ pengatur
5. Tombol pengurangan 10. Tombol menaikkan
E. Langkah Kerja
1. ditentukan dulu λ maksimum (sekitar 530 nm), dengan mengukur absorbansi larutan I2
sebagai fungsi λ.
2. ditentukan jumlah masing-masing pereaksi pada percobaan ini sehingga untuk satu
kelompok percobaan hanya ada satu pereaksi yang konsentrasinya dalam campuran
bervariasi. Dengan demikian maksimum ada dua belas percobaan, volume total
pereaksi 25-40 ml dan diambil tetap. Misal untuk percobaan 1 s/d 4 diambil volume
aseton bervariasi, percobaan 5 s/d 8 diambil volume HCl bervariasi dan untuk
percobaan 9 s/d 12 diambil volume I2 bervariasi.
3. Sesuai dengan tabel yang dibuat, dicampurkan aseton, asam dan aquades di dalam gelas
kimia 50 ml
4. ditambahkan larutan iodium dalam tabung reaksi dan dituangkan ke dalam gelas kimia
yang berisi aseton dan HCl tadi. Pada saat dituangkan dijalankan stopwatch
5. Segera diaduk dan dituangkan campuran ke dalam sel untuk diukur absorbansinya
secepat mungkin (kurang dari 1 menit) pada panjang gelombang yang sesuai
6. Dicatat absorban dan waktu yang tertera pada stopwatch (A1 dan t1), dibiarkan kuvet
tetap dalam spektofotometer dan stopwatch tetap berjalan
7. Pengamatan absorban dan waktu berikutnya dapat dilakukan, setelah absorban
berkurang 0,1, pada saat itu dihentikan stopwatch. Dicatat absorban dan waktu yang
tertera pada stopwatch (A1 dan t1),
8. Diulangi langkah 3 s/d 7 untuk variasi konsentrasi aseton asam dan iodium sesuai
dengan tabel.

F. Hasil Pengamatan

Vol Aseton Vol HCl Vol H2O Vol I2


No A1 A2 ∆A
(mL) (mL) (mL) (mL)
1 3 10 12 10 0,64 0,54 0,1
2 6 10 9 10 0,66 0,56 0,1
3 9 10 6 10 0,62 0,52 0,1
4 12 10 3 10 0,61 0,51 0,1
5 10 3 12 10 0,64 0,54 0,1
6 10 6 9 10 0,64 0,54 0,1
7 10 9 6 10 0,66 0,56 0,1
8 10 12 3 10 0,65 0,55 0,1
9 10 10 12 3 0,17 0,07 0,1
10 10 10 9 6 0,4 0,3 0,1
11 10 10 6 9 0,58 0,48 0,1
12 10 10 3 12 0,67 0,57 0,1
Vol Aseton Vol HCl Vol H2O Vol I2
No t1 (s) t2 (s) ∆t
(mL) (mL) (mL) (mL)
1 3 10 12 10 48 882 834
2 6 10 9 10 47 565 518
3 9 10 6 10 53 394 341
4 12 10 3 10 40 342 302
5 10 3 12 10 36 1176 1140
6 10 6 9 10 34 563 529
7 10 9 6 10 44 419 375
8 10 12 3 10 42 301 259
9 10 10 12 3 37 164 127
10 10 10 9 6 33 307 274
11 10 10 6 9 33 319 286
12 10 10 3 12 33 362 329

G. Analisis Data dan Pembahasan


Penentuan Orde reaksi tiap larutan
Nilai perubahan absorbansi berbanding lurus dengan perubahan konsentrasi. Hal ini telah
sesuai dengan Hukum Lambert-Beer, yaitu :
∆A
A = a.b.c , sehingga laju reaksi r = ∆t

Penentuan Orde reaksi Aseton


Orde reaksi dapat diperoleh dari grafik ln r versus ln [aseton]. Konsentrasi aseton dapat
diperoleh dari perhitungan sebagai berikut :
Densitas aseton (𝜌 = 0,79 g/mL)
1. Penambahan 3mL Aseton
∆A
r= ∆t
0,1
r=
834

r = 1,199 x10-4
ln r = -9,02
Konsentrasi Aseton :
𝜌𝑥𝑣
M= 𝑀𝑟
𝑔𝑟𝑎𝑚
0,79 𝑥 3 𝑚𝐿 1 𝑚𝐿
𝑚𝐿
M= 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 0,001 𝐿
58 𝑥 35 𝑚𝐿
𝑚𝑜𝑙

𝑚𝑜𝑙
M = 1,167 𝐿

ln M = 0,154

2. Penambahan 6mL Aseton

∆A
r= ∆t

0,1
r = 518

r = 1,930 x10-4

ln r = -8,55

Konsentrasi Aseton :
𝜌𝑥𝑣
M= 𝑀𝑟

𝑔𝑟𝑎𝑚
0,79 𝑥 6 𝑚𝐿 1 𝑚𝐿
𝑚𝐿
M= 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 0,001 𝐿
58 𝑥 35 𝑚𝐿
𝑚𝑜𝑙

𝑚𝑜𝑙
M = 2,335 𝐿

ln M = 0,848

3. Penambahan 9mL Aseton

∆A
r= ∆t

0,1
r = 341

r = 2,932 x10-4

ln r = -8,13

Konsentrasi Aseton :
𝜌𝑥𝑣
M= 𝑀𝑟

𝑔𝑟𝑎𝑚
0,79 𝑥 9 𝑚𝐿 1 𝑚𝐿
𝑚𝐿
M= 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 0,001 𝐿
58 𝑥 35 𝑚𝐿
𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙
M = 3,502
𝐿

ln M = 1,253

4. Penambahan 12mL Aseton

∆A
r= ∆t

0,1
r = 302

r = 3,311 x10-4

ln r = -8,01

Konsentrasi Aseton :
𝜌𝑥𝑣
M= 𝑀𝑟

𝑔𝑟𝑎𝑚
0,79 𝑥 12 𝑚𝐿 1 𝑚𝐿
𝑚𝐿
M= 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 0,001 𝐿
58 𝑥 35 𝑚𝐿
𝑚𝑜𝑙

𝑚𝑜𝑙
M = 4,669 𝐿

ln M = 1,540

Dari perhitungan diatas diperoleh data berikut :

Volume [Aseton] ln
No r ln r 𝑚𝑜𝑙
Aseton (mL) ( ) [Aseton]
𝐿

1 3 mL 1,199 x10-4 -9,02 1,167 0,154


2 4 mL 1,930 x10-4 -8,55 2,335 0,848
3 6 mL 2,932 x10-4 -8,13 3,502 1,253
4 12 mL 3,311 x10-4 -8,01 4,669 1,540
Dari data diatas diperoleh grafik ln [Aseton] Vs ln r, sebagai berikut :

ln [Aseton] Vs ln r
-7.8
0 0.5 1 1.5 2
-8
-8.2

-8.4
ln r

ln r
-8.6
Linear (ln r)
-8.8
y = 0.7571x - 9.1458
-9
R² = 0.9879
-9.2
ln [Aseton]

Dari grafik diatas diperoleh nilai B sebesar 0,7571, sehingga orde aseton sebesar = 1

Penentuan Orde reaksi HCl

5. Penambahan 3 mL HCl

∆A
r= ∆t

0,1
r=
1140

r = 8,771 x10-5

ln r = -9,34

Konsentrasi HCl :

[𝐻𝐶𝑙]0 𝑥 𝑉
[HCl]t = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,3𝑀 𝑋 3 𝑚𝐿
ln [HCl]t = 0,35 𝑚𝐿

𝑚𝑜𝑙
[HCl]t = 0,0257 𝐿

ln [HCl]t = -3,660

6. Penambahan 6 mL HCl
∆A
r=
∆t

0,1
r= 529

r = 1,890 x10-4

ln r = -8,57

Konsentrasi HCl :

[𝐻𝐶𝑙]0 𝑥 𝑉
[HCl]t = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,3𝑀 𝑋 6 𝑚𝐿
[HCl]t = 0,35 𝑚𝐿

𝑚𝑜𝑙
[HCl]t = 0,0514 𝐿

ln [HCl]t = -2,967

7. Penambahan 9 mL HCl

∆A
r= ∆t

0,1
r= 375

r = 2,67 x10-4

ln r = -8,22

Konsentrasi HCl :

[𝐻𝐶𝑙]0 𝑥 𝑉
[HCl]t = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,3𝑀 𝑋 9 𝑚𝐿
[HCl]t = 0,35 𝑚𝐿

𝑚𝑜𝑙
[HCl]t = 0,0771 𝐿

ln [HCl]t = -2,562

8. Penambahan 12 mL HCl

∆A
r= ∆t
0,1
r=
259

r = 3,861 x10-4

ln r = -7,85

Konsentrasi HCl :

[𝐻𝐶𝑙]0 𝑥 𝑉
[HCl]t = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,3𝑀 𝑋 12 𝑚𝐿
[HCl]t = 0,35 𝑚𝐿

𝑚𝑜𝑙
[HCl]t = 0,1028 𝐿

ln [HCl]t = -2,274

Dari perhitungan diatas diperoleh data berikut :

Volume HCl
No r ln r [HCl] (M) ln [HCl]
(mL)
5 3 mL 8,771 x10-5 -9,34 0,0257 -3,660
6 4 mL 1,890 x10-4 -8,57 0,0514 -2,967
7 5 mL 2,67 x10-4 -8,57 0,0771 -2,562
8 6 mL 3,861 x10-4 -7,85 0,1028 -2,274

Dari data diatas diperoleh grafik ln [HCl] Vs ln r, sebagai berikut :

ln [HCl] Vs ln r
-7.6
-4 -3 -2 -1 -7.8 0
-8
-8.2
-8.4
ln r

-8.6 ln r
-8.8 Linear (ln r)
-9
-9.2
y = 0.9577x - 5.8381
-9.4 R² = 0.8947
-9.6
ln [HCl]

Dari grafik diatas diperoleh nilai B sebesar 0,9577, sehingga orde HCl sebesar = 1
Penentuan orde reaksi I2

9. Penambahan 3mL I2

∆A
r= ∆t

0,1
r = 127

r = 7,784 x10-4

ln r = -7,158

Konsentrasi I2 :

[𝐼2 ]0 𝑥 𝑉
[I2]t = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,015𝑀 𝑋 3 𝑚𝐿
[I2]t = 0,35 𝑚𝐿

𝑚𝑜𝑙
[I2]t = 1,285 x 10-4 𝐿

ln [I2]t = -6,656

10. Penambahan 6mL I2

∆A
r= ∆t

0,1
r = 274

r = 3,64 x10-4

ln r = -7,918

Konsentrasi I2 :

[𝐼2 ]0 𝑥 𝑉
[I2]t = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,015𝑀 𝑋 6 𝑚𝐿
[I2]t = 0,35 𝑚𝐿

𝑚𝑜𝑙
[I2]t = 2,571 x 10-4 𝐿

ln [I2]t = -5,963
11. Penambahan 9mL I2

∆A
r= ∆t

0,1
r= 286

r = 3,49 x10-4

ln r = -7,96

Konsentrasi I2 :

[𝐼2 ]0 𝑥 𝑉
[I2]t =
𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,015𝑀 𝑋 9 𝑚𝐿
[I2]t = 0,35 𝑚𝐿

𝑚𝑜𝑙
[I2]t = 3,857 x 10-3 𝐿

ln [I2]t = -5,557

12. Penambahan 12mL I2

∆A
r= ∆t

0,1
r= 329

r = 3,039 x10-4

ln r = -8,098

Konsentrasi I2 :

[𝐼2 ]0 𝑥 𝑉
[I2]t = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,015𝑀 𝑋 12 𝑚𝐿
[I2]t = 0,35 𝑚𝐿

𝑚𝑜𝑙
[I2]t = 5,412 x 10-3 𝐿

ln [I2]t = -5,270
Dari perhitungan diatas diperoleh data berikut :
No Volume I2 (mL) r ln r [I2] (M) ln [I2]
9 3 mL 7,784 x10-4 -7,158 1,285 x 10-4 -6,656
10 4 mL 3,64 x10-4 -7,918 2,571 x 10-4 -5,963
11 5 mL 3,49 x10-4 -7,96 3,857 x 10-3 -5,557
12 6 mL 3,039 x10-4 -8,098 5,412 x 10-3 -5,270

Dari data diatas diperoleh grafik ln [I2] Vs ln r, sebagai berikut :

ln [I2] Vs ln r
-7
-7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0
-7.2
-7.4
-7.6
ln r

ln r
-7.8
Linear (ln r)
-8
y = -0.667x - 11.693
-8.2
R² = 0.8941
-8.4
ln [I2]

Dari grafik diatas diperoleh nilai B sebesar -0,0667x , sehingga orde I2 sebesar = -

Hal ini tidak sesuai dengan teori, berdasarkan teori didapat orde reaksi I2 sebesar = 0.
Kesalahan mungkin terjadi karena larutan yang dibuat oleh praktikan terkontaminasi
sehingga saat dimasukkan kedalam spektronic 20 waktu yang dibutuhkan saat absorbansi
larutan lama mengakibatkan nilai r yang didapat tidak sesuai teori.

Penentuan nilai K

Setelah masing-masing orde reaksi tiap pereaksi diketahui maka dapat ditentukan nilai k
dari persamaan, sebagai berikut :

1 𝑑[𝐴]
r=− 𝑎 𝑑𝑡

r = k [A]x [B]y
𝑟
k = [𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑛]1 [𝐻𝐶𝑙]1 [𝐼2 ]0
karena orde reaksi [I2] yang diperoleh melalui percobaan -0,0667 sehingga digunakan
orde reaksi 0 untuk menghitung nilai k.
𝑟
k = [𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑛]1 [𝐻𝐶𝑙]1 [𝐼2 ]0

dari persamaan tersebut diperoleh nilai k sebagai berikut :

No r [𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑛]1 [𝐻𝐶𝑙]1 [𝐼2 ]0 k


1 1,199 x10-4 1,167 0,085 1 0,001209
2 1,930 x10-4 2,335 0,085 1 0,000972
3 2,932 x10-4 3,502 0,085 1 0,000985
4 3,311 x10-4 4,669 0,085 1 0,000834
5 8,771 x10-5 3,891 0,0257 1 0,008771
6 1,890 x10-4 3,891 0,0514 1 0,000945
7 2,67 x10-4 3,891 0,0771 1 0,00089
8 3,861 x10-4 3,891 0,1028 1 0,000965
9 7,784 x10-4 3,891 0,085 1 0,002354
10 3,64 x10-4 3,891 0,085 1 0,001101
11 3,49 x10-4 3,891 0,085 1 0,001055
12 3,039 x10-4 3,891 0,085 1 0,000919

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘


Rata-rata nilai k = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛

0,021
= 12

= 0,00175

Jadi persamaan laju yang diperoleh dari percobaan adalah :

r = 0,00175 [𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑛]1 [𝐻𝐶𝑙]1 [𝐼2 ]0

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan persamaan reaksi laju reaksi Iodisasi aseton

dalam suasana asam. Bertambahnya konsentrasi ion H+ pada larutan asam dapat mempercepat

reaksi. Reaksi iodisasi aseton diamati dengan berkurangnya iodin. Asam yang digunakan yaitu
asam klorida (HCl), penggunaan asam ini bertujuan sebagai katalis.
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan larutan. Larutan dibuat dengan cara
mencampurkan larutan yang divariasi dimulai dari penambahan volume Aseton yaitu : 3
mL, 6 mL, 9 mL, dan 12 mL, kemudian dilajutkan dengan memvariasikan volume HCl
3 mL, 6 mL, 9 mL, dan 12 mL dan yang terakhir adalah memvariasikan volume I2 3 mL,
6 mL, 9 mL, dan 12 mL, dengan penambahan aquades , sehingga total volume tiap larutan
sebanyak 35 mL. Selanjutnya dihitung absorban dan waktu setelah absorban berkurang
0,1 pada panjang gelombang 530 nm. Hasil percobaan yang didapatkan menunjukkan
bahwa absorbansi zat akan berkurang seiring bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan
karena terjadi reaksi antara aseton dengan I2 yang semula berwarna kuning kecoklatan
menjadi bening, semakin memudarnya warna larutan maka panjang gelombangnya
sedikit yang bisa diserap.

Pada reaksi awal tidak terjadi kesetimbangan karena aseton merupakan basa yang
lemah, sehingga tidak terbentuk ion.

[Ion] = k [Aseton] [HCl]

Dimana k adalah konstanta kesetimbangan. Persamaan laju reaksi iodisasi aseton


dengan katalisator asam adalah sebagai berikut : r = k [aseton]a [HCl]b [I2]c

Orde reaksi maisng-masing pereaksi didapatkan dari gradient kurva antara ln [A]
dan ln r pereaksi yang terkoreksi volume setelah diencerkan. Kinetika reaksi
dipengaruhi oleh konsentrasi, luas permukaan, katalis, suhu, tekanan dan energi
aktivasi. Tetapi pada percobaan ini kecepatan halogenasi aseton tidak bergantung
pada konsentrasi halogen karena konsentrasi halogen tidak tinggi maka kinetika
reaksi hanya dipengaruhi oleh konsentrasi aseton dan asam.

H. Kesimpulan
Persamaan laju yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
r = 0,00175 [aseton]1 [HCl]1 [I2]0
I. Daftar Pustaka

Atkins, P.W. 1986. Physical Chemistry. 3rd edition. Oxford: Oxford University
Press.
Castelan, G.W. 1983. Physical Chemistry. 3 rd edition. Amsterdam: Addison
Wesley Publishing Company.
Day, R.A. Jr and Underwood, A.L. 1986. Kimia Analisis Quantitatif.
Jakarta: Erlangga.
J. Jawaban pertanyaan
1. Turunkan persamaan dan cara yang digunakan untuk membuktikan
bahwa suatu reaksi secara keseluruhan berorde dua.
Jawab :
 Sesuai dengan hukum Lambert-Beer, yaitu A = a.b.c Nilai
perubahan absorbansi berbanding lurus dengan perubahan
∆𝐴
konsentrasi, sehingga laju reaksi yaitu r = , dalam grafik
∆𝑡

absorbansi versus waktu, r = tan α, sehingga r adalah slope


dalam persamaan garisnya
 Penentuan orde reaksi
- Orde reaksi Aseton
Untuk konsentrasi asam dan iodin tetap, diperoleh persamaan :
r = k [Aseton]a
ln r = ln k + a ln [Aseton]
Y = ln k + a X
- Orde reaksi asam (HCl)

r = k [HCl]b

ln r = ln k + b ln [HCl]

Y = ln k + b X

- Orde reaksi I2

r = k [HCl]c

ln r = ln k + c ln [HCl]

Y = ln k + c X

 Penentuan nilai K

r = [𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑛]1 [𝐻𝐶𝑙]1 [𝐼2 ]0

Kecepatan halogenasi aseton tidak bergantung pada


halogenasi kecuali pada saat konsentrasi halogen sangat
tinggi. Pada saat konsentrasi halogen tidak tinggi maka
kinetika reaksi hanya dipengaruhi oleh konsentrasi asam
dan aseton. Dalam hal ini konsentrasi halogen sangat kecil
yaitu 0,015M.
𝑑 [𝑃]
= k [A] [H+]
𝑑𝑡

R = k [Aseton] [HCl] → Orde 2

2. Selain dengan spektofotometer, laju reaksi dapat ditentukan dengan


cara titrasi volumetri. Terangkan cara tersebut.

Jawab : dengan cara menentukan konsentrasi mula-mula, kemudian


konsentrasi larutan yang bereaksi dengan selang waktu dan konsentrasi
sisa larutan. Sehingga didapatkan konsentrasi larutan yang bereaksi
dengan selang waktu, dimana nilai x didapatkan pada konsentrasi
larutan yang bereaksi. Harga (a-x) yang nantinya dipergunakan untuk
membuat grafik hubungan antara (sebagai ordinat) terhadap waktu
(sebagai absis) dengan persamaan laju reaksi k =x.t/a(a-x).
LAMPIRAN

Pembuatan Pengamatan Pengamatan


larutan absorbansi tertinggi I2 penuruan absorbansi
sebesar 0,1

Pengamatan Pengamatan Pengamatan


absorbansi volume absorbansi volume absorbansi volume I2
aseton divariasikam HCl divariasikam divariasikam

Anda mungkin juga menyukai