Anda di halaman 1dari 5

Penetapan Kadar CO2 Terlarut

A. Tujuan Percobaan
Mampu menetapkan kadar gas CO2 yang terlarut dalam sampel air
B. Dasar Teori
Karbondioksida (CO2) adalah komponen normal dalam semua air alami dan
merupakan gas yang mudah larut dalam air. CO 2 di alam terdiri dari CO2 bebas dan
CO2 terikat yang tergantung pada pH air. CO 2 bebas terdiri dari CO2 yang berada dalam
kesetimbangan, diperlukan untuk memelihara ion bikarbonat (HCO3-) dan CO2 agresif
yang dapat melarutkan CaCO3 dan bersifat korosif. CO2 terikat hadir dalam bentuk
bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO32-). CO2 agresif merupakan CO2 yang berada dalam
keseimbangan dan diperlukan untuk memelihara ion bikarbonat dalam air. Air
permukaan pada umumnya mengandung < 10 mg CO2 bebas/liter, namun beberapa air
tanah mengandung lebih banyak lagi.
Gas CO2 selalu terdapat dalam sistem parairan seperti sungai, sawah, danau, dan
laut. Kadar CO2 yang dianggap penting bagi kehidupan ekosistem air, kelarutannya
ternyata tergantung pada suhu air, pH dan banyaknya organisme yang hidup di dalam air.
Gas CO2 di dalam air begabung dengan komponen kapur menjadi CaCO 3 yang sebagian
sebelum mencapai tingkat kejenuhan masih dapat berdisosiasi kembali menjadi ion CO 32-
dan selebihnya akan mengendap sebagai senyawa karbonat. Beberapa hal yang
menyebabkan pentingnya pemeriksaan CO2 di dalam air sebagai berikut:
a. Merupakan karakteristik kualitas air yang penting, yaitu kemampuan untuk
mempertahankan keseimbangan pH (buffer capacity).
b. Berhubungan dengan proses pelunakan, koagulasi, dan netralisasi.
c. Berhubungan dengan masalah korosi dan kesadahan dalam air.
Dibandingkan di dalam air, tekanan parsial CO2 lebih besar di atmosfer, oleh
karena itu pengukuran CO2 di udara harus dihindari dengan cara menutup rapat kontainer
yang digunakan. Atas dasar ini kadar gas CO2 terlarut dapat ditetapkan dengan cara
titrimetri dengan menggunakan larutan baku NaOH.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Buret
Statif
Klem buret
Erlenmeyer
Pipet takar
Pipet tetes
Pipet ukur
2. Bahan
Sampel air
Larutan standar NaOH 0,001 N
Indikator pp
D. Prosedur Kerja
1. Disiapkan labu Erlenmeyer 250 mL, kemudian dimasukkan 100 mL sampel air ke
dalam labu Erlenmeyer dan segera ditetesi dengan indikator pp.
2. Jika timbul warna merah berarti kandungan CO2 tidak ada dan apabila tidak
timbul warna merah, maka sampel air mengandung CO2.
3. Sampel air dititrasi dengan larutan NaOH 0,001 N
4. Langkah 1 dan 3 diulangi sampai sebanyak 3x
5. Dicatat volume NaOH yang dibutuhkan
E. Data Pengamatan
Lokasi Volume NaOH (mL)
Titrasi 1 Titrasi 2 Rata-Rata
Air waduk (Non-Gulma) 29,01 27,01 28,01
Air waduh (Dibawah Gulma) 2,2 2,3 2,25
Air waduk (Sekitar Gulma) 36,4 35,9 36,15

F. Analisis Data
Berdasarkan data diatas, diperoleh kadar CO2 pada masing-masing titik yang terdapat
pada lokasi pengambilan sampel yaitu didaerah waduk Selorejo sebagai berikut.
Kadar CO2 (mg/L) sampel Non-Gulma =
1000 mL mg
28,01 mL 0,001 N 44=12,3244
100 mL L

Kadar CO2 (mg/L) sampel Dibawah gulma =


1000 mL mg
2,25 mL 0,01 N 44=9,9
100 mL L

Kadar CO2 (mg/L) sampel sekitar gulma=


1000 mL mg
36,15 mL 0,001 N 44=15,906
100 mL L

G. Pembahasan
Kadar gas CO2 yang terlarut dalam sampel air waduk yang berlokasi di Selorejo,
Ngantang Kabupaten Malang yang didapat dari perhitungan secara titrimetri dengan
larutan baku NaOH adalah sebagai berikut.
Sampel Air Sampel Air Sampel Air
Non-Gulma Dibawah Gulma Sekitar Gulma
Kadar CO2 (mg/L) 12,3244 9,9 15,906
Berdasarkan data yang diperoleh dari perhitungan kadar CO2 pada masing-
masing sampel air waduk diatas dapat diketahui bahwa pada ketiga titik tersebut terdapat
perbedaan yang cukup signifikan, dimana kadar CO 2 yang paling sedikit terdapat pada
sampel air dibawah gulma. Hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa sampel air dibawah
gulma yang berarti pada perairan tersebut terdapat tumbuh-tumbuhan, salah satunya
adalah eceng gondok sehingga karbondioksida merupakan gas yang sangat dibutuhkan
eceng gondok tersebut untuk melakukan fotosintesis. Proses fotosintesis ekosistem dalam
air berjalan dengan cepat dan membutuhkan sejumlah karbondioksida, sehingga kadar
CO2 pada sampel air waduk dibawah gulma sedikit dibandingkan dari sampel di titik non
gulma dan sekitar gulma. Gas ini berasal dari pembongkaran bahan-bahan organik oleh
jasad renik di dasar perairan. Oleh karena itu, karbondioksida memegang peran yang
sangat penting sebagai unsur makanan untuk semua tumbuh-tumbuhan hidup yang
mampu berasimulasi.
Kadar CO2 pada sampel air waduk di titik non gulma dan sekitar gulma lebih
besar dibandingkan pada titik dibawah gulma. Tidak adanya tumbuhan (eceng gondok)
disekitar sampel air waduk di titik non gulma dan sekitar gulma tersebut menjadi salah
satu penyebab kadar CO2 pada perairan tersebut lebih besar dibandingkan pada sampel
air dibawah gulma karena kadar CO 2 diantara dua titik tersebut tidak digunakan untuk
proses fotosintesis. Pada sampel air waduk yang berada dititik sekitar gulma memiliki
kadar CO2 yang lebih besar dibandingkan dengan titik di non gulma. Hal tersebut dapat
dianalisis bahwasanya adanya organisme disekitar titik sekitar gulma dalam perairan
tersebut dapat menambah pasokan CO2 melalui hasil dekomposisi dan ekskresi sehingga
dapat memperbesar kadar CO2
Tingginya kadar CO2 dalam perairan tersebut, dapat pula menyebabkan tingkat
kesadahan dalam air lebih tinggi karena CO2 yang terbawa oleh air hujan akan bereaksi
dengan air pada waduk sehingga membentuk asam karbonat sebagai berikut
CO2 + H2O H2CO3
Dan sebagian terurai menjadi ion-ion sebagai berikut
H2CO3 H+ + HCO3-
Gas CO2 juga dalam air bergabung dengan komponen kapur menjadi CaCO 3 yang
sebagian sebelum mencapai tingkat kejenuhan masih dapat berdisosiasi kembali menjadi
ion CO32- dan selebihnya akan mengendap. Hal tersebut yang menyebabkan tingkat
kesadahan dalam perairan tinggi. Selain itu, tingginya karbondioksida dalam perairan
akan menyebabkan oksigen terlarut dalam perairan menjadi menurun sehingga akan
menyebabkan kematian pada ikan
H. Kesimpulan
mg
12,3244
Kadar CO2 pada sampel air waduk di bawah gulma adalah L
mg
9,9
Kadar CO2 pada sampel air waduk di bawah gulma adalah L
mg
15,906
Kadar CO2 pada sampel air waduk di bawah gulma adalah L

I. Daftar Pustaka
Tim Pengajar Praktikum Kimia Lingkungan. 2017. Petunjuk Praktikum Kimia
Lingkungan. JURUSAN KIMIA:UM
J. Pertanyaan
1. Sebutkan zat-zat apa saja yang dapat mempengaruhi dalam penetapan kadar CO2
terlarut? jelaskan secara singkat!
Adanya arus, angin, curah hujan dan pH dapat mempengaruhi konsentrasi
karbondioksida terlarut. Karbondioksida yang terdapat dalam perairan berasal
dari difusi dari atmosfer, karbondioksida yang terdapat diatmosfer, air hujan, dan
air yang melewati tanah organik. Karbondioksida hasil dekomposisi ini akan
terlarut dalam air, respirasi tumbuhan, hewan dan bakteri aerob maupun anaerob,
respirasi tumbuhan dan hewan yang mengeluarkan karbondioksida
2. Adakah perbedaan kadar CO2 terlarut antara lokasi satu dengan lokasi lainnya?
Ada, karena setiap lokasi memiliki keadaan yang berbeda-beda (suhu, pH dan
banyaknya organisme yang hidup dalam perairan tersebut)
3. faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi perbedaan hasi penetapan gas CO2
terlarut diatas? jelaskan masing-masing secara singkat!
Suhu : Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia,
evaporasi, volatilisasi, serta menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air
(CO2, O2, N2, dan CH4)
pH : Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin
rendah kadar karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat asam (pH rendah)
bersifat korosif. pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia .
Toksisitas logam memperlihatkan peningkatan dan pH rendah keberadaan
organisme hidup: tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme didalam perairan
mempengaruhi kadar CO2 terlarut dalam perairan
4. apakah banyak sedikitnya tumbuhan air dan mikroorganisme lain dapat
mempengaruhi besar kecilnya kadar CO2 terlarut? Jelaskan!
Ya. Karbondioksida yang ada diudara maupun dalam air digunakan untuk proses
fotosintesis dan menghasilkan zat-zat organik. Semua organisme yang tidak
berfotosintesis terkecuali beberapa macam bakteri yang hidup sendiri
memperoleh zat arang (CO2) organik langsung ataupun tidak langsung dari
tanaman-tanaman. Karbondioksida diperairan sangat dibutuhkan oleh tumbuhan
baik mikro maupun makro (tumbuhan tingkat tinggi) untuk proses fotosintesis.
Ekosistem air yang proses fotosintesisnya berjalan dengan cepat dan
membutuhkan sejumlah karbondioksida. Sedangkan keberadaan mikroorganisme
dan organisme lain dalam perairan dapat menambah pasokan CO 2 melalui hasil
dekomposisi dan ekskresi.

Anda mungkin juga menyukai