Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KIMIA AIR

KARBON DIOKSIDA AGRESIF

OLEH :
I GUSTI GEDE TUSAN S.T (16)
2. KARISMA DESIANA (17)
1.

POLTEKKES DEPKES MATARAM


ANALIS KESEHATAN
2009/2010
KARBON DIOKSIDA AGRESIF

Metode: Dengan metode asidimetri dan alkalimetri

# Dasar Teori
Siklus Alam dan Siklus Hidrologam

Zat-zat Kontaminasi Air Alam


1. Zat Padat terlarut : zat padat terlarut menunjukkan jumlah konsentrasi garam terlarut
dalam air. Jumlah zat padat terlarut sering juga dinyatakan dalam bentuk hantaran
listrik air yang dinyatakan dalam mililhos/Cm pada 25 C. Banyaknya konsentrasi
garam-garam dalam air, bervariasi dalam jenis dan jumlahnya bergantung pada
keadaan geologi dari tanah tempat air alam tersebut didapat. Garam-garam yang
selalu ada biasanya, Bicarbonat, HCO3; Khlorida, Cl; Sulfat, SO4; nitrat NO3 dari
Kalsium, Ca ;magnesium, Mg dan natrium, Na. Juga terdapat besi, Fe; Mangan, Mn
dan aluminium, Al.
2. Gas Terlarut : Gas terlarut dalam air alam biasanya Karbondioksida, CO2;
Oksigen, O2; Hydrogen Sulfat, H2S dan Amonia, NH3. Karbon dioksida dan
oksigen sangat berperan dalam proses terjadinya korosi. Karbon dioksida agresif
adalah CO2 yang mampu merusak marmer. Air yang mengandung CO2 agresif akan
merusak bangunan dari semen dan beton. Pemeriksaannya dilakukan dengan
mereaksikan sejumlah sampel dengan serbuk marmer, kadar CO2 diukur sebelum dan
sesudah dibiarkan 24 jam. Cara lain dilakukan dengan menggunakan grafik. CO2

dalam keadaan tertentu dapat menjadi penyebab terbentuknya korosi terhadap logam.
Bikarbonat yang ada dalam air minum yang akan dikonsumsi, bila dipanaskan pada
suhu dan mengalami tekanan tertentu akan mengahasilkan CO2. CO2 dengan air
membentuk H2CO3 yang bersifat asam. Asam ini bereaksi dengan Fe dan logam lain
membentuk Bikarbonat. Bikarbonat terurai dengan panas dan mengeluarkan gas CO2.
Gas ini bergabung dengan air membentuk asam Bikarbonat. Siklus ini terbentuk
Berulang Terus. Hingga menjadi penyebab utama korosi pada logam.
3. Zat Padat tersuspensi : Kadang-kadang pasir, tanah dan hasil pelapukan tumbuhan
merupakan zat padat yang tidak larut dalam air dan berada sebagai suspensi. Zat-zat
Kontaminasi Air Alam
4. Cairan : Kadang-kadang terdapat zat seperti asam lemak, minyak, dan cairan hasil
proses ekstraksi dari tanah atau tanaman dan protein.
5. Micro Organisme : Air alam selalu mengandung bakteri, (bakteri air, bakteri tanah,
bakteri proses ekstraksi dari tanah atau tanaman dan protein)

Nilai normal untuk pemeriksaan CO2 adalah 0,0 mg/L

# Prinsip

CO2 agresif adalah CO2 dalam air yang dapat bereaksi dengan marmer
(CaCO3) juga dapat melarutkan logam dari pipa logam. CO 2 agresif = CO2 total CO2
terikat. Karbon dioksida bebas atau terikat bereaksi dengan natrium karbonat atau
natrium hidroksida membentuk natrium bikarbonat.
Akhir reaksi ditunjukkan dengan indikator fenol ftalein yang memberikan warna
merah jambu (merah muda) pada pH 8,3. CO 2 total dalam air adalah jumlah dari CO2
bebas atau terikat dan CO2 dalam bentuk ion karbonat dan bikarbonat. Kemudian
kadar CO2 terikat terhadap HCO3 ditentukan dengan mentitrasi sampel dengan HCl
0,1N dengan menggunakan indikator metyl jingga dan ditunjukan dengan warna
oranye sebagai penunjuk akhir titrasi. Karbon dioksida terikat merupakan karbindiosida
yang mengalami ikatan langsung dengan HCO32-.

# Reaksi
R/ standarisasi NaOH dengan H2C2O4
2NaOH(aq) + H2C2O4 (aq) PP Na2C2O4(aq) + 2H2O(aq)
R/ standarisasi HCl dengan Na2B4O7.10H2O
2HCl(aq) + Na2B4O7(aq) + 5H2O MO
2NaCl(aq) + 4H3BO3(aq)

# Pengganggu
a. Beberapa kation dan anion yang secara kwantitatif mengganggu
kesetimbangan karbon dioksida karbonat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
b. Logam-logam aluminium, kromium, tembaga dan besi mengakibatkan hasil
lebih tinggi. Demikian juga yang ditimbulkan oleh amine, amonia, borat, nitrit,
fosfat, silikat dan sulfida.
c. Kandungan ferro tidak boleh melebihi 1,0 mg/L.
d. Asam mineral serta garam-garam dari asam kuat dan basa lemah
mempengaruhi pemeriksaan, oleh karena itu tidak boleh ada.

# Alat Dan Bahan

Alat

Pipet volume 25 ml dan 10 ml

Labu erlenmeyer 300 ml


Buret+ statif

Beaker glass
Gelas ukur
Pipet pasteur

Bahan

Sampel air
NaOH 0,1N
Indikator PP (fenol ftalin)
HCl 0.1N
Indikator MO (metyl orange)
H2C2O4 0,1 N
Na2B4O7.10H2O 0,1 N
AQuades

# Cara Kerja
c.

Standarisasi NaOH dengan H2C2O4 0,1N Metode Alkalimetri


1. Isi buret dengan larutan NaOH sampai tanda batas
2. Masukan 10,0 ml H2C2O4 0,1 N dalam Labu erlenmeyer
dan tambahkan 25 ml aQuades dan tambahkan 3-5 tetes
indikator PP (fenol ftalin)
3. Titrasi dengan larutan NaOH hingga terjadi perubahan
warna pada titratnya menjadi warna merah muda
4. hentikan titrasi dan hitung volume titrasi yang dihasilkan.

b. Standarisasi larutan HCl dengan Na2B4O7.10H2O 0,1N Metode Asidimetri


1. Isi buret dengan larutan HCl sampai tanda batas
2. masukan 10,0 ml larutan Na2B4O7.10H2O 0,1 N ke dalam
labu erlenmeyer dan tambahkan 25 ml aQuades dan
tambahkan 3-5 tetes indikator MO (Metyl Orange)
3. Titrasi dengan Larutan HCl hingga terjadi perubahan
warna pada titrat menjadi Orange
4. Hentikan titrasi dan hitung volume titrasi yang dihasilkan

c. Penetapan kadar CO2 Jumlah dalam Sampel Metode Alkalimetri


1. Masukan 25,0 ml sampel dalam labu erlenmeyer
2. Tambahkan indikator PP (fenol ftalin) 3-5 tetes

3. Titrasi dengan Larutan NaOH 0,1 N hingga terjadi


perubahan warna pada titratnya menjadi merah muda
4. hentikan titrasi dan hitung volume akhir titrasi yang
dihasilkan
d. Penetapan kadar CO2 terikat (HCO32-) Metode Asidimetri
1. Masukan 25,0 ml sampel dalam labu erlenmeyer
2. Tambahkan indikator MO (metyl Orange) 3-5 tetes
3. titrasi dengan larutan HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan
warna pada titratnya menjadi Orange
4. Hentikan titrasi dan hitung volume akhir titrasi yang
dihasilkan.

# Rumus perhitungan
N 1 V 1
Vt

Normalitas =

Kadar CO2 jumlah


CO2 total =

Vt BE CO2 N NaOH
1000
Vs

Kadar CO2 terikat (HCO32-)

Vt BE HCO3
CO2 terikat =
Vs

N HCl 1000

Kadar CO2 agresif


CO2 agresif = CO2 jumlah CO2 terikat

BE CO2 = 44

BE HCO3 = 61

# Daftar pustaka

Pemeriksaan Analisa Kualitas Air. Jakarta: Puslabkes


Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen
Kesehatan RI.1989.Kimia Air. Jakarta: DEPKES RI.

Anda mungkin juga menyukai