PENELITI:
BOGOR, 2011
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …….……………………………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………….. 2
1.3. Tujuan dan Sasaran ………………..…………………………. 3
1.4. Luaran …………..……………………………………………… 3
1.5. Manfaat/Dampak ………………………………………………. 4
II. METODOLOGI
2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………. 4
2.2. Bahan dan Alat …………………………………………………. 4
2.3. Metode Kerja …………………………………..………………. 5
2.4. Analisis Data ……………………………………………………. 7
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Deskripsi individu rusa jantan yang telah diseleksi untuk pemanenan velvet
pada Penangkaran Rusa HP Dramaga, Bogor ………………………....... 8
2. Hasil Pengukuran Morfometrik Velvet Panen Pada Penangkaran Rusa HP
Dramaga, Bogor …..………….……………………………………………… 13
3. Hasil analisis laboratorium terhadap kandungan mineral dan unsur
esensial velvet rusa timor di Penangkaran Rusa HP Dramaga,
Bogor ………………………………………………………………………….. 14
4. Kandungan protein dan asam amino (bk) pada serbuk velvet
rusa sambar di Kabupaten Paser Utara……..……………………............. 17
5. Kandungan mineral dan lemak (bk) serta turunannya pada serbuk
velvet rusa sambar di Kabupaten Paser Utara …………………………… 17
6. Limbah hasil penangkaran rusa di HP Dramaga, Bogor ……………….. 19
7. Kondisi limbah dalam proses pengomposan ……………………………... 19
8. Hasil analisis sampel kompos penangkaran rusa timor di
HP Dramaga, Bogor ………………………………………………….......... 20
9. Data pertumbuhan tanaman kehutanan yang diberi perlakuan kompos 21
iii
RINGKASAN
iv
I. PENDAHULUAN
1
memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui
pemanfaatan velvet dan limbah dari hasil penangkaran rusa.
2
melalui pemanfaatan hasil ikutan penangkaran rusa yang bernilai ekonomis
tinggi. Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi, Bogor mencoba untuk melakukan
serangkaian penelitian tentang pemanfaatan hasil ikutan penangkaran rusa
timor, yang dapat diterapkan pada masyarakat.
Sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah tersedianya data
dan informasi teknik pemanenan ranggah muda (velvet), teknik pengolahan dan
analisis unsur esensial hasil olahan serbuk velvet; teknik pengolahan limbah
penangkaran, analisis unsur hara hasil olahan dan hasil ujicoba pemanfaatan
olahan limbah penangkaran sebagai pupuk kompos.
1.4. Luaran
Luaran yang dicapai dalam penelitian ini adalah paket pengetahuan dan
teknologi berupa teknik pemanenan/pemotongan velvet, teknik pengolahan
3
serbuk velvet, analisis laboratoris kandungan bahan aktif atau unsur esensial
serbuk velvet, teknik pembuatan kompos limbah, analisis laboratoris kandungan
hara kompos, serta hasil ujicoba pemanfaatan kompos untuk persemaian
tanaman kehutanan, pertanian, peternakan (hijauan pakan) sehingga percepatan
difusi dan pemanfaatan IPTEK dapat diadopsi oleh masyarakat. Target
pencapaian luaran dalam kegiatan penelitian ini adalah semua luaran tersebut
akan dirangkum secara terpisah atau bersama-sama dalam bentuk laporan
penelitian akhir tahun dan publikasi ilmiah.
II. METODOLOGI
a. Kelompok rusa timor jantan umur ≥ 2-3 tahun yang beranggah muda,
b. Limbah penangkaran rusa (sisa pakan dan faeces),
c. Kompos (bak, sekop, termometer tanah, timbangan, sepatu boot, sarung
tangan, masker),
d. Kandang pemeliharaan rusa (kandang individu, kandang jepit),
4
e. Pakan rusa hijauan (rumput), konsentrat (ubi, dedak, jagung) dan premix
(vitamin dan obat-obatan),
f. Peralatan bius, pemotongan velvet, dan pengambilan sampel (obat bius,
timbangan, kandang jepit, meteran, pisau, gergaji besi, hand-counter,
stop watch, alkohol, vaccum tube, syring needle, gunting, box ice, kain
penutup, obat luka, sarung tangan karet, tambang plastik, kantung plastik
transparan, karung plastik, masker wajah, sepatu kandang, dan kapas
streril),
g. Peralatan persemaian,
h. Peralatan pemeliharaan rusa (parang, gerobak dorong, keranjang bambu,
bak pakan, pemotong rumput, gunting stek, ember, sapu),
i. Peralatan pengukuran pertumbuhan (meteran, kaliper, pH meter),
j. Peralatan dokumentasi (kamera foto atau video),
k. Perlengkapan alat tulis menulis, dan tally sheet.
a. Persiapan
b. Pemanenan Velvet
5
sedangkan pengolahan dan analisis velvet dilakukan di laboratorium FAPET IPB.
Metode pemotongan velvet pada rusa jantan dilakukan di kandang jepit setelah
dibius secara lokal.
c. Pengolahan Velvet
Bahan yang digunakan sebagai limbah adalah kotoran (faeces) rusa, sisa
pakan, dan lumpur atau tanah yang berasal dari kandang rusa. Bahan tersebut
kemudian dicampur jadi satu dan dimasukkan ke dalam bak limbah yang terbuat
dari beton dan ditutup dengan terpal (metode anaerob) selama 2 - 3 bulan.
Kompos yang dihasilkan dianalisis kandungan unsur hara di Laboratorium Balai
Besar Penelitian Veteriner, Bogor.
6
2.4. Analisis Data
Data analisis dan pelaporan yang telah diperoleh (primer dan sekunder)
diolah dan dianalisis berdasarkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hasil
yang diperolah dituangkan dalam laporan penelitian dan diharapkan bermanfaat
sebagai pedoman dalam upaya pengembangan penangkaran rusa timor.
Gambar 1. Penampilan ranggah muda masa velvet pada rusa timor jantan di
Penangkaran Rusa HP Dramaga, Bogor
7
Tabel 1. Deskripsi individu rusa jantan yang telah diseleksi untuk pemanenan
velvet pada Penangkaran Rusa HP Dramaga, Bogor
Deskripsi Individu Individu I Individu II Individu III
Rusa yang telah diseleksi untuk dipanen velvet-nya digiring melalui lorong
giring (gang-way) menuju kandang jepit sederhana berukuran 2x1x2 m3 (Gambar
2). Proses ini dilakukan habituasi rusa terhadap lingkungan untuk menghindari
stres selama berkisar 2 jam hingga 36 jam, tergantung karakter individu rusa.
Proses habituasi di lorong dan kandang jepit, dilakukan pemberian pakan berupa
hijauan segar dan ditambah pakan atraktif seperti ubi dan wortel. Petugas
dibiasakan pula memberi makan langsung melalui tangan untuk membiasakan
rusa terhadap situasi dan kondisi kandang jepit (Gambar 3).
8
Gambar 2. Model kandang jepit sederhana dan posisi rusa dalam kandang jepit
Gambar 3. Proses habituasi rusa jantan yang akan dipanen velvet-nya pada
kandang jepit bertangga
9
sehingga alas kandang lepas ke bawah dan rusa terperangkap badannya
dengan posisi kaki menggantung (Gambar 4).
Gambar 4. Proses penangkapan rusa jantan yang akan dipanen velvet-nya pada
kandang jepit berkolong
Gambar 5. Penyuntikan obat bius lokal pada sekeliling basal ranggah dan
posisi pemotongan ranggah 1 - 2 cm di atas cincin ranggah
Pengikatan selanjutnya dilakukan pada bagian atas penyuntikan atau di
bawah cincin ranggah (hubungan ranggah dan basal) menggunakan karet yang
tebal dan kuat (ex karet ban dalam motor). Hal ini dilakukan untuk menghindari
perdarahan pembuluh vascular pada waktu pemotonggan ranggah.
10
Pemotongan ranggah dilakukan dengan alat yang tajam dan bersih.
Pada penelitian ini digunakan gergaji besi dengan mata gergaji kecil yang telah
disterilkan menggunakan desinfektan dan antiseptik cair (®dettol dan alkohol
70%). Pemotongan dilakukan dengan cepat mulai ranggah pertama yang telah
dibius lokal terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan pada ranggah berikutnya.
Posisi pemotongan sekitar 1 - 2 cm di atas cincin ranggah.
Proses yang dilakukan pasca pemotongan ranggah adalah
membersihkan bekas luka dengan menggunakan antiseptik cair yang diusap
perlahan pada bekas potongan ranggah. Karet pengikat selanjutnya dapat
dilepas setelah beberapa menit pemotongan ranggah untuk memberikan
kesempatan penghentian aliran darah vascular yang secara alami akan tertutup
melalui proses aglutinasi. Sisa darah yang mungkin terdapat pada daerah
pemotongan ranggah dibersihkan, kemudian kain penutup kepala rusa dibuka
dan rusa dilepas perlahan dengan membebaskan dari jepitan badan. Proses
pemotongan ranggah mulai dari penangkapan hingga pelepasan rusa dari
kandang jepit membutuhkan waktu sekitar 10 - 15 menit.
Gambar 7. Individu rusa yang baru mengalami pemotongan ranggah biasanya akan
menyendiri, sehingga harus disediakan tempat khusus untuk memulihkan
dirinya
11
d. Pengolahan dan Hasil Analisis Kandungan Mineral Velvet
Gambar 8. Velvet yang dipanen dari tiga individu rusa timor jantan di Penangkaran
Rusa HP Dramaga, Bogor
12
Tabel 2. Hasil Pengukuran Morfometrik Velvet Panen Pada Penangkaran
Rusa HP Dramaga, Bogor
Berat velvet hasil penelitian ini jauh lebih kecil dibandingkan berat velvet
persilangan rusa timor dan rusa sambar di Australia seperti yang dilaporkan
Dradjat (2000) yaitu rata-rata 1,34 ± 0,23 kg dari berat badan rusa rata-rata
105,86 ± 1,34 kg. Demikian pula dengan berat velvet pada rusa sambar di
Kabupaten Paser Utara, Kalimantan Timur hasil pengamatan bulan Nopember
2011 yakni 900 gram (untuk individu I) dengan panjang velvet 25 cm dan
diameter 13,5 cm serta 700 gram (untuk individu II) dengan panjang 26 cm dan
diameter 11,25 cm. Perbedaan ini disebabkan karena spesies rusa dan pola
pemeliharaan yang berbeda, termasuk asupan pakan berkadar protein serta
mineral tinggi. Namun demikian, hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa
unsur mineral velvet hasil penelitian ini masih cukup baik dan hampir setara
dengan nilai referensi produk olahan velvet dari luar negeri (Tabel 3).
Komposisi bahan kimia yang terkandung di dalam velvet mengandung
dua belas (12) komponen mineral diantaranya phosphor, kalium, kalsium,
magnesium, natrium, sulfur, besi, aluminium, mangan, tembaga, seng, dan
boron. Kandungan mineral tersebut secara medis memiliki efek yang berkaitan
dengan osteoporosis, pertumbuhan dan perkembangan serta penyembuhan
tulang pada manusia.
Pengolahan velvet pada rusa timor belum dilakukan karena jumlah velvet
yang dipanen masih kurang. Namun hasil studi banding di penangkaran rusa
sambar (Rusa unicolor) Dinas Peternakan Kabupaten Paser Utara, Kalimantan
Timur, telah melakukan pengolahan velvet dan telah memasarkan.
13
Tabel 3. Hasil analisis laboratorium terhadap kandungan mineral dan unsur
esensial velvet rusa timor di Penangkaran Rusa HP Dramaga, Bogor
Nilai Velvet Hasil
Penelitian Nilai Referensi
Kandung
Produk Olahan Fungsi **
Mineral Rata-
SD Velvet *
rata
P (%) 4,67 1,27 5,80 Menyediakan struktur untuk tulang dan gigi,
dan merupakan komponen dari hampir
semua reaksi metabolik
K (%) 0,33 0,14 0,42 Esensial untuk fungsi syaraf dan otot dan
terlibat dalam keseimbangan elektrolit
Ca (%) 10,90 2,24 12,10 Membangun dan memelihara kesehatan
gigi dan tulang, dan sangat penting untuk
konduksi impuls saraf untuk menjaga
jantung berdetak terus, dan menjaga otot
dan syaraf bekerja dengan benar
Mg (%) 0,28 0,04 0,25 Diperlukan untuk pembentukan tulang dan
gigi dan untuk syaraf normal dan fungsi otot
Na (%) 0,94 0,08 - Membantu tubuh mempertahankan
elektrolit normal dan keseimbangan cairan
S (%) 0,14 0,10 0,85 Sebuah komponen dari berbagai asam
amino dan insulin
Fe (ppm) 194,33 31,75 319,00 Penting untuk sel-sel darah mengangkut
oksigen ke seluruh tubuh
Al (ppm) 47,33 19,40 -
14
3. Irisan tersebut dioven dalam suhu 450 C selama enam (6) jam kemudian
suhunya dinaikkan menjadi 500 C selama enam (6) jam, setelah itu 6 jam
kemudian dinaikkan lagi 50 C,
4. Velvet yang telah dioven kemudian digiling dengan menggunakan mixer (mix
mindong) sehingga berbentuk serbuk atau bubuk,
5. Bubuk atau serbuk kemudian dimasukkan ke dalam kapsul sebanyak 250
gram dan dikemas di dalam botol secara steril.
15
biologis aktif yang berkhasiat bagi organ seks pria dan wanita sehingga
berguna mengatasi masalah biologis. Bahkan beberapa wanita yang sudah
memasuki masa menopause, dapat menstruasi lagi.
2. Berefek tonik
Di Rusia pada tahun 1930-an, pengujian telah dilakukan pada velvet rusa
(pantocrin) untuk membantu tentara yang terluka akibat peperangan sehingga
kembali kuat dan sehat. Ekstrak velvet (pantocrin) berperan mempercepat
proses penyembuhan alami pada tubuh dengan meningkatkan daya tahan
terhadap pengaruh eksternal yang merugikan.
3. Memperbaiki sirkulasi darah
Velvet juga bermanfaat untuk mengatasi gangguan penyumbatan pembuluh
darah sehingga memperbaiki sirkulasi darah. Velvet juga dapat mengurangi
resiko serangan jantung secara fatal dan stroke.
4. Menambah darah
Velvet rusa dapat pula meningkatkan jumlah eritrosit dan merangsang sintesis
sel darah merah, haemoglobin, leukosit, dan dapat meningkatkan percepatan
peremajaan sel.
5. Mengatasi efek penuaan
Jurnal Chemical and Pharmaceutical Buletin 36 (1998) dalam Semiadi dan
Nugraha (2004) menyebutkan bahwa ekstrak velvet rusa dapat meningkatkan
kadar testoteron pada tikus jantan sekaligus menurunkan kadar enzim yang
berhubungan dengan proses penuaan.
6. Meningkatkan kemampuan otot
Rata-rata kesehatan atlet meningkat setelah mengkonsumsi pantocrin.
7. Mempercepat penyembuhan luka
8. Ekstrak velvet rusa dapat mempercepat proses penyembuhan kerusakan
jaringan urat syaraf, luka, bisul dan keluhan emosi.
16
Tabel 4. Kandungan protein dan asam amino (bk) pada serbuk velvet rusa
sambar di Kabupaten Paser Utara
Nutrisi Hasil (%)
Protein 56,13
Asam Amino
Asam Amino Esensial
Valin 2,18
Fenilalanin 1,82
Iso leusin 1,21
Leusin 3,14
Lisin 2,80
Histidin 0,89
Threonin 1,64
Methionin Tidak terdeteksi
Tryptophan Tidak terdeteksi
Asam Amino Non Esensial
Aspartat 4,00
Gkutamat 6,06
Serin 1,76
Glisin 7,48
Arginin 3,84
Alanin 4,08
Tirosin 0,79
Sumber: Semiadi dan Nugraha (2004) serta Data UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan,
Api-api (2011)
Tabel 5. Kandungan mineral dan lemak (bk) serta turunannya pada
serbuk velvet rusa sambar di Kabupaten Paser Utara
Nutrisi Hasil (%)
Phosphor (P) 0,12
Besi (Fe) 0,04
Calcium (Ca) 18,45
Lemak 2,48
Asam Lemak
Miristat 0,010
Palmitat 0,210
Stearat 0,042
Oleat 0,053
Linoleat 0,020
Arachidat 0,013
Linolenat 0,016
Sumber: Semiadi dan Nugraha (2004) dan Data UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan,
Api-api (2011)
17
Semua peralatan yang digunakan untuk memotong velvet harus
disterilkan sebelum disimpan, dan didesinfektan apabila akan menggunakan lagi.
Kontaminasi pada permukaan velvet yang akan dipotong dapat dikurangi dengan
mengusapkan kain penyeka yang direndam desinfektan. Setelah velvet
dipotong, bekas potongan dibersihkan dengan kain penyeka kering yang steril
untuk mengurangi kontaminasi dan bertindak sebagai nidus untuk mencegah
penggumpalan. Sebelum rusa dilepas, permukaan bekas pemotongan disemprot
dengan antibiotik atau antiseptik. Penggunaan antibiotik atau antiseptik pada
luka dan pengusir insekta (lalat), sangat diperlukan. Penolak insekta (serangga)
berguna untuk menghindari iritasi setelah pemotongan velvet.
Kotoran, air kencing (urine), dan sisa pakan rusa merupakan limbah yang
dihasilkan setiap hari di penangkaran rusa timor di HP Dramaga, Bogor yang
mengandung karbon dan nitrogen, serta memiliki banyak manfaat bagi aspek
ekonomi, lingkungan, dan tanah atau tanaman.
18
Tabel 6. Limbah hasil penangkaran rusa di HP Dramaga, Bogor
Hari ke- Limbah Penangkaran Rusa Jumlah Rata-rata
Faeces Sisa Pakan
I 43,9 29,4 73,3 36,65
II 52,37 10,54 62,91 31,455
III 28,3 19,49 47,79 23,895
IV 32,86 14,9 47,76 23,88
V 36,4 13,05 49,45 24,725
VI 46,05 26,65 72,7 36,35
VII 45,335 17,85 63,185 31,5925
VIII 39,15 17,9 57,05 28,525
IX 34,15 15,4 49,55 24,775
X 36,5 12,2 48,7 24,35
Jumlah 395,015 177,38 572,395 286,198
Rata-rata 39,5015 17,738 57,240 28,620
19
Gambar 10. Produk Kompos Hasil Limbah Penangkaran Rusa
20
Intsia biyuga, Azadirachta excelsa, Samanea saman, dan Swietenia macrophylla.
Pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman kehutanan yang diberi limbah
penangkaran berupa kompos disajikan dalam Gambar 11.
120
100
80
T0
60
T150
40 T300
20
0
Trembesi Mahoni Khaya Melia Merbau
21
Produksi Jenis Tanaman Pertanian
50 44,54
38,44
40
30 25
20
20 Jumlah Rata-rata
(Kg)
10
0
Kacang Jagung Sorghum Ubi Jalar
tanah
Gambar 12. Produksi jenis tanaman pertanian yang diberi perlakuan kompos
Hijauan pakan rusa yang diberi hasil limbah sebanyak lima (5) jenis yakni
rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput setaria (Setaria sphacelata),
kaliandra (Caliandra calothyrtus), turi (Sesbania grandiflora), dan lamtoro
(Leucaena leucocephalla). Hijauan pakan yang baru dipanen dan diberikan
pada rusa timor di penangkaran baru dua (2) jenis yakni rumput gajah dan
sorghum, sedang tiga (3) jenis pakan lainnya belum dipanen. Hasil produksi dari
hijauan pakan yang telah dipanen disajikan dalam Gambar 13.
40 36,5
30
20 Jumlah Rata-rata (Kg)
10
0
Setaria Rumput gajah
Gambar 13. Produksi jenis tanaman pakan yang diberi perlakuan kompos
1. Velvet
a. Berat basah sepasang velvet rusa sebanyak 500 gram per individu
b. Berat kering setelah diproses menjadi serbuk terjadi penyusutan sebesar
70% dari berat basah, sehingga berat serbuk menjadi 350 gram atau
350.000 mg per individu
c. Berat serbuk velvet yang dimasukkan ke dalam kapsul adalah sebanyak
250 mg per kapsul
22
d. Dari berat serbuk velvet (350.000 mg) menjadi 1.400 kapsul
e. Kapsul yang telah jadi, dimasukkan ke dalam botol dan sebotol berisi 30
kapsul, sehingga dari 1400 kapsul menjadi 46,7 botol atau 47 botol
f. Harga serbuk velvet rusa Rp 100.000,- per botol sehingga total harga
yang diperoleh dari seekor rusa jantan sebesar Rp. 4.700.000,-
2. Kompos
a. Limbah penangkaran rusa yang dihasilkan sebanyak 28,620 kg dan
setelah jadi kompos sebanyak 9,64 kg (33,68%)
b. Harga kompos di pasaran sebesar Rp 1.000,- per kilogram sehingga dari
9,64 kg = Rp 9.640,-/hari untuk sebuah penangkaran rusa di HP Dramaga.
4.1 Kesimpulan :
1. Velvet (ranggah muda) pada rusa timor merupakan hasil ikutan penangkaran
yang dapat dimanfaatkan. Berat rata-rata velvet panen rusa timor di
penangkaran HP Dramaga, Bogor adalah 500 ± 20 gram, dengan waktu
panen setelah casting rata-rata 70,67 ± 6,51 hari. Kandungan mineral yang
dhasilkan dari velvet sebanyak 12 komponen.
2. Pemanfaatan ekstrak velvet rusa sambar di Kabupaten Paser Utara,
Kalimantan Timur telah berhasil dipasarkan baik di dalam negeri maupun di
luar negeri karena berkhasiat sebagai obat.
3. Limbah penangkaran rusa yang dijadikan kompos telah diujicobakan pada
tanaman kehutanan (5 jenis), pertanian (5 jenis) dan hijauan pakan rusa
sebanyak 5 jenis, dan berpengaruh pada tingkat pertumbuhan beberapa jenis
tanaman kehutanan dan produksi tanaman pertanian.
4. Nilai ekonomi hasil ikutan penangkaran rusa cukup tinggi.
4.2 Saran :
23
DAFTAR PUSTAKA
24
Takandjandji, M. 2007. Stres pada rusa timor (Cervus timorensis timorensis
Blainville) di penangkaran Oilsonbai, NTT. Info Hutan Vol. IV, No. 2 : 123-
129. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
Takandjandji, M. 2007. Teknik Pemotongan Velvet Pada Rusa Di
Penangkaran. Info Hutan Vol. IV, No. 4 : 385-390. Pusat Litbang Hutan
dan Konservasi Alam. Bogor.
Wilson, R.P. 1984. Antler growth and control. Deer Refsresher Course.
Proceedings No. 72. The University of Sydney. Australia.
Yerex, D. 1979. Deer farming in New Zealand. Published by deer farming
services division of Agricultural Promotion Associates. Wellington, New
Zealand.
25