Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air
merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak
ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat
menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik
kualitas maupun kuantitasnya. Air yang tercampur oleh bahan pengotor,
keadaanya akan mengalami perubahan, mungkin menjadi berwarna atau
menjadi keruh. (Peslinof,2013)

Kekeruhan merupakan sifat optik yang terjadi akibat hamburan cahaya


oleh partikel yang menyebar di dalam air yang membentuk koloid, yaitu
cairan yang mempunyai partikel-partikel yang menyebar (melayang) serta
terurai secara halus sekali dalam suatu medium disperse. (Fatah, 2014)

Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk
keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan
sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya. Air
sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan
lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan manusia serta mahluk hidup lainnya. Penurunan kualitas air akan
menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya
tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan
sumberdaya alam.
Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini air
menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh
bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia, sehingga
secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula
secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus

1
meningkat. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu
terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik,
biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna).
Salah satu badan air yang merupakan kekayaan sumberdaya air adalah
sungai. Sungai merupakan sebuah fenomena alam yang terbentuk secara
alamiah. Fungsi sungai adalah sebagai penampung, penyimpan irigasi dan
bahan baku air minum bagi sejumlah kota disepanjang alirannya. Sungai
merupakan suatu bentuk Ekositemaquatic yang mempunyai peran penting
dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air bagi daerah
disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh
karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan disekitarnya.
Sungai juga merupakan tempat yang mudah dan praktis untuk
pembuangan limbah, baik padat maupun cair, sebagai hasil dari kegiatan
rumah tangga, industri rumah tangga, garmen, peternakan, perbengkelan, dan
usaha-usaha lainnya. Dengan adanya pembuangan berbagai jenis limbah dan
sampah yang mengandung beraneka ragam jenis bahan pencemar ke badan-
badan perairan, baik yang dapat terurai maupun yang tidak dapat terurai akan
menyebabkan semakin berat beban yang diterima oleh sungai tersebut. Jika
beban yang diterima oleh sungai tersebut melampaui ambang batas yang
ditetapkan berdasarkan baku mutu, maka sungai tersebut dikatakan tercemar,
baik secara fisik, kimia, maupun biologis.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum Analisis Pendahuluan Kekeruhan Air, TDS, TSS,
DHL, dan Warna adalah :
1. Mengetahui kualitas fisik air sampel menggunakan metode
turbidimeter.
2. Mengetahui kadar Total Suspended Solid (TSS) menggunakan metode
gravimetri.
3. Mengetahui kadar Total Disolve Solid (TDS) menggunakan metode
gravimetri.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kekeruhan Air (Turbiditas)


Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas air adalah
Turbiditas (kekeruhan). Turbiditas (kekeruhan) merupakan kandungan bahan
organik maupun anorganik yang terdapat di perairan sehingga mempengaruhi
proses kehidupan organisme yang ada di perairan tersebut. Turbiditas sering
di sebut dengan kekeruhan, apabila di dalam air media terjadi kekeruhan yang
tinggi maka kandungan oksigen akan menurun, hal ini disebabkan intensitas
cahaya matahari yang masuk kedalam perairan sangat terbatas sehingga
tumbuhan/phytoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk
menghasilkan oksigen.
Kekeruhan air atau sering disebut turbidity adalah salah satu parameter
uji fisik dalam analisis air. Tingkat kekeruhan air umumnya akan diketahui
dengan besaran NTU (Nephelometr Turbidity Unit) setelah dilakukan uji
aplikasi menggunakan alat turbidimeter. Besaran kekeruhan air minum yang
memenuhi syarat kesehatan berdasarkan acuan yang berlaku adalah tidak
lebih dari 5 NTU, secara visual kekeruhan air ini tidak akan terlihat oleh
mata. Atas dasar pengalaman bahwa setelah melebihi dari 10 NTU kekeruhan
air akan nampak secar visual.

2.2 Total Dissolved Solid (TDS)


TDS (Total Dissolvde Solid) yaitu ukuran zat yang terdapat pada sebuah
larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per
Million (PPM) atau sama dengan milligram per Liter (mg/L). Umumnya
berdasarkan definisi diatas zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat
melewati saringan yang berdiameter 210-6 meter. Aplikasi yang umum
digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan,
pemeliharaan akuarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air mineral,
dan sebagainya. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang
baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia.

3
2.3 Total Suspended Solid (TSS)
Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat
(pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam
air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton,
zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus
dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi merupakan tempat
berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai
bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi
kemampuan produksi zat organik di suatu perairan.

2.4 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pemeriksaan terhadap bahan terlarut dalam air dapat dilakukan secara


cepat dengan penetapan daya hantar listrik suatu larutan. Penetapan ini
merupakan pengukuran terhadap kemampuan sampel air untuk menghantar
aliran listrik. Besar kecilnya hasil pengukuran bergantung pada konsentrasi
total zat terlarut yang terionisasi dalam air dan suhu air. Mobilitas berbagai
ion-ion terlarut berikutnya valensinya dan konsentrasinya akan
mempengaruhi daya hantar listriknya.

Larutan yang mengandung ion-ion akan menghantar aliran listrik.


Umumnya asam,basa dan garam-garam anorganik merupakan penghantar
dalam larutan, seperti sukrosa dan benzene merupakan penghantar listrik
yang lemah. Daya hantar listrik air minum umumnya berkisar antar 50-1500
mhos/cm, sedangkan daya hantar air buangan bervariasi menurut
karakteristiknya.

2.5 Warna
Warna air alam dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu yang pertama
warna Sesungguh nya (True Colour) yaitu ditimbulkan oleh kandungan
senyawa organic seperti lignin,humus, dan dekomposisi bahan-bahan organic
lainnya. Warna sesungguhnya akan tetap ada meskipun kekeruhan sudah
dihilangkan. Yang kedua yaitu warna bukan sesungguhnya (Apparent Colour)

4
ditimbulkan oleh kehadiran bahan-bahan tersuspensi dalam air industry dan
lain sebagainya. Warna bukan sesungguhnya ini ditetapkan dari contoh air
asli tanpa melalui penyaringan atau setrifugasi

BAB III
METODE PENELITIAN

5
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Laboratorium Lingkungan I mengenai Percobaan Uji Kualitas
Air Sungai dengan parameter FisikKimiawi Kekeruhan Air, TDS, TS, TSS,
DHL dan Warna dilakukan pada:

Lokasi Sampling :Titik Sampling I, Sungai Grogol, Jl, Letnan S.


Parman, depan Mall Central Park

Titik Kordinat : 6o1030.2S dan 106o4728.5E

Hari/Tanggal : Kamis, 30 Maret 2017

Pukul : 07.20 WIB

Warna : Hitam ke abu-abuan tana buih

Kondisi Sungai :Arus sungai tidak deras namun baunya sangat


menyengat

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Kekeruhan
Tabel 3.1
Alat dan Bahan Kekeruhan
No Nama Alat Jmlah Ukuran Nama Konsentrasi Jmlah
Bahan
1. Turbidimeter 1 - Air Sungai - -
Eutech TN 100 Titik
Sampling I
2. Kuvet 1 -
Turbidimeter
3. Gelas kimia 1 250 ml

3.2.2 TDS
Tabel 3.2
Alat dan Bahan TDS

6
N Nama Alat Jumla Ukuran Nama Konsentrasi Jumlah
o h Bahan
1. Desikator 1 - Air Sungai - -
Titik
Sampling I
2. Kertas Saring 1 0,45m
3. Labu Didih 1 550 ml
4. Oven 1 -
5. Timbangan 1 -
Analitik

3.2.3 TSS
Tabel 3.3
Alat dan Bahan TSS
N Nama Alat Jumla Ukuran Nama Konsentrasi Jumlah
o h Bahan
1. Alat penyaring 1 - Air Sungai - -
legkap dengan Titik
peralatan Sampling I
vacum
2. Desikator 1 -
3. Kertas Saring 1 0,45 m
4. Neraca Analitik 1 -
5. Oven 1 -
6. Penjepit 1 -

3.2.4 DHL
Tabel 3.4
Alat dan Bahan DHL
N Nama Alat Jumla Ukuran Nama Konsentrasi Jumlah
o h Bahan

7
1. Gelas Kimia 1 - Air Sungai - -
Titik
Sampling I
2. Konduktometer 1 -

3.2.5 Warna (Spektofotometer)


Tabel 3.5
Alat dan Bahan Warna
N Nama Alat Jumla Ukuran Nama Konsentrasi Jumlah
o h Bahan
1. Gelas Piala 1 - Air Sungai - -
Titik
Sampling I
2. Kertas 1 -
Alumunium
Foil
3. Kertas Saring 1 0,45m
4. pH meter 1 -
5. Spektofotomete 1 -
r UV Visible

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Kekeruhan
1. Siapkan sampel yang akan di uji.

2. Bilas kuvet terlebih dahulu dengan menggunakan air suling.

3. Lalu bilas lagi dengan menggunakan air sampel.

4. Masukkan lagi air sampel kedalam kuvet dan bersihkan sisa air pada
luar kuvet dengan menggunakan lap.

5. Masukkan sampel ke turbidimeter.

6. Tekan tombol READ pada alat Turbidimeter Eutech TN 100.

7. Catat angka yang muncul.

8
3.3.2 TDS
1. Siapkan cawan petri dan sampel.

2. Masukkan cawan petri ke oven selama 1 jam.

3. Setelah 1 jam, masukkan cawan petri ke dalam desikator untuk


pendinginan.

4. Lalu timbang cawan petri di neraca analitik.

5. Catat hasil angkanya.

6. Masukkan sampel yang sudah disaring dengan alat penyaring


lengkap dengan vacum sebanyak 100 mL ke dalam cawan petri.

7. Lalu panaskan cawan petri dengan heater sampai air habis.

8. Dinginkan di dalam desikator.

9. Timbang lagi di neraca analitik.

10. Catat hasilnya.

3.3.3 TSS
1. Siapakan alat dan bahan.

2. Timbang kertas saring dengan neraca analitik.

3. Pasang kertas saring pada alat penyaring lengkap dengan vacuum.

4. Masukkan ke dalam oven selama 5 menit.

5. Dinginkan di dalam desikator.

6. Timbang dengan neraca analitik.

3.3.4 DHL
1. Siapakan alat dan bahan.

2. Masukkan sampel ke dalam gelas piala.

9
3. Siapakan alat konduktometer.

4. Masukkan batang konduktormeter ke dalam gelas piala berisi


sampel.

5. Catat hasilnya.

3.3.5 Warna
1. Siapakan alat dan bahan.

2. Masukkan ke dalam kuvet sampel yang akan di uji.

3. Bersihkan kuvet dengan lap.

4. Masukkan kuvet ke dalam spektofometer.

5. Tekan F9.

6. Catat hasilnya.

3.4 Metode
3.4.1 pH Meter

pH adalah suatu ukuran untuk mengetahui berapa kadar asam atau


tidak berkadar asam (basis) air itu. Jarak itu mulai dari 0 ke 14 dengan
angka 7 sebagai netral. pH yang kurang dari 7 menyatakan berkadar
asam, sebaliknya yang lebih besar dari 7 menyatakan tidak bekadar
asam. Karena pH dapat dipengaruhi oleh zat kimia dalam air, maka pH
merupakan petunjuk penting untuk air yang zat kimianya berubah. Tiap
nomor mewakili suatu perubahan dari 10 lipatan dalam air yang
berkadar asam atau tidak berkadar asam. Air dengan pH 5 adalah 10 kali
lebih banyak asam daripada air dengan pH 6.

3.4.2 Turbidimeter
Menggunakan alat hellige turbidimeter untuk mengukur intensitas
cahaya yang diteruskan dalam sampel air. Selisih intensitas cahaya yang

10
masuk aka diserap oleh partikel-partikel yang akan megikuti hokum
lambert beer. Hukum ini menyatakan apabila seberkas sinar
monokromatis melalui media yang menyerap sinar maka intensitasnya
akan berkurang secara eksponen dan bertambah panjangnya media
tersebut. Angka yang ditunjukan oleh diafragma diplotkan dalam kurva
standar untuk mendapatkan besarnya kekeruhan dalam mg/L.

3.4.3 TDS
Analisis TDS dilakukan dengan menguapkan sampel air beserta
partikel yang terlarut dengan ukuran berkisar 10 m. hasil anailis TDS
-8

menunjukan banyaknya partikel yang melewati filter. Maka besarnya


nilai TDS akan dipengaruhi oleh besarnya pori-pori penyaring.

3.3.4 TSS
Sampel air yang telah dikocok merata (homogenisasi) diuapkan
dalam cawan yang diketahui beratnya dan kemudian dikeringkan dalam
tungku heater 103-105 C. beda berat cawan ini yang merupakan sisa
o

pengusutan total residu.

3.4.5 DHL
Umumnya senyawa anorganik terlarut dalam air ditemukan dalam
bentuk ion-ion. Ion ion ini menghantarkan aliran listrik dan bergerak ke
arah elektroda yang terdapat dalam larutan tersebut. Ion negative akan
bermigrasi ke ion positif. Daya hantar listrik menggukana sel
konduktivitas yang dihubungan dengan rangkaian jembatan wheatstone.
Susunan ini melakukan pengukuran aliran listrik larutan.

3.4.6 Warna
Penentuan warna dilakukan dengan membandingkan sampel air
pada larutan berwarna serupa air alami yang konsentrasinya sudah
diketahui. Umumnya pembuatan larutan standr diperoleh dari larutan

11
induk yang mengandung 500 mg/L lalu sampel harus ditempatkan
dalam botol sampel yang bersih. Penentapan warna alami akan
mengalami gangguan bila terdapat senyawa tersuspensi atau kekeruhan
dalam air.

3.4.7 Gravimetri
Gravimetri adalah cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan
yang paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia.
Analisis gravimetri merupakan cara analisis kuantitatif
berdasarkan berat tetap (berat konstan) nya. Dalam analisis ini, unsur
atau senyawa yang dianalisis dipisahkan dari sejumlah bahan
yang dianalisis. Bagian terbesar dari analisis gravimetri menyangkut
perubahan unsur atau gugus dari unsur atau senyawa yang dianalisis
menjadi senyawa lain yang murni dan mantap (stabil) sehingga dapat
diketahui berat tetapnya. Berat unsur atau gugus yang dianalisis
dihitung dari rumus senyawa serta berat atom penyusunnya alam
analisis kuantitatif selalu memfokuska pada jumlah atau kuantitas dari
sejumlah sampel, pengukuran sampel dapat dilakukan dengan
menghitung konsentrasi atau menhitung volumenya. Gravimetri
merupakan penetapan kuantitas atau jumla sampel melalui perhitungan
berat zat. Sehingga dalam gravimetri produk halus selalu dalam bentuk
padatan.

3.4.8 Spektrofotometri
Spektrofotometri UV adalah pengukuran suatu interaksi antara
radiasielektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia.
Jangkauan panjang gelombang untuk daerah ultraviolet adalah 190-380
nm. Sinar ultraviolet terbagi menjadi 2 jenis yaitu ultraviolet jauh dan
ultraviolet dekat. Ultraviolet jauh memiliki rentang panjang gelombang
10-200nm, sedangkan

12
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan dan Perhitungan


Tabel 4.1 Hasil Pengamatan
No Gambar
Keterangan
.
1. - - Lokasi : Titik sampeling 1, Sungai Grogol
- (Jl. Letnan S. Parman, depan Mall Central
Park)
- - GPS : -6.174944, 106.791165
- - Warna : Hitam keabu-abuan tanpa buih
- - Cuaca : Cerah
- - - Suhu udara : 27C
- - Waktu Pengambilan : 07.20
- - Kedalaman : 0.78 m
- - Keadaan sekitar : terdapat mall, perkantoran
- - Lebar sungai : 10 m
- Kecepatan : 0.046 m/dtk
- Debit : 0.358 m3/dtk
2. Dissolved Oxygen (DO) : 1.85 mg/L

3. pH : 6.52

13
No Gambar
Keterangan
.
4. Daya Hantar Listrik (DHL) : 427

5. Kekeruhan : 15.2 NTU

6. Berat cawan : 46200 mg

7. Berat cawan beserta residu : 46230 mg

8. Berat kertas saring setelah dikurang berat


aluminium foil : 71.3 mg

14
No Gambar
Keterangan
.
9. Berat kertas saring dengan residu : 97.2 mg

10. Nilai absorbansi : 0.098

4.2 Perhitungan
1. TDS
1000
TDS = ( A B ) x 100 ml sampel

1000
= ( 46230 mg 46200 mg ) x 100 ml sampel

= 300 mg/L

2. TSS
1000
TSS = ( A B ) x 100 ml sampel

1000
= ( 97.2 mg 71.3 mg ) x 100 ml sampel

= 25.9 mg/L

15
3. Warna
Tabel 4.2 Tabel Konsentrasi dan Absorbansi Spektofotometer

Konsentrasi Absorbansi
(x) (y)
0 0
10 0,244
20 0,471
30 0,698
40 0,925

Kurva Absorbansi Warna


1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40

Gambar 4.1 Grafik Absorbansi terhadap Konsentrasi

a = 6,8 x 10-3

b = 0,02304
R2 = 0,99978
Y = a + bx
0,098 = 6,8 x 10-3 + 0,02304 x
x = 3,958

16
4.3 Pembahasan
4.3.1 Kekeruhan
Praktikum Laboratorium Lingkungan yang pertama ini yaitu
menganalisis kualitas air secara fisika dan kimia yang terdiri dari
kekeruhan air, TDS, TSS, DHL, dan warna. Sampel air diambil dari
Sungai Grogol yang berada di depan Mall Central Park yang
berkoordinat 6o1030.2S dan 106o4728.5E didapatkan hasil dengan
menggunakan alat Turbidimeter Eutech TN 100 dengan secara ex situ
didapatkan hasil 15,2 NTU. Hasil pengamatan ex situ akan
dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum (terlampir).
Tabel 4.3 Baku Mutu Turbiditas
Baku Mutu Turbiditas (NTU)
Golongan A Golongan B Golongan C Golongan D
5 100 100 100

Setelah dibandingkan diketahui bahwa air Sungai Grogol melewati


ambang batas untuk golongan A yang diperuntukan untuk air minum.
Namun didalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 Tentang Penetapan Peruntukan dan
Baku Mutu Air Sungai/Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair,
Sungai Grogol masuk kedalam golongan D yang diperuntukan untuk
usaha perkotaan. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa air Sungai
Grogol tingkat kekeruhannya masih aman.
Namun jika diamati secara langsung, keadaan Sungai Grogol
tampak sangat tercemar dikarenakan warna badan air yanag hitam
keabu-abuan. Hal ini mungkin disebakan karena limbah organik

17
maupun anorganik yang masuk ke badan air mengendap dan mati.
Penyebabnya karena oksigen yang masuk kurang, kecepatan air rendah
dan intensitas sinar matahari yang kurang sehingga self purification
sulit terjdi.

4.3.2 Total Dissolved Solid (TDS)


Nilai TDS dari perhitungan ex situ yang
dilakukanmenggunakan metode gravimetri diperoleh sebesar 300
mg/L. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan 492 Tahun 2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum tentang Air Minum syarat-
syarat air minum yang mengandung TDS ( Total Padatan Terlarut )
maksimal 500 mg/L. Tentunya hal ini menyatakan bahwa air tersebut
masih layak untuk konsumsi jika diolah karena belum melebihi baku
mutu.
Tabel 4.4 Baku Mutu TDS
Baku Mutu TDS (mg/L)
Golongan A Golongan B Golongan C Golongan D
1000 1000 1000 2000

Dan jika dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, sangat jelas bahwa kondisi air Sungai
Grogol masih aman.

4.3.3 Total Suspended Solid (TSS)


Hasil perhitungan ex situ TSS yang didapatkan adalah sebesar 25.9
mg/L. Jika dibandingkan lagi dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, kualits air Sungai Grogol dinyatakan
masih aman, bahkan jika dibandingkan dengan golongan A yang
diperuntukan untuk air minum.

18
Tabel 4.4 Baku mutu TSS
Baku Mutu TSS (mg/L)
Golongan A Golongan B Golongan C Golongan D
100 100 100 200

4.3.4 Daya Hantar Listrik (DHL)


Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 Tentang Penetapan Peruntukan dan
Baku Mutu Air Sungai/Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair, untuk
golongan D memiliki baku mutu maksimal sebesar 1000 umhos/cm.
Sedangkan untuk golongan B sebesar 500 umhos/cm. Jika
dibandingkan dengan hasil perhitungan ex situ menggunakan
konduktometer yaitu sebesar 427 umhos/cm, maka kualitas air
mendekati golongan B yang diperuntukan sebagai air baku air minum.

4.3.5 Warna
Pada penentuan warna air minum yang layak dikonsumsi
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan 492 Tahun 2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum tentang Air Minum dan juga
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor
582 Tahun 1995 Tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air
Sungai/Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair syarat air minum
yang layak untuk dikonsumsi oleh manusia jika terlihat dari parameter
fisik seperti warna nilai maksimumnya yaitu sebesar 15 TCU. Dari hasil
perhitungan menggunakan spektofotometer diperoleh hasil sebesar
3,958.
Berdasarkan syarat-syarat, air yang layak untuk dikonsumsi yaitu
air tidak berwarna keruh, tidak berwarna dan tidak berbau apapun. Air
yang layak dikonsumsi tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya
dan beracun. Namun dari hasil pengamatan, diketahui bahwa air sungai

19
tersebut berwarna keruh dan berbau.
BAB IV
SIMPULAN

Dari praktikum Analisis Pendahuluan (Fisika-Kimiawi) Kekeruhan Air, TDS,


TSS, DHL dan Warna yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil
adalah:
1. Sungai Grogol masih dalam kategori aman jika dibandingkan antara hasil
perhitungan ex situ dengan baku mutu pemerintah di Indonesia kecuali
kategori warna.
2. Kekeruhan disebabkan karena banyaknya zat yang mengendap, kecepatan
air yang kurang yang menyebkannya rendahnya kadar oksigen sehingga
self purification terganggu.

20
DAFTAR PUSTAKA

Lindu, Muhammad, dkk. 2017. Penuntun Praktikum Laboratorium


Lingkungan I. Jakarta : Universitas Trisakti
Peslinof, M. 2013. Desain Alat Ukur Tingkat Kekeruhan Air
Menggunakan Sistem Sensor Serat Optik. Tesis. Padang : Universitas Andalas

21

Anda mungkin juga menyukai