Anda di halaman 1dari 7

Lutfiyah Findiani A

150332601599
Kimia 2015

PENETAPAN KADAR OKSIGEN TERLARUT (DO)

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mampu menetapkan kadar oksigen terlarut dalam sampel air di sungai Kasin, Malang

B. DASAR TEORI
Tinjauan Umum mengenai Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)
Air merupakan suatu zat pelarut yang sangat berguna bagi semua mahluk hidup. Dan
bahkan hampir 90% tanaman dan mikrobia terdiri dari air. Kandungan yang terlarut dalam
suatu perairan tentunya mempengaruhi aktivitas hidup suatu organisme yang ada di dalamnya
seperti kelimpahan kandungan oksigen (O2) dalam perairan yang memudahkan organisme di
dalamnya dapat melakukan proses respirasi.
Kandungan oksigen (O2) dalam suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia
dalam menentukan kualitas air yang tingkat kebutuhannya dari tiap-tiap perairan, berbeda
antara perairan satu dengan lainnya. Hal ini karena dipengaruhi oleh faktor suhu dan cuaca
serta jenis organisme yang menempati perairan tersebut.
Oksigen (O2) merupakan salah satu faktor pembatas sehingga apabila
ketersediaannya dalam perairan tidak mencukupi kebutuhan organisme yang ada, maka
segala aktivitas organisme tersebut akan terhambat. Kadar oksigen yang terlarut dalam
perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan
atmosfer. Semakin besar suhu dan semakin kecil atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin
sedikit. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari spesies tertentu
disebabkan oleh adanya perbedaan struktur molekul sel darah ikan, yang mempengaruhi
hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan oksigen dalam sel
darah.
Keberadaan oksigen di perairan sangat penting untuk diketahui sebab oksigen sangat
penting bagi kehidupan. Banyaknya oksigen terlarut dalam peerairan biasa disebut DO.
Dilihat dari jumlahnya, oksigen terlarut adalah satu jenis gas terlarut dalam air pada urutan
kedua setelah nitrogen. Namun jika dilihat kepentingannya bagi kehidupan, oksigen
menempati urutan paling atas. Sumber utama oksigen dalam perairan adalah hasil difusi dari
udara, terbawa melalui presipitasi (air hujan) dan hasil fotointesis fitoplankton. Sebaliknya,
kandungan DO dalam air dapat berkurang karena dimanfaatkan oleh aktivitas respirasi dan
perombakan bahan organik.
Kekurangan oksigen dapat dialami karena terhalangnya difusi akibat stratifikasi
salinitas yang terjadi. Rendahnya kandungan DO dalam air berpengaruh buruk terhadap
kehidupan ikan dan kehidupan akuatik lainnya, dan jika tidak ada sama sekali DO
mengakibatkan munculnya kondisi anaerobik dengan bau busuk dan permasalahan estetika.
Air mengalir pada umumnya kandungan oksigennya cukup karena gerakannya menjamin
berlangsungnya difusi antara udara dan air. Bila pencemaran organik pada badan air, DO
tersebut digunakan oleh bakteri untuk mengoksidasi bahan pencemar organik tersebut.
Komposisi populasi hewan dalam air sangat erat hubungannya dengan kandungan oksigen.
Kelarutan oksigen atmosfer dalam air segar atau tawar berkisar dari 14,6 mg/liter pada suhu
0⁰C hingga 7,1 mg/liter pada suhu 35⁰C pada tekanan satu atmosfer.
Tinjauan Umum mengenai Analisis Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen) dengan
Metode Winkler

Metode titrasi dengan cara Winkler secara umum banyak digunakan untuk
menentukan kadar DO. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan
dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan NaOH atau KI, sehingga akan
terjadi endapan MnO2 . Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi
akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan
DO. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat
(Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum. Reaksi kimia yang terjadi, yaitu:
MnCl2 + NaOH → Mn(OH)2 + 2NaCI
Mn(OH)2 + O2 → 2MnO2 + 2H2O
MnO2 + 2KI + 2H2O → Mn(OH)2 + I2 + 2KOH
I2 + 2Na2S2O3 → Na2S4O6 + 2NaI
Kelebihan metode Winkler dalam menganalisis DO (Dissolved Oxygen), yaitu:
1. Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan standarisasi tio secara analitis, akan
diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang akurat.
2. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut
dengan cara DO meter.
3. Dibandingkan dengan metode titrasi, peranan kalibrasi alat DO meter sangat
menentukan akurasinya hasil penentuan pengukuran
Kelemahan metode Winkler dalam menganalisis DO (Dissolved Oxygen),yaitu:
1. Penambahan indikator amilum harus dilakukan pada saat mendekati titik akhir titrasi
agar amilum tidak membungkus I karena akan menyebabkan amilum sukar bereaksi
untuk kembali ke senyawa semula.
2. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan karena I mudah
menguap dan ada yang harus diperhatikan dari titrasi iodometri yang biasa dapat
menjadi kesalahan pada titrasi iodometri yaitu penguapan I , oksidasi udara dan
adsorpsi I oleh endapan.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
 Buret
 Statif
 Klem Buret
 Erlenmeyer
 Pipet takar
 Pipet tetes
 Pipet ukur
 Botol Winkler
2. Bahan
 Sampel air
 Larutan MnSO4 50%
 Indikator amilum
 Larutan H2SO4 4 N
 Larutan Na2S2O3 0,01 N
 Larutan NaOH+KI

D. LANGKAH KERJA

1. Disiapkan botol Winkler 125 ml, dicuci dan dibersihkan hingga tidak ada
pengotor yang menempel pada botol tersebut.
2. Diisi botol Winkler dengan air sampel sampai penuh kemudian ditutup pelan-
pelan jangan sampai terdapat gelembung udaran.
3. Dibuka tutup botol kemudian ditambahkan 1 ml larutan MnSO4 50% dengan
buret.
4. Ditambahkan 1 ml larutan NaOH+KI kemudian ditutup botol pelan-pelan
sehingga tidak terdapat gelembung udara didalamnya.
5. Dikocok dengan cara membolak-balikkan botol kemudian dibiarkan ±10 menit.
6. Dipindahkan semua larutan dalam botol diatas ke dalam Erlenmeyer 250 ml
7. Ditambah 4 ml larutan H2SO4 4 N hingga semua endapan larut kemudian
dibiarkan selama 5 menit.
8. Dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,01 N sampai timbul warna kuning muda,
kemudian ditambah 5 tetes indikator amilum selanjutnya dilakukan titrasi sampai
terjadi perubahan dari warna biru menjadi tidak berwarna.
9. Dicatat volume Na2S2O3 yang digunakan.
E. DATA PENGAMATAN

Lokasi : Sungai Kasin, Malang


Waktu Pengambilan : Minggu pagi

No. Volume Na2S2O3 0,01 N Rerata volume Na2S2O3 0,01 Kadar Oksigen Terlarut
(mL) N
(mL)

1. 73
76 49,43 mg/L
2. 79

F. ANALISIS DATA

1000 𝑥 𝑉1 𝑥 𝑁𝑡ℎ𝑖𝑜
Kadar DO (mg/L) = x8
(𝑉2 − 2)
Dimana,
V1 = volume Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi
V2 = volume sampel air yang diperiksa
Nthio = konsentrasi larutan Na2S2O3

Menghitung Kadar DO
V1 = 76 mL
V2 = 125 mL
Nthio = 0,01 N
1000 𝑥 76 𝑥 0,01
Kadar DO (mg/L) = x8
(125− 2)
760
= x8
123
= 49,43 mg/L

G. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar oksigen terlarut (Dissolved Oxygen)
di sungai Kasin. Dari kadar oksigen terlarut (Dissolved Oxygen), dapat diketahui kualitas air
di sungai Kasin. Praktikum ini menggunakan metode titrasi balik, yaitu dengan metode
Iodimetri. Sebelum menentukan kadar DO, sampel ditambahkan MnSO4 terlebih dahulu.
MnSO4 ditambahkan ke sampel air agar bisa mengikat O2 . Setelah dimasukkan larutan
MnSO4, kemudian dimasukkan larutan NaOH + KI 1 ml. Penambahan NaOH dan KI
bertujuan untuk mengikat I2 .

Reaksi yang terjadi adalah:

MNO2 + 2KI + 2 H2 O → Mn(OH)2 + I2 + 2KOH

Setelah itu, botol segera ditutup dan dihomogenkan hingga terbentuk gumpalan
sempurna. Ion mangan yang ditambahkan pada sampel mengikat oksigen dan terjadi endapan
MnO2. Gumpalan dibiarkan mengendap 10 menit. Setelah mengendap, 4 ml H2SO4 4 N
ditambahkan dalam larutan dan ditutup. H2SO4 berfungsi untuk melarutkan endapan kembali.
Larutan dihomogenkan hingga endapan larut sempurna. Pada saat endapan larut, molekul
iodium yang ekivalen dengan oksigen terlarut juga ikut terbebas. Iodium (I2) yang dibebaskan
ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium thiosulfat. Larutan yang telah
homogen tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. Larutan sampel dititrasi
Na2S2O3 0,01 N sampai larutan berwarna kuning pucat atau kuning transparan.
Reaksi yang terjadi adalah:

I2 + 2Na2S2O3 → Na2S4O6 + 2 NaI

Kemudian larutan yang berwarna kuning pucat ditetesi 5 tetes indikator amilum.
Larutan indikator amilum atau kanji berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya kandungan
amilum dalam air sampel. Warna biru pada larutan sampel menunjukkan uji positif adanya
amilum. Titrasi kembali dilakukan sampai larutan jernih atau sampai warna biru tepat hilang
kemudian dihitung volume Na2S2O3 yag dibutuhkan untuk menentukan kadar DO.
Hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa kadar DO di sungai Kasin sebesar 49,43
mg/L. Tingginya kadar DO ini menunjukkan bahwa sungai Kasin termasuk sungai yang
memenuhi baku standar yang ada. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menegaskan bahwa
kadar DO minimum yang harus ada pada air adalah lebih dari 2 mg/L. Sehingga sungai Kasin
dapat mendukung kehidupan makhluk hidup, terutama untuk keperluan budidaya ikan. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya keramba yang tersebar di sungai Kasin, Malang
tersebut.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan analisis perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Analisis suatu kandungan DO dapat menggunakan metode titrasi dengan cara
Winkler, prinsip dari metode tersebur adalah titrasi iodometri.
2. Kandungan DO dalam air sungai Kasin adalah 49,43 mg/L sehingga dapat digunakan
sebagai tempat budidaya ikan dalam keramba.

I. DAFTAR PUSTAKA
Tim KBK Kimia Analitik. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Lingkungan. Jurusan Kimia,
Universitas Negeri Malang: Malang
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Perairan.Kanisius:Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
J. PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Sebutkan langkah-langkah yang dilakukan untuk pengambilan sampel air yang akan
digunakan
2. Adakah perbedaan kadar O2 terlarut antara lokasi satu dengan lokasi lainnya? Jelaskan
3. Faktor-faktor apa sajakah yang memepengaruhi perbedaan hasil penetapan gas O2 terlarut
diatas? Jelaskan masing-masing secara singkat
4. Bila Anda mengambil sampel di titik A, kemudian Anda mengambil lagi di titik B yang
berjarak sekitar 100 meter,apakah kadar oksigen terlarut dikedua titik tersebut sama atau
berbeda? Jelaskan
5. Jika suatu perairan sungai terdapat banyak tumbuhan maupun mikroorganisme, apakah
harga oksigen terlarut mengalami penurunan atau kenaikan? Jelaskan

Jawab:
1. Langkah-langkah:
a. Disiapkan 3 buah bolot air mineral kemasan 1,5 L
b. Diambil sampel pada tiga titik dan dimasukkan pada tiap botol yang sudat tersedia.
Titik pertama berjarak 50 meter sebelum keramba, titik selanjutnya tepat di daerah
keramba dan titik terakhir berjarak 50 meter setelah keramba
c. Kemudian air pada tiga titik tersebut dicampur dan dimasukkan kembali pada tiga
botol
d. Disimpan air sampel di lemari es.
2. Ada, perbedaan kadar oksigen yang terlarut dalam perairan antara lokasi satu dengan
lokasi lainnya bergantung pada suhu, kecepatan arus, turbiditas dan tekanan atmosfer.
Semakin besar suhu dan semakin kecil atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin sedikit.
3. Faktor yang memepengaruhi perbedaan hasil penetapan gas O2 terlarut adalah suhu,
kecepatan arus dan turbiditas.
Suhu
Suhu air merupakan regulator utama proses alamiah di dalam lingkungan akuatik. Ia
dapat mengendalikan fungsi fisiologis organisme dan berperan secara langsung atau
tidak langsung bersama dengan komponen kualitas air lainnya mempengaruhi kualitas
akuatik. Suhu air mengendalikan spawning dan hatching, mengendalikan aktivitas,
memacu atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan yang dapat menyebabkan
kematian kalau air menjadi panas atau dingin sekali secara mendadak. Air yang lebih
dingin lazimnya menghambat perkembangan, sedangkan air yang lebih panas
umumnya mempercepat aktivitas. Suhu air juga mempengaruhi berbagai macam
reaksi fisika dan kimiawi di dalam lingkungan akuatik.

Kecepatan Arus
Arus merupakan suatu gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal dan
vertikal massa air. Arus merupakan faktor ekologis yang penting terutama pada
perairan yang arusnya cukup tinggi. Arus dapat mempengaruhi distribusi gas terlarut,
garam, dan makanan serta organisme dalam air. Kecepatan arus tergantung
kemiringan dasar, lebar, kedalaman sungai dan debit air. Arus yang cukup tinggi akan
memaksa organisme yang hidup di dalamnya melakukan adaptasi untuk dapat
bertahan sehingga pada perairan yang berarus cepat mempunyai karakteristik tertentu
dengan bentuk organisme yang biasa berada di air yang tergenang. Umumnya
kandungan DO pada perairan berarus deras cukup tinggi.

Kekeruhan (Turbiditas)
Turbiditas merupakan suatu ukuran yang menyatakan sampai seberapa jauh cahaya
mampu menembus air, dimana cahaya yang menembus air akan mengalami
pemantula oleh bahan-bahan tersuspensi dan bahan koloidal. Satuannya adalah
Nephelometric Turbidity Unit (NTU), dimana 1 NTU sama dengan turbiditas yang
disebabkan oleh 1 mg/l SiO2 dalam air. Dalam danau atau perairan lainnya yang
relatif tenang, turbiditas terutama disebabkan oleh bahan koloid dan bahan-bahan
hakus yang terdispersi dalam air. Dalam sungai yang mengalir, turbiditas terutama
disebabkan oleh bahan-bahan kasar yang terdispersi. Biasanya jika kekeruhan cukup
tinggi, maka DO yang terkandung dalam perairan tersebut rendah. Selain itu,
turbiditas penting bagi kualitas air permukaan, terutama berkenaan dengan
pertimbangan estetika, daya filter, dan disinfeksi. Pada umumnya jika turbiditas
meningkat, nilai estetika menurun, filtrasi air lebih sulit dan mahal, dan efektivitas
desinfeksi berkurang. Turbiditas dalam perairan mungkin terjadi karena material
alamiah, atau akibat aktivitas proyek, pembuangan limbah, dan operasi pengerukan.
4. Berbeda, ditinjau dari dekatnya sampel air dengan sumber polutan atau lingkungan
perairan disekitarnya. Misal jika kita mengambil sampel di perairan yang terdapat
keramba di dalamnya, jarak 100 meter setelah keramba (titik B) dengan 100 meter
sebelum keramba (titik A) akan mengalami perbedaan, tentu saja perbedaan tersebut
disebabkan oleh faktor-faktor, salah satunya adalah turbiditas. Pada titik B ,tubiditasnya
akan semakin besar daripada titik A, karena setelah air memasuki keramba, air akan
membawa kotoran-kotoran akibat aktivitas ikan dalam keramba, sehingga air yang lewat
kan tampak lebih keruh dibanding sebeumnya.
5. Oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses
fotosintesis tumbuhan air, sehngga semakin banyak tumbuhan air pada perairan maka
kadar oksigen terlarut (DO) pada daerah tersebut tinggi. Oksigen sangat dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat
berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih
sederhana dan tidak beracun. Sehingga semakin banyaknya mikroorganisme pada suatu
perairan maka menunjukkan bahwa kadar oksigen pada daerah tersebut mengalami
penurunan

Anda mungkin juga menyukai