Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN 

ANALISA ZAT PADAT TERSUSPENSI (TSS) & ZAT 


PADAT TERLARUT (TDS) 
 
 
 

 
 
 
 
NO. KELOMPOK: 2 
NAMA KELOMPOK:
1. CITRA NATALIA 10011181520063
2. ALI AMANSYAH S 10011181520042
3. ENNY ROSPITASARI 10011181520058
4. ROZALIA 10011381520153
5. OKTRILIA MAHA RIZKA 10011281520230
6. RETNO JUMILAH 10011181520075
7. YUNINA PARAMITHA 10011281520219

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT 
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 
2017 
I. No Percobaan : ​II
II. Nama Percobaan : Analisa Zat Padat Tersuspensi (TSS) dan Zat Padat Terlarut
(TDS)
III. Tujuan Percobaan :
Mengetahui jumlah zat padat yang tersuspensi dan yang terlarut dalam air
IV. Dasar Teori :
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan atau komponen lain ke dalam air dan berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air
tidan dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkannya.
Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang dibuang tanpa
pengelolaan ke dalam suatu badan air. Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau
kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestik)
maupun industry. Air limbah merupakan sisa air yang dibuang berasal dari rumah
tangga, industry maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengtakan bahwa air
limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah
permukiman, perdagangan, perkantoran, fan industri, bersama-sama dengan air tanah,
air permukaan dan air hujan yang mungkin ada.
Zat padat tersuspensi (​Total Suspended Solid​) adalah semua zat padat (pasir, lumpur,
dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa
komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun
komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat
tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen
dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat
menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan.
Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak
berlangsung efektif akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga fotosintesis
tidak berlangsung sempurna. Sebaran zat padat tersuspensi di laut antara lain
dipengaruhi oleh masukan yang berasal dari darat melalui aliran sungai, ataupun dari
udara dan perpindahan karena resuspensi endapan akibat pengikisan.
Beberapa sumber dan komposisi beberapa partikulat pencemar yang umum berada di
suatu perairan antara lain erosi tanah, lumpur merah dari pabrik aluminium oksida,
padatan dari pencucian batubara, lubang tanah liat, kegiatan penimbunan sisa
pengerukan, penyulingan pasir-pasir mineral dan pabrik pencucian, kerikil dan
kegiatan-kegiatan lainnya. Komposisi dan sifat partikulat pencemar dari erosi tanah
berupa mineral tanah, pasir, tanah liat dan lumpur, sedangkan mineral sedimen, pasir,
tanah liat, lumpur, detritus organik dihasilkan dari kegiatan penimbunan sisa
pengerukan. Garam-garam besi yang dapat berubah menjadi besi terhidrasi dalam air
laut merupakan pencemar dari lumpur merah dari pabrik aluminium oksida dan
penyulingan pasir-pasir mineral.
Studi ini mengkaji kandungan total zat padat tersuspensi di perairan Raha, untuk
kepentingan perikanan, pariwisata dan taman laut konservasi serta kaitannya dengan
parameter kualitas air lainnya seperti kecerahan, suhu, kadar oksigen terlarut,
salinitas, fosfat dan nitrat.
Dalam air ditemui dua kelompok zat, yaitu zat terlarut seperti garam dan molekul
organism dan zat padat tersuspensi dan koloidal seperti tanah.
Perbedaan antara kedua kelompokm zat yang ada dalam air cukup jelas dalam praktek
namun kadang-kadang batasan itu tidak dapat dipastikan secara definitive. Dalam
kenyataan suatu molekul organism polimer tetap bersifat zat yang terlarut walaupun
panjangnya lebih dari 10 µm, sedangkan beberapa jenis zat koloid mempunyai sifat
dapat bereaksi seperti zat padat terlarut.
Analisa zat padat dalam air sangat penting untuk penentuan komponen atau kualitas
air secara lengkap. Zat padat dalam keadaan suspensi dibagi menjadi 2 :
a. Partikel tersuspensi koloid
Jenis partikel koloid tersebut adalah penyebab kekeruhan dalam air yang disebabkan
oleh penyimpangan sinar yang menembus suspensi tersebut. Partikel-partikel koloid
tidak terlihat secara visual sedangkan larutannya terdiri dari ion-ion dan
molekul-molekul tidak pernah keruh. Larutan menjadi keruh bila terjadi pengendapan
(presipitasi) yang merupakan keadaan kejenuhan suatu senyawa kimia.
b. Partikel tersuspensi biasa
Partikel-partikel tersuspensi biasa mempunyai ukuran lebih besar dari partikel koloid
dan dapat menghalangi sinar yang akan menembus suspensi, sehingga suspensi tidak
dapat dikatakan keruh.
Seperti halnya ion-ion dan molekul-molekul (zat yang terlarut), zat padat koloidal dan
zat padat tersuspensi dapat bersifat anorganik (tanah liat) dan organisme (protein, sisa
tanaman, ganggang dan bakteri).
Zat padat tersuspensi diklasifikasikan menjadi zat padat terapung yang selalu bersifat
organism dan zat padat yang dapat terendap yang bersifat organic dan anorganik. Zat
padat terendap adalah zat padat dalam suspensi yang dalam keadaan tenang dapat
mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh gaya beratnya. Penentuan kadar
zat padat terendap ini dapat melalui volumenya. Analisa ini disebut analisa volum
lumpur (​sludge volume​) dan dapat melalui beratnya disebut analisa lumpur kasar atau
umumnya zat padat terendap (​settleable solids)​ .

Zat Padat Terlarut (TDS) merupakan konsentrasi jumlah ion kation (bermuatan
positif) dan anion (bermuatan negatif) di dalam air. Oleh karena itu, analisa total
padatan terlarut menyediakan pengukuran kualitatif dari jumlah ion terlarut, tetapi
tidak menjelaskan pada sifat atau hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak
memberikan wawasan dalam masalah kualitas air yang spesifik. Oleh karena itu,
analisa total padatan terlarut digunakan sebagai uji indikator untuk menentukan
kualitas umum dari air. Sumber padatan terlarut total dapat mencakup semua kation
dan anion terlarut, tapi tabel berikut dapat digunakan sebagai generalisasi dari
hubungan TDS untuk masalah kualitas air (Oram, B.,2010).
Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari pertanian, limbah
rumah tangga, dan industri. Unsur kimia yang paling umum adalah kalsium, fosfat,
nitrat, natrium, kalium dan klorida. Bahan kimia dapat berupa kation, anion, molekul
atau aglomerasi dari ribuan molekul. Kandungan TDS yang berbahaya adalah
pestisida yang timbul dari aliran permukaan. Beberapa padatan total terlarut alami
berasal dari pelapukan dan pelarutan batu dan tanah. Standar kualitas air minum yang
telah ditentukan oleh Amerika Serikat sebesar 500 mg / l (Anonymous2, 2010).
TDS (Total Dissolved Solids) atau ​ ​Padatan Terlarut ​ mengacu pada setiap mineral,
garam, logam, kation atau anion yang terlarut dalam air. Ini mencakup apa pun yang
ada dalam air selain molekul air murni ( H20 ) dan limbah padat. ( Limbah padat
adalah partikel / zat yang tidak larut dan tidak menetap dalam air, seperti bulir kayu
dll. )
Secara umum, total konsentrasi padatan terlarut adalah jumlah antara ion kation (
bermuatan positif ) dan anion ( bermuatan negatif ) dalam air.
Parts per Million ( ppm ) adalah rasio berat ​ ke berat dari setiap ion ke air.
TDS Meter didasarkan pada konduktivitas listrik ( EC ) dari air. H20 murni memiliki
hampir nol konduktivitas. Konduktivitas biasanya sekitar 100 kali total kation atau
anion dinyatakan sebagai setara. TDS dihitung dengan mengkonversi EC dengan
faktor 0,5 sampai 1,0 kali EC, tergantung pada tingkatnya. Biasanya, semakin tinggi
tingkat EC, semakin tinggi faktor konversi untuk menentukan TDS. CATATAN ​
Meskipun TDS Meter didasarkan pada konduktivitas, akan tetapi TDS dan
konduktivitas bukanlah hal yang sama.
TDS berasal dari ​beberapa padatan terlarut ( Dissolved Solids) berasal dari material
organik seperti daun, lumpur, plankton, limbah industri dan kotoran. Sumber-sumber
lain berasal dari limpasan dari daerah perkotaan, garam jalan yang digunakan di jalan
selama musim dingin, dan pupuk dan pestisida yang digunakan pada rumput dan
peternakan.
Selain itu Padatan Terlarut (Dissolved Solids) juga berasal dari bahan anorganik
seperti batu dan udara yang mungkin mengandung kalsium bikarbonat, nitrogen,
fosfor besi, sulfur, dan mineral lainnya. Sebagian besar dari bahan-bahan ini
membentuk garam, yang merupakan senyawa yang mengandung keduanya yaitu
logam dan non logam. Garam biasanya larut dalam air membentuk ion. Ion adalah
partikel yang memiliki muatan positif atau negatif.
Air juga dapat mengambil logam seperti timah atau tembaga saat mereka melakukan
perjalanan melalui pipa yang digunakan untuk mendistribusikan air kepada
konsumen.
Perlu diperhatikan bahwa efektivitas sistem pemurnian air dalam menghilangkan total
padatan terlarut / TDS akan berkurang dari waktu ke waktu, sehingga sangat
dianjurkan untuk memantau kualitas filter atau membran dan menggantinya bila
diperlukan.
V. Alat dan Bahan :
Alat :
1. Filter (kertas saring)
2. Labu ukur 100 ml
3. Pipet tetes
4. Cawan porselin
5. Pompa vakum
Bahan :
1. Sampel air sumur
VI. Prosedur Kerja
A. Zat Padat Tersuspensi (TSS)
1. Panaskan kertas saring dan cawan penguapan dalam oven dengan suhu 105 C
selama 1 jam. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit dan kemudian
timbang dengan tepat. Pemanasan biasanya cukup 1 jam. Namun pemanasan
perlu di ulang hingga mendapatkan panas yang konstan kehilangan berat
sesudah pemanasan ulang kurang dari 0.5 mg.
2. Sampel yang sudah di kocok merata, sebanyak 100 ml dipindahkan dengan
menggunakan pipet atau labu ukur, kedalam alat penyaringan corong
bunchner, yang sudah ada kertas saring didalamnya. Kemudian saring dengan
sistem vacum.
3. Kertas saring di ambil dari alat penyaring dan letakkan dicawan dengan
hati-hati, filter beserta cawan Gooch di masukkan dalam oven untuk
dipanaskan pada suhu 105 C, selama 1 jam. Dinginkan dalam desikator dan
kemudian timbang dengan cepat. Ulangi pemanasan dan penimbangan sampai
beratnya konstan atau berkurangnya berat sesudah pemanasan ulang, kurang
dari 0,5 mg. biasanya pemanasan 1 sampai 2 jam sudah cukup.

B. Zat Padat Terlarut (TDS)


1. Sampel yang lolos dari filter kertas, dituangkan dalam cawan penguapan.
2. Cawan yang berisi sampel tersebut, diuapkan dan dikeringkan dalam oven
pada suhu 105 C sampai semua air telah menguap. Ulangi pemanasan dalam
oven dan penimbangan sampai diperoleh berat yang konstan atau
berkurangnya berat < 0,5 mg.

Perhitungan

Dimana a = berat filter dan residu sesudah pemanasan 105 C (mg)


b = berat kering (sudah dipanasi 105 C) (mg)
c = volume contoh uji (ml sampel).

Dimana A = berat cawan dan residu sesudah pemanasan 105 C (mg)


B = berat cawan kosong (sudah dipanasi 105 C) (mg)
C = volume contoh uji (ml sampel).
VII. Data Hasil Pengamatan
1. Waktu : Dilaksanakan pada hari senin 27 November 2017
2. Tempat : Laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya\
Identifikasi Bahan
Pratikum pada kali ini kami masih manggunakan sampel air
sumur,sama seperti analisa pengukuran kadar logam dalam air namun berbeda
teknis yaitu dengan menggunakn kertas saring untuk mengetahui jumlah TSS
dan TDS dalam sampel tersebut .
Sebelum pengujian TSS dan TDS dalam sampel , Panaskan kertas
saring dan cawan penguapan dalam oven dengan suhu 105 C selama 1 jam.
Dinginkan dalam desikator selama 15 menit dan kemudian timbang dengan
tepat. Pemanasan biasanya cukup 1 jam. Namun pemanasan perlu di ulang
hingga mendapatkan panas yang konstan kehilangan berat sesudah pemanasan
ulang kurang dari 0.5 ,kertas saring yang sudah di timbang dengan hasil
1,2393 gr. Setelah itu Sampel yang sudah di kocok merata, sebanyak 25 ml
dipindahkan dengan menggunakan pipet atau labu ukur, kedalam alat
penyaringan corong bunchner, yang sudah ada kertas saring didalamnya.
Kemudian saring dengan sistem vacum. Dan nanti akan terlihat tetesan air dan
sisa mikroba yang ada di kertas saring. Jika sampel yang digunakan bewarna
maka di garis cembung sebaliknya di cekung. Sementara sampel kami tidak
bewarna maka di garis cekung.
Setelah air dan sisa sudah terpisa maka angkat kertas saring beserta
cawan Gooch di masukkan dalam oven untuk dipanaskan pada suhu 105 C,
selama 1 jam. Dinginkan dalam desikator dan kemudian timbang dengan
cepat. Ulangi pemanasan dan penimbangan sampai beratnya konstan atau
berkurangnya berat sesudah pemanasan ulang, kurang dari 0,5 mg. biasanya
pemanasan 1 sampai 2 jam sudah cukup. Sehingga kelompok kami
mendapatkan hasil akhir dari kertas saring adalah 1,2383 gr,maka sampel yang
kami gunakan bisa dipakai untuk minum karna tidak terlalu bnyak mikroba
yang ada pada air tersebut.
Dan bisa terlihat bahwa TSS ada pada kertas saring sedangkan TDS
tetesan atau butiran air yang jatuh di enlemeyer.
DAFTAR PUSTAKA

Afriyanto E. 2005. Analisa TDS dalam Air. Jakarta: Kanisius.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia, Jakarta.

Penn, C. 1991. Handling Laboratory Microorganism. Open University. Milton


Keynes.

Pratami, ST. (​2008​). Uji coba TDS dan TSS. Yogyakarta: Penerbit Erlangga.
Halaman 176.
Lampiran Gambar

Anda mungkin juga menyukai