Anda di halaman 1dari 3

PRAKTIK V

MARBLE TEST

I. Tujuan

Untuk menjaga stabilitas air agar aman terhadap kemungkinan korosi

maupun pembentukan kerak.

II. DasarTeori

Proses stabilisasi/netralisasi pada sistem penyediaan air bersih adalah upaya

pencegahan korosi dan pencegahan pengerakan pada perlengkapan instalasi dan

jaringan distribusi. Pemilihan proses stabilisasi harus berdasarkan pada tinjauan

data analisa atau informasi yang akurat dengan pertimbangan secara hati-hati.

Sebelum melakukan prosesstabilisasi ada sejumlah data parameter kualitas

air yang harus diperiksa dari air baku, kemudian hasilnya dibandingkan dengan

data dari pemeriksaan air hasil olahan dan air dalam jaringan distribusi.

Selanjutnya digunakan untuk melakukan koreksi terhadap stabilitas air.

Data hasil analisa parameter kualitas air juga digunakan unuk menghitung

Indeks Stabilitas atau Langelier Index (LI) atau Saturnation Index (SI). Indeks

satbilitas tersebut memberikan indikasi apakah air bersifat membentuk kerak

atau melarutkan kalsium karbonat.

METODE STABILISASI

Pemilihan metode stabilisasi yang akan digunakan harus berdasar terutama

pada masalah yang diidentifikasi. Metode tersebut tergantung pada

karakteristik kimia air baku dan pengaruh proses pengolahan yang digunakan. Hal

lain yang dapat dijadikan pertimbangan adalah biaya, tersedianya zat kimia, dan

keamanan bagi operator.

Ada 3 (tiga) metode dasar yang digunakan untuk melindungi jaringan

distribusi terhadap air yang tidak stabil, yaitu penetapan pH dan alkalinitas,

penggunaan pencegah korosi dan zat-zat sewuester (penghancur kerak).


III. AlatdanBahan

1.Alat :

a. Beaker Glass 500 ml

b. Botol BOD volume 300 ml

c. Gelas Arloji

d. Spatula

e. pH Meter

2. Bahan :

a. CaCO3 1 gram

b. Air Sampel

IV. CaraKerja

1. Mengambil sampel air dan masukkan ke dalam botol ysng mempunyai tutup

asah atau botol BOD dengan volume 300 atau 500 ml.

2. Memeriksa pH sampel air awal (pHaktual/pHa).

3. Menimbang CaCO3 sebanyak 1 gram.

4. Memasukkan ke dalam botol BOD.

5. Memasukkan air hasil filtrasi (efluen filter) atau air sampel ke dalam botol

yang berisi CaCO3tersebut, sampel botol terisi penuh.

6. Mengocok sampai CaCO3 larut (mencapai titik jenuh).

7. Mendiamkan 24 jam (1 hari), sambil sekali-kali dikocok.

8. Mengukur pH  nilai pH merupakan pH saturnasi ( pH s ).

V. DataPengamatan

Sebelum percobaan Setelah percobaan

 pH awal = 6,69  pH akhir = 7,15

 Suhu = 26,1°C  suhu = 25,3°C

VI. Perhitungan
RumusAgresivitas air Keterangan:

LI = pHa – pHs pHa = pH terukur

pHs = pH saturasi

Langelier Index (LI)

LI = pHa – pHs

LI = 6,69 – 7,15

LI = -0,19

VII. Pembahasan

Berdasarkan data yang didapat bahwa suhu air mengalami penurunan dari

suhu 26,1°Cmenjadi 25,3°C dan untuk pH mengalami kenaikan dari 6,69 menjadi

7,15. Perhitungan dari data yang ada diatas menunjukkan bahwa perhitungan / LI

negative dengan hasil -0,19.

VIII. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum marble test yaitu hasil

perhitungan Langelier Index adalah -0,19, maka air dikategorikan tidak stabil, air

bersifat agresif dan dapat menyebabkan korosif.

Salah satu yang mempengaruhi kecepatan reaksi adalah adanya kenaikan pH.

Jika terjadi kenaikan pada suhu menyebabkan menambah kecepatan korosi.

Jikadalam proses stabilisasi yang digunakan adalah penetapan pH, maka

dianjurkan air dengan pHa  pHs, karena pada keadaan ini akan terbentuk lapisan

tipis CaCO3 sebagai pelindung pipa dari korosi. Titik jenuh yang ada pada kalsium

karbonat berpengaruh pada pH air.

IX. DaftarPustaka

 Modul Praktikum Kimia Air

 Penjelasan kuliah kimia air dari Ibu Ni Nyoman Nepi Marleni, Ph.D

Anda mungkin juga menyukai