Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS PANGAN DAN HASIL PERTANIAN

Disusun Oleh:

INAS AULIA FADHNA (D.111.19.0042)

FTP A PAGI

PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

UNIVERSITAS SEMARANG

2021
UJI KADAR AIR

A. Tujuan
1. Mengetahui prinsip dasar kadar air.
2. Mengetahui Perbedaan Prinsip dari masing-masing metode.
3. Dapat menentukan metode penentuan kadar air yang tepat sesuai sifat
bahan.
4. Mengetahui keuntungan dan kekurangan masing-masing metode.

B. Dasar Teori

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga merupakan satu karakteristik
yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi
penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam
bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan
tersebut .
Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini
tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air
dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-110ºC
selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan.Selisih berat
sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang
diuapkanPenentuan kadar air dengan metode oven dilakukan dengan cara
mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan panas yang disebut dengan
proses pengeringan. Analisis kadar air dengan metode oven didasarkan
atas berat yang hilang, oleh karena itu sampel seharusnya mempunyai
kestabilan panas yang tinggi dan tidak mengandung komponen yang
mudah menguap. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi analisis air
metode oven diantaranya adalah yang berhubungan dengan penimbangan
sampel, kondisi oven, pengeringan sampel, dan perlakuan setelah
pengeringan. Faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi oven seperti
suhu, gradien suhu, kecepatan aliran dan kelembaban udara adalah faktor-
faktor yang sangat penting diperhatikan dalam metode pengeringan
dengan oven. (Andarwulan,2011)
Prinsip metode penetapan kadar air dengan oven atau thermogravitimetri
yaitu mengupakan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan.
Penimbangan bahan dengan berat konstan yang berarti semua air sudah
diuapkan dam cara ini relatif mudah dan murah. Percepatan penguapan air
serta menghindari terjadinya reaksi yang lain karena pemanasan maka
dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah atau vakum. Namun,
terdapat kelemahan cara analisa kadar air dengan cara pengeringan, yaitu
bahan lain selain air juga ikut menguap dan ikut hilang misalnya alkohol,
asam asetat,minyak atsiri. Kelemahan lain yaitu dapat terjadi reaksi
selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lainya,
dan juga bahan yang mengandung zat pengikat air akan sulit melepaskan
airnya walaupun sudah dipanaskan. (Sudarmadji,2010)
Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan lebih bersifat hidroskopis
daripada bahan asalnya. Oleh karena itu selama pendinginan sebelum
penimbangan, bahan telah ditempatkan dalam ruangan tertutup kering
misalnya dalam eksikator atau desikator yang telah diberi zat penyerap air.
Penyearapan air atau uap ini dapat menggunakan kapur aktif, asam sulfat,
silica gel, klorida, kalium hidroksid, kalium sulfat atau bariumoksida.

C. Alat dan Bahan


1. Alat :
- Botol Timbang
- Penjepit
- Timbangan Analitik
- Oven Memmert VN 110
- Desikator
2. Bahan :
- CK = Cabe Kering
- CM = Cabe Merah
- CH = Cabe Hijau
- CR = Cabe Rawit

D. Cara Kerja
1. Mengeringkan botol timbang kedalam oven dengan suhu 1050 C
selama 30 menit kemudian didinginkan kedalam desikator selama ± 5
menit
2. Menimbang dengan teliti menggunakan timbangan analitik.
3. Menambahkan kurang lebih 2-3 gram sampel kedalam botol timbang
4. Selanjutnya dikeringkan sampel didalam gelas timbang menggunakan
oven selama ± 5-7 jam pada suhu 1050 C.
5. Setelah itu ditimbang Kembali yang sebelumnya telah di masukkan
kedalam desikator.
6. Mencatat data timbangan setelah oven.

E. Hasil Pengamatan

Kode (A) (B) Setelah Oven ( C )

Sampel BW + SP BW + SP BW + SP BW+SP BW + SP

1 2 3

CK 13,4275 15,7075 14,3691 14,3663 14,3658

CM 14,8833 16,9192 15,3741 15,3768 15,3752


CH 13,4055 16,4856 13,7754 13,7782 13,7766

CR 13,2866 15,2992 13,6256 13,6269 13,6264

KETERANGAN :
- SP = Sampel
- BW = Berat wadah
- Berat Sampel = B-A
- Berat Kering = C-A

% kadar air =

Cabai kering ( CK )
 % kadar air = = 58,7 %
( C1 )
 % kadar air =
( C2 )
 % kadar air =
( C3 )
Cabai Merah ( CM )
 % kadar air =
( C1 )

 % kadar air =
( C2 )

 % kadar air =
( C3 )
Cabai Hijau ( CH )
 % kadar air =
( C1 )
 % kadar air =
( C2 )
 % kadar air =
( C3 )

Cabai Rawit
 % kadar air =
( C1 )
 % kadar air =
( C2 )
 % kadar air =
( C3 )

F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui prinsip dasar dalam
menganalisis kadar air, mengetahui perbedaan prinsip dari masing –
masing metode yang digunakan, dapat menentukan metode penentuan
kadar air yang tepat sesuai bahan yang digunakan, serta dapat mengetahui
keuntungan dan kekurangan pada setiap metode yang digunakan dalam
Uji Kadar Air. Pengujian kadar air pada praktikum ini menggunan alat
pengering oven. Sampel bahan menggunakan cabe kering, cabe merah,
cabe hijau dan cabe rawit. Berdasarkan hasil pengamatan,diperoleh
sampel yang memiliki kadar air paling tinggi adalah cabe hijau, pada
sampel cabe hijau 1 sebesar 87,99%, pada sampel cabe hijau 2 sebesar
87,89%, pada sampel cabe hijau 3 sebesar 87,95%. Hal ini disebebkan
oleh, komponen air sebagai penusun dalam bahan pangan tersebut cukup
tinggi. Selain itu,adanya perbedaan kadar air di antara ketiga sampel
cabe tersebut juga kemungkinan disebabkan oleh ukuran dari sampel itu
sendiri. Semakin luas permukaan sampel, maka akan
semakin cepat (mudah) mengalami penguapan. Begitupun sebaliknya.
Sedangkan sampel yang memiliki kadar air paling rendah adalah sampel
cabe kering, pada sampel cabe kering 1 sebesar 58,7%, pada sampel cabe
kering 2 sebesar 58,82% dan sampel 3 cabe kering sebesar 58,93%. Hal
tersebut disebabkan oleh, komponen air sebagaipenyusun dalam bahan
pangan tersebut rendah karena cabe sudah dalam keadaan kering sebelum
melalui proses pengeringan. Selain itu, adanya perbedaan kadar air
diantara ketiga sampel cabe kering tersebut juga kemungkinan disebabkan
oleh ukuran dari sampel itu sendiri. Semakin luas permukaan sampel,
maka akan semakin cepat (mudah) mengalami penguapan. Begitupun
sebaliknya.

G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan
daya simpan dari bahan pangan.Kadar air suatu bahan dipengaruhi oleh
jenis bahan itu sendiri. Ada dua faktor pada saat proses pengeringan yaitu
faktor yang berhubungan dengan udara pengering dan faktor yang
berhubungan dengan sifat bahan. Apabila berat mencapai konstan berarti
itu menunjukanbahwa bahwa air yang terdapat dalam sampel telah
menguap dan yang tersisa hanya padatandan air yang benar-benar terikat
kuat, sedangkan apabila berat tidak mencapai konstan tidakterjadi
penguapan pada sampel tersebut.
H. Daftar Pustaka

Sudarmadji,Slamet dkk. 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.


Liberty Yogyakarta. Yogyakarta
Rohman,Abdul. 2013. Analisa Komponen Makanan. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Winarno,F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Haryanto, 1992. Anlisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta.
Liberty: Yogyakarta
Syarief, R Dan A.Irawati, 1988. Pengetahuan Bahan Untuk Industri
Pertanain. Mediatama Sarana Perkasa: Jakarta
Winarno, F. G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi Dan Konsumen. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta
I. Lampiran
UJI pH (Keasaman)

A. Alat Uji : Kertas Lakmus


Judul : Uji pH (Keasaman)

B. Tujuan
Tujuan praktikum pengukuran pH adalah untuk mengetahui nilai ph
keasaman pada sampel dengan menggunakan alat pengukur pH yaitu kertas
lakmus.

C. Dasar Teori

 Secara umum
pH merupakan skala yang menunjukkan kadar hidrogen yang melarut
dalam suatu larutan di mana:
pH = -log[H+]
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan . Ia didefinisikan
sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien
aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga
nilainya didasarkan pada perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah skala
absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-
nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional (Chang, 2003)
Rahayu (2009) berpendapat bahwa larutan dengan harga pH rendah
dinamakan ”asam” sedangkan yang harga pH-nya tinggi dinamakan
”basa”. Skala pH terentang dari 0 (asam kuat) sampai 14 (basa kuat)
dengan 7 adalah harga tengah mewakili air murni (netral).
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren
Peder Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti
makna singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa
p berasal dari singkatan untuk power p (pangkat), yang lainnya merujuk
kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang
merujuk pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya
ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan
yang berarti "logaritma negatif" (Devi, 2009).
Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan
sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat
asam, dan larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa
atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait
dengan kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi,
kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), dan
oseanografi. Tentu saja bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga
memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah (Devi, 2009).

 Alat alat pengukur pH


Ada dua cara yang umum dilakukan dalam melakukan pengukuran kadar
pH suatu cairan atau larutan, yaitu dengan menggunakan kertas lakmus
dan pH meter. Perbedaan pokok dari kedua alat tersebut adalah tampilan
dan keakuratan hasil dari pengukuran yang dilakukan. Kertas lakmus
mempunyai output berupa perubahan warna dari setiap pengukuran kadar
pH yang dilakukan. Cara ini kurang akurat, karena outputnya berbentuk
perkiraan yang mendekati dengan skala pH standar. Sedangkan pH meter
adalah suatu alat pengukur pH modern yang mana outputnya dalam
tampilan digital. Namun pada umumnya pH meter harus dikalibrasi
terlebih dahulu sebelum digunakan. Kalibrasi dilakukan dengan
mengadjust pH meter sesuai cairan pH standar (Buffer Solution) yang
diukur (Parning, 2006).
pH larutan dapat diukur dengan beberapa cara. Secara kualitatif pH dapat
diperkirakan dengan kertas Lakmus (Litmus) atau suatu indikator (kertas
indikator pH). Seraca kuantitatif pengukuran pH dapat digunakan
elektroda potensiometrik.Elektroda ini memonitor perubahan voltase yang
disebabkan oleh perubahan aktifitas ion hidrogen (H+) dalam larutan
(Rahayu, 2009).
Menurut Raini (2016) teknik-teknik pengukuran pH adalah :
a) Menggunakan Indera perasa
Secara mudah, lidah kita dapat merasakan rasa dari sesuatu yang
dirasakan apakah air tersebut bersifat asam atau basa. Namaun cara
tidak dianjurkan karena ada beberapa larutan yang tidak aman
apabila di konsumsi.
b) Menggunakan indikator tetes
Cara ini ditemukan dalam aktivitas titrasi. Prinsipnya adalah
pengamatan warna pada setiap perubahan pH.
c) Menggunakan kertas lakmus
Kertas ini terbuat dari jenis tumbuhan khusus yang dapat
memeberikan reaksi khusus yang memberikan perubahan warna
ketika menemukan kondisi pH tertentu.
d) Menggunakan pH meter
Cara pengukuran ini adalah cara yang paling banyak digunakan,
karena alatnya kecil dan dapat dibawa kemana-mana. Selain itu
juga memeberikan hasil yang akurat hingga nilai pH dalam koma.
Namun alat ini memiliki kekurangan yang terkadang tidak stabil
saat di gunakan.
 Asam Basa
1. Asam
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam
air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam
defenisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion
H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan
elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa
dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam adalah
asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (yang digunakan
dalam baterai atau aki mobil) Asam umumnya berasa masam, walaupun
demikian mencicipi rasa asam terutama asam pekat dapat berbahaya dan
tidak dianjurakan (Parning, 2006).
Pada tahun 1884, Svante Arrhenius (1859-1897) seorang ilmuan Swedia
yang memenangkan hadiah nobel atas karyanya di bidang ionisasi,
memeperkenalkan pemikiran tentang senyawa yang terpisah atau terurai
menjadi bagian ion-ion dalam larutan. Dia menjelaskan bagaimana
kekuatan asam dalam larutan aqua (air) tergantung pada konsentrasi ion-
ion hidrogen didalamnya. (Parning, 2006).
pH dan konsentrasi ion H+ dihubungkan dengan tanda negatif maka
semakin besar konsentrasi ion H+ semakin kecil nilai pH (Parning, 2006).
Parning (2006) menyebutkan Asam memiliki sifat-sifat sebagai berikut : .
a. Rasa Asam
Rasa kecut acar mentimun membuat acar terasa segar dan cocok
dipadukan dengan berbagai macam masakan, seperti gulai kambing,
opor ayam, dan nasi goreng. Rasa kecut tersebut berasal dari cuka.
Cuka merupakan salah satu asam yang kita kenal dalam kehidupan
sehari – hari. Nama cuka dalam ilmu kimia adalah asam asetat (asam
etanoat).
b. Mengubah Warna Indikator
Selain rasa asam yang kecut, sifat asam yang lain dapat mengubah
warna beberapa zat alami ataupun buatan. Sifat inilah yang selanjutnya
akan digunakan untuk mengidentifikasikan sifat asam dari beberapa
senyawa asam. Dengan menggunakan indicator. Indikator yang sering
digunakan adalah kertas lakmus biru menjadi merah, sedangkan kertas
lakmus merah akan tetap berwarna merah.
c. Menghantarkan Arus Listrik
Asam dapat menghantarkan arus listrik. Hal itu dikarenakan asam
dapat melepaskan ion – ion dalam larutannya yang mampu
menghantarkan arus listrik. Asam kuat merupakan elektrolit yang baik.
Semakin kuat suatu asam, akan semakin baik pula daya hantar
listriknya. (memiliki sifat elektrolit yang baik). Contohnya adalah
asam sulfat yang terdapat pada aki mobil.
d. Bereaksi dengan Logam Menghasilkan Gas Hidrogen
Asam bereaksi dengan beberapa jenis logam menghasilkan gas
hidrogen. Logam magnesium, besi, tembaga dan seng merupakan
contoh logam yang dapat bereaksi dengan asam sehingga
menghasilkan gas hydrogen dan senyawa garam.
Reaksi : Asam + Logam tertentu Garam + Gas Hidrogen

2. Basa
Bila kita mereaksikan dua asam yang berbeda pada logam yang sama,
maka kita akan memperoleh hasil yang berbeda. Hal itu disebabkan
perbedaan kekuatan asam yang kita gunakan.Definisi umum dari basa
adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan
dalam air. Basa adalah lawan dari asam, yaitu ditujukan untuk
unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Basa merupakan
senyawa yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH- (Sutresna,
2008)
D. Alat dan Bahan
1. Alat
- Kertas lakmus
- Saringan
- Pisau
- Gelas beker
2. Bahan
- Jeruk baby hijau
- Jeruk baby kuning
- Orange juice
- Active water
- Levite
- Floridina

E. Cara Kerja
1. Menyediakan semua alat dan bahan
2. Memotong jeruk baby kuning dan jeruk baby hijau menjadi 2 bagian
3. Memeras jeruk yang sudah dipotong dan disaring
4. Memasukkan semua sampel ke gelas beker secukupnya
5. Mencelupkan kertas lakmus pada masing-masing smapel
6. Mengamati perubahan warna pada kertas lakmus

F. Hasil Pengamatan
No Sampel pH Keterangan
1. Jeruk baby hijau 5,5 Asam
2. Jeruk baby kuning 6,5 Asam
3. Orange juice 4,5 Asam
4. Active water 4 Asam
5. Levite 4 Asam
6. Floridina 4,5 Asam

Ket: 0-7 = asam


7 = netral
>7 = basa

G. Pembahasan
Pada prktikum ini bertujuan untuk mengetahui nilai ph keasaman pada sampel
dengan menggunakan alat pengukur pH yaitu kertas lakmus. Sampel bahan
yang digunakan dalam praktikum kali ini berupa 4 jenis minuman ( Orange
Juice, Active Water, Levite dan floridina) , serta 2 jenis jeruk yaitu jeruk baby
kuning dan jeruk baby hijau. Perlakuan yang dilakukan yaitu potong sampel
dan peras kemudian tuang kedalam gelas beker selanjutnya celupkan kertas
lakmus lalu amati perubahan yang terjadi Jika lakmus merah berubah menjadi
biru, maka sampel merupakan basa. Jika lakmus merah tidak berubah maka
bersifat asam. Sebaliknya jika lakmus biru menjadi merah maka sampel
tersebut bersifat asam.
Pada praktikum kali ini didapat nilai pH pada masing masing sampel yaitu
sampel jeruk baby hijau dengan nilai pH 5,5 , sampel jeruk baby kuning
dengan nilai pH 6,5 , sampel orange Juice 4,5, sampel Active water dengan
nilai pH 4 , sampel Levite dengan nilai pH 4 dan sampel Floridina dengan
nilai pH 4,5. Dapat dilihat bawha semua sampel memiliki sifat asam yang
memiliki nilai keasaman 0-7. Dari kesemua sample yang menunjukkan tingkat
keasaman paling asam yaitu levite dan Active water yaitu dengan nilai pH 4.
H. Kesimpulan
Dari praktikum dan pembahasan diperoleh simpulan adana perbedaan nilai pH
pada sampel disebabkan karena tiap sampel tersebut memiliki karakteristik
dan sudah melalui proses produksi yang beragam sehingga membuat
kandungan asam yang terdapat didalamnya juga berbeda – beda.

I. Daftar pustaka
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar: Konsep - Konsep Inti Edisi Ketiga.
Jakarta: Penerbit Erlangga
David Harvey, (2000).Modern Analytical Chemistry. Toronto: John Wiley &
Sons
Devi, P.K., (2009), kimia 1, Penerbit Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta.
Mikarjudin. 2007. IPA TERPADU. Jakrta: ESIS.
Parning, (2006), Kimia, Penerbit Yudhistira, Jakarta
Rahayu, Iman., (2009), Praktis B./[elajar Kimia 1, Penerbit Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.
Sutresna, N., (2008), Cerdas Belajar Kimia, Grafindo. Bandung.
Syarifudin. 2008. Kimia. Tangerang : Scientific Press.
Syukri. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB.
J. Lampiran
UJI BRIX (Gula)

A. Alat Uji : Refraktometer


Judul : Uji Brix (Gula)

B. Tujuan
Untuk menentukan konsentrasi gula, yaitu ntuk menyatakan
konsentrasi (% berat) atau kepadatan gula dalam larutan.

C. Dasar Teori
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
merupakan oligosakarida, polimer dengan derajat polimerisasi 2-10 dan
biasanya bersifat larut dalam air yang terdiri dari dua molekul yaitu glukosa
dan fruktosa. Gula memberikan flavor dan warna melalui reaksi browning
secara non enzimatis pada berbagai jenis makanan. Gula paling banyak
diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk
mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Dalam
industri pangan, sukrosa diperoleh dari bit atau tebu .
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/ konsentrasi
bahan terlarut. Misalnya gula, garam, protein, dsb. Prinsip kerja dari
refraktometer sesuai dengan namanya adalah memanfaatkan refraksi cahaya.
Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan dari German
pada permulaan abad 20.
Indeks bias adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan
kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berfungsi untuk identifikasi
zat kemurnian, suhu pengukuran dilakukan pada suhu 20oC dan suhu tersebut
harus benar-benar diatur dan dipertahankan karena sangat mempengaruhi
indeks bias. Umumnya alat dirancang untuk digunakan dengan cahaya putih.
Setiap zat memiliki konsentrasi sendiri-sendiri. Konsentrasi zat dapat diubah
dengan menambahkan zat terlarut atau pelarutnya sendiri. Penambahan zat
tidak dilakukan dengan sembarangan, melainkan dengan perhitungan tertentu
agar mendapatkan konsentrasi yang diperlukan.Kebanyakan obyek yang dapat
kita lihat, tampak karena obyek itu memantulkan cahaya ke mata kita. Pada
pantulan yang paling umum terjadi, cahaya memantul ke semua arah, disebut
pantulan baur. Sebuah buku di atas meja yang disinari oleh hanya sebuah
sumber titik cahaya dapat dilihat dari segenap penjuru ruangan. Supaya lebih
tegas misalkan suatu zat adalah udara dan yang di bawah air. Tempuhan
cahaya dilukiskan sebagai seberkas sinar akanterlihat jelas jika ada asap atau
debu di udara, dan jika air itu mengandung sedikit bahan celup fluoresen.
Sebagian dari cahaya yang dating akan dipantulkan oleh permukaan tersebut
dan sebagian lagi akan terus ke dalam air atau membias. Arah sinar datang,
sinar pantul dan sinar bias ini diperinci atas dasar besar sudut yang
dibentuknya dengan garis yang tegak lurus pada permukaan di titik datang.
Untuk keperluan ini cukuplah kita melukiskan satu sinar saja, sekalipun
cahaya yang terjadi dari satu sinar saja mustahil ada atau hanya merupakan
abstraksi geometrikal saja. (Sodiq, 2004)
Pengukuran nilai % obrix larutan gula. Refraktometer dikalibrasi terlebih
dahulu ke 0 dengan meneteskan 2 hingga 3 tetes aquades ke permukaan kaca
optik. Tekan tombol “meas” sehingga angka %obixnya menunjukkan 0.
Kemudian cairan aquades adi dibersihkan menggunakan tisu tanpa menekan
permukaan kaca optik. Larutan gula diteteskan ke permukaan kaca optik 2
hinngga 3 tetes, lalu ditutup agar tidak terkena cahaya dari luar. Masing-
masing konsentrasi gula dilakukan 3 kali pengulangan untuk mendapatkan
nilai atau data yang benar. (Tanjung, 2013)

D. Alat dan Bahan


1. Alat
- Refraktometer
- Gelas beker
- Gelas ukur
- Pipet tetes
- Pisau
- Saringan
2. Bahan
- Jeruk baby hijau
- Jeruk baby kuning
- Orange juice
- Active water
- Levite
- Floridina

E. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menuangkan masing-masing ampel dalam gelas beker
3. Mengambil sampel menggunakan pipet
4. Meneteskan 1 tetes sampel pada alat refraktometer
5. Mengamati nilai brix pada refraktometer

F. Hasil Pengamatan
No Sampel Index Gula Brix %
20°C
1. Jeruk baby hijau 7,2
2. Jeruk baby kuning 7
3. Orange Juice 14
4. Active water 6
5. Levite 5
6. Floridina 11,3
G. Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan untuk menyatakan konsontrasi C % berat atau
kepadatan gula dalam larutan pada setiap sampel yang ada. Sampel ang
digunakan sama dengan uji pH keasaman. Berdasarkan hasil pengamatan
didapatkan nilai indexs brik pada sampel yang pertama yaitu
Jeruk baby hijau yang mendapat nilai indeks 7,2 %, pada sampel jeruk baby
kuning didapat nilai indeks 7 %, sampel orange juice didapat nilai indeks 14
%, pada sampel active water didapat nilai 6 %, pada sampel levite didapat
nilai indeks 5 %, pada sampel yang terakhir yaitu Floridina didapat nilai
indeks 11,3 %. Dalam uji brix kali ini didapatkan nilai indeks tertinggi
yaitupada sampel orange juice yaitu dengan nilai indeks 14 % serta nilai
indeks terendah didapat pada sampel levite yaitu 5 %.

H. Kesimpulan
Pada praktikum ini dapat diperoleh simpulan bahwa nilai indeks tertingi
terdapat pada sampel Orange Juice dengan nilai indeks 14 %. Nilai indeks ini
menunjukan kadar gula yang terlarut dalam suatu larutan. Semakin tinggi brix
nya maka semakin manis larutan tersebut.

I. Daftar Pustaka
Anonim, 2010. Refraktometer. http://www.scribd.com/doc/28934767/laporan-
praktikum
Khopkar, S.M, 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
Mulyono. 1997. Kamus Pintar Kimia. Jakarta: Erlangga
Sodiq, Ibnu. 2004. Kimia Analitik I. Malang : JICA
Winarno, 1997. Kimia Analitik.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
J. Lampiran
UJI VITAMIN C

A. Judul : Uji Vitamin C


B. Tujuan :
1. Mengetahui cara analisis kadar vitamin c dengan metode
iodometri.
2. Mengetahui kadar vitamin c pada berbagai sampel.

C. Dasar Teori
Vitamin merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang
sangat kecil, tetapi memiliki fungsi dan peran yang penting dalam tubuh.
Vitamin tidak dapat disintesis oleh sebagian besar hewan dan manusia
sehingga vitamin diperoleh melalui makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Vitamin banyak terdapat dalam buah-buahan, sayur-mayur,
dan suplemen makanan .
Vitamin adalah suatu senyawa organik yang terdapat di dalam makanan
dalam jumlah yang sedikit, dan dibutuhkan untuk fungsi metabolisme
yang normal. Vitamin dapat larut di dalam air dan lemak. Vitamin yang
larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K. Dan yang larut dalam
air adalah vitamin B dan C. Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan
antioksidan yang larut dalam air (aqueous antioxidant). Vitamin C
merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen
reakstif dalam plasma dan sel. Vitamin C berbentuk kristal putih dengan
berat molekul 176,13 dan rumus molekul C6H8O6. Vitamin C mudah
teroksidasi secara reversibel membentuk asam dehidro L-asam askorbat
dan kehilangan 2 atom hidrogen. Vitamin C termasuk salah satu vitamin
esensial karena manusia tidak dapat menghasilkan vitamin C di dalam
tubuh sendiri, vitamin C harus diperoleh dari luar tubuh.
Kecepatan degradasi vitamin C sangat tergantung kondisi
penyimpanannya. Degradasi vitamin pada sari buah jeruk sangat
dipengaruhi oleh suhu penyimpanan, pada suhu 7ᵒC kecepatan degradasi
lebih kecil dibandingkan pada suhu 28ᵒC. Sedangkan, penyimpanan buah
jeruk selama 15 hari akan menurunkan kadar vitamin C dari 18,90 mg/110
g menjadi 17,18 mg/100 g. Namun, penyimpanan sari buah jeruk pada
suhu refrigerator dapat menekan perubahan citarasa maupun degradasi
vitamin C serta komponen lain dalam sari buah jeruk. Pada penyimpanan
selama 72 jam pada suhu antara 4 -120C kehilangan vitamin C sekitar
20% dan sedikit penurunan akseptabilitas. Selain itu, dalam penyimpanan
yang terlalu lama kadar vitamin C akan semakin berkurang.Kebutuhan
tubuh akan vitamin C kurang lebih 30 mg setiap hari. Vitamin C atau
asam askorbat bersifat sensitif terhadap pengaruh luar seperti suhu,
oksigen, katalis dan lain-lain yang menyebabkan kerusakan. Kekurangan
vitamin C akan menyebabkan penyakit sariawan atau skorbut. Juga timbul
sakit, pelunakan, dan pembengkakan kaki bagian paha. Pada anak yang
giginya telah keluar, gusi membengkak, empuk, dan terjadi perdarahan
(winarno,2004).Vitamin C dapat ditemukan pada bahan makanan nabati
maupun hewani. Sumber utama vitamin ini adalah buah-buahan dan
sayur-sayuran seperti melon, jeruk, tomat, strowberi, aspargus, brokoli,
kubis, dan kembang kol. Sedangkan bahan makanan yang berasal dari
hewan seperti daging dan susu kandungan vitamin C nya lebih sedikit.

D. Alat dan Bahan


1. Alat
- Erlemeyer
- Pipet
- Gelas Ukur
- Pisau
- Saringan
2. Bahan
- Aquades
- Iodin 0,1078 N
- Amilum 1 %
- Sampel

E. Cara Kerja
1. Meniapkan alat dan bahan.
2. Mengukur sampel sebanyak 25 ml pada gelas ukur.
3. Menuangkan sampel pada Erlemeyer.
4. Menambahkan amilum sebanyak 2 ml pada sampel,sambil di
homogenkan.
5. Menambahkan Iodin Setetes demi setetes pada sampel .
6. Menghomogenkan

F. Hasil Pengamatan

No Sampel Banyak Perubahan Warna

Tetesan Sebelum Sesudah

Iodin

1 Jeruk Baby 12 Kuning Keruh Coklat

Hijau

2 Jeruk Baby 13 Kuning Keruh Coklat

Kuning
3 Orange Juice 7 Kuning Keruh Ungu

4 Activ Water 1 Kuning Bening Biru Tua

5 Levite 1 Orange Bening Ungu

6 Floridina 11 Orange Keruh Ungu

Keterangan :
1 tetes = 0,05 ml
Contohnya : 12 tetes x 0,05 = …… ml

mg Vit C ( sampel ) =

Kadar Vit C (%) =

 Sampel Jeruk baby hijau


12 x 0,05 ml = 0,6 ml

mg Vit C =

= 0,021 %
 Sampel Jeruk baby kuning
13 x 0,05 ml = 0,65 ml

mg Vit C =

= 0,022 %
 Sampel Orange Juice
7 x 0,05 ml = 0,35 ml

mg Vit C =

= 0,012 %
 Sampel Active Water
1 x 0,05 ml = 0,05 ml

mg Vit C =
= 0,0017 %
 Sampel Levite
1 x 0,05 ml = 0,05 ml

mg Vit C =

= 0,0017 %
 Sampel Floridina
11 x 0,05 ml = 0,55 ml

mg Vit C =

= 0,019 %

G. Pembahasan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui cara analisis kadar
vitamin C dengan metode iodometri serta mengetahui kadar vitamin C
pada setiap sampel. penentuan kadar vitamin C pada sampel dengan
metode iodimetri. Pada praktikum ini menggunakan metode iodimetri.
Iodimetri (titrasi langsung) adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor
seperti natrium tiosulfat, arsenat dengan menggunakan larutan iodin baku.
Jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan tidak
langsung. Pada praktikum kali ini didapatkan hasil percobaan bahwa
Jeruk baby hijau sebelum ditetesi iodine berwarna kuning keruh setelah di
tetesi iodin sebanyak 12 tetes terjadi perubahan warna menjadi coklat,
sampel jeruk baby kuning sebelum ditetesi iodine memiliki warna kuning
keruh setelah ditetesi iodine sebanyak 13 tetes terjadi perubahan warna
menjadi coklat, pada sampel orange juice sebelum ditetesi iodin berwarna
kuning keruh setelah ditetesi iodine sebanyak 7 tetes terjadi perubahan
warna menjadi ungu, pada sampel Active water sebelum ditetesi iodine
memiliki warna kuning bening setelah ditetesi iodine sebanyak 1 tetes
terjadi perubahan warna menjadi biru tua , sampel levite sebelum ditetesi
iodine memiliki warna orange bening setlah ditetesi iodine sebanyak 1
tetes terjadi perubahan warna menjadi ungu, pada sampel Floridina
sebelum ditetesi memiliki warna orange keruh setelah ditetesi iodine
sebanyak 11 tetes maka terjadi perubahan warna menjadi ungu. Dalam
praktikum kali ini juga dapat dihitung persamaan kadar vitamin c yang
terdapat pada setiap sampel yaitu sampel jeruk babay hijau terdapat nilai
kadar vitaminc sebanyak 0,021 %, pada sampel jeruk baby kuning
terdapat 0,022 %, pada sampel orang juice terdapat 0,012 %, pada sampel
active water terdapat 0,017 % , dalam sampel levite terdapat 0,017 % dan
dalam sampel minuman Floridina 0,019 %.

H. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh simpulan sampel yang
memeiliki kadar Vitamin C tertinggi yaitu jeruk baby kuning dengan nilai
kadar vitamin C 0,22 %.

I. Daftar Pustaka
Ausman, L.M. 1999. Criteria and Recommendation for Vitamin C
Intake (Brief Critical Review). Nutr. Rev. 57, 222-224.
Dorland, W., 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
Paramita, I. 2014. Analisis Hubungan Konsumsi Buah dan Sayur
dengan Ukuran Lingkar Pinggang pada Perempuan Usia
Dewasa Muda. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sibagariang. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. SKM : Jakarta :
TIM
Wariyah, C., 2010. Vitamin C Retention and Acceptability of Orange
(Citrus nobilis var. microcarpa) Juice During Storage in
Refrigerator. Jurnal AgriSains Vol.1 No.1.
Winarno,F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
J. Lampiran
UJI FEHLING (Gula/Karbo)

A. Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar gula secara semi kuantitatif
2. Untuk mengetahui keberadaan gula perekduksi pada sampel

B. Dasar Teori

A. Karbohidrat
Menurut Irawan (2007), karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari
molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi,
fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram
karbohidrat yang dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan
energi hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan
digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti
bernafas, kontraksi jantung dan otot serta juga untuk menjalankan berbagai
aktivitas fisik seperti berolahraga atau bekerja.
Karbohidrat berasal dari pengertian atom karbon yang terhidrasi dengan
rumus (CH2O)n. Tetapi pengertian ini sebenarnya sudah tidak tepat lagi
karena banyak senyawa karbohidrat yang tidak mengandung atom hidrogen
dan oksigen dengan perbandingan 2:1, misalnya gula deoksiribosa yang
mempunyai rumus C5H10O4. Disamping itu banyak pula karbohidrat yang
mengandung atom lain seperti nitrogen, sulfur dan lain-lain yang
menunjukkan tidak sesuainya dengan rumus karbohidrat tersebut. Walaupun
demikian, nama karbohidrat ini sampai sekarang masih terus dipergunakan
(Girindra, 1990).

B. Kalisifikasi Karbohidrat
Menurut Yazid dan Nursanti (2006) bahwa dari rumus umum karbohidrat,
dapat diketahui bahwa senyawa ini adalah suatu polimer yang tersusun atas
monomer-monomer. Berdasarkan monomer yang menyusunnya, karbohidrat
dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu monosakarida, disakarida dan
polisakarida.
a) Monosakarida
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat sederhana yang terdiri dari 1
gugus cincin. Contoh dari monosakarida yang banyak terdapat di dalam
sel tubuh manusia adalah glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa di
dalam industri pangan lebih dikenal sebagai dekstrosa atau juga gula
anggur. Di alam, glukosa banyak terkandung di dalam buah-buahan,
sayuran dan juga sirup jagung. Fruktosa dikenal juga sebagai gula buah
dan merupakan gula dengan rasa yang paling manis. Di alam fruktosa
banyak terkandung di dalam madu (bersama dengan glukosa), dan juga
terkandung diberbagai macam buah-buahan. Sedangkan galaktosa
merupakan karbohidrat hasil proses pencernaan laktosa sehingga tidak
terdapat di alam secara bebas. Selain sebagai molekul tunggal,
monosakarida juga akan berfungsi sebagai molekul dasar bagi
pembentukan senyawa karbohidrat kompleks pati (starch) atau selulosa.
b) Disakarida
Disakarida merupakan jenis karbohidrat yang banyak dikonsumsi oleh
manusia di dalam kehidupan sehari-hari. Setiap molekul disakarida akan
terbentuk dari gabungan 2 molekul monosakarida. Contoh disakarida yang
umum digunakan dalam konsumsi sehari-hari adalah sukrosa yang
terbentuk dari gabungan 1 molekul glukosa dan fruktosa dan juga laktosa
yang terbentuk dari gabungan 1 molekul glukosa & galaktosa, kemudia
maltosa yang terdiri dari 2 molekul glukosa . Di dalam produk pangan,
sukrosa merupakan pembentuk hampir 99% dari gula pasir atau gula meja
(table sugar) yang biasa digunakan dalam konsumsi sehari-hari sedangkan
laktosa merupakan karbohidrat yang banyak terdapat di dalam susu sapi
dengan konsentrasi 6.8 gr / 100 ml.
c) Polisakarida
Polisakarida disebut juga glikan, yang berbeda dalam kandungan unit
monosakarida, panjang rantai, dan percabangan. Terdapat dua jenis
polisakarida yaitu homopolisakarida yang mengandung hanya satu jenis
unit monomer contoh pati yang mengandung hanya unit D-glukosa, dan
heteropoli sakarida yang mengandung dua atau lebih jenis monosakarida
yang berdeda, contoh asam hialuronat pada jaringan pengikat, yang
mengandung secara berganti-ganti residu dari dua jenis gula. Polisakarida
penyimpan yang paling penting adalah pati yang khas sebagai polisakarida
tanaman dan glikogen pada hewan. Pati dan glikogen terdapat dalam sel
dalam bentuk gumpalan atau granula (Haribi R, 2009).

C. Fungsi Karbohidrat
Menurut Budianto (2009), dalam konteks imu gizi karbohidrat
mempunyai fungsi yang cukup banyak, diantaranya adalah :
1. Sebagai sumber energi utama (1 gr = 4 kalori),
2. Ikut terlibat dalam metabolisme lemak (terkait dengan sintesis lemak),
3. Menghemat protein (protein spatter). Jika asupan karbohidrat
mencukupi tubuh akan terhindar dari glukoneogenesis asam amino,
4. Glukosa sebagai sumber energi utama bagi otak dan sistem syaraf,
5. Sebagai energi cadangan dalam bentuk glikogen (glikogenesis) yag
disimpan di hati dan otot,
6. Serat berfungsi memperbaiki kinerja peristaltik usus dan pemberi
muatan pada sisa makanan, punya efek hipolipidemik, efek
hipoglikemik dan lain sebagainya.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
- Gelas beker
- Tabung alkali
- Pipet tetes
- Penjepit tabung
- Api spirtus
- Rak tabung
2. Bahan
- 6 jenis sampel minuman (Floridina,orange juice, Vit. Levite, Active
water, jeruk baby hijau & kuning)
- Fehling A
- Fehling B

D. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Memasukkan 3 ml sampel ke dalam tabung alkali
3. Memasukkan 2 ml fehling B ke dalam masing-masing sampel kemudian
dihomogenkan
4. Memasukkan 2 ml fehling A ke dalam masing-masing sampel dengan cara
dialirkan sedikit melalui dinding tabung alkali.
5. Mengamati pembentukan cincin dan warna yang muncul pada masinng-
masing sampel.
6. Menghommogenkan masing-masing sampel untuk kemudian dipanaskan
hingga mendidih
7. Mengamati perubahan warnanya serta endapan yang muncul

E. Hasil Pengamatan
No Sampel Sebelum Dipanaskan Sesudah Dipanaskan
Cincin Warna Warna Endapan
1. Orange Tidak terbentuk Kuning Coklat Ada
Juice cincin kehijauan
2. Floridina Terbentuk cincin Kuning kebiruan Merah Ada
berwarna hujau bata
kecoklatan
3. Jeruk baby Terbentuk cincin Kunin kebiruan Merah Tidak
hijau berwarna hijau bata Ada
tipis kecoklatan
4. Jeruk baby Terbentuk cincin Kuning kebiruan Merah Tidak
kuning berwarna hijau bata Ada
tipis kecoklatan
5. Vit. Levite Terbentuk cincin Kuning muda Merah Ada
berwarna biru kebiruan (muda) bata
6. Active Terbentuk cincin Kuning kebiruan Merah Ada
water berwarna biru bata

F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini mengenai uji (karbohidrat), uji ini dilakukan untuk
mengetahui adanya kandungan karbohidrat yang terdapat dalam sampel
dengan melakukan uji dengan larutan fehling A dan Fehling B. larutan sampel
yang digunakan pada praktikum ini yaitu 6 jenis sampel minuman (Floridina,
Vit. Levite, Active water, jeruk baby hijau & kuning). Uji fehling bertujuan
untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula pereduksi. Karena prinsip
kerjanya adalah grafimetri sehingga dengan mudah dapat ditentukan cuplikan
yang mengandung karbohidrat. Pada percobaan terlihat bahwa dari 6 jenis
sampel minuman (Floridina, Vit. Levite,Orange juice, Active water, jeruk
baby hijau & kuning) yang diujikan hanya 4 sampel yang positif dengan ciri
adanya endapan berwarna merah bata terhadap uji ini, sampel yang
memberikan hasil positif adalah orange juice, floridina , vit.levite dan
actiev water . Sedangkan pada jeruk baby hijau dan jeruk baby kuning
diperoleh reaksi yang negative dengan ciri sampel tidak memiliki endapan dan
berwarna merah bata kecoklatan. Uji Fehling digunakan untuk menunjukkan
sifat khusus karbohidrat dengan adanya karbohidrat pereduksi. Hasil uji
menunjukkan bahwa orange juice, floridina , vit.levite dan actiev water
merupakan gula yang dapat mereduksi larutan fehling dan sebagai
karbohidrat pereduksi. Hal ini dapat dinyatakan bahwa golongan
karbohidrat monosakarida dan disakarida positif terhadap kegiatan
mereduksi larutan fehling tersebut. Pereaksi fehling ditambah karbohidrat
kemudian dipanaskan, akan terbentuk endapan merah bata pada hasil akhir.

G. Kesimpulan
Dari praktikum uji Fehling yang telah dilaksanakan diperoleh simpulan
bahwa orange juice, floridina , vit.levite dan actiev water mengahasilkan
perubahan warna menjadi endapan merah bata yang menunjukkan bahwa
sampel tersebut mengandung karbohidrat.

H. Daftar Pustaka
Budianto, A K. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Pers
Girindra, A. 1990. Biokimia 1. Cetakan ke-2. Jakarta: PT Gramedia
Haribi, Ratih. 2009. Biokimia 1. Karbohidrat dan Denaturasi Protein. Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan Univeritas Muhammadiyah Semarang.
Irawan, M. Anwari. 2007. Karbohidrat. Jakarta: Pulton sports science &
performance lab.
Yazid, E. dan Nursanti, L. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia.
Yogyakarta:Penerbit Andi
I. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai