“KADAR AIR”
DOSEN PENGAMPU :.
ASISTEN DOSEN :
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah zat atau materi unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini dibumi. Air menutupi hampir 71%
permukaan bumi. Air diperlukan untk kelangsungan proses biokimia organisme
hidup, sehingga sangat essensial (Rohman dan Abdul, 2013).
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah atau berdasarkan berat kering. Kadar air berat
basah mempunyai batas maksimum teoritis sebsar 100%, sedangkan kadar air
berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100% (Syarif, 1993).
Kadar air dalam bahan makanan dapat mempengaruhi kualitas dan daya
simpan dari pangan, oleh karena itu penentuan kadar air dari suatu bahan pangan
sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat
penanganan yang tepat. Penentuan kadar ar dalam makanan dapat dilakukan
dengan beberapa metode yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa), metode
destilasi , metode kimia dan metode khusus (Winarno, 2004).
Kriteria ikatan air dalam aspek daya awet bahan pangan ditinjau dengan
kadar air konentrasi larutan, tekanan osmotic, kelembapan relatif besimbang dan
aktivitas air (Sutarmaji dan Slamet, 2010).
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan
fungsinya tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan
kompenan penting dalam bahan makanankarena air dapat mempengaruhi
penampakannya, tekstur serta cita rasa makanan, bahkan dalam makanan kerig
sekalipun, seperti tepung, buah kering serta biji-bijian terkandung air dalam
jumlah tertentu (Winarno, 1989).
Suatu bahan yan telah mengalami pengeringan ternyata lebih bersifat
higrokopis dari padabahan asalnya. Oleh karena itu selama pendinginan sebelum
penimbangan, bahan selalu ditempatkan dalam ruang desikator yang telah diberi
zat penyerap air. Penyerapan air atau uap air dapat menggunakan kapur aktif,
asam sualfat, silika gel, aluminium oksida, kalium klorida, kalium hidrosida,
kalian sulfar atau barium oksida (Nazarudin, 2000).
Salah satu metode penentuankadar air yang sederhana dan banyak
digunakan untuk produk pangan adalah metode pengeringan atau metode oven
(thermogravimetri). Pada metode ini sampel dibiarkan dalam alat pengeringan
(oven) pada suhu 70-105̊C. Kelebihan metode ini adalah prosedurnya yang
sederhana dan data yang diperoleh cukup baik dan akurat. Tetapi waktu yang
dibutuhkan untuk mengeringkan sampel cukup lama, dan pada sampel yang
mepunyai kadar gula tinggi, sangat sulitdilakuka pengeringan (Muspirahdjalal,
2011).
Pengukuran kadar air total dilakukan dengan metode gravimetric (metode
oven). Sampel sebanyak 29 ditimbang pada cawanyag sudah diketahu bobotnya,
lalu dikeringkan pada suhu 105̊C selama 3 jam. Setelah itu didinginkan dalam
desikator dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap. Perhitungan kadar air
diperoleh dengan membandingkan bobot sampel sebelum dikeringkan dengan
bobot yang hilang setelah dikeringkan dikali 100% (Musfiroh, 2010).
Kadar air meruaakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat
penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruh penampakan, tekstur
dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air pada bahan pangan ikut menentukan
kesegaran dan daya awet bahan pangan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi
mengakibatkan mudahkanya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak,
sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1997).
Pengukuran kandungan air yang berda dalam bahan dilakukan dengan cara
yang tepat dianatranya cara titrasi, desilasi ataupun gravimetric yang bertujuan
memberikan batasan minimal atau rentang tetntang besarnya kandungan air dalam
bahan, dimana nilai maksimala atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan
kemurnian dan kontaminasi (Dirjen POM, 2000).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Cawan dioven
T = 105̊C t1 = 30 menit
Di dinginkan di desikator
selama 15 menit
Timbang cawan
Dimasukkan ±3 gr sampel
Di desikator 15 menit
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Perhitungan Kadar Air
No Kelompok Jenis Sampel Kadar Air U1 Kadar Air U2 %
1. Jahe Basah 83.45 81.90 82,675
2. Tomat Basah 93.97 89.14 91.555
3. Tepung Kering 7.83 8.22 8.025
4. Kentang Basah 75.16 82.59 78.875
5. Beras Kering 11.8638 14.1862 13.025
4.2 Pembahasan
Pada praktikum analisis kadar air yang digunakan 5 sampel yaitu jahe,
tomat, tepug, kentang dan beras. Masing-masing memiliki tingkat penguapan
bahan yang berbeda-beda. Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan
kadar nilai air tertinggi yaitu pada tomat sebesar 91.555%, sedangkan nilai
terendah pada tepung yaotu 8.025%.
Pada praktikum kali ini metode yang dilakukan yaitu dengan pengeringan
bahan pangan dalam oven. Berat sampel yang dihitung setelah dikeluarkan dari
oven harus harus didapatkan konstan, yaitu berat bahan yang tidak berkurangatau
tetap setelah dimasukkan kedalam oven. Berat sampel setelah konstan dapat
diartikan bahwa air yang terdapat dalam sampel telah menguap dan yang tersisa
hanya padatan dan airyang benar-benar terikat kuat dalam sampel.
Setelah bahan pangan dioven, perlu di dinginkan ke dalam desikator guna
mempertahankan kelembapan bahan yang peka terhadap udara lembap. Jika bahan
yang kena lembap, maka otomatis kadar air bahan kan meningkat, sehingga
direkomendasikan kembali pada desikator. Zat pengering yang berada dalam
desikator biasanya adalah asam sulfatpekat, kalsium klorida atau gel silika.
Metode oven merupakan salah satu metode pemanasan langsungdalam
penetapan kadar airsuatu bahan pangan. Kehilangan berat bahan yang terjadi
menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini digunakan untuk bahan-
bahan yang stabil terhadap pemanasan yang tinggi, sserta produk yang rendah
kandungan sukrosa dan glukosa seperti tepung-tepungan dan serelic (AOAC,
2005).
Penetapan metode gravimetric dapat dipengaruhi oleh sushu dalam oven
pengering, ukuran partake sampel, serta bentu timbang. Ruang timbangan analitik
juga diusahakan dalam keadaan kering dan penimbangan dilakukan dengan
segera. Sebelum melakukan praktikum, dilakukan tahap pengonstanan cawan
yang akan digunakan. Pengonstanan ini dilakukan agar mendapatkan berat
sesungguhnya cawan, apabila tidak dilakukan pengonstanan cawan maka akan
mempengaruhi hasil praktikum. Pengonstanan dilakukan dengan cara menyimpan
cawan dalam ovenyang sudah diatur suhu sehingga mencapai 105̊C selama waktu
tertentu.
Penyimpanan ini dimaksudkan untuk menguapkan air yang terikat dalam
cawan tersebut. Setelah dipanaskan kedalam oven, dilakukan penyimpanan dalam
desikator agar tidak kembali mengikat air, apabila disimpan pada suhu ruang dan
keadaan terbuka. Hal ini dikarenakan bahan yang telah dikeringkan ternayata
lebih bersifat hifroskopis, dibandingkan bahan tidak dikeringkan. Desikator
memiliki silika gelyang dapat menarik air. Apabila kondisi masih belum konstan,
dilakukan pemanasan kembali pada oven.
BAB V
KESIMPULAN
A. Lampiran perhitungan
3,0325−0,7531
= x%
3,0325
2,2794
=3,0325 x %
=75.16 %
U₂
(𝑎−𝑎)
( b/b ) = x 100 %
𝑏
3,0113−0,5241
= x%
3,0113
2,4872
= 3,0113
= 82,59 %
𝑥̅ %
U₁+U₂
= 2
75,16+82,59
= 2
= 78,875 %
-percobaan 1 -Percobaan 2
U₁= 5, 9975 gr U₁ = 6,4956 gr
U₂ = 6,1853 gr U₂ =6,7282 gr
Rumus
𝑎−𝑏
% 𝑏⁄𝑏 = x 100 %
𝑎
-percobaan 1
( U₁)
3,0099−0,4876
% 𝑏⁄𝑏= x 100 % = 83,80
3,0099
(U₂)
3,0623−0,5327
% 𝑏⁄𝑏 = x 100 % = 82,60
3,0623
83,80−82,60
𝑥̅ % = = 84,6
2
-percobaan 2
(U₁)
a = 3,0099
3,0099 – 0,4981
= x 100 % = 83,45
3,0099
(U₂)
a = 3,0623
3,0623 – 0,5447
= x 100 % = 81,90
3,0623
( U₁)
𝑎−𝑏
% b/b = x 100%
𝑎
3,0386 – 0,1831
= x 100 % = 93,97
3,0386
(U₂)
𝑎−𝑏
% b/b = x 100%
𝑎
3,0745 – 0,3336
= x 100 % = 89,14
3,0745
U1 +U ₂
𝑥̅ % = 2
93,97+89,14
= = 91,55
2
U₁
𝑎−𝑏
% b/k = x 100%
𝑎
3,0355 – 2,8149
= x 100 % = 7,83 %
2,8149
U₂
𝑎−𝑏
% b/b = x 100%
𝑎
3,0588 – 2,8264
= x 100 % = 8,22 %
2,8264
U1 +U ₂
𝑥̅ % = 2
7,83+8,22
= 2
= 8,025
5. Lampiran perhitungan beras
𝑎−𝑏
% b/k = x 100%
𝑎
5,0360 – 4,5019
= x 100 % = 11. 8638 %
4,5019
a = 5,0360
b = 10.6737-6,1718
= 4, 5019
B. Lampiran gambar
“KARBOHIDRAT”
DOSEN PENGAMPU :.
ASISTEN DOSEN :
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
BAB I
PENDAHULUAN
1 ml reagen seliwanof
Tabung reaksi
Dikocok
3 tetes sampel
Tabung reaksi
2 ml larutan
Tabung reaksi
2 ml larutan fehling B
Warna biru
1 ml sampel uji
Dipanaskan
4.1 Tabel
4.2 Pembahasan
Pada Praktikum Karbohidrat digunakan 8 sampel yaitu gula,
Kentang, tepung, tomat, Maltosa, Fruktosa, laktosa, dan gula merah masing-
masing memiliki sifat yang berbeda beda, ada yang berubah warna juga tidak
berubah warna.
Pada Praktikum kali ini uji yang digunakan yaitu dengan uji
seliwanof, Fehling's dan lodium. Sampel yang sudah dihaluskan akan
dicampurkan dengan aquades lalu akan dicampur dengan setiap uji yang ada
yaitu Pada uji larutan masing-masing tersebut. Pada Uji Fehling's memiliki
sedikit perbedaan, yang mana ada dua larutan yang harus dicampurkan pada
sampel yaitu larutan Fehling A dan B. Dan Pada uji idium adalah uji yang
tanpa harus melakukan pemanasan dapat langsung melihat apakah terjadi
perubahan warna atau tidak. Karbohidrat Merupakan sumber kalori utama
bagi manusia selain Protein dan lemak. Karbohidrat yang mempunyai rumus
empiris (CH20) ini juga mempunyai peranan penting dalam menentukan
karakteristik bahan makanan misalnya rasa, warna, tekstur, dan kain-lain.
Sedangkan dalam tubuh, Karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya
pemecahan pemecahan protein tubuh yang berlebih, kehilangan mineral dan
berguna untuk membantu metabolisme lemak dan Protein (sri, 2011).
Pada tabel, dapat kita lihat bahwa uji Fehling's memiliki hasil (t),
yang mana artinya setiap sampel yang digunakan pada Praktikum ini dengan
menggunakan uji Fehling's Semua sampel mengalami perubahan warna. Dan
pada uji lodium hanya ada satu sampel yang mengalami perubahan warna
yaitu pada sampel tepung. Dan kita lihat juga pada uji seliwanof perubahan
warna pada uji ini memiliki perbandingan 5:3, yang mana ada 5 sampel yang
mengalami perubahan warna dan 3 sampel yang tidak mengalami perubahan
warna.
BAB V
KESIMPULAN
Lampiran Gambar
GELATINISASI PATI
DOSEN PENGAMPU :.
ASISTEN DOSEN :
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia
yang berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat
sebagai gizi merupakan nama kelompok zat-zat organik yang mempunyai struktur
molekul yang berbeda, meski terdapat persamaan dari sudut kimia dan fungsinya.
Semua karbohidrat terdiri atas unsur Carbon (c), hidrogen (H), dan oksigen (0).
(Almatsier.S, 2004)
Gelatin merupakan granula pati yang dapat dibuat membengkak luar biasa,
tetapi bersifat tidak dapat kembali lagi pada kondisi semula, Pati yang mengalami
gelatinisasi terdiri dari granula-granula yang membengkak tersuspensi didalam air
panas dan molekul-molekul amilosa yang terdispersi dalam air (Winarno, 2004).
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa, dan terdiri atas
amilosa dan amilopektin. Pati dapat diperoleh dari biji-bijian, umbi-umbian,
sayuran maupun buah-buahan. Sumber alami pati antara lain adalah jagung, labu,
kentang, ubi jalar, pisang, beras, sagu, ubi kayu, dan sorgum. (Winarno, 2002).
Pemanfaatan mati asli masih sangat terbatas karena sifat fisik dan
kimianya kurang sesuai untuk digunakan secara luas. Oleh karena itu, pati akan
meningkatkan nilai ekonominya jika dimodifikasi sifat-sifatnya melalui perlakuan
fisik, kimia, atau kombinas keduanya. (Yong-cheng, S. and J.roger, 2003)
Modifikasi Pati bertujuan mengubah sifat kimia atau fisik pati secara
alami, yaitu dengan cara memotong struktur moleku, menyusun kembali struktur
molekul. Oksidasi atau substitusii gugus kimia pada molekul pati, salah satu jenis
pati termodifikasi yaitu pati tahan cerna. Secara sensori, proses gelatinisasi bisa
diamati karena akan menyebabkan meningkatnya viskositas pati terdispersi. Hal
ini terjadi karena absorbsi air oleh granula pati. Fenomena gelatinisasi pati diamati
dengan menggunakan perubahan pola difraksi sinar-x, menggunakan mikroskop
polarisasi cahaya dan dengan metode differential scanning calorimetry. Selama
proses gelatinisasi, Kristal pati akan mengalami pelelehan yang ditandai dengan
menurunnya intensitas difraksi sinar-x, hilangnya sifat birefringent melalui
pengukuran dengan mikroskop polarisasi cahaya dan menurunnya refleksi sinar
melalui pengukuran dengan differential scanning calorimetry (Syamsir, 2009).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Bahan
Dihaluskan
Disaring
Diedapkan
Diedapkan
Cairan Pati
Uji
Siapakan bahan untuk membuat Pati, lalu haluskan dan disaring
kemudian endapkan, lalu saring lagi dan siram dengan aquades kemudian
endapankan, campurkan cairan dengan pati lalu uji.
Panaskan
Amati visikasitas
Hasil
Siapkan Larutan Pati sebanyak 3% dan 7%, lalu panaskan suhu 90°
dan 60°, kemudian amati visikositas untuk mengetahui ada atau tidaknya
perubahan, dan yang terakhir catat hasil yang di peroleh.
3.3.3 PH Pati
Larutan pati 7%
Amati pH
HCl 1 M
NaOH 1 M
NaCl 1 M
Amati
4.1 Hasil
Pada praktikum ini hasil yang didapat dalam melakukan gelatinisasi pada
singkong dan kentang adalah, pertama pada bahan kentang. Sampel pati 3%
suhu 60°C visikositas nya cair dan bening dan bentuk gel nya berbentuk lunak.
Pada sampel pati 7% suhu 60°C visikositas nya cair dan keruh dan bentuk gel
nya berbentuk lunak. Pada 3% suhu 90°C visikositas nya kental dan bening dan
gel nya berbentuk lunak. Pada 7% suhu 90°C visikositas nya kental dan keruh
dan berbentuk gel yang lunak.
Pada sampel yang kedua yaitu singkong, sampel pati 3% suhu 60°C
memiliki visikositas kental dan keruh dan berbentuk gel yang lunak. Pada
sampel 7% suhu 60°C visikositasnya cair dan keruh dan gelnya berbentuk
lunak. Pada sampel pati 3% suhu 90°C visikoaitasnya bening dan sedikit kental
dam memiliki gel yang berbentuk lunak. Pada sampel pati 7% suhu 90°C
memiliki visikositas kental dan bening dan memiliki gel berbentuk lunak.
KESIMPULAN
1. HCl dapat membentuk gel pada pati namun tidak secepat NaOH, dikarena
HCl dapat mempercepat reaksi namun tidak ikut beraksi.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses gelatinisasi adalah ketersediaan
air, konsentrasi pati, lama pemasakan, suhu dan pH.
3. Gelatinisasi yaitu proses pemanasan pati dengan air yang memiliki tujuan
untuk membentuk gelatin (gel.).
4. Penambahan aquades pada pembentukan gelatin dipati tidak memberikan
perubahan yang segnifikan dan sangat lambat dalam pembentukan gel.
5. Penambahan NaOH pada pati dipraktikum ini membantu mempercepat
pembentukan gel.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Winarno, F. G (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Lampiran gambar
DOSEN PENGAMPU :.
ASISTEN DOSEN :
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
BAB I
PENDAHULUAN
Adanya glukosa, sukrosa, pati dan lain-lain dapat meningkatkan cita rasa
pada bahan makanan. Misalnya sukrosa menimbulkan rasa manis, pati
menimbulkan rasa khusus pada makanan karena tekstur yang dipunyainya
demikian juga bila gula dipanaskan atau bereaksi dengan asam amina akan
terbentuk warna coklat yang membuat bahan lebih menarik.
Oleh karena itu, karamelisasi penting dipelajari sebab menyangkut tentang
kualitas suatu bahan pangan. Pembahasan selanjutnya akan menjabarkan proses
terjadinya karamelisasi serta faktor apa yang memperngaruhinya. Karamelisasi
berbeda dengan reaksi maillard. Reaksi karamelisasi tidak membutuhkan
keberadaan gugus amin. Jenis gula yang dapat mengalami reaksi karamelisasi juga
tidak harus gula pereduksi.(Kusnandar. 2010)
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi maillard adalah reaksi antara gula pereduksi dengan asam amino
dengan adanya pemanasan. Reaksi maillard sangat penting dalam pembentukan
citarasa dan warna pada berbagai olahan pangan.
Reaksi yang terjadi bila gula mulai hancur atau terpecah-pecah tidak
diketahui pasti. Tetapi melalui tahap sebagai berikut. Mula-mula setiap molekul
sukrosa dipecah menjadi sebuah molekul glukosa dan sebuah Fruktosa (Fruktosa
yang kekurangan satu molekul air). Suhu yang tinggi mampu mengeluarkan
sebuah molekul air dari setiap molekul gula sehingga terjadi glukosan. Suatu
molekul yang analog dengan Fruktosa.
BAB III
METODE PRATIKUM
4.1 Hasil
Tabel Pengamatan Reaksi Karamelisasi
4.2 Pembahasan
Pada pratikum Karamelisasi dan Maillard digunakan 5 sampel yaitu gula
palm 50 gram, gula pasir 50 gram, sirup glukosa 100 ml, tepung terigu 100 gram,
dan tepung jagung (Maizena) 100 gram.
Selanjutnya padatabel 2 yairu reaksi maillard ada dua sampel yaitu tepung
terigu dan tepung jagung. Proses reaksi maillard ini hampir sama dengan proses
reaksi maillard ini hampir sama dengan proses reaksi karamelisasi namun pada
proses maillard ditambahkan air 50 ml dan proses karamelisasi tidak.
Hasil yang didapatkan pada proses reaksi Maillard ini yaitu, pada sampel
pertama, tepung terigu pada permukaan tepung terigu tersebut sedikit padat dan
mengeras dan pada irisan pancake terlihat sedikit berwarna kuning dan juga
mengeras. Pada sampel kedua yaitu tepung jagunf (Maizen) pada permukaannya
mengalami pengerasan (mengeras) dan irisan pancakenya keras dan berwarna
putih.
KESIMPULAN
Kusnandar, Feri 2010, Kimia Pangan Komponen makro dian rakyat, jakarta
Winarno. F.G.1984. Kimia pangan dan gizi PT.Gramedia pustaka utama, jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran gambar
Gambar 7.
Pengamatan tekstur
sampel tepung
maizena