ABSTRAK
Keberadaan industri gula di Indonesia memegang peranan penting bagi
masyarakat Indonesia dan sektor lainnya, karena gula merupakan salah satu kebutuhan
pokok manusia yang menjadi bahan penting dalam industri makanan dan minuman.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan gula adalah tebu (Sacharum
Officinarum). Tanaman tebu yang akan diproses adalah bagian batang yang
mengandung gula (Sukrosa). Nilai rendemen tebu merupakan factor penting dalam
pembuatan gula. Semakin besar rendemen maka akan semakin banyak gula yang
dihasilkan.Hasil yang diperoleh yaitu bahwa bahan pengotor merupakan bahan non-gula
yang tidak digunakan dalam proses penggilingan tebu. Yang termasuk bahan pengotor
antara lain adalah slamper dan pucuk. Apabila slamper masuk dalam penggilingan akan
mempengaruhi nilai rendemen karena slamper (daun kering) akan mengikat nira
sehingga akan banyak nira yang ikut terbuang bersama salmper,pucuk dan bahan
pengotor lain. Dan bahan pengotor bersabut yaitu pucuk, slamper dan bung/tunas akan
menurunkan rendemen tebu karena akan menaikkan kadar sabut dengan menurunkan
kadar nira tebu. Ini berarti, Sebagian gula yang seharusnya dapat diperoleh, hilang
dalam ampas.
PENDAHULUAN
Pengembangan sektor pertanian dianggap strategis di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena wilayah daratan yang sangat luas dan ditunjang oleh struktur
seluruh penduduk. Salah satu hasil dari sektor pertanian subsektor perkebunan
kebutuhan pokok manusia yang menjadi bahan penting dalam industri makanan
dan minuman. Industri gula tidak bisa dipisahkan dari sektor perkebunan tebu
karena bahan baku indutri gula adalah tebu, meskipun belakangan ini
dikembangkan pula industri gula dengan bahan baku gula mentah (raw sugar).
penurunan
nasional masih terus menurun. Hal ini diakibatkan mesin-mesin pabrik gula
sejalan dengan waktu semakin tua semakin turun kinerjanya. Sementara itu,
menurut Marimin (2009) sekitar 80% jumlah pabrik gula (dari 59 unit pabrik gula
aktif di seluruh jumlah pabrik gula yang ada telah berumur lebih dari 75 tahun
Kondisi ini
pabrik gula dan menerapkan kriteria MBS (Manis, Bersih, dan Segar).
yang tinggi. Menurut Siagian (2007), saat ini tingkat rendemen tebu nasional
berkisar 7-8%, sementara tingkat rendemen tertinggi yang pernah dicapai adalah
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan gula kristal adalah tebu
(Sacharum Officinarum) yang dapat tumbuh di daerah sawah dan tegal atau
daerah iklim tropis dan subtropics. Tanaman tebu yang akan diproses adalah
bagian batang yang mengandung gula (Sukrosa). Nilai rendemen tebu merupakan
factor penting dalam pembuatan gula. Semakin besar rendemen maka semakin
Faktor yang mempengaruhi nilai rendemen tebu salah satunya yaitu bahan
baku tebu yang akan diolah harus memenuhi syarat manis, bersih dan segar
(MBS). Nilai rendemen juga dipengaruhi oleh kualitas tebu, waktu potong yang
dilakukan, salah satunya melalui efisiensi pabrik gula. Hal ini dilakukan untuk
menentukan tebu yang baik, layak giling dan tidak mempengaruhi nilai rendemen.
Apabila tebu banyak bahan pengotor seperti slamper, pucuk, bung, akar dan tanah
nilai rendemen akan turun, hal ini dikarenakan bahan pengotor tersebut akan
mengikat nira sehingga nira yang dihasilkan akan menurun. Tebu yang akan
METODOLOGI
Sesuaikan dan Tambahkan :
- Tempat dan Waktu Penelitian
- Alat dan Bahan
- Teknik Pengumpulan Data
- Tahapan Penelitian
- Analisa Data
-
Unit Kerja Pabrik Gula Trangkil, Pati, Jawa Tengah menggunakan metode
terhadap nilai rendemen tebu serta berpartisipasi aktif pada semua kegiatan yang
dan topik yang berkaitan dengan pengaruh bahan pengotor terhadap nilai
umum perusahaan, sejarah berdirinya perusahaan dan data lainnya yang berkaitan
2. Studi Pustaka
Melakukan analisis lebih lanjut mengenai data yang diperoleh melalui kegiatan
penelitian ini dengan data yang sudah ada secara teori dari berbagai literatur atau
pustaka.
3. Dokumentasi
juga dapat diartikan sebagai kadar atau kandungan gula di dalam batang tebu yang
dinyatakan dalam satuan persen. Bila dikatakan rendemen 10% artinya ialah
bahwa dari 100 kg tebu yang digiling di pabrik gula akan diperoleh gula sebanyak
10 kg. Rendemen sangat dipengaruhi oleh kualitas nira. Kualitas nira dapat diukur
dari kadar brix, persen pol, dan nilai nira tebu. Menurut Supatma tahun 2008, brix
adalah satuan yang menyatakan persen zat padat kering terlarut dalam larutan
(gram/100 gram larutan) yang dihitung sebagai gula sedangkan Pol adalah jumlah
sukrosa yang terlarut (gram) yang terlarut dalam 100 gram larutan. Semakin tinggi
nilai brix dan persen pol dari nira tebu maka menunjukkan tingginya kadar gula
dari nira tebu. Oleh karena itu, analisis brix dan pol menjadi dasar perhitungan
jumlah gula yang dihasilkan (rendemen) sebuah pabrik gula (P3GI, 1989).Kotoran
pada Hari Giling 11 Juli – 30 Juli 2022 diperoleh grafik pada masing-masing
Slamper
45
40
35
Total Kotoran (Kg)
30
25
20
15
10
5
0
11 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli
Hari Giling Juli 2022
Berdasarkan data hasil kotoran berupa slamper dari Hari Giling Juli 2022
total kotoran tertinggi yaitu pada tanggal 20 Juli 2022. Banyaknya kotoran
pada hari giling tersebut disebabkan oleh tidak terpenuhinya standar kebersihan
saat proses penebangan tidak lebih besar dari 5%. Tingginya jumlah kotoran
mengikat nira,yang mana nira tersebut nantinya akan ikut terbuang bersama
slamper.
Slamper atau daun kering tidak mengandung nira sehingga bila terikut dalam
jumlah yang banyak akan menyumbangkan sabut sehingga jumlah sabut atau
ampas per satuan tebu meningkat. Peningkatan kadar sabut akan mengurangi
ekstraksi nira dan mengurangi kapasitas stasiun gilingan, berarti juga mengurangi
20
Total kotoran (Kg)
15
10
0
11 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli
Hari Giling Juli 2022
Berdasarkan hasil data kotoran pucuk selama Hari Giling Juli 2022 paling
tertinggi yaitu pada tanggal 20 juli 2022. Pucuk tebu merupakan 1/3 bagian dari
tebu bagian atas. Tingginya total kotoran pucuk ini mempengaruhi nilai rendemen
bukan-gula, jika terikut dalam tebu giling akan berdampak mengurangi perolehan
gula karna penambahan bukan-gula akan menyebabkan gula terbawa dalam tetes
tebu.
penting terhadap nilai rendemen. Semakin besar persentase trash yang terdapat
pada tebu yang akan digiling maka rendemen yang dihasilkan akan menurun.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di PT. Kebon Agung Unit PG Trangkil, Pati,
proses penggilingan tebu. Yang termasuk bahan pengotor antara lain adalah
nira sehingga akan banyak nira yang ikut terbuang bersama salmper,pucuk dan
menurunkan kadar nira tebu. Ini berarti, Sebagian gula yang sehrusnya dapat
DAFTAR PUSTAKA
Haryanti, V. (2008). Analisa Sistem Pemanenan Tebu (Saccharum Officinarum