Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH BAHAN PENGOTOR (SLAMPER DAN PUCUK)

TERHADAP NILAI RENDEMEN TEBU DI PT KEBON AGUNG PG


TRANGKIL

Inas Aulia Fadhna, Nim D.111.19.0042


Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Semarang

ABSTRAK
Keberadaan industri gula di Indonesia memegang peranan penting bagi
masyarakat Indonesia dan sektor lainnya, karena gula merupakan salah satu kebutuhan
pokok manusia yang menjadi bahan penting dalam industri makanan dan minuman.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan gula adalah tebu (Sacharum
Officinarum). Tanaman tebu yang akan diproses adalah bagian batang yang
mengandung gula (Sukrosa). Nilai rendemen tebu merupakan factor penting dalam
pembuatan gula. Semakin besar rendemen maka akan semakin banyak gula yang
dihasilkan.Hasil yang diperoleh yaitu bahwa bahan pengotor merupakan bahan non-gula
yang tidak digunakan dalam proses penggilingan tebu. Yang termasuk bahan pengotor
antara lain adalah slamper dan pucuk. Apabila slamper masuk dalam penggilingan akan
mempengaruhi nilai rendemen karena slamper (daun kering) akan mengikat nira
sehingga akan banyak nira yang ikut terbuang bersama salmper,pucuk dan bahan
pengotor lain. Dan bahan pengotor bersabut yaitu pucuk, slamper dan bung/tunas akan
menurunkan rendemen tebu karena akan menaikkan kadar sabut dengan menurunkan
kadar nira tebu. Ini berarti, Sebagian gula yang seharusnya dapat diperoleh, hilang
dalam ampas.

PENDAHULUAN
Pengembangan sektor pertanian dianggap strategis di Indonesia. Hal ini

disebabkan karena wilayah daratan yang sangat luas dan ditunjang oleh struktur

geografis yang beriklim tropis sangat cocok untuk pembudidayaan berbagai

komoditi pertanian. Di samping itu, struktur penduduk yang bekerja dan

menggantungkan hidupnya di sektor pertanian masih besar yakni 46% dari

seluruh penduduk. Salah satu hasil dari sektor pertanian subsektor perkebunan

adalah gula. Keberadaan industri gula di Indonesia memegang peranan penting


bagi masyarakat Indonesia dan sektor lainnya, karena gula merupakan salah satu

kebutuhan pokok manusia yang menjadi bahan penting dalam industri makanan

dan minuman. Industri gula tidak bisa dipisahkan dari sektor perkebunan tebu

karena bahan baku indutri gula adalah tebu, meskipun belakangan ini

dikembangkan pula industri gula dengan bahan baku gula mentah (raw sugar).

Penurunan produktivitas gula nasional amengindikasikan adanya

penurunan

pada perkembangan industri gula nasional. Meskipun pemerintah telah

menerapkan berbagai kebijakan, namun perkembangan industri pergulaan

nasional masih terus menurun. Hal ini diakibatkan mesin-mesin pabrik gula

sejalan dengan waktu semakin tua semakin turun kinerjanya. Sementara itu,

menurut Marimin (2009) sekitar 80% jumlah pabrik gula (dari 59 unit pabrik gula

aktif di seluruh jumlah pabrik gula yang ada telah berumur lebih dari 75 tahun

(umumnya bersklala kecil) serta kurang mendapatkan perawatan secara memadai.

Kondisi ini

menyebabkan tingkat efisiensi yang rendah.

Beberapa langkah antisipasi yang harus dilakukan untuk menekan

penurunan produksi gula diantaranya dengan meningkatkan kinerja dan efisiensi

masing-masing stasiun dalam pabrik, memberlakukan penetapan rendemen pada

masing-masing pabrik, meningkatkan sinergitas sinkronisasi antar bagian dalam

pabrik gula dan menerapkan kriteria MBS (Manis, Bersih, dan Segar).

Peningkatan produksi gula melalui perbaikan mesin-mesin, peralatan produksi

dan peningkatan sumberdaya manusia dilakukan secara substansial. Upaya-upaya


tersebut diarahkan untuk menghasilkan tebu dengan kualitas/tingkat rendemen

yang tinggi. Menurut Siagian (2007), saat ini tingkat rendemen tebu nasional

berkisar 7-8%, sementara tingkat rendemen tertinggi yang pernah dicapai adalah

12% pada zaman penjajahan Belanda.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan gula kristal adalah tebu

(Sacharum Officinarum) yang dapat tumbuh di daerah sawah dan tegal atau

daerah iklim tropis dan subtropics. Tanaman tebu yang akan diproses adalah

bagian batang yang mengandung gula (Sukrosa). Nilai rendemen tebu merupakan

factor penting dalam pembuatan gula. Semakin besar rendemen maka semakin

banyak gula yang dihasilkan.

Faktor yang mempengaruhi nilai rendemen tebu salah satunya yaitu bahan

baku tebu yang akan diolah harus memenuhi syarat manis, bersih dan segar

(MBS). Nilai rendemen juga dipengaruhi oleh kualitas tebu, waktu potong yang

diperlukan dan kualitas mesin pabrik. Peningkatan nilai rendemen dapat

dilakukan, salah satunya melalui efisiensi pabrik gula. Hal ini dilakukan untuk

memperoleh data kemudian diolah menjadi informasi sebagai acuan untuk

menentukan tebu yang baik, layak giling dan tidak mempengaruhi nilai rendemen.

Apabila tebu banyak bahan pengotor seperti slamper, pucuk, bung, akar dan tanah

nilai rendemen akan turun, hal ini dikarenakan bahan pengotor tersebut akan

mengikat nira sehingga nira yang dihasilkan akan menurun. Tebu yang akan

digiling minimal kurang dari 2 x 24 jam, apabila melebihi waktu tersebut

kandungan nira akan berkurang dan rendemen juga akan berkurang.


Tambahkan deskripsi singkat PT Kebon Agung PG Trangkil dalam

pembuatan gula pasir serta tujuan penelitian

METODOLOGI
Sesuaikan dan Tambahkan :
- Tempat dan Waktu Penelitian
- Alat dan Bahan
- Teknik Pengumpulan Data
- Tahapan Penelitian
- Analisa Data
-

Pelaksanaan kegiatan penelitian yang dilaksanakan di PT. Kebon Agung

Unit Kerja Pabrik Gula Trangkil, Pati, Jawa Tengah menggunakan metode

pengumpulan data secara langsung dan tidak langsung.

Pengumpulan data secara langsung dilakukan dengan cara:

1. Observasi dan Partisipasi Aktif

Observasi dan partisipasi aktif adalah melakukan pengamatan secara

langsung berkaitan dengan pengaruh bahan pengotor (slamper dan pucuk)

terhadap nilai rendemen tebu serta berpartisipasi aktif pada semua kegiatan yang

dilakukan selama proses produksi.

2. Interview atau Wawancara

Wawancara dilaksanakan untuk mendapatkan informasi tentang perusahaan

dan topik yang berkaitan dengan pengaruh bahan pengotor terhadap nilai

rendemen dengan cara menanyakan langsung kepada pihak-pihak dari industri,

penanggungjawab harian PT Kebon Agung Unit Kerja PG Trangkil.

Pengumpulan data secara tidak langsung dilakukan dengan cara:


1. Pencatatan

Mencatat data sekunder dari sumber-sumber yang dapat

dipertanggungjawabkan. Jenis data sekunder antara lain data mengenai kondisi

umum perusahaan, sejarah berdirinya perusahaan dan data lainnya yang berkaitan

dengan tujuan praktik magang.

2. Studi Pustaka

Melakukan analisis lebih lanjut mengenai data yang diperoleh melalui kegiatan

penelitian ini dengan data yang sudah ada secara teori dari berbagai literatur atau

pustaka.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah kegiatan pendokumentasian untuk melengkapi data

berupa foto-foto dan video selama melaksanakan kegiatan dalam pelaksanaan

penelitian sebagai bukti fisik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rendemen merupakan presentase gula yang dapat dikristalkan. Rendemen

juga dapat diartikan sebagai kadar atau kandungan gula di dalam batang tebu yang

dinyatakan dalam satuan persen. Bila dikatakan rendemen 10% artinya ialah

bahwa dari 100 kg tebu yang digiling di pabrik gula akan diperoleh gula sebanyak
10 kg. Rendemen sangat dipengaruhi oleh kualitas nira. Kualitas nira dapat diukur

dari kadar brix, persen pol, dan nilai nira tebu. Menurut Supatma tahun 2008, brix

adalah satuan yang menyatakan persen zat padat kering terlarut dalam larutan

(gram/100 gram larutan) yang dihitung sebagai gula sedangkan Pol adalah jumlah

sukrosa yang terlarut (gram) yang terlarut dalam 100 gram larutan. Semakin tinggi

nilai brix dan persen pol dari nira tebu maka menunjukkan tingginya kadar gula

dari nira tebu. Oleh karena itu, analisis brix dan pol menjadi dasar perhitungan

jumlah gula yang dihasilkan (rendemen) sebuah pabrik gula (P3GI, 1989).Kotoran

tebu terdiri dari antara lain slamper,pucuk, akar dan tanah.

Hari Giling Kotoran (Kg)


Pucuk Slamper
11 juli 11,2 11,1
12 juli 16,2 13,8
13 juli 15,9 12,9
14 juli 15,7 16,9
15 juli 17.0 12,8
17 juli 15,2 14,1
18 juli 15,4 13,0
19 juli 19,8 14,9
20 juli 20,0 41,0
21 juli 18,0 14,2
22 juli 17,9 13,2
23 juli 5,1 4,7
24 juli 12,1 10,2
25 juli 15,9 13,0
26 juli 10,0 12,3
27 juli 17,5 12,9
28 juli 16,5 12,3
29 juli 15,9 23,8
30 juli 12,7 9,9
Table 1 Jumlah Bahan Pengotor Slamper dan Pucuk
Berdasarkan data hasil analisa bahan pengotor yang dilakukan PG Trangkil

pada Hari Giling 11 Juli – 30 Juli 2022 diperoleh grafik pada masing-masing

pengotor sebagai berikut :

Slamper
45
40
35
Total Kotoran (Kg)

30
25
20
15
10
5
0
11 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli
Hari Giling Juli 2022

Gambar 1 Bahan Pengotor Slamper

Berdasarkan data hasil kotoran berupa slamper dari Hari Giling Juli 2022

total kotoran tertinggi yaitu pada tanggal 20 Juli 2022. Banyaknya kotoran

pada hari giling tersebut disebabkan oleh tidak terpenuhinya standar kebersihan

saat proses penebangan tidak lebih besar dari 5%. Tingginya jumlah kotoran

slamper dapat mempengaruhi nilai rendemen dikarenakan slamper dapat

mengikat nira,yang mana nira tersebut nantinya akan ikut terbuang bersama

slamper.

Slamper atau daun kering tidak mengandung nira sehingga bila terikut dalam

jumlah yang banyak akan menyumbangkan sabut sehingga jumlah sabut atau

ampas per satuan tebu meningkat. Peningkatan kadar sabut akan mengurangi

ekstraksi nira dan mengurangi kapasitas stasiun gilingan, berarti juga mengurangi

gula yang diperoleh atau menurunkan rendemen.


25
PUCUK

20
Total kotoran (Kg)

15

10

0
11 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli
Hari Giling Juli 2022

Gambar 2 Bahan Pengotor Pucuk

Berdasarkan hasil data kotoran pucuk selama Hari Giling Juli 2022 paling

tertinggi yaitu pada tanggal 20 juli 2022. Pucuk tebu merupakan 1/3 bagian dari

tebu bagian atas. Tingginya total kotoran pucuk ini mempengaruhi nilai rendemen

dikarenakan pucuk hanya mengandung sedikit gula tetapi banyak mengandung

bukan-gula, jika terikut dalam tebu giling akan berdampak mengurangi perolehan

gula karna penambahan bukan-gula akan menyebabkan gula terbawa dalam tetes

tebu.

Menurut Haryanti (2008), kebersihan tebu hasil pemanenan sangat berperan

penting terhadap nilai rendemen. Semakin besar persentase trash yang terdapat

pada tebu yang akan digiling maka rendemen yang dihasilkan akan menurun.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di PT. Kebon Agung Unit PG Trangkil, Pati,

Jawa Tengah. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa:


1. Bahan pengotor merupakan bahan non-gula yang tidak digunakan dalam

proses penggilingan tebu. Yang termasuk bahan pengotor antara lain adalah

slamper dan pucuk. Apabila slamper masuk dalam penggilingan akan

mempengaruhi nilai rendemen karena slamper (daun kering) akan mengikat

nira sehingga akan banyak nira yang ikut terbuang bersama salmper,pucuk dan

bahan pengotor lain.

2. Bahan pengotor bersabut yaitu pucuk, slamper dan bung/tunas akan

menurunkan rendemen tebu karena akan menaikkan kadar sabut dengan

menurunkan kadar nira tebu. Ini berarti, Sebagian gula yang sehrusnya dapat

diperoleh, hilang dalam ampas.

DAFTAR PUSTAKA
Haryanti, V. (2008). Analisa Sistem Pemanenan Tebu (Saccharum Officinarum

L.) yang Optimal di PG Jati Tujuh, Majalengka, Jawa Barat. Skripsi.

Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Siagian, V. (2007). Harga Gula Kapan Turun? www.sinarharapan.co.id Diakses

pada 2 Agustus 2022.


Marimin, A. I. (2009). Keragaan Kinerja dan Sistem Penunjang Keputusan

Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal di PT. Rajawali II Unit

Pabrik Gula Jati Tujuh-Majalengka. Bogor: Departemen Teknologi

Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai