PANGAN
Kelompok 9B
Yasmine Almira F 240210170075
Adinda Selica V 240210170086
Christian Joddi 240210170110
Marco Yosia M 240210170116
Penulis
I. PENDAHULUAN
Gula semut atau palm sugar merupakan gula merah versi serbuk/kristal yang
dihasilkan oleh pepohonan keluarga palma (Arecaceae) (Balai Informasi
Pertanian,2000). Gula semut adalah sebagian produk turunan yang dihasilkan dari
pohon aren dan kelapa. Penamaan gula semut karena bentuknya yang menyerupai
sarang semut di tanah. Gula semut memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan
dengan gula merah versi cetakan. Menurut Mustaufik dan Karseno (2004) di dalam
Pargita (2010) beberapa keunggulan gula semut adalah aroma yang khas, umur
penyimpanan yang panjang dengan kadar air 2-3%, mudah larut dalam air dingin atau
panas, pengemasan yang praktis dalam kantong dan mudah dikombinasikan dengan
bahan lain pada industri pengolahan makanan dan minuman.
Dalam proses dan persyaratan pembuatan gula semut, kandungan sukrosa pada
bahan baku sangat menentukan keberhasilan proses kristalisasi. Menurut SNI (SII
0268-85), gula semut dengan mutu baik mengandung minimal gula total 80% dan
maksimal gula reduksi 6%. Pada gula merah kelapa bermutu rendah, jumlah sukrosa
yang terkandung cukup rendah, sedangkan kadar gula reduksi tinggi.
Kristalisasi merupakan proses pemisahan bahan padat dari suatu larutannya, di
mana larutan dikondisikan dalam kondisi lewat jenuh (supersaturated) akan terjadi
nukleasi (pembentukan kristal) dari solut. Kondisi tersebut dapat diperoleh dengan
mengurangi temperatur atau meningkatkan konsentrasi solut sehingga kondisi lewat
jenuh (supersaturated) tercapai. Kesetimbangan antara kristal yang terbentuk dengan
residu (mother liquor) ditentukan oleh konsentrasi dan temperatur (Earle, 1983).
Pada praktikum kali ini dilakukan kristalisasi gula atau pembuatan gula semut
menggunakan gula aren sebanyak 500 gram yang dilarutkan dalam air sebanyak
100mL dan dipanaskan. Ketika gula aren dan air dipanaskan ditambahkan gula pasir
sebanyak 150 gram atau 30% dari berat gula aren. Gula pasir ditambahkan karena
dalam proses pengolahan panas memungkinkan terjadi hidrolisis sukrosa menjadi
gula pereduksi, sehingga akan sulit terkristalisasi. Dengan demikian harus
diintroduksikan gula pasir untuk menginduksi terjadinya kristalisasi dengan mudah.
Proses pemasakan hingga larutan gula mengental buih naik dan mencapai titik end
point, yakni jika larutan gula diteteskan pada air dingin akan menggumpal. Jika end
point tercapai maka larutan didinginkan dan dikristalisasi dengan pengadukan lebih
intensif untuk mempercepat penguapan dan kristalisasi. Dilakukan penambahan gula
pasir sebanyak 30% dari gula aren karena akan diperoleh rendemen tertinggi.
Semakin banyak bibit kristal yang ditambahkan maka rendemen gula kristal akan
semakin meningkat (Rumayar et al., 2011). Hal ini disebabkan penambahan gula
pasir yang semakin banyak akan memperlancar terbentuknya inti kristal yang akan
mempermudah proses kristalisasi, sehingga akan diperoleh rendemen gula aren gra-
nular yang tinggi. Berikut hasil percobaan pembuatan gula semut dari gula aren:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Gula Semut dari Gula Aren
Parameter Bahan Warna Tekstur Berat Gambar
dan
Volume
Gula Putih Halus 15 gram
pasir gading berpasir
Air bening 10 ml
SEBELUM
-
Gula Coklat Serbuk 64 gram
semut muda halus
bubuk
64
: x 100%
75
: 85,33%
Seharusnya rendemen yang dihasilkan lebih banyak. Hal ini dapat terjadi karena
banyak gula yang menempel pada panci saat pengadukan sehingga rendemen
berkurang.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada project kali ini adalah :
Pernambahan gula pasir digunakan untuk mempermudah terjadinya
kristalisasi
Pengadukan sangat mempengaruhi terjadinya proses kristalisasi
Pengecilan gula kristal menjadi gula semut menggunakan alat grinder
bertujuan untuk merubah tekstur, mempermudah proses pencampuran,
meningkatkan nilai jual, dan warna yang sesuai dengan keinginan konsumen
6.2 Saran
Sebaiknya pengadukan saat peleburan gula pada proses pemasakan dilakukan
secara terus – menerus agar kristalisasi gula yang terbentuk hasilnya lebih merata dan
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Brennan, J.G., J.R. Butlers, N.D. Cowell, dan A.E.V. Lilly. 1974. Food
Engineering Operations. Essex : Applied Science Publisher.
Davies, C.G.A. and T.P. Labuza. 2003. The Maillard reaction application to
confectionary products. Departement of Food Science and Nutrition, University
of Minesota
Earle, R.L.1983. Unit Operation in Food Processing. 2nd edition. Pergamon Press,
Oxford
Fennema, O.R. 1985. Food chemistry. Second Edition, Marcel Dekker Inc. New York
and Basel.
Pragita, T.E. 2010. Evaluasi Keragaman dan Penyimpangan Mutu Gula Kelapa
Kristal (Gula Semut) di Kawasan Home Industri Gula Kelapa Kabupaten
Banyumas. [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.
Purwokerto.
Putra, I N.K. 1990. Kajian Reaksi Pencoklatan Thermal pada Proses Pembuatan
Gula Merah dari Nira Aren. Tesis. Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor
Rumayar, H., J. Pontoh dan L. Kowel. 2011. Kristalisasi sukrosa pada pembuatan
gula kristal dari nira aren. Buletin Palma 12 (2): 100-114. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Bogor.
SNI 01-3743-1995. Uji Standar Gula Merah Yang Sehat Untuk Dikonsumsi.
Van Boeckel, M.A.J.S. 1998. Effect of heating on Maillard reactions in milk. Food
Chem. 62: 403–410
.