Anda di halaman 1dari 25

lOMoARcPSD|172 950 10

lOMoARcPSD|172 950 10

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA


“PROSES PEMBUATAN GULA PASIR”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK V
KELAS XI KIMIA INDUSTRI 1

1. ADITRA PUTRA SEPTIANA


2. ALIF DENTA MAYLANDRI .F
3. O
4. O
5. O
6. O

JURUSAN KIMIA INDUSTRI

SMKN 2 BALEENDAH
2022/2023
lOMoARcPSD|172 950 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca semuanya. Harapan kami
semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita pada umumnyadan bagi kami khususnya.

Baleendah, 19 September 2023


Kelompok 5

2
lOMoARcPSD|172 950 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 5

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 6

1.3 Tujuan ............................................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Bahan Baku ....................................................................................... 6

2.2 Tahapan Proses .................................................................................. 8

2.3 Rangkaian Peralatan ........................................................................ 15

2.4 Manfaat Gula Pasir Bagi Tubuh …………………………………….

BAB III PERMASALAHAN

3.1 Permasalahn Produksi Gula ............................................................. 18

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Produksi Gula .............................................................. 24

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 29

4.2 Saran ............................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA
lOMoARcPSD|172 950 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gula adalah salah satu karbohidrat sederhana karena dapat larut dalam air dan
langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energi (Darwin, 2013). karbohidrat sederhana
ini umumnya dihasilkan dari tebu. Namun ada juga bahan dasar pembuatan gula yang lain,
seperti air bunga kelapa, aren, palem, kelapa atau lontar. Gula merupakan komoditas utama
perdagangan di Indonesia. Gula merupakan salah satu pemanis yang umum dikonsumsi
masyarakat. Gula biasanya digunakan sebagai pemanis dalam makanan maupun minuman.
Dalam bidang makanan, selain sebagai pemanis, gula juga digunakan sebagai stabilizer dan
pengawet.

Gula mengandung sukrosa yang merupakan anggota dari disakarida. Sukrosa ini
biasa diperoleh dari nitra, tebu, bit gula atau aren. Sumber gula lainnya yang minor juga
terdapat pada kelapa. Sumber-sumber pemanis lainnya yaitu umbi dahlia, anggur dan bulir
jagung.

Produksi gula menggunakan mesin lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan
pembuatan gula secara tradisional. Pabrik-pabrik gula tradisional biasanya hanya
menghasilkan gula dalam skala kecil. Hasil dari pembuatan gula tradisional kualitasnya lebih
rendah, karena gula yang dihasilkan berwarna kecoklatan atau kuning. Hal ini menjadikan
masyarakat enggan membeli dan distribusi gula jenis ini hanya terbatas pada masyarakat
sekitar pabrik. Sementara itu, pabrik modern menghasilkan dalam skala besar dengan gula
berwarna putih dan mutunya baik.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Bagaimana proses pembuatan gula pada industri gula?
2. Apa saja alat atau mesin yang digunakan dalam pembuatan gula?
3. Bagaimana cara kerja alat-alat dalam setiap tahapan proses pembuatan gula?
4. Manfaat gula pasir bagi tubuh manusia?
lOMoARcPSD|172 950 10

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan pada makalah ini yaitu:
1. Mengetahui proses yang berlangsung dalam pembuatan gula di industri gula.
2. Mengetahui alat apa saja yang digunakan dalam pembuatan gula.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja alat-alat dalam setiap prosespembuatan gula.

4. Mengetahui manfaat gula bagi tubuh


lOMoARcPSD|172 950 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Baku


Gula merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Rata – rata manusia
di Indonesia mengkonsumsi gula sebanyak 12 – 15 kg per tahun. Dengan semakin
bertambahnya jumlah penduduk, tentu kebutuhan akan gula akan semakin meningkat pula.
Di Indonesia gula kristal yang konsumsi sehari – hari didominasi oleh gula tebu. Gula
kristal ini dibuat dan diproses dari tanaman tebu. Bagi penduduk di daerah pedesaan Jawa
tentu sudah sangat kenal dengan Tebu ini. Tanaman ini merupakan jenis tanaman semusim
yang dipanen atau ditebang satu tahun sekali.
Bahan baku yang bisa digunakan dalam pembuatan gula pasir yaitu tebu. Tebu adalah
tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya tumbuh di
daerah beriklim tropis. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencakup kurang
lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan dipulau jawa dan sumatera. Untuk
pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin pemeras di pabrik
gula. Sesudah itu, air tebu di saring, dimasak dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir.
Dari proses pembuatan tebutersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90 % dan sisanya
berupa tetes (molasse) dan air.
Nama tebu hanya terkenal di Indonesia. dilingkungan internasional tanaman ini lebih
dikenal dengan nama ilmiahnya Saccharum officinarum L. Jenis ini termasuk dalam famili
Gramineae atau kelompok rumput-rumputan. Secara morfologi tanaman tebu dapat dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu batang, daun, akar, dan bunga. Masing-masing bagian
memiliki ciri-ciri tertentu.

Ciri-ciri Batang tebu yaitu:


1. Tumbuh tegak, sosoknnya tinggi kurus dan tidak bercabang.
2. Tinggi mencapai 3,5 meter.
3. Memiliki ruas dengan panjang ruas 10,30 cm.
4. Kulit batang keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua atau
kombinasinya.
lOMoARcPSD|172 950 10

Varietas tebu yang baik untuk bahan baku gula. Varietas tebu sangat banyak
jumlahnya, tetapi tidak semua unggul. Tahapan Proses

Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan gula adalah tanaman tebu.
Pemanenan dilakukan setelah tebu cukup masak. Mengandung kadar sukrosa lebih banyak
daripada monosakarida. Untuk mengetahui factor pemasakan, koefisien daya tahan, dan
lainnya maka dilakukan analisa terlebih dahulu sebelum penggilingan, sekitar 1,5 bulan.
Setelah tebu dipanen dan diangkat ke pabrik selanjutnya dilakukan pengolahan gula putih.
Pengolahan tebu menjadi gula putih dilakukan di pabrikdengan menggunakan peralatan yang
sebagian besar bekerja secara otomatis.

Tahap-tahap dalam proses pengolahan gula putih, antara lain:


5. Pemanenan
Pemanenan dilakukan baik secara manual dengan tangan ataupun dengan mesin.
Pemotongan tebu secara manual merupakan pekerjaan kasar yang berat, tapi dapat mem
pekerjakan banyak orang di area di mana banyak terjadi pengangguran. Tebu dipotong di
bagian atas permukaan tanah, dedauan hijau di bagian atas dihilangkan dan batang-batang
tersebut diikat menjadi satu. Potongan-potongan batang tebu yang telah diikat tersebut
kemudian dibawa dari areal perkebunan dengan menggunakan pengangkut-pengangkut
kecil dan kemudian dapat diangkut lebih lanjut dengan kendaraan yang lebih besar
ataupun lori tebu menuju ke penggilingan.

Pemotongan dengan mesin umumnya mampu memotong tebu menjadi potongan-


potongan pendek. Mesin hanya dapat digunakan ketika kondisi lahan yang relatif datar.
Sebagai tambahan, solusi ini tidak tepat untuk kebanyakan pabrik gula karena modal
yang dikeluarkan untukpengadaan mesin dan hilangnya banyak tenaga kerja kerja.

6. Ekstraksi Nira

Ekstraksi adalah proses pemerahan atau pemisahan cairan sari tebu (nira) dari
batangnya. Di kebanyakan pabrik, tebu dihancurkan dalam sebuah serial penggiling putar
yang berukuran besar. Cairan sari tebu manis dikeluarkan dan serat tebu dipisahkan,
lOMoARcPSD|172 950 10

untuk selanjutnya digunakan di mesin pemanas (boiler). Di lain pabrik, sebuah diffuser
digunakan seperti yang digambarkan pada pengolahan gula bit. Jus yang dihasilkan masih
berupa cairan yang kotor, seperti sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil
dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.
Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 15% gula dan serat residu, dinamakan
bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula, sekitar 50% air serta pasir dan batu-batu
kecil dari lahan yang terhitung sebagai abu. Sebuah tebu bias mengandung 12 hingga
14% serat dimana untuk setiap 50% air mengandung sekitar 25 hingga 30 ton bagasse
untuk tiap 100 ton tebu atau 10 ton gula.

7. Pengendapan kotoran dengan kapur (Liming)


Pabrik dapat membersihkan jus dengan mudah dengan menggunakan semacam
kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran untuk
kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming. Jus
hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses
penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus
dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian
dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi, yaitu sebuah tangki penjernih
(clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan
dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih.
Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga
biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu
diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya
berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses.

8. Evaporasi (Penguapan Nira)


Setelah mengalami proses liming, Nira jernih masih banyak mengandung uap air.
Untuk menghilangkan kadar air dilakukan penguapan. jus dikentalkan menjadi sirup
dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas dalam suatu proses yang
dinamakan evaporasi. Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung
menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi.
Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor)
gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan
gula hingga 80%. Evaporasi dalam evaporator majemuk (multiple effect evaporator)
yang dipanaskan dengan steam agar bisa mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan
(saturasi). Kemudian nira kental berwarna gelap dengan kepekatan 60 brik yang
dihasilkan diberi gas SO2 sebagai belancing dan siap dikristalkan. Sedangkan uap yang
lOMoARcPSD|172 950 10

dihasilkan dibuang ke kondensor sentral dengan perantara pompa vakum.

9. Kristalisasi
Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan vakum,
yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus sampai
mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul kristal gula.. Pembentukan kristal diawali
dengan mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal
campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat
sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci
dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan
dengan udara panas sebelum disimpan.
Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah gula
sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Disebabkan materi-materi non gula
yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi karena
keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan
sukrosa. Oleh karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin sulit, sampai
kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasitidak mungkin lagi dilanjutkan.
Dalam sebuah pabrik pengolahan gula kasar (raw sugar) umumnya dilakukan tiga
proses pendidihan. Sistem yang dipakai yaitu ABC, dimana gula A dan B sebagai
produk,dan gula C dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak
kembali. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan dibawah atmosfir dengan vakum
sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya 650c. Jadi kadar gula (sakarosa) tidak rusak
akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan
larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih dulu didinginkan pada palung
pendinginan (kultrog).

Pendidihan A akan menghasilkan gula terbaik yang siap disimpan. Pendidihan B,


membutuhkan waktu yang lebih lama dan waktu tinggal di dalam panci pengkristal juga
lebih lama hingga ukuran kristal yang dinginkan terbentuk. Beberapa pabrik melakukan
pencairan ulang untuk gula B yang selanjutnya digunakan sebagai umpan untuk
pendidihan A, pabrik yang lain menggunakan kristal sebagai umpan untuk pendidihan A
dan pabrik yang lainnya menggunakan cara mencampur gula A dan B untuk dijual.
Pendidihan C membutuhkan waktu secara proporsional lebih lama daripada pendidihan B
dan juga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terbentuk kristal. Gula yang
dihasilkan biasanya digunakan sebagai umpan untuk pendidhan B dan sisanya dicairkan
lagi. Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya, maka
terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis yaitu molasse. Produk ini biasanya
diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat
lOMoARcPSD|172 950 10

alkohol. Inilah yang menyebabkan lokasi pabrik rum di Karibia selalu dekat dengan
pabrik gula tebu.

10. Penyimpanan
Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama
penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di
dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena
kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya tidak
diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut ketika
sampai di negara pengguna.

11. Afinasi
Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan pembersihan
lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses yang dinamakan
dengan afinasi. Gula kasar dicampur dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan
kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan
melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan (coklat). Campuran hasil (magma)
disentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup sehingga pengotor dapat dipisahkan
dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan sebelum perlakuan berikutnya
(karbonatasi). Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung
berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula
lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses.

12. Karbonatasi
Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk
membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada
tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik
pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan
menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan
mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Gas
karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus
berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk
dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan
pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Gumpalan- gumpalan yang
terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi- materi non gula,
sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat
juga ikut dikeluarkan.
lOMoARcPSD|172 950 10

Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses selanjutnya berupa
penghilangan warna. Selain karbonatasi, teknik yang lain berupa fosfatasi. Secara
kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi adalah pembentukan
fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang sedikit lebih kompleks, dan
dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti yang
sudah dijelaskan di atas.

13. Penghilangan warna

Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya
mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolom- kolom
medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular (granular
activated carbon, GAC) yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat warna. GAC
merupakan cara modern setingkat bone char, sebuah granula karbon yang terbuat dari
tulang-tulang hewan. Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon mineral yang
diolah secara khusus untuk menghasilkan granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi
juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas dimana warna akan terbakar
keluar dari karbon. Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion yang
menghilangkan lebih sedikit warna daripada GAC tetapi juga menghilangkan beberapa
garam yang ada. Resin dibuat secara kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang
tidak diharapkan. Cairan jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk
dikristalisasi kecuali jika jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi
optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di
panci kristalisasi.

14. Pendidihan
Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk
tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk
mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari
kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk
memisahkan keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian
dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan
udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusi.

15. Pengolahan sisa (Recovery)


Cairan sisa baik dari tahap penyiapan gula putih maupun dari pembersihan pada
tahap afinasi masih mengandung sejumlah gula yang dapat diolah ulang. Cairan-cairan ini
diolah di ruang pengolahan ulang (recovery) yang beroperasi seperti
lOMoARcPSD|172 950 10

pengolahan gula kasar, bertujuan untuk membuat gula dengan mutu yang setara
dengan gula kasar hasil pembersihan setelah afinasi. Seperti pada pengolahan gula
lainnya, gula yang ada tidak dapat seluruhnya diekstrak dari cairan sehingga diolah
menjadi produk samping: molase murni. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi
pakan ternak atau dikirim ke pabrik fermentasi seperti misalnya pabrik penyulingan
alkohol.

2.2 Rangkaian Peralatan (Flow Sheet)


Gula merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Rata – rata manusia
di Indonesia mengkonsumsi gula sebanyak 12 – 15 kg per tahun. Dengan semakin
bertambahnya jumlah penduduk, tentu kebutuhan akan gula akan semakin meningkat pula.
Di Indonesia gula kristal yang konsumsi sehari – hari didominasi oleh gula tebu. Gula
kristal ini dibuat dan diproses dari tanaman tebu. Bagi penduduk di daerah pedesaan Jawa
tentu sudah sangat kenal dengan Tebu ini. Tanaman ini merupa kan jenis tanaman semusim
yang dipanen atau ditebang satu tahun sekali.
Proses pembuatan tebu menggunakan alat alat pabrik yang terdiri atas mesin manual
dan mesin modern. Mesin-mesin manual yang digunakan dalam proses pembuatan gula
antara lain adalah
1. Mesin elektrolisa yang terdiri dari
• Mesin pengerja pendahulu (Voorbewer kers) yang terdiri dari Unigator Mark IV dan
Cane knife.
• Alat gilingan terdiri dari 5 buah gilingan dan 3 rol penggiling.
2. Mesin pemurnian nira yang terdiri dari :
• Tabung Defekator
• Alat Pengendap
• Rotary Vacuum Filter
3. Mesin penguap yang terdiri dari :
• Beberapa evaporator
• Kondespot
• Michaelispot
• Pompa vakum
4. Mesin kristalisasi terdiri dari :
• Pan vakum
• Palung pendingin (kultrog)
5. Mesin putaran gula (centrifugal)
• Broadbent
• Batch Sangerhausen
• Wester Stated CCS
lOMoARcPSD|172 950 10

• BMA 850 K
6. Mesin pengering
7. Mesin pembangkit tenaga uap/listrik

Mesin-mesin manual yang digunakan dalam proses pembuatan gula antara lain
adalah :
1. Boiler
2. Diffuser
3. Clarifier
4. Vakum Putar
5. Evaporator Majemuk(multiple effect evaporator)
6. Sentrifugasi
7. Resin
8. Recovery

2.3 Manfaat gula (Glukosa) bagi tubuh manusia

Gula pasir menjadi salah satu bumbu dapur yang harus selalu tersedia di rumah. Dengan
rasa yang manis, bumbu dapur ini jelas digunakan untuk memberikan rasa manis pada
makanan. Bukan hanya manis, faktanya ada banyak manfaat gula pasir yang bisa didapatkan
oleh tubuh.
Mengonsumsi gula pun sangat disarankan setiap hari. Gula pasir bisa dijadikan sebagai bahan
masakan atau pemanis minuman, seperti teh dan kopi. Dengan begitu, kamu bisa dapatkan
manfaat dari gula pasir.

Berapa jumlah gula yang dibutuhkan tubuh dalam satu hari?


Bukan rahasia lagi jika gula juga jadi penyebab berbagai penyakit berbahaya. Sebut saja
obesitas dan diabetes tipe 2 yang bisa disebabkan oleh kebanyakan asupan gula. Lalu, berapa
seharusnya takaran gula setiap harinya?

Menurut berbagai penelitian, asupan gula harian itu berbeda antara orang dewasa dan anak-
anak. Jenis kelamin pun bisa membedakan kebutuhan gula per harinya. Pasalnya, metabolisme
pria dan perempuan sangat jauh berbeda sehingga kebutuhan nutrisinya berbeda.
Kebutuhan gula harian pria dewasa ada di angka 36 gram atau setara dengan 9 sendok teh.
Perempuan dewasa butuh lebih sedikit asupan gula yang hanya sekitar 24 gram atau setara
dengan 6 sendok teh per harinya. Anak-anak antara usia 2—18 tahun juga membutuhkan
asupan gula sekitar 24 gram per harinya.
lOMoARcPSD|172 950 10

Asupan gula pun bisa didapat dari berbagai makanan dan minuman. Bukan malah baik,
kelebihan asupan gula malah akan bikin tubuh lebih lemas. Jika diteruskan, berat badan kamu
akan naik secara drastis, loh. Karena itu, cobalah untuk menjaga asupannya tetap terkontrol
setiap harinya supaya dapatkan manfaat gula pasir yang bagus untuk tubuh. Imbangi juga
dengan aktivitas fisik dan konsumsi air putih dalam jumlah yang cukup.
Gula bisa memberikan banyak reaksi baik untuk tubuh. Berikut sederet manfaat yang bisa
kamu dapatkan dari gula pasir:

1. Memberi energi untuk tubuh


Gula merupakan bahan makanan yang nantinya akan diubah menjadi glukosa dalam
tubuh. Zat inilah yang akan menghasilkan energi untuk tubuh. Kamu yang merasa kurang
bergairah bisa langsung mengonsumsi makanan atau minuman manis.
Minuman manis pun cocok untuk kamu yang sedang berolahraga. Kamu bisa dapatkan
energi tambahan secara instan hanya dengan mengonsumsi minuman dengan kandungan
gula tinggi. Namun, pastikan hanya meminumnya setelah melakukan aktivitas berat, ya.

2. Meningkatkan tekanan darah


Kamu yang memiliki tekanan darah rendah biasanya mudah pusing atau bahkan
kehilangan kesadaran. Nah, mengonsumsi makanan dan minuman manis bisa membantu
meningkatkan tekanan darah ini, loh.
Tekanan darah rendah juga bisa terjadi karena kurangnya asupan makanan. Biasanya ini
terjadi saat sedang menjalani puasa. Tidak heran jika disarankan untuk mengonsumsi
minuman manis saat berbuka puasa untuk mengembalikan tekanan darah yang menurun.

3. Menjaga kerja otak


Disarankan untuk mengonsumsi sarapan yang sedikit manis pada pagi hari. Terlebih
untuk kamu yang akan melakukan aktivitas seharian. Pasalnya, gula akan membantu
meningkatkan kerja otak.
Gula akan membantu aliran darah lebih lancar ke seluruh tubuh, khususnya ke otak. Kamu
pun akan lebih fokus dalam menyelesaikan banyak pekerjaan seharian.

4. Mencerahkan kulit
Terdapat kandungan asam glikolat dalam gula yang berfungsi untuk menjaga
kesehatan kulit. Kandungan ini yang akan membantu menghilangkan noda pada wajah.
Bukan hanya itu, glikolat juga bisa menjaga minyak kulit sehingga tidak berlebihan.
lOMoARcPSD|172 950 10

Untuk dapatkan hasil yang maksimal, kamu bisa mencampurnya dengan perasan lemon.
Lalu, usapkan ke bagian wajah. Dengan penggunaan yang rutin, kulit wajah akan lebih
cerah.

5. Menghaluskan bibir
Bukan hanya kulit, gula pasir juga bisa digunakan untuk mencerahkan bibir. Caranya
dengan mengoleskan gula pasir ke bagian bibir sambil mengusapnya secara lembut. Gula
pasir akan membantu mengangkat sel kulit mati pada bibir yang membuatnya menghitam.
Kamu pun bisa mengoleskannya sebelum memakai lipstik pada bibir. Gula ini akan
membuat lipstik lebih tahan lama dan cerah saat diaplikasikan ke bibir.

6. Mengatasi komedo
Gula pasir juga bisa dijadikan scrub alami untuk menghilangkan komedo di bagian hidung.
Komedo ini muncul karena kelebihan cairan minyak sehingga menyumbat pori-pori. Jika
dibiarkan, komedo akan makin banyak dan membuat wajah kamu mudah berjerawat.
Cara menghilangkannya cukup dengan mengaplikasikan gula ke wajah. Campurkan garam
dapur dan langsung usapkan dengan lembut. Bilas dengan air hingga bersih dan lakukan
secara rutin.

7. Menyembuhkan luka
Gula pasir pun bisa digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka. Penggunaan
gula pasir untuk luka ini sudah digunakan sejak zaman perang silam. Efeknya bisa sebagai
antibiotik untuk luka gores.
Kamu hanya perlu mengaplikasikan gula pasir secara langsung ke bagian luka. Dengan
begitu, luka akan cepat mengering dan mempercepat pembentukan sel baru.

8. Memperbaiki mood
Suasana hati seseorang bisa berubah karena banyak hal. Bisa saja karena mengalami
sesuatu yang buruk atau memang dalam kondisi kesehatan yang tidak bagus. Para
perempuan juga bisa mengalami mood jelek pada saat menstruasi.
Ketika mengalami kondisi suasana hati buruk, disarankan untuk mengonsumsi makanan atau
minuman manis. Kandungan gula ini akan membantu mendongkrak mood sehingga bisa
menjalani hari dengan lebih senang. Segera ambil minuman atau makanan manis untuk
dapatkan kembali suasana hati yang senang.
9. Mencegah depresi
Stres dan trauma yang tidak diatasi dengan baik bisa berubah menjadi periode
lOMoARcPSD|172 950 10

depresi. Kamu bisa saja mengalami masa sedih berkepanjangan hanya karena satu atau dua
masalah yang menimpa. Cara terbaiknya memang melakukan konsultasi dengan para
profesional untuk dapatkan penanganan yang tepat.
Selain itu, kamu juga bisa melakukan penangan sendiri dengan rajin mengonsumsi makanan
manis. Dikabarkan bahwa makanan manis ini juga jadi salah satu obat yang paling manjur
untuk mengatasi stres. Namun, tetap dalam takaran yang disarankan supaya tidak
berlebihan, ya.

10. Membersihkan tangan kotor


Tangan paling rentan terkena kotoran yang sulit dihilangkan. Terlebih jika kamu
habis melakukan sesuatu yang berhubungan dengan minyak, cat, dan oli. Membersihkannya
dengan sabun tentunya harus dilakukan berkali-kali.
Untuk mempercepatnya, kamu bisa membersihkan tangan kotor ini dengan menambahkan
gula di dalam airnya. Gula akan membantu menghilangkan minyak yang menempel pada
tangan. Setelah minyak hilang, kamu tinggal membersihkannya dengan air sabun dan bilas
hingga bersih.
lOMoARcPSD|172 950 10

BAB III
PERMASALAHAN

Industri gula nasional mengalami kemunduran dalam hal jumlah pabrik gula dan
produksi gula nasional. Menurut Dewan Gula Nasional (2000), saat ini terdapat 60 pabrik
gula yang aktif dimana 43 pabrik dikelola oleh BUMN,dan 17 pabrik dikelola oleh swasta.
Luas area tebu yang dikelola sekitar 341.057ha yang umumnya berada di Jawa Timur, Jawa
Tengah, Lampung dan Suwalesi Selatan. Penurunan produksi gula nasional karena adanya
kebijakan produsen utama dan konsumen utama melakukan intervensi terhadap industri dan
perdagangan gula. Sehingga sangat berpengaruh pada harga gula /daya saing di pasar
internasional.

Untuk PG milik BUMN, terutama yang berlokasi di Jawa, sebagian besar tanaman
tebu dikelola oleh rakyat. Dengan demikian, PG di Jawa umumnya melakukan hubungan
kemiteraan dengan petani tebu. Secara umum, PG lebih berkonsentrasi di pengolahan
sedangkan petani sebagai pemasok bahan baku tebu. Dengan sistem bagi hasil, petani
memperoleh sekitar 66% dari produksi gula petani, sedangkan PG sekitar34%. Petani tebu di
Jawa secara umum didominasi (70%) oleh petani kecil dengan luas areal kurang dari 1 ha.
Bagi petani arealnya luas, sebagian lahan mereka pada umumnya merupakan lahan sewa
(Suryana, A, 2005). Pengusahaan tebu di Jawa dapat dibedakan atas tebu rakyat yang di
tanam di lahan sawah dan lahan kering, serta tebu milik pabrik gula. Sebelum deregulasi
industri gula pada tahun 1998, pengusahaan tebu dapat dibedakan atas pertanaman kolektif
dan pertanaman individual. Pertanaman kolektif merupakan usaha tani tebu dalam satu
hamparan yang pengelolaannya di tangani oleh kelompok tani. Sedangkan pertanaman
individual pengelolaannya dilakukan oleh petani secara individu. Namun setelah deregulasi
industri gula, sebagian besar pertanaman tebu rakyat merupakan usaha tani individu. Setelah
mengalami masa kejayaan pada tahun 1930-an dengan produksi mencapai 3,1 juta ton dan
ekspor 2,4 juta ton, industri gula mengalami

pasang surut. Pada saat ini, luas areal tanaman tebu Indonesia mencapai 473 ribu hektar
dengan total produksi sebesar 3..159.836 ton , sekitar 289 ribu hektaratau 61% berada di
jawa. Dari luasan pertanaman tebu di Jawa tersebut, sekitar 40 persen diusahakan di lahan
sawah dan 60 persen di lahan tegalan.

Masalah pergulaan nasional yang dihadapi saat ini adalah tidak terpenuhinya
kebutuhan gula nasional. Indonesia sampai saat ini masih mencatat defisit gula hingga 2,7
juta ton. Aris Toharisman, peneliti Pusat Penelitian perkebunan Gula Indonesia, mengatakan
produksi gula nasional saat ini hanya 2,3 juta ton. Di sisi lain, konsumsi gula nasional
lOMoARcPSD|172 950 10

mencapai 5,01 juta ton.Faktor yang menjadi penyebabnya, berkisar pada produktivitas gula
yang cenderung turun serta efisiensi pabrik gula yang rendah.

Faktor yang menyebabkan penurunan produksi diantaranya


1. Penurunan areal dan peningkatan areal tebu regalan
2. Penurunan produktivitas lahan.
3. Penurunan efisiensi di tingkat pabrik.

Penurunan produksi gula secara nasional merupakan suatu akibat yang komplek, baik
ditinjau dari segi teknologi, ekonomi dan sosial budaya. Secara teknis penurunan produksi
gula diakibatkan karena semakin rendahnya produktifitas lahan dan rendahnya efisiensi
pabrik-pabrik gula dalam negeri, yang selanjutnya akan mengakibatkan daya saing gula
domestik di pasar gulai nternasional rendah. Dari sisi ekonomi dapat diamati bahwa
kurangnya modal petani dan ditambah sering terlambatnya pencairan kredit semakin
menambah rendahnya mutu pengusahaan tebu oleh petani sedangkan dari sisi sosial, yang
sebenarnya merupakan akibat dari kedua hal diatas, adalah menurunya tingkat kepercayaan
petani pada model pengelolaan kelompok hamparan maupun pada semua hal yang dianggap
prakarsa pabrik gula. Permasalahan diatas menuntut adanya upaya peningkatan kemampuan
produksi dalam negeri yang dijamin kuantitas dan kualitas pasokan tebu serta produksi
dan produktifitas pabrik gula.Untuk menjamin kualitas pemerintah menerapkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) untuk komoditi Gula Kristal Putih (GKP) produksi lokal.
Datayang dirilis Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), menyebutkanpada
musim giling 2008, belum semua pabrik gula memenuhi standar ICUMSA dari SNI sebesar
300 IU. Hal ini menyebabkan ketergantungan terhadap impor semakin meningkat.Adanya
kebebasan bagi petani untuk memilih komoditas yang akan diusahakan, telah menyebabkan
luas areal pertanaman tebu dan produksi gula di Indonesia menurun. Berkurangnya pasokan
bahan baku tebu telah memberikan dampak langsung terhadap industri gula nasional.
Kinerja pabrik gula BUMN secara umum makin tidak efisien, juga memberi kontribusi
dalam rendahnya kemampuan pemenuhan kebutuhan gula nasional. Dari berbagai
permasalahan yang timbul dalam pembangunan industri gula nasional. Ketidakmapuan
industri gula dalam memenuhi kebutuhan nasional, akibat dari semakin terbatasnya areal
lahan tebu (bahan baku utama gula) yang dikonversi menjadi areal nonpertanian, khususnya
di pulau jawa.

Modernisasi pabrik-pabrik gula yang berjalan lambat sehingga mempengaruhi


kuantitas dan kualitas produk gula yang semakin kurang. Semakin banyaknya
penyelundupan gula illegal yang merusak pasar gula nasional terutama dari sisi harga. Masih
lOMoARcPSD|172 950 10

tingginya inefisiensi birokrasi yang menghambat perizinan dan distribusi gula nasional.
Belum optimalnya peran pemerintah dalam menstabilkan harga gula nasional dan dukungan
terhadap anggaran, misalnya dalam bentuk susbsidi. Mengutip pernyataan Menteri Pertanian,
Suswono, bahwa kemungkinan Indonesia gagal swasembada gula 2014, yaitu hanya bisa
memenuhi produksi 3,25 juta ton dari total kebutuhan gula nasional sebesar 5,7 juta ton.
Ahirnya untuk memenuhi hal tersebut, maka kebijakan impor gula masih akan dilakukan.

Dalam kasus diatas telah disebutkan bahwa salah satu penyebab rendahnya daya
saing gula di pasar internasional adalah penurunan produksi gula nasional karena adanya
kebijakan produsen utama dan konsumen utama melakukan intervensi terhadap industri dan
perdagangan gula. Sehingga perlu diberlakukan impor gula dari negara lain. Dengan adanya
peningkatan impor gula akan berpengaruh pada pasar internasional karena pemerintah dalam
pengambilan kebijakan impor, jika harga gula domestik melonjak maka pemerintah harus
mengimpor gula agar harga gula domestik kembali stabil. Akan tetapi jika dilihat dalam
jangka panjang maka keberadaan gula impor akan berubah menjadi pengganti gula pasir
yang ada di dalam negeri, jika harga gula pasir domestik meningkat dan rendahnya
kapasitas produksi di Indonesia.Impor gula di salah satu sisi dikatakan dapat membantu
kekurangan stok dan mencegah melonjaknya harga gula di pasar domestik. Akan tetapi
dampak yang ditimbulkan dari kebijakan mengimpor gula bagi petani yaitu keuntungan yang
diperoleh tidak sebanding dengan biaya produksinya, akibatnya petani beralih tanam ke
tanaman yang memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang. Berkurangnya lahan
dan beralihnya petani tebu tersebut akan menyebabkan berkurangnya produksi gula domestik
dan ketergantungan akan impor gula, akibatnya pasar gula domestik akan dipengaruhi oleh
kondisi pasar internasional, kondisi ini sangat tidak baik terhadap kemandirian pangan
Indonesia.
Permintaan gula akan turun akibat tingginya harga, tetapi selera konsumen yang
sudah terbiasa mengkonsumsi makanan yang manis atau jenis minuman yang
mengandung/memakai gula tidak akan begitu saja menurunkan jumlah konsumsi gula
masyarakat secara drastis, hal ini karena gula sangat dibutuhkan masyarakat dan termasuk ke
dalam Sembilan bahan makanan pokok.Harga gula domestik cenderung meningkat dari
tahun ke tahun, sedangkan gula impor lebih murah karena kondisi industri pergulaan di
Negara-negara pengimpor gula lebih baik sehingga biaya produksi mereka tidak setinggi
diIndonesia.Selain itu yang mempengaruhi daya saing pabrik gula rendah di pasar
internasional adalah gula dalam negeri tidak dapat bersaing dengan gula impor karena petani
di negara pengekspor diberi subsidi oleh pemerintahnya. Pemerintah Indonesia tidak
memiliki dana untuk memberikan subsidi.
lOMoARcPSD|172 950 10

Petani tebu sangat tergantung kepada industri gula karena tidak ada pilihan untuk
menjual tebunya kepada industri yang berada jauh dari lokasi sehingga posisitawarnya
sangat rendah. Perlu diberikan insentif kepada industri gula danmewajibkan untuk membeli
(menyangga) gula petani pada tingkat harga yang wajaragar petani mampu memperbaiki
budi daya tanamannya. Alternatif perbaikan untuk meningkatkan daya saing pabrik gula
di pasar intrnasional. Permintaan akan gulapasir akan terus meningkat dengan
pertambahan jumlah penduduk dan apabilabanyak industri makanan dan minuman yang
memakai bahan baku gula pasir. Jikadengan besarnya permintaan tanpa diimbangi dengan
penawaran yang seimbang maka akan memicu naiknya harga, dimana dalam hukum
permintaan lebih besar daripenawaran maka harga akan meningkat, sebaliknya apabila
permintaan lebih kecildari pada penawaran maka harga akan turun. Maka dari itu perlu
ditumbuhkan rasa insentif (rangsangan) kepada para petani untuk menanam tebu pada
lahan-lahannya, permasalahan yang terjadi pada para petani tebu adalah pendapatan yang
tidak sesuaidengan biaya produksi, maka pemerintah harus memberikan subsidi dan
kebijakanyang berkaitan dengan input seperti penyediaan pupuk, peralatan pertanian,
sertasarana transportasi dan output seperti pemberian modal usaha tani, penyaluran kredit
usaha dengan bunga rendah, serta pemberian subsidi pemerintah terhadap prasaranausaha
tani tebu.
Peningkatan daya saing juga dapat dilakukan dengan cara
1. Meningkatkan mutu gula melalui pemberlakuan SNI .
2. Melakukan restrukturisasi pabrik gula untuk peningkatan produktivitas dan
efisiensi pabrik gula.
3. Memberdayakan industri permesinan dan perekayasaan dalam negeri untuk
mendukung restrukturisasi.
4. Membentuk forum komunikasi industri pengolahan gula di pusat dankelompok
kerja di daerah.

5. Mengembangkan diversifikasi produk dengan memanfaatkan hasil samping industri


gula (molases,bagase, blotong, daun dan lain-lain).
6. Modernisasi mesin peralatan dan proses produksi industri gula rakyat.
7. Membangun industri raw sugar di luar negeri untuk mendukung produksi industri
gula internasional.
8. Tidak hanya dari sisi peningkatan mutu dan diverisifikasi produk, peningkatan jumlah
produksi untuk memenuhi ketersediaan pangan yang cukup, penguatan manajemen
dan modernisasi industry hulu dan hilir, serta pengembangan sistem administrasi dan
birokrasi yang lebih efisien.
lOMoARcPSD|172 950 10

9. Selain itu Peningkatan daya saing yang tinggi juga dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan lahan tebu yang sudah ada dan memperluas areal perkebunantebu di
luar jawa dan mengurangi pengalihan lahan tebu di pulau jawa, diperlukan kebijakan
impor gula dan jalur distribusi gula impor yang mampu melindungi petani dari
kemerosotan harga tebu, serta peninjauan kembali tarifbea masuk yang proposional.
lOMoARcPSD|172 950 10

BAB IV

PEMBAHASAN

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman
mengatakan, pemerintah sebaiknya fokus membenahi permasalahan gula nasional dari
segi produktivitas (on farm) maupun tingkat rendemen (off farm). Sebab, dua poin ini
menjadi penyebab gula nasional sulit bersaing dengan impor.

Ilman mengatakan, dari sisi on farm, produktivitas perkebunan tebu ditentukan oleh
kesuburan tanah, ketersediaan tenaga kerja, sistem irigasi dan penerapan teknologi.
Sementara itu, dari sisi off farm, pemerintah perlu menjalankan upaya revitalisasi pabrik
gula dan penggilingan tebu."Tujuannya, memperbaiki tingkat rendemen gula," ujarnya
dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (23/1).
Berdasarkan data dari United States Department of Agriculture (USDA) 2018,
produktivitas perkebunan tebu di Indonesia hanya mencapai 68,29 ton per hektar di tahun
2017. Jumlah ini lebih rendah daripada negara-negara penghasil gula lainnya seperti Brazil
yang sebesar 68,94 ton per hektare. Selain itu, India yang sebesar 70,02 ton per hektare dalam
periode sama. Impor Gula Mentah Tahun Ini Mencapai 2,7 Juta Ton.
Ilman menjelaskan, faktor lain yang mempengaruhi produktivitas gula nasional
adalah dampak buruk dari cuaca, ketidaksesuaian antara varietas tebu dengan lokasi
pertanian yang tersedia. Relatif tidak tersedianya tenaga kerja yang mampu menerapkan
teknik budidaya tebu yang tepat turut menjadi faktor penyebab. Tidak kalah penting, Ilman
menambahkan, distribusi pupuk yang masih perlu ditingkatkan efisiensinya dan juga
minimnya pengawasan terhadap penggunaan subsidi pertanian. "Perusahaan gula juga sering
dihadapkan pada sulitnya mendapatkan lahan pertanian yang lokasinya berdekatan dengan
pabrik gula danpenggilingan tebu," katanya.

Sementara itu, berdasarkan data USDA 2017, tingkat rendemen pabrik gula dan
penggilingan tebu di Indonesia hanya mencapai 7,50 persen pada 2017/2018. Angka ini lebih
rendah daripada di negara-negara tetangga seperti Filipina, Thailand dan Australia yang
tingkat rendemennya masing-masing mencapai 9,20 persen, 10,70 persen, dan 14,12 persen.
Ilman menilai, rendahnya tingkat rendemen ini tidak lepas dari usia pabrik penggilingan gula
di Indonesia Dari 63 pabrik di negara ini, sekitar 40 di antaranya berusia lebih dari 100
tahun. "Bahkan, yang tertua mencapai 184 tahun," ucapnya.
Selain karena usia pabrik gula dan penggilingan tebu yang kebanyakan sudah tua,
nilai rendemen juga dipengaruhi oleh kualitas tebu serta waktu potong dan kualitas mesin
pabrik.Untuk meningkatkan nilai rendemen, pemerintah dan industri seharusnya fokus pada
lOMoARcPSD|172 950 10

efisiensi pabrik gula. Tapi, yang terjadi, belum ada perubahan signifikan pada kinerja mesin
pabrik penggilingan tebu. Padahal, pemerintah sudah menawarkan dukungan finansial.
Hal ini dikarenakan pemilik pabrik enggan menghentikan proses produksi selama
proses revitalisasi dilakukan. "Revitalisasi dapat memakan waktu selama sekitar delapan
bulan," kata Ilman. Solusi lain yang dapat dilakukan pemerintah terhadap para petani tebu,
pabrik gula dan penggilingan tebu adalah pendampingan. Khususnya, dalam penerapan
praktek budidaya tebu yang lebih efisien. Pemerintah juga sebaiknya berinvestasi dalam
pengembangan teknologi industri gula nasional. Tapi, bantuan ini juga harus diikuti adanya
target yang jelas agar hasilnya tepat sasaran dan mempengaruhi produktivitas dan tingkat
rendemen gula
lOMoARcPSD|172 950 10

BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:
a. Sumber gula diindonesia sejak masa lampau adalah cairan bunga (nira) kelapa atau
enau, serta cairan batang tebu

b. Gula adalah salah satu karbohidrat sederhana karena dapat larut dalam air dan
langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energi (Darwin, 2013). karbohidrat
sederhana ini umumnya dihasilkan dari tebu. Namun ada juga bahan dasar pembuatan
gula yang lain, seperti air bunga kelapa, aren, palem, kelapa atau lontar.

c. Gula biasanya digunakan sebagai pemanis dalam makanan maupun minuman. Dalam
bidang makanan, selain sebagai pemanis, gula juga digunakan sebagai stabilizer dan
pengawet. Gula mengandung sukrosa yang merupakan anggota dari disakarida.

d. Sukrosa ini biasa diperoleh dari nitra, tebu, bit gula atau aren. Sumber gula lainnya
yang minor juga terdapat pada kelapa. Sumber-sumber pemanis lainnya yaitu umbi
dahlia, anggur dan bulir jagung.

e. Pembuatan gula tebu melalui proses seperti pemanenan, ekstraksi, pengendapan


kotoran dengan kapur (liming), penguapan (evaporasi), pendidihan/ kristalisasi,
sentifugasi gula, penyimpanan, afinasi (affination), karbonatasi, penghilangan warna,
pendidihan, pengolahan sisa (recovery).

f. Pada pemprosesan gula dari tebu menghasilkan limbah atau hasil sampimg, antara
lain ampas, blotong dan tetes yang dapat digunakan sebagai pakan ternak dan pupuk

5.2 Saran
Dengan adanya penjelasan mengenai teori mengenai produksi gula
pasir, pembaca mampu memahami dan melakukan proses industry bagian
gula pasir. Dalam makalah ini juga banyak terdapat kesalahan dan kesilapan,
untuk itu kelompok 3 menerimakritakan ataupun saran dari pembaca
lOMoARcPSD|172 950 10

DAFTAR PUSTAKA

http://putrandaputranda.blogspot

http://teknologi etanol.blogspot.

http://www.chem-is-try.org/materi_produksi GULA PASIR-dan-pkw/

http://www.smkn1bandung.com/modulpembuatangula.pasir.pdf

http://www.gula dari tebu dan laporan analisa produksu gula/


http:// www.google.com

Anda mungkin juga menyukai