DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
KELAS A4 TEKNIK KIMIA
KATA PENGANTAR
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan...................................................................................................6
BAB IV PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.........................................................................................29
4.2 Saran...................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Gula adalah salah satu karbohidrat sederhana karena dapat larut dalam air dan
langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energi (Darwin, 2013). karbohidrat
sederhana ini umumnya dihasilkan dari tebu. Namun ada juga bahan dasar pembuatan
gula yang lain, seperti air bunga kelapa, aren, palem, kelapa atau lontar. Gula
merupakan komoditas utama perdagangan di Indonesia. Gula merupakan salah satu
pemanis yang umum dikonsumsi masyarakat. Gula biasanya digunakan sebagai
pemanis dalam makanan maupun minuman. Dalam bidang makanan, selain sebagai
pemanis, gula juga digunakan sebagai stabilizer dan pengawet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Kulit batang keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua atau
kombinasinya.
Varietas tebu yang baik untuk bahan baku gula. Varietas tebu sangat banyak
jumlahnya, tetapi tidak semua unggul. Yang dimaksud variatas unggul adalah varietas
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tingkat produktivitas gula yang tinggi. Produktivitas dapat diukur dari bobot
atau rendaman yang tinggi;
2. Tingkat produktivitas (daya produk) yang stabil;
3. Kemampuan yang tinggi untuk di kepras; dan
Varietas tebu yang baik untuk bahan baku gula adalah Varietas tebu yang
termasuk kedalam kriteria Varietas yang sudah mencapai masa tebu layak giling.
Yang dimaksud tebu layak giling adalah :
1. Tebu yang ditebang pada tingkat pemasakan optimal.
2. Kadar kotoran (tebu mati, pucuk, pelepah tanah, dll) maksimal 2%
3. Jangka waktu sejak tebang sampai giling tidak lebih dari 36 jam.
Berdasarkan ciri-ciri tebu diatas maka pada umumnya pabrik gula di
Indonesia memakai tebu Varietas Ps dari pasuruan dan Bz dari Brazil.
2. Ekstraksi Nira
Ekstraksi adalah proses pemerahan atau pemisahan cairan sari tebu (nira) dari
batangnya. Di kebanyakan pabrik, tebu dihancurkan dalam sebuah serial penggiling
putar yang berukuran besar. Cairan sari tebu manis dikeluarkan dan serat tebu
dipisahkan, untuk selanjutnya digunakan di mesin pemanas (boiler). Di lain pabrik,
sebuah diffuser digunakan seperti yang digambarkan pada pengolahan gula bit. Jus
yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor, seperti sisa-sisa tanah dari lahan,
serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya
bercampur di dalam gula.
Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 15% gula dan serat residu,
dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula, sekitar 50% air serta pasir
dan batu-batu kecil dari lahan yang terhitung sebagai abu. Sebuah tebu bisa
mengandung 12 hingga 14% serat dimana untuk setiap 50% air mengandung sekitar
25 hingga 30 ton bagasse untuk tiap 100 ton tebu atau 10 ton gula.
10
evaporator) yang dipanaskan dengan steam agar bisa mendapatkan kondisi mendekati
kejenuhan (saturasi). Kemudian nira kental berwarna gelap dengan kepekatan 60 brik
yang dihasilkan diberi gas SO2 sebagai belancing dan siap dikristalkan. Sedangkan
uap yang dihasilkan dibuang ke kondensor sentral dengan perantara pompa vakum.
5. Kristalisasi
Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan
vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus
sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul kristal gula.. Pembentukan
kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal
terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di
dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada
proses mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut
kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.
Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung
sejumlah gula sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Disebabkan
materi-materi non gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini
terutama terjadi karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang
merupakan hasil pecahan sukrosa. Oleh karena itu, tahapan-tahapan berikutnya
menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi
tidak mungkin lagi dilanjutkan.
Dalam sebuah pabrik pengolahan gula kasar (raw sugar) umumnya dilakukan
tiga proses pendidihan. Sistem yang dipakai yaitu ABC, dimana gula A dan B
sebagai produk,dan gula C dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur
untuk dimasak kembali. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan dibawah
atmosfir dengan vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya 650c. Jadi kadar
gula (sakarosa) tidak rusak akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil masakan
merupakan campuran kristal gula dan larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di
putaran gula, lebih dulu didinginkan pada palung pendinginan (kultrog).
11
6. Penyimpanan
Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama
penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di
dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena
kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya
tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut
ketika sampai di negara pengguna.
7. Afinasi
Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan
pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses
yang dinamakan dengan afinasi. Gula kasar dicampur dengan sirup kental
(konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan sirup
sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan (coklat).
12
Campuran hasil (magma) disentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup sehingga
pengotor dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan
sebelum perlakuan berikutnya (karbonatasi). Cairan yang dihasilkan dari pelarutan
kristal yang telah dicuci mengandung berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum
dan resin dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari
proses.
8. Karbonatasi
Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk
membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh.
Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua
teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat
diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam
cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut.
Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel
kristal halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya
mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu
dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Gumpalan-
gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-
materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi
non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan.
Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses selanjutnya berupa
penghilangan warna. Selain karbonatasi, teknik yang lain berupa fosfatasi. Secara
kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi adalah pembentukan
fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang sedikit lebih kompleks,
dan dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti
yang sudah dijelaskan di atas.
9. Penghilangan warna
13
Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya
mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolom-
kolom medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular
(granular activated carbon, GAC) yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat
warna. GAC merupakan cara modern setingkat bone char, sebuah granula karbon
yang terbuat dari tulang-tulang hewan. Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan
karbon mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan granula yang tidak
hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas
dimana warna akan terbakar keluar dari karbon. Cara yang lain adalah dengan
menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit warna daripada
GAC tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara
kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan. Cairan jernih dan
hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika jumlahnya
sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam pemurnian.
Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi.
10. Pendidihan
Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk
tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk
mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari
kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk
memisahkan keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan
pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian
dikeringkan dengan udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk
didistribusi.
11. Pengolahan sisa (Recovery)
Cairan sisa baik dari tahap penyiapan gula putih maupun dari pembersihan
pada tahap afinasi masih mengandung sejumlah gula yang dapat diolah ulang. Cairan-
cairan ini diolah di ruang pengolahan ulang (recovery) yang beroperasi seperti
14
pengolahan gula kasar, bertujuan untuk membuat gula dengan mutu yang setara
dengan gula kasar hasil pembersihan setelah afinasi. Seperti pada pengolahan gula
lainnya, gula yang ada tidak dapat seluruhnya diekstrak dari cairan sehingga diolah
menjadi produk samping: molase murni. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut
menjadi pakan ternak atau dikirim ke pabrik fermentasi seperti misalnya pabrik
penyulingan alkohol.
15
Michaelispot
Pompa vakum
4. Mesin kristalisasi terdiri dari :
Pan vakum
Palung pendingin (kultrog)
5. Mesin putaran gula (centrifugal)
Broadbent
Batch Sangerhausen
Wester Stated CCS
BMA 850 K
6. Mesin pengering
7. Mesin pembangkit tenaga uap/listrik
Proses pembuatan gula dari tebu memerlukan beberapa tahapan dan proses
kimia serta mekanis. Kalau beras yang kita makan hanya dilakukan proses
penggilingan dari gabah menjadi beras beda dengan pembuatan gula dari tebu yang
harus dilakukan dalam skala pabrik. Untuk mengetahui langkah pembuatan gula dari
tebu dapat anda lihat di diagram di bawah :
16
17
BAB III
PERMASALAHAN
Industri gula nasional mengalami kemunduran dalam hal jumlah pabrik gula
dan produksi gula nasional. Menurut Dewan Gula Nasional (2000), saat ini terdapat
60 pabrik gula yang aktif dimana 43 pabrik dikelola oleh BUMN,dan 17 pabrik
dikelola oleh swasta. Luas area tebu yang dikelola sekitar 341.057ha yang umumnya
berada di Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung dan Suwalesi Selatan. Penurunan
produksi gula nasional karena adanya kebijakan produsen utama dan konsumen
utama melakukan intervensi terhadap industri dan perdagangan gula. Sehingga sangat
berpengaruh pada harga gula /daya saing di pasar internasional.
18
pasang surut. Pada saat ini, luas areal tanaman tebu Indonesia mencapai 473 ribu
hektar dengan total produksi sebesar 3..159.836 ton , sekitar 289 ribu hektaratau 61%
berada di jawa. Dari luasan pertanaman tebu di Jawa tersebut, sekitar 40 persen
diusahakan di lahan sawah dan 60 persen di lahan tegalan.
Masalah pergulaan nasional yang dihadapi saat ini adalah tidak terpenuhinya
kebutuhan gula nasional. Indonesia sampai saat ini masih mencatat defisit gula
hingga 2,7 juta ton. Aris Toharisman, peneliti Pusat Penelitian perkebunan Gula
Indonesia, mengatakan produksi gula nasional saat ini hanya 2,3 juta ton. Di sisi lain,
konsumsi gula nasional mencapai 5,01 juta ton.Faktor yang menjadi penyebabnya,
berkisar pada produktivitas gula yang cenderung turun serta efisiensi pabrik gula
yang rendah.
19
Dalam kasus diatas telah disebutkan bahwa salah satu penyebab rendahnya
daya saing gula di pasar internasional adalah penurunan produksi gula nasional
karena adanya kebijakan produsen utama dan konsumen utama melakukan intervensi
20
terhadap industri dan perdagangan gula. Sehingga perlu diberlakukan impor gula dari
negara lain. Dengan adanya peningkatan impor gula akan berpengaruh pada pasar
internasional karena pemerintah dalam pengambilan kebijakan impor, jika harga gula
domestik melonjak maka pemerintah harus mengimpor gula agar harga gula domestik
kembali stabil. Akan tetapi jika dilihat dalam jangka panjang maka keberadaan gula
impor akan berubah menjadi pengganti gula pasir yang ada di dalam negeri, jika
harga gula pasir domestik meningkat dan rendahnya kapasitas produksi di
Indonesia.Impor gula di salah satu sisi dikatakan dapat membantu kekurangan stok
dan mencegah melonjaknya harga gula di pasar domestik. Akan tetapi dampak yang
ditimbulkan dari kebijakan mengimpor gula bagi petani yaitu keuntungan yang
diperoleh tidak sebanding dengan biaya produksinya, akibatnya petani beralih tanam
ke tanaman yang memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang.
Berkurangnya lahan dan beralihnya petani tebu tersebut akan menyebabkan
berkurangnya produksi gula domestik dan ketergantungan akan impor gula, akibatnya
pasar gula domestik akan dipengaruhi oleh kondisi pasar internasional, kondisi ini
sangat tidak baik terhadap kemandirian pangan Indonesia.
Permintaan gula akan turun akibat tingginya harga, tetapi selera konsumen
yang sudah terbiasa mengkonsumsi makanan yang manis atau jenis minuman yang
mengandung/memakai gula tidak akan begitu saja menurunkan jumlah konsumsi gula
masyarakat secara drastis, hal ini karena gula sangat dibutuhkan masyarakat dan
termasuk ke dalam Sembilan bahan makanan pokok.Harga gula domestik cenderung
meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan gula impor lebih murah karena kondisi
industri pergulaan di Negara-negara pengimpor gula lebih baik sehingga biaya
produksi mereka tidak setinggi diIndonesia.Selain itu yang mempengaruhi daya saing
pabrik gula rendah di pasar internasional adalah gula dalam negeri tidak dapat
bersaing dengan gula impor karena petani di negara pengekspor diberi subsidi oleh
pemerintahnya. Pemerintah Indonesia tidak memiliki dana untuk memberikan
subsidi.
21
Petani tebu sangat tergantung kepada industri gula karena tidak ada pilihan
untuk menjual tebunya kepada industri yang berada jauh dari lokasi sehingga posisi
tawarnya sangat rendah. Perlu diberikan insentif kepada industri gula dan
mewajibkan untuk membeli (menyangga) gula petani pada tingkat harga yang wajar
agar petani mampu memperbaiki budi daya tanamannya. Alternatif perbaikan untuk
meningkatkan daya saing pabrik gula di pasar intrnasional. Permintaan akan gula
pasir akan terus meningkat dengan pertambahan jumlah penduduk dan apabila
banyak industri makanan dan minuman yang memakai bahan baku gula pasir. Jika
dengan besarnya permintaan tanpa diimbangi dengan penawaran yang seimbang
maka akan memicu naiknya harga, dimana dalam hukum permintaan lebih besar dari
penawaran maka harga akan meningkat, sebaliknya apabila permintaan lebih kecil
dari pada penawaran maka harga akan turun. Maka dari itu perlu ditumbuhkan rasa
insentif (rangsangan) kepada para petani untuk menanam tebu pada lahan-lahannya,
permasalahan yang terjadi pada para petani tebu adalah pendapatan yang tidak sesuai
dengan biaya produksi, maka pemerintah harus memberikan subsidi dan kebijakan
yang berkaitan dengan input seperti penyediaan pupuk, peralatan pertanian, serta
sarana transportasi dan output seperti pemberian modal usaha tani, penyaluran kredit
usaha dengan bunga rendah, serta pemberian subsidi pemerintah terhadap prasarana
usaha tani tebu.
22
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman
mengatakan, pemerintah sebaiknya fokus membenahi permasalahan gula nasional
dari segi produktivitas (on farm) maupun tingkat rendemen (off farm). Sebab, dua
poin ini menjadi penyebab gula nasional sulit bersaing dengan impor.
24
Sementara itu, berdasarkan data USDA 2017, tingkat rendemen pabrik gula
dan penggilingan tebu di Indonesia hanya mencapai 7,50 persen pada 2017/2018.
Angka ini lebih rendah daripada di negara-negara tetangga seperti Filipina, Thailand
dan Australia yang tingkat rendemennya masing-masing mencapai 9,20 persen, 10,70
persen, dan 14,12 persen. Ilman menilai, rendahnya tingkat rendemen ini tidak lepas
dari usia pabrik penggilingan gula di Indonesia Dari 63 pabrik di negara ini, sekitar
40 di antaranya berusia lebih dari 100 tahun. "Bahkan, yang tertua mencapai 184
tahun," ucapnya.
Selain karena usia pabrik gula dan penggilingan tebu yang kebanyakan sudah
tua, nilai rendemen juga dipengaruhi oleh kualitas tebu serta waktu potong dan
kualitas mesin pabrik.Untuk meningkatkan nilai rendemen, pemerintah dan industri
seharusnya fokus pada efisiensi pabrik gula. Tapi, yang terjadi, belum ada perubahan
signifikan pada kinerja mesin pabrik penggilingan tebu. Padahal, pemerintah sudah
menawarkan dukungan finansial.
25
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:
a. Sumber gula diindonesia sejak masa lampau adalah cairan bunga (nira) kelapa
atau enau, serta cairan batang tebu
b. Gula adalah salah satu karbohidrat sederhana karena dapat larut dalam air dan
langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energi (Darwin, 2013).
karbohidrat sederhana ini umumnya dihasilkan dari tebu. Namun ada juga
bahan dasar pembuatan gula yang lain, seperti air bunga kelapa, aren, palem,
kelapa atau lontar.
d. Sukrosa ini biasa diperoleh dari nitra, tebu, bit gula atau aren. Sumber gula
lainnya yang minor juga terdapat pada kelapa. Sumber-sumber pemanis
lainnya yaitu umbi dahlia, anggur dan bulir jagung.
f. Pada pemprosesan gula dari tebu menghasilkan limbah atau hasil sampimg,
antara lain ampas, blotong dan tetes yang dapat digunakan sebagai pakan
ternak dan pupuk
26
5.2 Saran
Dengan adanya penjelasan mengenai teori mengenai
produksi gula pasir, pembaca mampu memahami dan melakukan
proses industry bagian gula pasir. Dalam makalah ini juga banyak
terdapat kesalahan dan kesilapan, untuk itu kelompok 3 menerima
kritakan ataupun saran dari pembaca
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2007.PT.MADUBARU.Yogyakarta:Padokan.
http://putrandaputranda.blogspot
http://teknologi etanol.blogspot.
http://www.smkn1bandung.com/modulpembuatangula.pasir.pdf
28