ACARA 1
PEMELIHARAAN TANAMAN KOPI
Disusun oleh :
Nama : Priju Harpenta Peranginangin
NPM : E1J021061
Shift : A2
Dosen : Prof. Dr. Ir, Alnopri., MS
Co-ass : 1. Afrizal (E1J019074)
: 2. Theodra Elchrist Vitasari Lumban Gaol
(E1J019083)
Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat karunia
dan perlindungannya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum ini yang berjudul
“Pemeliharaan Tanaman Kopi”. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada tanggal 5 Februari
2024, pada waktu 14:00-selesai. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan. Saya menyadari
bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan pada acara 1
pemeliharaan tanaman adalah untuk mempersiapkan lahan untuk menanam komoditas
tanaman kopi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang berperan strategis dalam
perekonomian hampir dua juta rumah petani di Indonesia. Potensi ekspor kopi Indonesia
cukup tinggi karena cita rasanya yang disukai, namun tren peningkatan produksi kopi nasional
hanya 1-2% per tahun. Di sisi lain, dampak perubahan iklim juga mengancam tercapainya
target peningkatan produksi (Syakir dan Surmaini, 2017).
Tanaman kopi merupakan genus Coffea yang termasuk dalam familia Rubiaceae dan
mempunyai sekitar 100 spesies. Genus Coffea adalah salah satu genus penting yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi dan dikembangkan secara komersial, terutama Coffea
Arabika, Coffea Liberica, Coffea Kanephora diantaranya kopi Robusta. Tanaman kopi
merupakan tumbuhan tropik yang berasal dari Afrika. Meskipun kopi merupakan tumbuhan
tropik, kopi memerlukan pohon naungan dan tidak menghendaki suhu tinggi. Suhu di atas 35
°C dan suhu dingin dapat merusak panen dan mematikan tumbuhan kopi. Tanaman kopi dapat
tumbuh dengan baik pada suhu yang berkisar 15-30 °C dan pada tanah subur dengan sifat
tanah antara berpasir dengan cukup humus dan dalam dengan drainase yang cukup baik.
Kawasan dengan tanah lempung dan tanah padas kurang cocok karena tanaman memerlukan
tersedianya air tanah yang cukup, tetapi tidak menghendaki adanya genangan air. Kopi
Arabika dapat tumbuh pada ketinggian 700-1.400 m di atas permukaan laut dengan suhu
berkisar 15-24 °C dan pH tanah 5,3-6,0 dan curah hujan rata-rata 2000-4000 mm/ th dan
jumlah bulan kering 1-3 bulan/ th. Kopi Robusta dapat tumbuh pada ketinggian 300-600 m di
atas permukaan laut dengan curah hujan 1.500-3000 mm/ th dengan suhu 24-30 °C dan pH
tanah 5,5-6,0. Oleh karena itu budidaya kopi cocok dilakukan di kawasan antara 20° Lintang
Utara dan 20° Lintang Selatan. Indonesia masuk dalam kawasan ini dan mempunyai wilayah
yang cocok untuk budidaya kopi. Saat ini Indonesia telah menjadi negara produsen kopi
terbesar ke empat di dunia setelah Brasil, Kolombia dan Vietnam. Kopi yang dihasilkan di
Indonesia adalah kopi Arabika dan kopi Robusta yang tergolong mempunyai kualitas yang
baik sehingga banyak diekspor ke negara-negara maju yang merupakan negara konsumen
kopi, di antaranya Amerika, Jepang, Belanda, Jerman dan Italia (Kahpi, 2017).
Produktivitas kopi dihasilkan hampir di semua wilayah di Indonesia. Ada beberapa
provinsi yang dijadikan sebagai penghasil utama kopi di Indonesia antara lain Sumatera
Utara, Sumatera Selatan, Jawa timur, Aceh, Lampung dan yang terakhir adalah Sulawesi
Selatan. Dari jumlah produktivitas kopi yang cukup besar serta ekspor kopi dapat
membantuPerekonomian nasional sebagai sumber dari pendapatan petani, penambah devisa,
pengembangan nilai ya, mendorong Agribisnis, menciptakan lapangan kerja, serta agro
3
industri dan dapat mendukung konservasi lingkungan. Jika dilihat dari permintaan kopi baik
di dalam negeri ataupun di luar negeri setiap tahunnya terus mengalami peningkatan dengan
peningkatan konsumsi lebih tinggi dibanding dengan laju pertumbuhan produksinya. Terlihat
bahwa laju pertumbuhan konsumsi kopi di dalam negeri adalah 8% per tahunnya sedangkan
pada pertumbuhan produksinya hanya sekitar 2%. Karena banyaknya tingkat konsumsi maka
untuk menghindari pengimpor An kopi dari luar negeri Indonesia perlu meningkatkan
produksi dari kopi. Jika dibiarkan maka Indonesia yang statusnya sebagai negara eksportir
kopi akan beralih menjadi negara importir kopi (Harum, 2022).
Secara umum, di Indonesia terdapat tiga jenis tanaman kopi, yaitu kopi arabika, kopi
robusta dan kopi liberika.
a) Kopi Arabika
Kopi arabika merupakan kopi dengan cita rasa paling baik. Tanaman ini memiliki
daun dengan warna hijau tua dan berombak-ombak. Kopi Arabika tidak tahan terhadap hama
dan penyakit, serta jenis tanaman kopi ini banyak terdapat di daerah Amerika Latin, Afrika
Tengah dan Timur, India serta beberapa terdapat di Indonesia. Jenis-jenis kopi yang termasuk
dalam golongan arabika adalah abesinia, pasumah, marago dan congensis (Ningtyas, 2014).
b) Kopi Robusta
Kopi robusta merupakan kopi dengan cita rasa lebih rendah dibandingkan dengan cita
rasa kopi arabika. Hampir seluruh produksi Kopi Robusta di seluruh dunia dihasilkan secara
kering dan mengandung rasa-rasa asam dari hasil fermentasi. Kopi Robusta memiliki
kelebihan yaitu kekentalan yang lebih dan warna yang kuat. Oleh karena itu, Kopi Robusta
banyak diperlukan untuk bahan campuran blends untuk merek-merek tertentu. Jenis-jenis kopi
robusta adalah quillou, uganda dan canephora (Ningtyas, 2014).
c) Kopi Liberika
Kopi Liberika merupakan jenis tanaman kopi yang dapat tumbuh di iklim panas
maupun basah. Jenis tanaman ini tidak menuntut tanah yang subur dan pemeliharaan yang
istimewa (Rahardjo, 2012). Kopi Liberika termasuk kopi yang dibudidayakan dalam skala
kecil. Hal ini tidak terlepas dari peran pasar internasional yang kurang begitu berminat dengan
kopi liberika. Kopi Liberika terkenal atas resistensinya terhadap penyakit Hemiliea (Ningtyas,
2014).
Pengembangan komoditas pertanian, seperti kopi misalnya, harus mempertimbangkan
aspek-aspek kelestarian lingkungan. Selain itu, juga harus menyesuaikan potensi dari lahan
yang akan ditanami tanaman tersebut. Penentuan kesesuaian lahan harus sesuai dengan
persyaratan serta perencanaan pengembangan komoditas pertanian tersebut (Dahlia et al.,
2021). Pengembangan penanaman kopi arabika dilakukan melalui cara peningkatan luas area
4
dengan pelaksanan GAP (Good Agricultural Practices), pelestarian tanah serta pengelolaan
benih tahan penyakit (Saragih dalam (Mahyuda et al., 2018).
Pemeliharaan tanaman kopi dapat dilakukan dengan teknik pemangkasan.
Pemangkasan ditujukan untuk menumbuhkan cabang, mengurangi kemungkinan munculnya
penyakit, mengurangi kelembaban serta memperbaikai aerasi (Mawardah dan Ariska, 2022).
Sistem agroforestri berbasis kopi dapat meningkatkan mutu dan produksi kopi
dibandingkan kebun kopi monokultur. Kadar kafein dalam biji kopi berkorelasi positif dengan
intensitas cahaya. Intensitas cahaya tinggi yang masuk ke kebun menyebabkan aroma kopi
Robusta yang makin kuat, sedangkan untuk membentuk cita rasa terbaik diperlukan intensitas
cahaya sedang. Dalam budidaya berbasis agroforestry untuk meningkatkan pendapatan petani,
maka tanaman kopi harus memperbaiki pola pemeliharaan tanaman. Upaya pencapaian target
pengembangan (luas tanam dan luas panen), produktivitas dan produksi pada agroforestri
berbasis kopi harus di dukung oleh kesiapan teknologi produksi dan dukungan kebijakan
untuk memberikan insentif kepada petani (bantuan benih dan sarana produksi, jaminan harga
yang menarik dan penampungan hasil panen). Selain itu Petani pemilik, penggarap, dan buruh
tani merupakan aktor dominan yang berinteraksi langsung dengan pengelolaan lingkungan di
kawasan hutan rakyat, namun secara organisasi lemah. Perlu adanya perbaikan model
kelembagaan koordinasi (Suhartoyo et al., 2020).
5
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil yang didapat dari praktikum mengenai Pemeliharaan Tanaman Kopi
adalah sebagai berikut:
4.2 Pembahasan
7
Pemeliharaan pada tanaman kopi sangat penting karena dapat dijadikan faktor
penibatas umur ekonomis suatu kebun kopi. Kegiatan pemeliharaan pada tanaman kopi terdiri
dari beberapa tindakan kultur teknis yang dilakukan secara terus-menerus misalnya
pemangkasan, pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
Pemangkasan dilakukan dengan teratur agar tanaman kopi menjadi sehat dan tumbuh
produktif. Pemupukan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman untuk membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman serta
digunakan untuk membantu dalam penyerbukan tanah (Rahardjo, 2012)
8
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai Pemeliharaan Tanaman maka
diperoleh kesimpulan pemeliharaan tanaman kopi dilakukan dengan cara pembabatan gulma
dan pembersihan sampah dan daun-daun kering yang ada disekitar lahan tersebut.
Pemeliharaan pada tanaman kopi sangat penting karena dapat dijadikan faktor penibatas umur
ekonomis suatu kebun kopi. Kegiatan pemeliharaan pada tanaman kopi terdiri dari beberapa
tindakan kultur teknis yang dilakukan secara terus-menerus misalnya pemangkasan,
pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
9
DAFTAR PUSTAKA
Dahlia, S., Taryana, D., dan Masitoh, F. 2021. Evaluasi Kesesuain Lahan untuk Tanaman
Kopi Di Desa Taji Kecamatan Jabung Kabupaten Malang. Jurnal Integrasi dan
Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial. 1(2): 1317-1331.
Kahpi, A. 2017. Budidaya dan Produksi Kopi Di Sulawesi Bagian Selatan Pada Abad Ke- 19.
Journal of Cultural Sciences. 12(1): 13-26.
Mawardah, N., dan Ariska, N. 2022. Teknik Pemeliharaan dan Produksi Tanaman Kopi
Arabika (Coffea arabica) Di Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Pertanian Agros. 24(3):
1243-1246.
Mahyuda, M., Amanah, S., dan Tjitropranoto, P. 2018. Tingkat adopsi good agricultural
practices budidaya kopi arabika gayo oleh Petani di Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal
Penyuluhan, 14(2).
Same, M., Sari, R. P. K., dan Permatasari, N. 2023. Invetarisasi Gulma Pada Perkebunan
Kopi Rakyat di Desa Tugu Sari, Sumber Jaya, Lampung Barat. Jurnal Ilmiah
Pertanian. 19(2): 2022-2026.
Syakir, M., dan Surmaini, E. 2017. Perubahan Iklim Dalam Konteks Sistem Produksi dan
Pengembangan Kopi di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
36(2): 77-90.
Suhartoyo, H., Saputra, H. E., dan Salamah, U. 2020. Upaya Peningkatan Produktifitas Kopi
Rakyat System Agroforestry Di Kelurahan Ujan Mas Atas, Kabupaten Kepahiang
Provinsi Bengkulu. Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat
2020. Hal: 1-11.
Utami, S., Murningsih., dan Muhammad, F. 2020. Keanekaragaman dan Dominansi Jenis
Tumbuhan Gulma Pada Perkebunan Kopi di Hutan Wisata Nglimut Kendal Jawa
Tengah. Jurnal Ilmu Lingkungan. 18(2): 411-416.
10
LAMPIRAN
11